Anda di halaman 1dari 17

Makalah Bahasa Indonesia tentang “Karangan”

oleh Kelompok Delapan

Disusun Oleh:
Mega Apriliani 1711411022
Dea Favella 1711412006
Muhammad Ayarel Disdenata 1711412005
Nurul Nabila Safikah 1711412018
Saskia Alfina Faradila 1711413011

PRODI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat, segala puji
hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Karangan”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen, teman-
teman dan semua pihak yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi kepada penulis
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga
semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik
lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah
ini bermanfaat bagi semua pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas
berpikir. Keduanya saling melengkapi. Menurut Syafie’ie (1988:42), secara psikologis
menulis memerlukan kerja otak, kesabaran pikiran, kehalusan perasan, kemauan yang keras.
Menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-
ulang. Dengan kata lain, tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran.
Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Melalui kegiatan
berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis.
Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. di samping dituntut
kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait lainnya, misalnya
penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, dan motivasi yang kuat. Untuk
menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar
dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian, dan keterampilan
pewajahan. Ketiga keterampilan ini harus saling menunjang atau isi-mengisi. Kegagalan
dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara
tertulis.
Karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan
gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima
jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa yang dimaksud dengan karangan?
B. Bagaimana teknik pembuatan karangan berdasarkan kriteria dan teknik penulisannya?
C. Bagaimana penggolongan karangan menurut bobot isinya?

1.3 Tujuan
A. Agar mahasiswa mengetahui pengertian karangan.
B. Agar mahasiswa memahami proses pembuatan karangan berdasarkan kriteria dan
teknik penulisannya
C. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis - jenis karangan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mengarang dan Karangan

Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu dipahami terlebih dahulu makna


kata mengarang, sebab dari kegiatan yang disebut mengarang itulah dihasilkan suatu
karangan. Mengarang berarti ‘menyusun’ atau ‘merangkai’. Karangan bunga adalah hasil dari
pekerjaan menyusun/merangkai bunga. Rangkaian bunga adalah hasil dari kegiatan
merangkai bunga. Tanpa adaorang yang merangkai melati, misalnya, tidak aka nada
rangkaian melati.
Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis. Cakupan
makna kata merangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang berhubungan dengan benda
konkret seperti merangkai bunga atau merangkai benda lain. Sejalan dengan kemajuan
komunikasi dan bahasa, lama-kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan
istilah merangkai kalimat; kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang. Orang
yang merangkai dan menyusun kata, kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai,
tetapi penyusun atau pengarang untuk membedakannya misalnya dengan perangkai bunga.
Mengingat karangan tertulis juga disebut tulisan, kemudian timbullah sebutan penulis untuk
orang yang menulis suatu karangan.
Sebenarnya mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya
berkomunikasi, kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai mediumnya
dapat berlangsung secara lisan. Seseorang yang berbicara, misalnya dalam sebuah diskusi
atau berpidato secara serta-merta (impromptu), otaknya terlebih dahulu harus mengarang
sebelum mulutnya berbicara. Pada saat berbicara, sang pembicara itu sebetulnya “bekerja
keras” mengorganisasikan isi pembicaraannya agar teratur, terarah/terfokus, sambil memikir-
mikirkan susunan kata, pilihan kata, struktur kalimat; bahkan cara penyajiannya (misalnya
deduktif atau induktif; klimaks atau antiklimaks). Apa yang didengar atau ditangkap orang
dari penyajian lisan itu, itulah karangan lisan.
Bertalian dengan uraian di atas penulis berpendapat bahwa mengarang adalah pekerjaan
merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau mengulas topik dan tema
tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan
merangkai bunga dengan hasil akhir berupa rangkaian bunga). Untuk bahan perbandingan,
disini dikutipkan pendapat Widyamartaya dan Sudiarti (1997:77). Menurut kedua penulis ini,
mengarang adalah “keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan
gagasan dan penyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.”
Pada umumnya, karangan dipandang sebagai suatu perbuatan atau kegiatan
komunikatif antara penulis dan pembaca berdasarkan teks yang telah dihasilkan (Ahmadi,
1988: 20). Begitu juga istilah karangan (komposisi) yang dikemukakan Ahmadi (1990: 1)
bahwa karangan diartikan sebagai rangkaian katakata atau kalimat. Selain itu, karangan
menurut Gie (1995: 17) memiliki pengertian hasil perwujudan gagasan seseorang dalam
bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca.
Sirait, dkk (1985: 1) memberi batasan pengertian karangan yaitu setiap tulisan yang
diorganisasikan yang mengandung isi dan ditulis untuk suatu tujuan tertentu biasanya berupa
tugas di kelas. Widyamartaya (1990) mengatakan bahwa mengarang dapat dipahami sebagai
keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami dengan tepat seperti
yang dimaksud oleh pengarang.
Karangan merupakan suatu proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan
makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu
dengan menggunakan suatu sistem tanda konvensional yang dapat dilihat. Karangan terdiri
dari paragraf-paragraf yang mencerminkan kesatuan makna yang utuh. Menurut Keraf (1994:
2) karangan adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata demi kata sehingga menjadi
8 sebuah kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
karangan adalah hasil rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan atau
buah pikirannya melalui bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain yang
membacanya.

2.2 Tujuan Mengarang

Tujuan utama menulis atau mengarang adalah sebagai sarana komunikasi tidak
langsung. Tujuan menulis banyak sekali ragamnya. Tujuan menulis secara umum adalah
memberikan arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan kejadian, meringkaskan, dan
menyakinkan (Semi, 2003:14-154). Menurut Syafie’ie (1988:51-52), tujuan penulisan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Mengubah keyakinan pembaca;
2) Menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca;
3) Merangsang proses berpikir pembaca;
4) Menyenangkan atau menghibur pembaca;
5) Memberitahu pembaca; dan
6) Memotivasi pembaca.

2.3 Ciri-Ciri Karangan yang Baik

Pada dasarnya, karangan memiliki ciri-ciri yang bisa mengidentifikasikan bahwa


karangan tersebut dapat dikatakan baik. Seperti yang diungkapkan oleh Tarigan (1985:6)
karangan yang baik adalah karangan yang mencerminkan kemampuan pengarang untuk
menggunakan nada yang serasi, karangan yang mencerminkan pengarang mampu menyusun
karangan secara utuh dan tidak samar-samar dan dapat meyakinkan pembaca.

Menurut Enre (1998:8) karangan yang baik adalah karangan yang bermakna jelas,
bulat dan utuh, ekonomis dan memenuhi kaidah-kaidah gramatikal. Akhidiah, dkk (1993:9)
menjelaskan karangan yang baik memiliki beberapa ciri, diantaranya : bermakna jelas,
merupakan kesatuan yang bulat, singkat dan padat, memiliki kaidah kebahasaan dan
komunikatif. Selain itu, Darmadi (1996:24) mengungkapkan bahwa beberapa ciri karangan
yang baik adalah : signifikan, jelas, memiliki kesatuan dan mengorganisasikan yang baik
ekonomis, mempunyai pengembangan yang memadai, menggunakan bahasa yang dapat
diterima dan mempunyai kekuatan.

Berdasarkan pendapat di atas, terdapat beberapa persamaan ciri karangan yang baik
yaitu, sebagai berikut.

A. Jelas

Aspek kejelasan dalam suatu karangan sangat diperlukan agar karangan tersebut lebih
mudah dipahami dan jelas untuk dibaca oleh pembacanya.

B. Kesatuan dan Organisasi

Aspek kesatuan yang baik tampak pada setiap kalimat penjelas yang logis dan
mendukung ide utama paragraf, sedangkan aspek organisasi yang baik tampak dari posisi
kalimat yang tepat pada tempatnya dengan kata lain kalimat tersebut tersusun dengan urut
dan logis.

C. Ekonomis

Ciri ekonomis berkaitan erat dengan soal keefisienan, baik waktu maupun tenaga.
Kedua keefisienan itu sangat diperlukan oleh pembaca di dalam menangkap isi yang
terkandung dalam sebuah karangan.

D. Pemakaian Bahasa yang Dapat Diterima

Pemakaian bahasa yang dapat diterima akan sangat mempengaruhi tingkat kejelasan
karangan. Pemakaian bahasa ini menyangkut banyak aspek. Pemakaian bahasa dalam suatu
karangan harus mengikuti kaidah bahasa yang ada, baik menyangkut kaidah pembentukan
kalimat (sintaksis), kaidah pembentukan kata (morfologi), kaidah ejaan yang berlaku, kaidah
peristilahan maupun kaidahkaidah yang lain yang relevan.

2.4 Penggolongan Karangan menurut Bobot Isinya

A. Karangan Ilmiah, Seilmiah, dan Nonilmiah

Berdasarkan bobot isinya, karangan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (1) karangan
ilmiah, (2) karangan seilmiah atau ilmiah popular, (3) karangan nonilmiah atau tidak ilmiah.
Contoh karangan yang tergolong sebagai karangan ilmiah antara lain makalah, tesis, disertasi;
yang tergolong sebagai karangan seilmiah antara lain artikel, berita, editorial,feature, laporan,
opini, tip; dan yang tergolong sebagai karangan nonilmiah antara lain anekdot, cerpen,
dongeng, hikayat, naskah, drama, novel, puisi.
Ketiga jenis karangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah
memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan
penggunaan bahasa. Kebalikan dari karangan ilmiah adalah karangan nonilmiah, yaitu
karangan yang tidak terikat pada aturan baku tadi; sedangkan karangan seilmiah.[1]berada
diantara keduanya.
PERBEDAAN KARANGAN ILMIAH, SEMIILMIAH, NONILMIAH

Karakteristik Karangan Karangan Karangan Nonilmiah


Ilmiah Semiilmiah

Sumber → Pengamatan, Pengamatan, faktual Nonfaktual (rekaan)


faktual

Sifat→ Objektif Objektif+subjektif Subjektif

Bobot → Ilmiah Semiilmiah Nonilmiah

Alur → Sistematis, Sistematis, Bebas


Metodis kronologis, kilas
balik (flashback)
Denotatif/konotatif,
Bahasa → Denotatif, (Denotatif+konotatif) semiformal/informal/istilah
ragam baku, semiformal umum/daerah
istilah
khusus
Bentuk → Argumentasi, Eksposisi, persuasi, Narasi, deskripsi,
campuran deskripsi, campuran campuran

B. Ciri Karangan Ilmiah dan Semiilmiah

Sebelum merinci ciri karangan ilmiah dan semiilmiah , ada sebaiknya jika dipahami
terlebih dahulu batasan kedua jenis karangan tersebut. Karangan ilmiah adalah tulian yang
berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tullis yang formal
dengan sistematis-metodis, dan sintetis-analitis . adapun karangan semiilmiah adalah tulian
yng berisi informasi faktual yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, namun tidak
sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering “dibumbui”
dengan opini pengarang yang kadang-kadang subjektif.
Ada tiga ciri karangan ilmiah. Pertama, karangan ilmiah harus merupakan pembahasan
suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif berarti faktanya sesuai dengan objek
yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiris. Objektif juga
mengandung penegertian adanya sikap jujur dan tidak memihak., serta memakai ukuran
umum dalam menilai sesuatu, bukan ukuran ynag subjektif (selera perseorangan). Objektif
tersebutlah yang membuat kebenaran ilmiah berlaku umum dan universal. Dengan kata lain,
kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan melalui eksperimen bahwa dengan kondidi dan
metode yang sama dapat dihasilakn kesimpulan yang sama pula.
Berbeda dengan tulsian ilmiah, sumber tulisan nonilmiah dapat berupa sesuatu yang
abstrak dan subjektif, seperti ilusi, imajinasi, atau emosi. Unsur objektif tersebut itu pulalah
yang yang membuat kebenaran tulisan noonilmiah sangat subjektif atau hanya berlaku untuk
orang tertentu saja (tidak umum).
Kedua, tulisa ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan
masalah digunakan metode atau cara tertentu dengan langakh-langkah yang teratur
(sistematis) dn terkontrol melalui proses pengidetifikasian masalah dan penentuan strategi
Ketiga, dalam pembahasan tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahasa
ilmiah harus baku dan formal. Selain itu, bahsa ilmiah bersifat lugas gar tidak menimulkan
penafsiran dan makna ganda (ambigu). Ciri lain bahasa ilmiah adalah menggunakan istilah
spesifik yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu masing-masing.
Betapa perlunya menggunakan bahasa yang baik dalam penulsian, tidak usah diragukan
lagi. Dalam hal ini, seorang pakar penulis ilmiah, Jujun Suriasumantri (1986:58) berpesan
secara khusus kepada calon para penlis, sebagai berikut:
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang
tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan mana yang merupakan predikat
serta hubungan apa yang terkait antara subjek dan predikat kemungkinan besar akan
merupakan informasi yang tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berfikir ,
tata bahasa yang tidak cermat merupakan logika yang tidak cermat pula. Oelh sebab itu,
langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik adalah menggunakan tata bahasa
yang benar.
Pakar lain, Surakhmat (1979:1) juga mengatakan, “bahasa adalah medium terpenting
didalam karangan”. Diingatkannya, apabila bahasa yang dipakai kurang cermat, karangan
bukan saja sukar dipahami, tetapi juga mudah menimbulkan salah pengertian. “Bahasa
karangan yang kacau menggambarkan kekacauan pikiran pengarangnya”, tambahnya.
Pendapat dua pakar tersebut kiranya cukup membuat kita sadar akan perlunya menguasai
keterampilan berbahasa tulis sebagai bekal mengarang.
Selanjutnya persyaratan kebahasaan, sebuah tulisan ilmiah menuntut adanya
persyaratan material dan persyaratan formal (Keraf 1980:229), persyaratan material
mencakup adanya aspek yang dibicarakan, ema yang menjadi tujuan atau sasaran penulisan,
alinea yang merangkaikan pokok-pkok pembicaraan, serta kalimat-kalimat yang
mengungkapkan dan mengembangkan pokok-pokok pembicaraan. Adapun yang dimaksud
dengan persyaratan formal adalah tata bentuk karangan.
Tata bentuk karangan mencangkup tiga bagian karangan, yaitu (1) halaman-halaman
awal (preliminaries) yang melputi judul, kata pengantar, aneka daftar (daftar isi, daftar
tabel/bagan/lampiran), (2) isi utama yang meliputi pendahuluan, isi, penutup, dan (3)
halaman-halaman akhir (reference matter) yang melipui daftar pustaka, lampiran, biodata
penulis.
Dalam karangan ilmiah populer, bagian preliminaries tidak ada. Bagian awal karangan
ilmiah populer langsung merupakan bagian isi. Seperti halnya karangan ilmiah murni,
karangan ilmiah populer boleh menggunakan kutipan catatan kaki, dan daftar pustaka.
Untuk menyajikan topik, seorang penulis akan menggunakan cara atau teknik tertentu
yang disesyuaikan dengan pokok bahasan dan tujuan yang hendak dicapainya. Dengan kata
lain, terdapat beberapa jenis karangan berdasarkan cara penyajian dan tujuan penulis. Jika
seseorang hendak menyampaikan sesuatu informasi berupa berita, misalnya, ia akan
menggunakan bentuk karangan tertentu, dan bentuk itu akan berbeda jika ia hendak
menyamaikan suatu himbauan yang bersifat menggugah perasaan atau emosi.
2.5 Langkah Membuat Karangan

1. Menentukan Tema danJudul


Tema adalah pokok persoalan, permasalahan atau pokok pembicaraan yang mendasari
suatu karangan. Tema memiliki cakupan lebih besar dan menyangkut pada persoalan
yang diangkat. Sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. Judul
lebih mengacu pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
Semakin banyak penulis membiasakan membaca buku maka akan semakin banyak
aktifitas penulis akan memperlancar memperoleh tema. Beberapa hal penting agar tema
yang diangkat mudah dikembangkan diantaranya :
a). Jangan mengambil tema yang bahasanya terlalu luas
b). Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.
c). Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh.

2. Mengumpulkan Bahan
Bagaimana ide dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan
ide tersebut menjadi muncul. Untuk membiasakan, kumpulkan kliping-kliping masalah
tertentu (biasanya yang menarik perhaian penulis).

3. Menyeleksi Bahan
Perlu memilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. Polanya melalui
klarifikasi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. Berikut merupakan
petunjuk-petunjuknya :
a. Catat hal penting semampunya
b. Jadikan membaca sebagai kebutuhan
c. Banyak diskusi dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah

4. Membuat Karangan
Perlu kita susun selangkah demi selangkah agar tujuan awal kita dalam
menulis tidak hilang atau melebar ditengah jalan. Kerangka karangan menguraikan
tiap topic atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih focus dan terukur.
Kerangka karangan belum tentu sama dengnan daftar isi atau uraian per bab.
Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan
tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna. Berikut ini adalah fungsi dari kerangka
karangan :
a. Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
b. Memudahkan penulis dalam menguraiokan setiap permasalahan
c. Membantu menyeleksi materi yang penting maupun tidak penting

Tahapan dalam menyusun kerangka karangan adalah :


a). Mencatat gagasan
b). Mengatur urutan gagasan
c). Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subab
d). Membuat kerangka terperinci dan lengkap
Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis. Karena, jika
terdapat ide yang bersilangan akan mempersulit proses pengembangan karangan.

5. Mengembangkan Kerangka Karangan


Proses pengembangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap
materi yang hendak kita tulis. Jika benar memahami maka akan mudah untuk
mengangkat permasalahan dengan kreatif, mengalir dan nyata. Pengembangan
karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain,
umtuk itu pengembangan harus sistematis dan terarah.

2.6 Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajiannya dan Tujuan Penulisannya.

Berdasarkan cara penyajiannya dan tujuan penyampaiannya, karangan dapat dibedakan


atas enam jenis, yaitu:
(1) Deskripsi (pelukisan) (4) Argumentasi (pembahasan)
(2) Narasi (pengisahan) (5) Persuasi (pengajakan)
(3) Eksposisi (pemaparan) (6) Campuran (kombinasi)
Dalam praktiknya, karangan murni yang dapat berdiri sendiri sebagai karagan yang
lengkap adalah narasi, eksposisi, dan persuasi, sedangkan deskripsi dan argumentasi sering
dipakai untuk melengkapi atau menjadi bagian dari karangan lain. Contoh narasi yang berdiri
sendiri adalah hikayat atau kish. Contoh karangan eksposisi yag berdiri sendiri sangat banyak
jumlahnya. Berita-berita dalam surat kabar adalah contoh eksposisi. Adapun contoh karangan
persuasi yang utuh adalah iklan atau lembar promosi lainnya seperti pamflet,
brosur, dan advertorial.
Dalam karagan ilmiah banyak ditemukan bentuk karangan kombinasi. Karangan ilmiah
yang umumnya berupa argumentasi atau eksposisi itu sering ditunjng oleh deskripsi sehingga
wujud karangan ilmiah itu merupakan campuran dari dua atau tiga jenis karangan. Kondisi itu
dapat diterima asalkan penulisnya memperhatikan keharusan adanya porsi yang lebih besar
yang mendominasi karangan ilmiah, yaitu argumentasi.
Dari uraian diatas dapat ditarik simpulan sementara, yaitu ada tiga jenis karangan
(narasi, eksposisi, dan persuasi) yang sering ditemukan sebagai karangan yang utuh berdiri
sendiri. Dua jenis yang lain (deskripsi dan argumentasi) jarang tampil sebagai karangan yang
utuh. Kedua bentuk ini sering merupakan bagian dari karangn lain. Karangan ilmiah pada
umumnya berbentuk argumentasi dengan bantuan deskripsi sebagai pendukung.
Keahlian memadukan beberapa jenis karang tentu tidak diperoleh dengan gampang.
Latihan yang intensif dan terus-menerus merupakan syarat mutlak. Satu hal lagi pedoman
yang perlu diikuti oleh calon penulis adalah keharusan mengetahui ciri setiap jenis karangan
sebelum mencoba mengkombinasikannya
.
1. KARANGAN DESKRIPTIF
Deskripsi dipungut dari bahasa inggris description yang tentu saja berhubungan dengan
kata kerjanya to describe (melukiskan dengan bahasa). Seorang guru anatomi yang piawai
akan mampu memerikan atau mendreskripsikan bagian-bagian tubuh manusia kepada murid-
muridnya sehingga dalam benak muridnya bagian tubuh itu tervisualisasikan seperti keadaan
yang sebenarnya. Itulah salah satu contoh deskripsi.
Uraian di atas mengandung pengertian bahwa karangan deskripsi merupakan karangan
yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya. Hal ini sesuai
degan asal katanya describere (bahas latin) yang berarti ‘menulis tentang,
membeberkan (memberikan) suatu hal, melukiskan suatu hal’.
Penggambaran sesuatu dalam deskripsi memerlukan kecermatan pengamatan dan
ketelitian. Hasil pengamatan itu kemudian dituangkan oleh penulis dengan menggunakan
kata-kata yang kaya akan nuansa dan bentuk. Dengan kata lain, penulis harus penulis harus
sanggup mengembangkan suatu objek melalui rangkaian kata-kata yang penuh arti dan
kekuatan sehingga pembaca dapat menerimanya seolah-olah melihat, mendengar, merasakan,
menikmati sendiri objek itu.
Seorang penulis deskripsi harus memiliki kata yang tepat sesuai gambaran objek yang
sebenarnya sehingga melahirkan imajinasi yang hidup dan segar tentang ciri-ciri, sifat-sifat
atau hakikat dari objek yang diseskripsikan itu. Tulisan deskripsi dimaksudkan untuk
menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca dan memberi identitas atau memberi
informasi mengenai objek tertentu sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau
behrhadapan dengan objek tadi.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman
pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Dalam tulisan deskripsi
penulis tidak boleh mencampur adukkan keadaan yang sebenarnya dengan interpretasinya
sendiri.
Supaya karangan sesuai dengan tujuan penulisannya, diperluka suatu pendekatan.
Pendekatan adalah cara penulis meneropong atau melihat sesuatu yang akan dituliskan.
Penulis perlu mengambil sikap tertentu untuk dapat memperoleh gambaran tentang suatju
objek yang ditulis. Pendekatan nyang dimaksud adalah pendekatan realistis dan pendekatan
impresionistis.
1) Pendekatan Realistis
Dalam pendekatan realistis penulis dituntut memotret hal/benda seobjektif mungkin
sesuai dengan keadaan yng dilihatnya. Ia bersikap seperti sebuah kamera yang mampu
membuat detail-detail, rinci-rincian, secara orisinil, tidak dibuat-buat, dan harus dirasakan
oleh pembaca sebagai sesuatu yang wajar. Perhatikan kutipan dibawah ini sebagai contoh.
Predikat IDT (Inpres Desa tertinggal) bagi desa Tunggulturus, Tulungagug, hampir
lenyap sama sekali. Rumah warga yang dulunya berdinding anyaman bambu, kini hanya
berjumlah hitungan jari. Yang ada kini rumah tembok bercorak modern, beton berukir dan
berjendela kaca riben. Diatas gentig berwarna-warni terpancang antena televisi bahkan
parabola. Rumah-rumah disana rata-rata berlantai keramik dan kamar mandinyapun tak lagi
beratapkan langit. (Disunting dari “potret Desa Pemasok TKI di Tulungagung”, Arif
Purbadi, Media Indonesia, 12 Agustus 2002)

2) Pendekatan Impresionistis
Impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan secara subjektif.
Dengan pendekatan ini dimaksudkan agar setiap penulis bebas dalam memberi pandangan
atau interpretasi terhadap bagian-bagian yang dilihat, dirasakan, atau dinikmatinya. Hal ini
sesuai dengan sikap seorang seniman atau sastrawan yang dengan kepekaannya mampu
mengekspresikan peristiwa yang dijumpainya.

2. KARANGAN NARASI
Karangan narasi (berasal narration = bercerita) adalah suatu tulisan yang berusaha
menciptakan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara
kronologis atau yang berlangsung dalam kesatuan waktu.
Seperti halnya karagan deskripsi, karangan narasi memiliki dua macam sifat, yaitu (1)
narasi ekspositoris/narasi faktual, dan (2) narasi sugesti/ narasi berplot. Marasi yang hanya
bertujuan untukmemberi informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas
disebut narasi ekspositoris. Sedangakan narasi yang mampu menimbulkan daya khayal,
disebut narasi sugestif. Contoh narasi sugestif adalah novel dan cerpen, sedangkan contoh
narasi ekspositoris adalah kisah perjalanan, otobiografi, kisah perampokan, dan cerita cerita
tentang pembunuhan. Kutipan dibawah ini adalah contoh karangan ekspositoris atau narasi
faktual yaitu Khalil Gibran.

3. KARANGAN EKSPOSISI
Karangan eksposisi yang dipungut dari kata bahasa inggris exposision sebenarnya
berasal dari kata bahasa latin yang berarti ‘membuka atau memulai’, krangan eksposisin
merupakan wacana yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan atau
menerangkan sesuatu.
Dalam karangan eksposisi, masalah yang dkomunikasikan terutama adalah
pemberitahuan atau informasi. Hasil karangan eksposisi yang berupa informasi dapat kita
baca sehari-hari didalam media massa. Melalui media massa berita di expose atau dipaparkan
dengan tujuan memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Pembaca tidak dipaksa
untuk menerima pendapat penulis, tetapi pembaca sekedar diberi tahu bahwa ada orang yang
berpendapat demikian. Karena jenis karangannya bersifat memaparkan sesuatu, eksposisi
juga dapat disebut karangan paparan. Sebagai contoh marilah kita simak kutipan karangan
dibawah ini.
Contoh (1) karangan eksposisi berbentuk opini yaitu Ketika Kita Kehilangan Etika.

4. KARANGAN ARGUMENTASI
Tujuan karangan argumetasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau
mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis
karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide
yang logis.
Karangan argumentasi memiliki ciri:
1. Memiliki alasasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi
keyakinan pembaca agar menyetujuinya.
2. Mengusahakan pemecahan suatu masalah; dan
3. Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai sat penyelesaian.

5. KARANGAN PERSUASI
Dalam bahasa inggris kata to persuade berarti ‘membujuk’ atau ‘meyakinkan’ bentuk
nominannya adalah persuation yang kemudian menjadi kata pungut indonesiapersuasi.
Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin,
dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian
umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-
fakta yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat
diterima secara meyakinkan. Disamping itu dalam menulis karangan persuasi harus pula
dipehatikan penggunaan diksi yang berpengaruh kuat terhadap emosi atau perasaan orang
lain.
Dalam uraian dibawah ini di sajikan macam-macam persuasi ditinjau dari segi
pemakaiannya, dari segi ini, karnagn persuasi di diolongkan menjadi empat macam, yaitu: (1)
persuasi politik, (2) persuasi pendidikan, (3) persuasi advertensi, (4) dan persuasi
propaganda.

A. Persuasi Politik
Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang
yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan
sering menggunakan persuasi jenis ini untuk keperluan politik dan negaranya.
B. Persuasi Pendidikan
Persuai pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang
pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru, msalnya
bisa menggunakan persuasi itu untuk mempengaruhi anak didiknya supaya mereka giat
belajar, senang membca, dan lain-lain. Seorang motivator dan inovator pendidikan bisa
memanfaatkan persusasi pendidikan degan menampilkan konsep-konsep baru pendidikan
untuk bisa dilaksanakan oleh pelaksana pendidikan.
C. Persuasi Advertensi/Iklan
Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu
barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau
pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang atau
memakai jas yang ditawarkan. Oleh karena itu, advertensi diberi predikat jalur komunikasi
antara pabrik dan penyalur, pemilikbarang dan publik sebagai konsumen. Iklan itu beraneka
ragam, ada yang sangat pendek, dan ada pula yang panjang.
Persuasi iklan yang baik adalah, persuasi yang mampu dan berhasil merangsang
konsumen membeli membeli barang yang ditwarkan. Sebaliknya, persuasi itu tergolong
sebagaipersuasi yang kurang baik, apabila tidak berhasil merangsang konsumen untuk
membeli barang yang diiklankan.
D. Persuasi Propaganda
Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi. Tentunya tujuan
persuasi propaganda tidak hanya berhenti pada penyebaran informasi saja. Lebih dari itu,
dengan informasi diharapkan pembaca atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat sesuatu.
Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye biasanya
berupa informasi dan ajakan. Tujuan akhir dari kampanye adalah agar pembaca dan
pendengar menuruti isi ajakan kamoanye tersebut. Pembuatan informasi tentang seseorang
yang mengidap penyakit jantung yang disertai ajakan pengumpulan dana untuk
pengobatannya, atau selembaran yang beirisiinformasi tentang situasi tertentu yang diserai
ajakan berbuat sesuatu adalah contoh persuasi propaganda. Perhatikanlah kutipan karangan
persuasi propaganda dibawah ini:
Memilah Sampah
Sampah yang setiap hari dibuang, sebenarnya bisa disederhnkn menjadi dua amcam
sampah, yaitu sampah organik yang mudah membusuk dan sampah anorganik atau yang sulit
membusuk. Sampah organikya misalnya dari sisa-sisa makanan atau sampah dapur yang
biasanya basah dan daun-daun yang dari kotak sampah yang sulit membusuk atau tidak bisa
membusuk, antara lain plastik, kaca atau gels, logam, karet atau kulit imitasi, kayu besar, dan
kain.
Kalau sekarang setiap rumah hanya ada satu tempat sambah, berarti harus disediakan
dua jenis tempat sampah yang berdekatan letaknya. Satu tempat sampah khusus sampah yang
organik yng biasanya basah dan tempat lainnya khusus tempat sampah yang tidak bisa
membusuk.
Jika dua jenis sampah itu sudah terkumpul, apa yang harus dilakukan? Sampah organik
yang tidak bisa membusuk sebaiknya jangan dibuang digerobak sampah atau ditempat
pembuangan sementara. Jiaka ada halaman yang cukup luas, kira-kira 3m × 3m, sampah
organik bisa dikubur. Semua sampah yang tidak bisa membusuk bisa dikumpulkan bersama-
sama di tingkat Rukun Tetangga. Jangan takut smapah-sampah itu kemudian akan
menggunung. Sampah-sampah plastik, logam, kertas, kaca, selalu dicari-cari oleh pemulung.
Pengurus RT bisa mengorganisasi pembagian sampah yang berguna kepada pemulung yang
jumlahnya puluhan ribu dijakarta. Semua sampah itu masih berguna bagi pemulung dan
masih bisa medatangkan uang bagi mereka. Volume sampah sudah dikurangi haya tinggal 10
persen saja.
Terbukt, sebenarnya daur ulang juga tidak mampu mengurangi sampah yang akan
menumpuk dipembuangan akhir.

6. KARANGAN CAMPURAN
Selain merupakan karangan murni, misalnya eksposisi atau persuasi, sering ditemukan
karangan campuran atau kombinasi. Isinya dapat merupakan gabungan eksposisi dengan
deksripsi, atau eksposisi dengan argumentasi. Dalam wacana yang lain sering kita temukan
narasi berperan sebagai ilustrasi bagi eksposisi atau persuasi. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan contoh berikut ini:
Berbagai cara menuru nkan berat badan say coba tanpa hasil. Sehingga pada akhirnya
saya membaca iklan Impression diharian Kompas, Minggu 7 November 1933. Saya seperti
mendapat firasat, inilah progam yang tepat. (narasi)
Dalam waktu kurang dari sebulan, berat badan saya telah berkurang 5 kg. Waktu hal ini
saya kabarkan pada puteri saya, Maya, itulah yang saya maksudkan, Mama, disini
(maksudnya Amerika) juga banyak pengikut program tersebut yang berhasil.(eksposisi)
Selama mengikuti program Impression, saya tidak mengalami kesulitan, tidak merasa
lapar, tidak ada suntikan, tidak ada efek sampingan, sangat mudah dan
meyenangkan. (persuasi)
Bagi saya saat ini terasa begitu cria, muka berseri, tubuh enteng, baju-baju lama dapat
dipakai kembali, bahkan banyak teman-teman yang jadi pangling akan penampilan
saya. (persuasi)
Tetapi, penampilan bukan tujuan utama saya dalam usia hampir setengah abad ini.
Program Impression ternyata memulihkan kesehatan saya, tekanan darah saya menjadi
normal, kadar gula da kolestrol normal, pokonya semua terasa segar dan ringan.(persuasi)
Ny. Lusia Sutanto, seorang figur tokoh pendidikan dan wiraswasta yang sukses, ibu
dari tiga orang putra-putri, pembimbing sekitar 10.000 siswa dari bimbingan belajar,
pendidikan computer & akuntansi, bahasa inggris, sekretaris, program pendidikan Magister
Management (M.M.), mendapat predikat sebagai Kharisma Puteri Kabaya Kartini ’94 dan
Citra Eksekutif Indonesia 1994 setelah mengikuti program Impression.(eksposisi)

PARAGRAF KARANGAN

1. Paragraf Pembuka
Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala
pembicaraan yang akan menyusul kemudian di dalam sebuah karangan. Sebagai pengantar,
paragraf pembuka ini harus benar-benar menarik, kadangkala diawali dengan sebuah sitiran
dari pendapat tokoh tertentu. Maksudnya adalah untuk memikat dan memusatkan perhatian
dari para pembacanya. Berikut ini disajikan beberapa tips untuk menarik pembaca dalam
paragraf pembuka.
1. Menyampaikan berita hangat.
2. Menyampaikan anekdot.
3. Memberikan latar belakang dengan suasana yang pas.
4. Memberikan contoh konkret berkenaan dengan pokok pembicaraan.
5. Mengawali karangan dengan suatu pernyataan yang tegas.
6. Menyentak pembaca dengan pertanyaan tajam.
7. Menyentak pembaca dengan perbandingan yang kontras.
8. Mengungkapkan isu misteri yang belum terungkap.
9. Mengungkapkan peristiwa luar biasa.

2. Paragraf Pengembang
Paragraf ini mengembangkan ide pokok pembicaraan yang sudah dirancang. Paragraf
ini mengemukakan inti persoalan di dalam sebuah karangan. Jumlah paragraf pengembang ini
tidak ada batasan. Yang menjadi ukuran atau pembatas adalah ketuntasan pengungkapan
pikiran/gagasan karangan secara keseluruhan.
1. Menguraikan, mendreskripsikan, membandingkan, mengkontraskan, menjelaskan,
memaparkan, menceritakan ide pokok karangan.
2. Menolak konsep tertentu untuk menopang ide pokok karangan: alasan, argumentasi,
contoh, rincian, dukungan.
3. Mendukung konsep tertentu untuk menopang ide pokok karangan: alasan, argumentasi,
contoh, rincian, dukungan.

3. Paragraf Penutup
Paragraf penutup ini merupakan kesimpulan pembicaraan yang telah dipaparkan pada
bagian-bagian sebelumnya. Paragraf penutup mungkin hanya merupakan sebuah rangkuman,
atau mungkin juga sebuah penegasan ulang dari hal-hal pokok yang disampaikan pada
paragraf-paragraf sebelumnya. Kalimat-kalimat reflektif, pertanyaan-pertanyaan retoris
sering kali dipakai untuk mengakhiri paragraf penutup untuk meningkatkan bekas-bekas
akhir yang tidak mudah dilupakan dan menuntut pemikiran lanjutan. Berikut ini beberapa tips
untuk membuat kesan kuat tentang paragraf penutup.
1. Menegaskan kembali ide pokok karangan dengan menggunakan kata-kata yang berbeda.
2. Meringkas atau merangkum hal-hal penting yang telah disampaikan dalam karangan.
3. Memberikan kesimpulan, saran, dan/proyeksi ke depan.
4. Memberikan pertanyaan reflektif dan/atau pertanyaan retoris yang tidak menuntut jawaban
sekarang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah dibahas dalam bab sebelumnya akhirnya penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa Karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan
gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima
jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi.
.Jadi jika kita ingin membuat suatu karangan yang sistematis, logis, jelas, terstruktur,
dan teratur maka sebelum pembuatan karangan itu harus terlebih dulu kita membuat sebuah
kerangka karangan agar pada karangan tersebut menjadi terarah dan tidak keluar dari topik
atau tema yang dituju.

3.2 Saran
Dalam pembuatan karangan haruslah di buat suatu kerangka karangan agar
mendapatkan suatu hasil karangan yang sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teraturtentunya
akan menghasilkan suatu karangan yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai