Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian &

ISSN: 2442-448X Vol 5, No: 1 Hal: 1 - 110 April 2018


PPM

MENGATASI DAN MENCEGAH TINDAK KEKERASAN SEKSUAL PADA


PEREMPUAN DENGAN PELATIHAN ASERTIF

Oleh :
Utami Zahirah Noviani P , Rifdah Arifah K2, Cecep3, Sahadi Humaedi4
1

1. Mahasiswa Program Studi Sarjana (S1) Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Padjadjaran
2. Mahasiswa Program Studi Sarjana (S1) Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Padjadjaran
3. Mahasiswa Program Studi Sarjana (S1) Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Padjadjaran
4. Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran

Email
zahirahutami@gmail.com, rifdahirawan@yahoo.co.id, Kocepmulyana@gmail.com, Sahadi.humaedi@unpad.ac.id

ABSTRAK
Tindak kekerasan seksual yang dialami oleh kaum perempuan di Indonesia masih menunjukan angka yang
tinggi. Angka tersebut hanya segelintir dari banyaknya kasus kekerasan seksual sebab pada kenyataannya
masih banyak perempuan korban kekerasan seksual yang tidak melapor kepada pihak kepolisian atau lembaya
layanan seperti Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Artikel ini membahas tentang faktor-
faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual pada perempuan, alasan perempuan korban kekerasan seksual
tidak melaporkan kejadian yang dialaminya, serta penerapan pelatihan asertif untuk perempuan dan korban
kekerasan seksual. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa faktor dominan terjadinya kekerasan seksual pada perempuan yaitu budaya patriarki, hak-
hak istimewa laki-laki, dan sikap permisif. Penyebab utama alasan perempuan korban kekerasan seksual tidak
melapor yaitu stigma buruk masyarakat akan korban kekerasan seksual. Pelatihan asertif dapat membantu
perempuan dan korban kekerasan seksual untuk berani untuk menolak dan menyampaikan apa yang
dirasakannya dengan cara yang benar. Saran dari adanya penelitian ini adalah harus adanya sikap saling
menghargai dan menjaga antara laki-laki dan perempuan.
Kata Kunci : Kekerasan Seksual, Perempuan Sebagai Korban, Pelatihan Asertif

ABSTRACT
The acts of sexual violence against women in Indonesia are still high. The number is only a handful of cases
of sexual violence because in reality there are still many female victims of sexual violence who do not report
to the police or service dumplings such as National Commission on Violence Against Women. This article
discusses the factors causing sexual violence against women, the reasons women victims of sexual violence
do not report the incident, and the implementation of assertive training for women and victims of sexual
violence. The research method used descriptive qualitative. The results of this research indicate that the
dominant factor of sexual violence in women is patriarchal culture, male privilege, and permissive attitude.
The main reason why women victims of sexual violence do not report is the bad stigma that evolve in society
of the sexual violence victims. Assertive training can help women and victims of sexual violence dare to refuse
and express what they feel in the right way. Suggestion from existence of this research is men and women
should care and respect for each other.
K ey W ord : Sex ual Victim , W om en as Victim , Assertive Trainin g

48
Jurnal Penelitian &
ISSN: 2442-448X Vol 5, No: 1 Hal: 1 - 110 April 2018
PPM

Pendahuluan perempuan yang terjadi pada tahun 2016.


Kekerasan sangat sering terjadi di Hasilnya, terdapat 259.150 jumlah kekerasan
kehidupan sehari-hari baik di lingkungan pada terhadap perempuan. Sebanyak 245.548
keluarga, masyarakat maupun teman sebaya. kasus diperoleh dari 358 Pengadilan Agama
Kekerasan umumnya sering menimpa orang- dan 13.602 kasus yang ditangani oleh 233
orang yang tidak berdaya. Maraknya isu lembaga mitra pengadaan layanan yang
kekerasan yang terjadi terhadap perempuan tersebar di 34 Provinsi.
menjadi suatu momok yang menakutkan bagi Dalam ranah personal pelaku
seluruh perempuan khususnya perempuan kekerasan seksual tertinggi adalah pacar
yang memiliki kesibukan diluar mengurus dengan 2,017 kasus. Tidak hanya ranah
pekerjaan rumah meskipun demikian tidak personal, kekerasan di ranah komunitas juga
menutup kemungkinan perempuan yang banyak terjadi dengan 3.092 kasus yang
mengurus pekerjaan rumah juga mengalami terbagi dalam pemerkosaan dan pencabulan.
hal yang sama. Selain itu, lingkungan tempat kerja pun tidak
Kekerasan yang terjadi pada seorang lepas dari kasus kekerasan seksual, menurut
perempuan dikarenakan sistem tata nilai yang Komnas perempuan terdapat laporan sebanyak
mendudukan perempuan sebagai makhluk 44 kasus kekerasan di tempat kerja.
yang lemah dan lebih rendah dibandingkan Akhir-akhir ini kekerasan yang terjadi
laki-laki. Masih banyak masyarakat yang terhadap perempuan mulai banyak
memandang perempuan sebagai kaum yang diungkapkan. Sudah banyak perempuan yang
marginal, dikuasai, dieksploitasi dan telah memberanikan diri untuk melaporkan
diperbudak oleh kaum laki-laki. Kekerasan kejadian kekerasan seksual yang dialami nya.
pada dasarnya merupakan sebuah realita yang Beberapa publik figur menjadi “ikon” dan juru
ada dalam masyarakat saat ini, yang bicara anti kekerasan terhadap perempuan hal
menyatakan kekerasan terhadap perempuan itu karena mereka mengalami kekerasan secara
masih terbilang cukup banyak dan sering kali langsung. Namun jika diamati dengan
terjadi kapan pun dan dimana pun. seksama, masalah ini masih ditempatkan
Salah satu bentuk kekerasan yang sebagai masalah kriminal. Sayangnya, tidak
umum terjadi di masyarakat khususnya ada simpati yang ditunjukkan oleh masyarakat
kalangan remaja ialah dating kepada korban kekerasan. Hal tersebut dapat
violence/kekerasan dalam pacaran yang terjadi dilihat ketika korban yang mengalami
ketika seseorang secara sengaja menyakiti dan kekerasan justru diejek dan diperlakukan tidak
membuat takut pasangannya. (Women semestinya. Lebih ironisnya lagi, keluarga
Health). Selain itu, menurut Mars dan Valdez korban menganggap bahwa anggota keluarga
2007 menjelaskan bahwa kekerasan dalam yang menjadi korban kekerasan seksual
pacaran sebagai kekerasan dalam bentuk fisik, sebagai aib yang harus ditutupi.
seksual dan psikologis yang dilakukan dalam Korban kekerasan seksual yang tidak
menjalin hubungan pacaran. berani melaporkan permasalahan atau
Kasus kekerasan seksual di Indonesia perlakuan negatif yang mereka terima
menurut data tahunan 2017 Komnas seharusnya diberi perhatian lebih. Perhatian
Perempuan. Komnas Perempuan yang diberikan dapat dilakukan oleh pekerja
mendokumentasikan kasus kekerasan pada sosial sebagai pertolongan kemanusiaan yang

49
Jurnal Penelitian &
ISSN: 2442-448X Vol 5, No: 1 Hal: 1 - 110 April 2018
PPM

memiliki akses dan peran dalam memberikan sejumlah besar fakta dan data yang tersimpan
pelayanan sosial kepada para korban kekerasan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.
seksual. Pelayanan sosial yang harus dilakukan
serta diterapkan kepada para korban kekerasan Pembahasan
seksual yang tidak berani melaporkan kejadian Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual
buruk yang menimpanya kepada pihak yang Pada Perempuan Ditinjau dari Pihak Laki-
berwajib maka dapat dilakukan dengan laki dan Perempuan
memberikan pelatihan asertif/assertive Berdasarkan hasil penelitian dari
training. Pelatihan ini bertujuan agar para menganalisis dokumen mengenai kekerasan
korban mampu menceritakan serta yang terjadi pada perempuan, dapat diketahui
mempertegas perasaan yang ia alaminya bahwa penyebab tingginya tingkat kekerasan
kepada pihak-pihak yang dapat membantunya seksual yang terjadi pada kaum perempuan
dalam menghadapi permasalahan yang ia disebabkan oleh beberapa faktor. Pada
hadapi seperti pekerja sosial, psikologi dan umumnya, masyarakat membesarkan anak
pihak kepolisian. laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan
Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa anak laki-laki harus kuat, berani, dan
penulisan artikel jurnal ini bertujuan untuk tidak toleran dalam hal apapun. Pola ini lah
mengetahui faktor penyebab tingginya tingkat yang akhirnya memimbulkan tidak adanya
kekerasan seksual yang terjadi pada kesetaraan gender antara laki-laki dan
perempuan, alasan perempuan korban perempuan dalam masyarakat dan sudah
kekerasan dalam hubungan berpacaran tidak menjadi budaya bahwa laki-laki dianggap
berani melaporkan kejadian kekerasan yang superior dan perempuan dianggap inferior.
dialaminya kepada pihak berwajib, dan Sebagian laki-laki beranggapan bahwa
pelaksanaan assertive training dalam kekuasaan dan kekerasan merupakan suatu
mengatasi persoalan perempuan korban bentuk yang dilakukan untuk mengendalikan
kekerasan seksual yang tidak berani orang lain.
melaporkan kejadian yang menimpanya. Menurut Michael Kaufman, seorang
aktivis yang memimpin kampanye “Pita Putih”
Metode mengatakan bahwa penyebab terjadinya
Peneltian ini menggunakan metode kekerasan pada perempuan berkaitan dengan
penelitian deskriptif kualitatif yang berarti tiga faktor yang merupakan cara laki-laki
penelitian ini bertujuan menjelaskan fenomena dalam menunjukan kekuasaannya, yaitu
kekerasan seksual pada perempuan secara kekuasaan patriarki (partriarki power), hak
spesifik berdasarkan fenomena-fenomena istimewa (privilege), dan sikap yang permisif
sosial dan menggunakan kejadian yang atau memperbolehkan (permission).
terdapat pada lingkungan alamiah sebagai Kekuasaan patriarki menjadi pemicu
sumber data. Penelitian ini mempelajari suatu utama dibalik kasus diskriminasi atau
proses atau penemuan yang terjadi secara kekerasan terhadap perempuan. Dalam budaya
alami dengan cara menganalisis, menafsirkan patriarki, terjadi subordinasi dan kesenjangan
dan menarik kesimpulan dari proses tersebut. kekuasaan antara laki-laki dan perempuan.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini Negara juga ikut andil dalam pelegalan budaya
dengan menggunakan dokumen yang berupa ini, sebagai contoh nampak dalam undang-

50
Jurnal Penelitian &
ISSN: 2442-448X Vol 5, No: 1 Hal: 1 - 110 April 2018
PPM

undang perkawinan yang melegalkan perdagangan perempuan serta maraknya kasus


pernikahan poligami sekalipun dengan syarat pelacuran.
tertentu. Selain karena berbagai faktor diatas,
Adanya hak-hak istimewa yang perempuan pun dapat menjadi penyebab masih
dimiliki oleh laki-laki pun menjadi salah satu tingginya tingkat kekerasan seksual. Hal ini
faktor penyebab terjadinya kekerasan pada dapat terjadi ketika perempuan yang menjadi
perempuan. Hak istimewa tersebut dapat korban justru memilih untuk menutup diri dan
berupa pengambilan suatu keputusan yang tidak melakukan perlawanan apa pun sebab
didominasi oleh kaum laki-laki dan kaum menganggap bahwa kejadian yang dialaminya
perempuan hanya bisa mengikuti tanpa sebagai sesuatu yang memalukan. Dengan
memberikan pendapat pribadinya mau pun begitu, akan sulit bagi pelaku untuk
melakukan suatu penolakan terhadap menghentikan perbuatan buruknya karena
keputusan tersebut sebab sebagian laki-laki pelaku akan menganggap bahwa apa yang
menganggap bahwa keputusan yang dilakukannya selama ini tidak merugikan
diambilnya berdasarkan logika bukan korban.
perasaan.
Dalam ranah publik, sikap permisif Penyebab Perempuan Korban Kekerasan
(memperbolehkan) merupakan tindakan apa Seksual Tidak Melapor ke Pihak Berwajib
pun yang dilakukan oleh laki-laki terhadap Masih sangat banyak perempuan
perempuan yang dianggap sebagai sesuatu korban kekerasan yang tidak mampu dan tidak
yang wajar atau biasa dalam masyarakat. berani menceritakan kejadian kekerasan yang
Contoh sederhananya, kekerasan fisik seperti dialaminya apalagi berani mendatangi
pemukulan yang dilakukan oleh suami kepada lembaga pelayanan untuk meminta
istirinya masih dianggap persoalan yang privat pertolongan. Ketidakmauan dan
bagi segolongan masyarakat tertentu, dan itu ketidakmampuan perempuan korban
dianggap lazim apabila terjadi perselisihan kekerasan ini lebih banyak disebabkan karena
atau pertengkaran dalam rumah tangga. adanya stigma yang berkembang dimasyarakat
Selain beberapa poin yang menjelaskan bahwa perempuan korban kekerasan justru
tentang faktor yang mendasari terjadinya dianggap sebagai pihak yang bersalah,
kekerasan pada perempuan, terdapat pula poin- “perempuan penggoda” atau tidak memiliki
poin lain yang mendasari seperti karakteristik akhlak yang baik dan menurut masyarakat
fisik dan reprodukasi yang dimiliki perempuan karena hal itulah sudah sepantasnya
memang lebih mudah menjadi korban perempuan tersebut mendapat tindakan
kekerasan khususnya seksual, seperti kekerasan seperti yang dialaminya.
pemerkosaan. Dalam relasinya dengan laki- Kekerasan diranah persoalan masih
laki, pemaknaan sosial dari perbedaan biologis menempati posisi tertinggi. 245.548 kasus
tersebut menyebabkan terbentuknya streotipe kekerasan terhadap istri yang berujung pada
yang merendahkan perempuan dan perceraian menurut ketua Subkomisi
memudahkan terjadinya kekerasan. Secara Pemantauan Komnas Perempuan Indraswari di
umum, biasanya perempuan lebih sering gedung Komnas Perempuan. Di ranah
dimanfaatkan oleh kaum laki-laki untuk dapat personal, kekerasasn dalam rumah tangga
memenuhi hasrat dan tujuan, contohnya menempati peringkat pertama dengan 5.784

51
Jurnal Penelitian &
ISSN: 2442-448X Vol 5, No: 1 Hal: 1 - 110 April 2018
PPM

kasus. Disusul dengan kekerasan dalam meraka. Korban dianggap seakan turut
pacaran 2.171 kasus, kekerasan terhadap anak bersalah bahkan menikmati kekerasan seksual
perempuan 1.799 kasus. Dalam kasus yang mereka alami. Hal itu lah yang
kekerasan seksual di KDRT, perkosaan menyebabkan hanya terdapat beberapa orang
menempati posisi tertinggi dengan 1.389 yang melaporkan kejadian yang dialami
kasus, diikuti pencabulan sebanyak 1.266 kepada pihak kepolisian atau sanak keluarga.
kasus. Perkosaan dalam perkawinan juga Selain itu, menurut wakil ketua
banyak terjadi dengan 135 kasus. Data yang Komnas Perempuan Yuniyanti Chuzaifah, ada
ditunjukkan diatas merupakan data yang pun alasan perempuan korban kekerasan
didapatkan dari para korban yang melapor, seksual tidak melapor karena kesulitan dalam
faktanya masih banyak kekerasan yang mengakses lembaga layanan terkait seperti
menimpa kaum perempuan dan korban tempat tinggal yang jauh dari lembaga layanan
tersebut tidak berani melaporkannya kepada tersebut sehingga membutuhkan biaya,
pihak yang berwajib. perubahan atau restrukruisasi, adanya aspek
Dalam ranah personal pelaku kesalahan teknik dan pola pendataan di
kekerasan seksual tertinggi adalah pacar lembaga negara yang belum sempurna.
dengan 2,017 kasus. Tidak hanya ranah Kekerasan yang dialami oleh kaum
personal, kekerasan di ranah komunitas juga perempuan bukan hanya kekerasan seksual
banyak terjadi dengan 3.092 kasus yang namun juga terdapat usikan seksual yang
terbagi dalam pemerkosaan dan pencabulan. termasuk dalam kekerasan seksual secara tidak
Selain itu, lingkungan tempat kerja pun tidak langsung. Menurut Till (dalam Kusumiati;
lepas dari kasus kekerasan seksual, menurut 2001: 6) terdapat berbagai macam usikan
Komnas perempuan terdapat laporan sebanyak seksual seperti gender harassment, seduction,
44 kasus kekerasan di tempat kerja. bribery, sexual coercion serta sexual
Selain itu, kekerasan seksual yang imposition. Macam usikan seksual tersebut
terjadi layaknya fenomena gunung es dimana didominasi oleh perilaku yang merayu dan
media hanya menayangkan segelintir kasus menggoda kaum perempuan untuk dapat
kekerasan seksual yang menimbulkan korban memenuhi hasrat seksual kaum laki-laki, hal
meninggal saja tetapi jika dilihat lebih dalam ini tidak dikategorikan kekerasan seksual
banyak sekali kasus kekerasan seksual dengan secara langsung karena tidak terdapat
berbagai jenis yang berbeda. Sebagian besar kekerasan fisik yang dilakukan dan biasanya
korban enggan melaporkan kejadian yang hal ini terjadi dalam hubungan pacaran.
mereka alami yang dapat disebabkan karena
rasa takut akan stigma yang diperoleh korban Penerapan Pelatihan Asertif untuk
bila berani melaporkan atau pun karena Mencegah dan Menangani Perempuan
memang mereka terjebak dalam situasi, sistem Korban Kekerasan Seksual
atau lingkungan tertentu yang membuat Usikan seksual yang dialami oleh kaum
mereka bungkam dan tidak bisa melakukan perempuan, akan memberikan dampak yang
apa-apa. sangat besar terhadap perkembangan
Budaya masyarakat yang dapat psikososial korban maupun keluarga korban.
dikatakan tidak ramah terhadap korban Melihat dampak usikan seksual yang sangat
kekerasan seksual semakin menyulitkan berat, tindakan ini harus disikapi dengan lebih

52
Jurnal Penelitian &
ISSN: 2442-448X Vol 5, No: 1 Hal: 1 - 110 April 2018
PPM

asertif agar tidak terjadi kesewenang- akan adanya ejekan dan perasaan bersalah.
wenangan dan agar kasus tindak usikan Oleh karena itu, pemberdayaan perempuan
seksual ini tidak semakin meningkat. dengan meningkatkan kemampuan berperilaku
Mengingat bahwa kaum perempuan asertif melalui pelatihan asertivitas merupakan
terutama remaja perempuan tidak bisa sebuah upaya untuk dapat mengurangi
dihindarkan dari topik masalah kekerasan kejadian kekerasan seksual.
seksual, maka perlu dilakukannya upaya- Perilaku asertif penting untuk
upaya preventif yang bersifat menyeluruh mencapai perlindungan diri dari aktivitas
sehingga para perempuan tidak menjadi kekerasan seksual yang tidak aman dan tidak
korban kekerasan seksual. Adapun alternative diinginkan. Berbagai penelitian menunujukkan
treatment yang dapat diberikan adalah bahwa dengan berperilaku asertif, kaum
pelatihan asertivitas normative. perempuan dapat mengurangi dan
Dalam mengatasi tingginya tingkat menghilangkan kecemasan, serta dapat
kekerasan yang terjadi pada kaum perempuan meningkatkan rasa hormat dan harga diri
pada saat ini pelatihan asertif pun harus (Alberti & Emmons, 2002). Berperilaku asertif
dilakukan dan diterapkan kepada korban lebih adaptif dibandingkan dengan berperilaku
karena pelatihan ini memberikan banyak pasif dan agresif. Tentunya kedua hal ini
manfaat untuk dapat mengurangi para korban berbeda karena perilaku asertif menimbulkan
kekerasan yang tidak berani melapor dan harga diri yang tinggi dan hubungan
mengajukan hak yang ia miliki agar mendapat intrapersonal yang memuaskan karena
keadilan. Asertif merupakan suatu memungkinkan orang untuk dapat
kemampuan untuk dapat mengkomunikasikan mengemukakan apa yang diinginkannya
apa yang diinginkan dan dipikirkan kepada secara langsung dan jelas sehingga akan
orang lain dengan tetap menjaga dan menimbulkan perasaan senang bagi seseorang
menghargai perasaan orang lain (Starh, 2004 : yang telah menunjukan perilaku asertif.
1). Perilaku kekerasan pada hubungan
Pelatihan asertivitas merupakan sebuah berpacaran merupakan perilaku yang belum
konsep pendekatan behavioral yang digunakan pantas dilakukan oleh kaum remaja.
untuk mendapatkan hak-haknya secara Diharapkan setelah mengikuti pelatihan asetif
sempurna. Yaitu dengan mengembangkan self para korban dapat menyatakan secara tegas apa
esteem dan melibatkan ekspresi perasaan yang yang dirasakannya tanpa ada tekanan dari
positif (Alberti & Emmons, 2002). Pelatihan pihak lain serta korban mampu bertingkah laku
asertivitas bisa diterapkan pada individu yang secara tepat dan adaptif tanpa harus menyakiti
mengalami kesulitan untuk menerima bahwa perasaan orang lain, meninggalkan perilaku
menyatakan atau menegaskan diri adalah yang cenderung negatif yang dapat
sebuah tindakan yang layak dan benar. membahayakan keselamatan dirinya, dan
Pelatihan asertif yang diberikan kepada mampu memperoleh imbalan sosial sehingga
korban lebih menggambarkan tentang prinsip- seseorang korban kekerasan seksual mampu
prinsip perilaku, misalnya penerapan mendapatkan kembali kesejahteraan dalam
kebutuhan-kebutuhan manusia, khususnya hidupnya.
kebutuhan untuk dapat mengekspresikan diri Dengan begitu, dari berbagai
secara penuh, terbuka, dan tanpa merasa takut penemuan kasus kekerasan seksual maka

53
Jurnal Penelitian &
ISSN: 2442-448X Vol 5, No: 1 Hal: 1 - 110 April 2018
PPM

implikasi bagi ilmu pengetahuan yaitu dalam perilaku tidak sehat serta gangguan kesehatan
menganalisis siapa yang salah dalam reproduksi.
kekerasan seksual ini tidak boleh hanya dilihat Dapat dikatakan bahwa kondisi kaum
dari satu sisi laki-laki atau perempuan saja perempuan masih sangat rentan menjadi
tetapi harus dilihat dari kedua-duanya serta korban berbagai jenis tindak kekerasan.
penggunaan pelatihan asertif dapat diterapkan Terlebih lagi, pada zaman modern tingkat
oleh pekerja sosial dalam menangani korban kekerasan justru semakin tinggi dan banyak
kekerasan seksual dengan metode yang orang yang menganggap bahwa kasus tersebut
digunakan untuk membuat korban menjadi merupakan hal yang biasa. Perempuan sebagai
lebih membuka diri. Adapun penelitian ini makhluk yang seharusnya dihargai dan
dapat dimanfaatkan untuk mengatasi dilindungi, justru menjadi objek dari tindak
persoalan perempuan korban kekerasan kekerasan yang dilakukan oleh orang
seksual yang tidak berani melapor karena terdekatnya.
adanya stigma buruk dari masyarakat yang Dengan pelatihan asertif maka akan
menganggap mereka perempuan tidak baik dan mengurangi kekerasan seksual pada
meningkatkan keberanian mereka untuk perempuan sebab perempuan dapat
melapor guna mendapatkan suatu keadilan menunjukan ketidaksukaannya akan perbuatan
serta mengurangi kasus kekerasan seksual orang lain tetapi tidak membuat orang tersebut
melalui pelatihan asertif. merasa sakit hati dan melakukan tindakan di
luar batas kewajaran. Pelatihan asertif pun
Simpulan membangun keberanian dalam diri korban
kekerasan seksual untuk menceritakan
Simpulan kronologis kejadian dengan sejujurnya
Kekerasan seksual yang dialami oleh sehingga akan membuat kasus yang ada cepat
perempuan sering dianggap hanya berkaitan terungkap.
dengan faktor pribadi saja, tidak ada
hubungannya dengan fenomena social dan Saran
budaya, namun kenyataannya kekerasan Berdasarkan hasil penemuan dan
seksual pada perempuan berkaitan dengan analisis yang telah dirumuskan maka penulis
banyak hal yang dapat memberikan dampak mengajukan beberapa saran yang dapat
buruk bagi korban itu sendiri, keluarga, diterapkan untuk mengurangi kasus kekerasan
masyarakat dan negara. seksual, sebagai berikut :
Dampak buruk yang akan diterima oleh • Membangun sikap saling menghargai
perempuan korban kekerasan seksual secara antara laki-laki dan perempuan sehingga
langsung dan akan terjadi yaitu berkaitan akan terhindar dari perilaku yang mengarah
dengan kesehatan perempuan. Kekerasan pada kekerasan seksual karena menganggap
bahwa setiap orang memiliki hak untuk
terhadap perempuan dapat beradampak pada
dilindungi dan dihormati,
kematian, upaya untuk bunuh diri, dan • Pembuat kebijakan pun harus segera
terinfeksi HIV/AIDS. Selain itu, kekerasan menjadikan pendidikan seks sebagai suatu
seksual yang dialami oleh perempuan dapat pelajaran wajib karena dapat dilihat bahwa
pula berdampak pada gangguan kesehatan masih maraknya kasus kekerasan seksual
fisik, kondisi kronis, gangguan mental, dengan adanya pendidikan seks ini maka
akan membentuk suatu pemahaman yang
54
Jurnal Penelitian &
ISSN: 2442-448X Vol 5, No: 1 Hal: 1 - 110 April 2018
PPM

sama akan bahaya dan dampak yang line.Melalui,<ejournal.umm.ac.id/index.php/ji


ditimbulkan dari kekerasan seksual, pt/article/view/3532>[10/12/17]
• Orang tua pun harus memerhatikan
pergaulan anak agar terhindar dari Pasalbessy, John Dirk. 2010. Dampak Tindak
kemungkinan melakukan atau menjadi Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak
korban kekerasan seksual dan memberikan Serta Solusinya. E-Journal on-line. Jurnal
pemahaman mengenai cara menghormati Sasi Vol. 16 No. 3. Melalui,
orang lain dan tidak melakukan tindakan <https://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_iteminfo_ln
yang berkaitan dengan kekerasan seksual. k.php?id=80.>[7/12/17]

Raharjo, ST (ed). (2016). Kerentanan dan


Disabilitas, Kumpulan Tulisan. Bandung:
Daftar Pustaka Unpad Press.

Imron, Ali. 2013. Konstruksi Media Terhadap Raharjo, ST .(2015). Pekerjaan Sosial
Stereotipe Gender: Analisis Framing Generalis, Pengantar Bekerja Bersama
Terhadap Kasus Pemerkosaan Di Media Organisasi dan Komunitas. Bandung: Unpad
Cetak. Jurnal Studi Perempuan Vol. 9 No.1 Press.
(Juni). Melalui,
<http://ejournal.unesa.ac.id/article/13637/107/ Sihite, Romany. 2003. Kekerasan Negara
article.pdf>[7/12/17] Terhadap Perempuan. Jurnal Kriminolog
Indonesia Vol. 3 No. 1 : 33-42 (Juli). E-Journal
Komnas Perempuan. 2017. Kekerasan Dalam on-line Melalui,
Berpacaran. Melalui, <http://journal.ui.ac.id/index.php/jki/article/vi
<https://www.komnasperempuan.go.id/read- ewFile/1118/1026>[6 /12/17]
news-kekerasan-dalam-pacaran> [6/12/17]
Sumera, Marcheyla. 2013. Perbuatan
Nasri, Deni & Koentjoro. 2015. Pelatihan Kekerasan/Pelecehan Seksual Terhadap
Asertivitas Normatif Terhadap Perilaku Perempuan. Lex et Societatis Vol. 1 No.2. E-
Seksual Pranikah Pada Wanita. ISSN; 2301- Journal on-line. Melalui,
8267 Vol. 3 No.1 (Januri). E-Journal on- <http://download.portalgaruda.org/article.php
?article=141157&val=5801> [6/12/17]

55

Anda mungkin juga menyukai