PRAKTIKUM FITOKIMIA
OLEH
KELOMPOK 6
2017
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Memahami dan mampu membuat sediaan infusa dan dekokta
II. TEORI DASAR
Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 90oC selama 30 menit. Jika tidak ditentukan perbandingan yang lain dan tidak
mengandung bahasn berkhasiat keras, maka untuk 100 bagian dekok harus dipergunakan 10
bagian dari bahan dasar atau simplisia.
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 90OC selama 15 menit (Depkes RI, 1995). Umumnya infus selalu dibuat dari
simplisia yang mempunyai jaringan lunak,yang mengandung minyak atsiri,dan zat-zat yang
tidak tahan pemanasan lama.(Depkes RI.1979).
a. Keuntungan
1. Unit alat yang dipakai sederhana
2. Biaya operasionalnya relatif rendah
b. Kerugian
1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,apabila
kelarutannya sudah mendingin.(lewat jenuh)
2. Hilangnya zat-zat atsiri
3. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama,dismping itu simplisia yang mengandung
zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan menyukarkan penarikan zat-zat
berkhasiat tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat sediaan infusa adalah: (Syamsuni, 2006).
1. Jumlah simplisia
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras dibuat
dengan menggunakan 10% simplisia.
2. Derajat halus simplisia
4. Cara menyerkai
Pada umumya infusa diserkai selagi panas, kecuali infusa simplisia yang mengandung
minyak aktsiri, diserkai setelah dingin.
Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam sitrat 10% dari bobot bahan
berkhasiat dan pada pembuatan infus simplisia yang mengandung glikosida antrakinon,
ditambahkan natrium karbonat 10% dari bobot simplisia.
IV. PROSEDUR
A. Pembuatan Sediaan Infusa Daun Sirih ( 120 ml )
1. Daun sirih segar ditimbang sebanyak 12 g, kemudian dipotong – potong selebar
2-3 mm, dan dimasukkan kedalam bejana infusa.
2. Aquadest diukur sebanyak 120 ml dan dimasukkan kedalam bejana infuse, dan
dipanaskan di atas penangas air selama 15 menit ( terhitung mulai suhu mencapai
suhu 900C ), sesekali diaduk agar minyak atsiri dalam daun sirih terekstraksi
sempurna, selanjutnya diangkat dan didinginkan.
3. Setelah dingin, infusa disaring dengan kain flannel, filtratnya ditampung dalam
suatu bejana
4. Jika filtrate belum mencapai 120 ml, tambahkan air panas ( sejumlah
kekurangannya ) pada ampas, kemudian dinginkan kembali dan disaring. Filtrat
yang diperoleh digabungkan dengan filtrat pertama ( prosedur no 3 ) hingga
diperoleh volume infusa 120 ml.
5. Cairan infus dimasukkan kedalam botol kaca 120 ml yang sudah ditara dan
ditandai
6. Tutup botol
V. HASIL PENGAMATAN
Sediaan Volume Pemerian Khasiat
Infusa 120 ml a. Warna : Larutan berwarna 1. Antiseptik
Daun Sirih
Hijau Kekuningan 2. Obat Batuk
b. Rasa : Pahit 3. Obat
c. Bau : Khas Aromatik Sariawan
d. Konsistensi: Cair
Dekokta 120 ml a. Warna : Larutan berwarna 1. Amara
Temu Lawak
kuning kecoklatan 2. Kolagoga
b. Rasa : Pahit 3. Tonikum
c. Bau : Khas Aromatik 4. Antiinflamasi
d. Konsistensi: Cair 5. Diuretika
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk memahami dan mampu membuat sediaan infusa
dan dekokta. Dimana bahan yang digunakan dalam pembuatan infusa adalah daun sirih segar
dan untuk pembuatan dekokta digunakan rimpang temu lawak yang segar. Pertama-tama daun
sirih segar dipetik dan dipisahkan dari batangnya sedangkan rimpang temu lawak dikupas
kulitnya hingga bersih. Masing-masing bahan kemudian ditimbang sebanyak 12 gram dan
kemudian dimasukkan ke dalam panci yang masing-masing sudah berisi air sebanyak 120 ml.
Daun sirih memiliki morfologi daun yaitu berbentuk lancip, permukaan licin, tepi daun
rata, tulang daun menyirip,dan daun berwarna hijau tua. Adapun zat yang terkandung di
dalamnya yaitu tanin, alkaloid, saponin, flavonoid, estragot, dll. Dalam pembuatan infusa
daun sirih segar sebelum dilakukan perebusan, bahan dipotong kecil-kecil (2-3mm) hal ini
bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga luas permukaan lebih besar dan zat
aktif yang tersari lebih banyak karena kontak dengan cairan penyari lebih banyak. Kemudian
daun sirih dimasukkan ke dalam panci A yaitu panci yang kecil ditambah dengan cairan
penyari yaitu air. Digunakan pelarut air karena sesuai dengan literatur yang ada bahwa infusa
dilakukan dengan menyari kandungan zat aktif yang larut dalam air.
Selain itu air dipertimbangkan sebagai penyari karena murah dan mudah diperoleh, stabil,
tidak mudah terbakar, tidak beracun, serta alamiah. Tetapi meskipun air memliki keunggulan
sebagai penyari, air juga memiliki kelemahan diantaranya yaitu tidak selektif, sari dapat
ditumbuhi kapang dan kuman sehinga cairan infusa cepat rusak dan untuk proses pengeringan
dipela waktu yang lama. Dari beberapa kelemahan – kelemahan air sebagai penyari tersebut
maka sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Jumlah air yang digunakan
untuk menyari daun sirih adalah 120 ml yang didapat dari perbandingan 1 : 10 dan sesuai
dengan literatur (Van Duin, 1990).
Pembuatan infusa daun sirih direbus menggunakan panci bertingkat pada suhu 900
selama 15 menit. Waktu 15 menit dihitung setelah suhu mencapai 900 yang diukur
menggunakan thermometer. Setelah 15 menit panci didinginkan di dalam baskom yang berisi
air agar suhu larutan infusa menurun. Karena infusa ini diserkai saat dingin untuk
menghindari penguapan yang berlebihan dimana infusa Piper bettle mengandung minyak
atsiri yang tinggi. Setelah dingin diserkai melalui kain flannel, apabila volume infus belum
memenuhi volume yang diinginkan maka ditambahkan air mendidih melalui ampasnya dan
kemudian diserkai lagi dengan kain flanel begitu seterusnya samapi volume yang
dikehendaki. Volume yang didapat sebanyak 120 ml, larutan berwarna hijau kekuningan, rasa
pahit, bau khas aromatic dengan konsistensi cair. Infusa daun sirih berkhasiat sebagai
antiseptic, obat batuk dan obat sariawan.
Rimpang temu lawak memiliki morfologi yaitu Rimpang induk temu lawak bentuknya
bulat seperti telur, dan berukuran besar, sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian
samping yang bentuknya memanjang. Tiap tanaman memiliki rimpang cabang antara 3 – 4
buah. Warna rimpang cabang umumnya lebih muda dari pada rimpang induk.
Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning-kotor. Atau coklat
kemerahan. Warna daging rimpang adalah kuning atau oranye tua, dengan cita rasanya amat
pahit, atau coklat kemerahan berbau tajam, serta keharumannya sedang. Rimpang terbentuk
dalam tanah pada kedalaman + 16 cm. Tiap rumpun tanaman temu lawak umumnya memiliki
enam buah rimpang tua dan lima buah rimpang muda. Adapun zat yang terkandung dalam
rimpang temu lawak kurkuminoid , mineral minyak atsiri serta minyak lemak. Dalam
pembuatan dekokta rimpang temu lawak sebelum dilakukan perebusan,rimpang temu lawak
di potong kecil-kecil untuk mempermudah penghancuran rimpang temu lawak. Kemudian
rimpang temu lawak di masukkan ke dalam panci yaitu panci yang kecil ditambah dengan
cairan penyari yaitu air.
Pembuatan dekokta rimpang temu lawak menggunakan panci bertingkat pada suhu 90
derajat celcius selama 30 menit. Hal ini dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa
yang lebih banyak pada saat penyarian. Waktu 30 menit dihitung setelah suhu mencapai 90
derajat celcius yang diukur menggunakan termometer. Setelah 30 menit dekokta langsung
disaring lalu dimasukkan ke wadah yang sesuai. Volume yang diperlukan 120ml,larutan
berwarna kuning kecoklatan,rasa pahit,bau khas aromatik dengan konsentrasi cair. Dekokta
rimpang temu lawak berkhasiat sebagai amara,kolagoga,diuretik dan tonikum.
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum uyang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Infusa
Dibuat dengan cara menyari bahan dengan pelarut air pada suhu 900 C Selma 15
menit. Bahan yang dapat dibuat infusa adalah bahan yang mengandung minyak atsiri dan
tidak tahan terhadap panas.
2. Dekokta
Dibuat dengan cara menyari bahan dengan pelarut air pada suhu 900 C selama 30
menit. Bahan yang dapat dibuat dekokta adalah bahan yang bersifat keras, tidak
mengandung minyak atsiri dan tahan terhadap panas.