Anda di halaman 1dari 1

Lima tahun bukanlah masa yang singkat untuk dilewati.

Tapi lima tahun ini, masa-masa sejak saya purna


dari menyetorkan hafalan juz Amma ke ustadz Saya, saya merasa begitu cepat berjalan, banyak yang
berubah, banyak yang terubah, banyak yang mengganti dan tergantikan. Di usia kelima amanah ini
diberikan oleh Allah, betapa perasaan itu semakin menghantui, duh betapa sudah kronisnya saya
melupakannya.

Dulu semasa masih di mahad saya sering bertanya, sesusah itukah menjaga hafalan sampai-sampai para
alumni berusaha kembali mengikuti dauroh berhari-hari untuk memurojaah hafalan lagi. Saya selalu
bertanya-tanya, sesulit itukah membaca beberapa juz dari Al-Qur’an di setiap hari-hari yang kita lewati.
Hingga saat ini saya merasakannya, menjaga hafalan di dunia modern tak semudah mengedipkan mata.

Perasaan itu pun kadangkala terbesit. Duh, betapa sudah sebegitu sesatnya saya. Rindu itu begitu
membuncah. Rindu akan gerbang asrama yang selalu dikunci di pagi dan petang hari sehingga kami
terpaksa berdiam diri di masjid. Rincu akan suara sahut-menyahut dari dua lantai masjid yang kini sudah
tak berdinding lagi. Rindu akan bus-bus yang berlomba mencari penumpang yang menemani murojaah
pagi dan sore hari.

Karena pada akhirnya, kita harus kembali menyadari. Bahwa menghafal itu bukan hanya tentang
bagaimana hafalan lancar dan ujian kelar. Bahwa ternyata, ujian sebenarnya baru dimulai ketika kita
diwisuda dan mengucap ikrar. Bahwa ikrar itu akan tetep menagih janji pemiliknya, untuk ikhlash
senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As Sunnah dan membuang segala bentuk kejahiliyahan.

Saya malu, bangga dengan hafalan padahal sejatinya mulai jauh terlupakan.

FK, 2411217

5 tahun sejak 20112017

Huda S Drajad

Anda mungkin juga menyukai