Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN BBLR

(BERAT BAYI LAHIR RENDAH)

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Anak
yang dibina oleh Dr. Ni Luh Putu Eka Sudiwati, S.Kp, M.Kes

Disusun Oleh :

Qurril Dyah Mustikawati (1601100081)

POLTEKKES KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MALANG
Oktober 2017
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)” tepat pada
waktunya. Dan tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini :
1. Dr. Ni Luh Putu Eka Sudiwati, S.Kp, M.Kes selaku Dosen Keperawatan Anak Program
Diploma III Keperawatan Malang, yang telah memberi kesempatan kepada kami
untuk menyampaikan laporan ini.
2. Teman teman Program Diploma III Keperawatan II B yang telah membantu kami baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Kami berharap makalah ilmiah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
dalam memahami membuat asuhan keperawatan pada bayi dengan diagnosa hiperbilirubin .
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak kami harapkan.

Malang, 25 April 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................


DAFTAR ISI.......................................................................................
DAFTAR GAMBAR..........................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………..................
1.2 Rumusan Masalah …………………………………..........
1.3 Tujuan .............……………………………..………........

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi BBLR ................................................... .................. ........
2.2 Etiologi BBLR ...............................................................................
2.3 Gambaran Klinis BBLR .................................................................
2.4 Komplikasi BBLR ..........................................................................
2.5 Patofisiologi BBLR ........................................................................
2.6 Asuhan Keperawatan BBLR ..........................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .........................................................................
3.2 Saran ...................................................................................

DAFTAR RUJUKAN..........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berat Badan lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Menurut WHO (2003), sedangkan berdasarkan ACC/SCN (2000)
prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kebanyakan bayi prematur memiliki berat kurang dari 2500 gram. Berat badan lahir
merupakan indikator penting kesehatan bayi, faktor determinan kelangsungan hidup
dan faktor untuk pertumbuhan fisik dan mental bayi di masa yang akan datang.
Menurut UNICEF and WHO (2004), penurunan kejadian BBLR merupakan salah
satu kontribusi penting dalam Millennium Development Goal (MDGs) untuk
menurunkan kematian anak. Pencapaian tujuan dari MDGs dicapai dengan
memastikan kesehatan anak pada awal kehidupannya dan BBLR merupakan salah
satu indikator untuk menilai kemajuan dari tujuan MDGs ini. Namun, berat badan
lahir masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara berkembang, dengan
perkiraan masih terdapat lebih dari 95% BBLR terjadi di negara berkembang.
Menurut data WHO, berdasarkan total kelahiran di dunia, terdapat 15,5% kelahiran
dengan BBLR. Kelahiran dengan BBLR dua kali lebih banyak di negara berkembang
dibandingkan dengan negara maju, dengan sebanyak 72% terjadi di Asia. Sementara
di Asia Selatan diperkirakan setiap tahunnya terjadi BBLR pada 15-30 juta bayi (lebih
dari 20 %). Dan untuk mengurangi terjadinya angka kejadian BBLR perlunya
diberikan pendidikan kepada ibu hamil masalah BBLR baik pengertian, etiologi,
gambaran klinik dan komplikasinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)?
2. Bagaimana etiologi dari Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)?
3. Bagaimana gambaran klinis dari Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)?
4. Apa komplikasi dari Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)?
5. Bagaimana patofisiologi dari Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)?
6. Bagaimana asuhan keperawatan untuk bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR)?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
2. Mengerti bagaimana etiologi dari Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
3. Mengenal bagaimana gambaran klinis dari Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
4. Mengetahui apa saja komplikasi dari Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
5. Mengetahui patofisiologi dari Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
6. Mengerti asuhan keperawatan untuk bayi yang menderita Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu neonatus dengan
berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut
prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir
kurang dari 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR)
(Yushananta,2001). Berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterin dari Lubchenko,
maka kebanyakan bayi prematur akan dilahirkan dengan berat badan yang rendah
(BBLR), BBLR dibedakan atas Berat Lahir Sangat Rendah (BLSR), yaitu bila berat
bayi lahir < 1.500 gram, dan Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BLASR), yaitu bila
berat bayi lahir < 1.000 gram (Yushananta, 2001).

Menurut Manuaba (1998), bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu:
1. Prematuritas murni
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus
Kurang Bulan - Sesuai Masa Kehamilan (NKB- SMK). Mengingat belum
sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perIu untuk pertumbuhan dan perkembangan
serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di Iuar uterus maka perlu
diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen,
mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
2. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term.

2.2 Etiologi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya


BBLR, yaitu:
1. Faktor lbu
a. Umur ibu
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan bagi seorang ibu, sehingga
diperlukan kesiapan yang matang untuk menghadapinya termasuk kecukupan
umur ibu. Umur ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua
(lebih dari 35 tahun) cenderung meningkatkan frekuensi komplikasi selama
kehamilan dan persalinan. Hasil penelitian terhadap 632 ibu hamil diperoleh
kejadian BBLR pada ibu hamil yang berusia 10-19 tahun dan 36-45 tahun
menunjukkan kejadian BBLR yang tinggi dibandingkan dengan kelompok
umur yang lain.
.
b. Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian
tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan
oleh keadaan gizi yang kurang baik (khususnya anemia) dan pelaksanaan
antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang
lahir dari perkawinan yang tidak sah.temyata lebih tinggi bila dibandingkan
dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.

c. Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan eklampsia)


Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini
disebabkan karena Pre-eklampsia / Eklampsia pada ibu akan menyebabkan
perkapuran di daerah placenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan
oksigen dari placenta, dengan adanya perkapuran di daerah placenta, suplai
makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.

d. Riwayat kelahiran premature sebelumnya, perdarahan antepartum dan


malnutrisi, anemia sel sabit.
e. Kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikurnis, inkompeten serviks).
f. Tumor (misal : mioma uteri, eistoma).
g. Ibu yang menderita penyakit antara lain :
1) Akut dengan gejala panas tinggi (misal : tifus abdominalis dan malaria).
2) Kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal
(glomerulonefritis akut).
h. Trauma pada masa kehamilan antara lain jatuh
i. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol)
j. Paritas ibu
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat
persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.

2. Faktor janin
a. Kehamilan ganda.
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda antara
50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta untuk kedua janin
tidak sama. Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan ganda salah satu
faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR. Pada kehamilan ganda distensi uterus
berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematus.
Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan ganda bertambah yang
dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain, sehingga sering lahir
bayi yang kecil. Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak
dengan kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan penyebab utama.
b. Hidramnion.
Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion merupakan keadaan
cairan amnion yang berlebihan. Hidromnion dapat menimbulkan persalinan
sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur
dan dapat meningkatkan kejadian BBLR
c. Ketuban pecah dini.
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban
biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban
pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu .
d. Cacat bawaan, kelainan kromosom.
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah
dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal
dalam minggu pertama kehidupannya .
e. Infeksi (misal : rubella, sifilis, toksoplasmosis).
f. Insufensi plasenta.
Plasenta secara anatomi dan fisiologi tidak mampu memberi nutrisi dan oksigen
kepada janin

3. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

2.3 Gambaran klinis Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Menurut Manuaba (1998), etiologi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
adalah sebagai berikut:
1. Berat kurang dari 2.500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tegak
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot
hipotonik- lemah.
8. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50
kali per menit.
9. Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.

2.4 Komplikasi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah yaitu:
1. Hipotermi
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 360C.Suhu normal bayi, baru
lahir berkisar 36,50C – 37,50C (suhu Axilla). Hal ini disebabkan karena
a. Pusat pengatur panas badan belum sempurna
b. Luas badan bayi relatifbesar sehingga penguapannya bertambah
c. Otot bayi masih lemah
d. Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas badan
e. Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan BBLR
perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan
dapat diperhatikan sekitar 30 0C sampai 37 0C

2. Hipoglikemia
Kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah rata-rata bayi seusia dan berat badan
yang sama. Sebagai batasannya pada bayi aterm (cukup bulan) dengan berat badan
2500 gram atau lebih, kadar glukosa plasma darah lebih rendah dari 30 mg/dl dalam
72 jam pertama dan 40 mg/dl pada hari berikutnya, sedangkan pada berat badan lahir
rendah dibawah 25 mg/dl.
Glukosa merupakan sumber energi utama selama kehidupan janin, walaupun asam
amino dan laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut. Kecepatan glukosa yang
diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu, kadar gula darah janin sekitar dua
pertiga dari kadar gula darah ibu. Karena terputusnya hubungan plasenta dan janin,
maka terhenti pula pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula
darah sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat lahir rendah
(BBLR) dalam kadar 40 mg/dl.
Dikatakan juga hipoglikemi apabila kadar gula darah kurang dari 30 mg/dl pada
semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hipoglikemi.
Biasanya terdapat pada bayi makrosomia. Umumnya hipoglikemi terjadi pada
neonatus berumur 1-2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak lagi
mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar
glukosa darah yang menurun. Hipoglikemi jarang terjadi pada ibu yang dipantau
glukosa darahnya dengan baik.
3. Gangguan cairan dan elektrolit
Gangguan cairan dan elektrolit pada BBLR mengakibatkan dehidrasi.
4. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus jika
tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang
patologis
5. Sindroma gawat napas
Sindroma gawat napas juga disebut penyakit membran hialin yaitu terjadi akibat
pematangan paru yang kurang sempurna akibat kekurangan surfaktan terjadi pada
bayi kurang bulan.
6. Infeksi
Karena antibodi pada BBLR belum berkembang memungkinkan bakteri, virus atau
jamur mudah menginfeksi bayi tersebut
7. Perdarahan Intraventrikuler
Yaitu terdapatnya darah hanya dalam sistem ventrikuler, tanpa adanya ruptur
ataulaserasi dinding ventrikel. Disebutkan pula bahwa PIVH merupakan perdarahan
intraserebral nontraumatik yang terbatas pada sistem ventrikel
8. Apnea of prematurity
Penghentian bernapas dengan seorang prematur bayi yang berlangsung selama lebih
dari 15 detik dan / atau ini disertai dengan hipoksia atau bradycardia.
9. Anemia
Anemia sering terjadi pada bayi prematur, ditandai oleh penurunan nilai hematokrit,
retikulosit dan kadar eritropoetin endogen rendah.

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain :
1. Gangguan perkembangan
Kadang bayi prematur rentan mengalami kelainan pada otak yang mengakibatkan
kesulitan belajar, gangguan pendengaran, dan penglihatan
2. Gangguan pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan dapat ditangani dengan anak dapat distimulasi, antara
lain dengan mengajak bicara serta melatih berdiri, juga memberikan perhatian
yang lebih besar. Lakukan latihan ini secara intensif. Selain itu, dapat diberikan
makanan yang banyak mengandung zat besi, seperti bayam, kangkung, juga
multivitamin dan mineral, terutama yang mengandung zat besi, mengingat
cadangan zat besi untuk anak yang lahir dengan berat 1 kg hanya sedikit. Zat besi
penting bagi perkembangan anak.
3. Gangguan penglihatan(Retinopati)
Penyebab kebutaan bayi lahir prematur adalah retinopathy of prematurity ( RoP ),
yaitu kelainan pada mata yang disebabkan oleh adanya gangguan perkembangan
selaput saraf yang melapisi dinding dalam bola mata atau retina.
Perkembangan aktif bola mata itu sendiri dimulai sejak janin memasuki usia 4
minggu hingga minggu ke 40. Pada saat akhir masa kehamilan ( fullterm)
perkembangan mata bayi ukurannya mencapai setengah mata orang dewasa dan
terus berkembang sampai 2 tahun.
Tidak semua bayi prematur lahir lahir dengan RoP. Kalaupun ada gejalanya
kebanyakan RoP tersebut membaik tanpa pengobatan pada stadium yang awal.
Akan tetapi, pada bayi prematur dengan RoP yang berkembang ke stadium yang
lanjut diperlukan penanganan secepatnya.
Kelainan itu umumnya terjadi pada kedua mata, tetapi perkembangan stadiumnya
tidak sama. Bisa jadi salah satu matanya jadi lebih buruk. Faktor resiko RoP
terjadi bila berat lahir bayi kurang dari 1.500 gram dengan umur kelahiran kurang
dari 32 minggu ( 8 bulan ) atau dikenal dengan nama bayi lahir prematur.
Bayi prematur dengan pertumbuhan bola mata yang tidak sempurna dapat
mengakibatkan RoP sampai stadium 5 dapat dipastikan bayi menjadi buta, karena
itu pada bayi kelahiran prematur, penanganan medis harus dilakukan secara tepat.
4. Gangguan pendengaran
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
5. Penyakit paru kronis
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
Karena pembentukan organ yang belum sempurna bayi prematur rentan terkena
penyakit.
2.5 Patofisiologi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

2.6 Asuhan Keperawatan untuk Bayi Penderita Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Maternal, meliputi :
 Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)
 Kehamilan ganda ( gemeli)
 Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang
 Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya
 Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll
 Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta previa dll
b. Riwayat Kelahiran
 Gestasi : 24- 37 minggu
 BB : < 2500 gram, TB : , LD
 Appearance (warna kulit)
0 — Seluruh tubuh bayi berwarna kebiru-biruan atau pucat
1 — Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna kebiruan
2 — Warna kulit seluruh tubuh normal
 Pulse (denyut jantung)
0 — Denyut jantung tidak ada
1 — Denyut jantung kurang dari 100 kali per menit
2 — Denyut jantung lebih atau diatas 100 kali per menti
 Grimace (respon refleks)
0 — Tidak ada respon terhadap stimulasi
1 — Wajah meringis saat distimulasi
2 — Meringis, menarik, batuk, atau bersin saat stimulasi
 Activity (tonus otot)
0 — Lemah, tidak ada gerakan
1 — Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan
2 — Bergerak aktif dan spontan
 Respiration (pernapasan)
0 — Tidak bernapas
1 — Menangis lemah, terdengar seperti merintih, pernapasan lambat dan tidak
teratur
2— Menangis kuat, pernapasan baik dan teratur

2. PEMERIKSAAN FISIK (Head to toe):


a. Keadaan umum : menangis kuat, lemah.
b. Tanda-tanda vital : HR= 140x/mnt, RR= 38x/mnt, suhu= 36,5oC.
c. Kepala dan wajah : LK= 32 cm, rambut tipis, terdapat lanugo, tidak ada cephal
hematom, fontanella tidak menonjol.
 Mata : mengeluarkan sekret banyak, terutama mata kiri, berkedip bila
terpapar cahaya.
 Telinga : reflek terkejut positif.
 Hidung : dapat bersin
 Mulut : mukosa kering.
 Tenggorokan : tidak ada kelainan.
 Leher : tidak ada kelainan.
d. Sistem kardiovaskuler
 Dada : LD= 30 cm
 HR : 120-160 x/menit
 Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya shunt ke kiri dan
tekanan paru yang masih tinggi atau adanya atelektasis
e. Sistem gastrointestinal
 Abdomen menonjol
 Pengeluaran mekonium: 12-24 jam
 Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan lemah
 Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital
 Berat badan kurang 2500
f. Sistem integumen
 Kulit: pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan
 Kulit tipis, transparan, halus dan licin
 Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak
 Terdapat edema umum atau lokal
 Kuku pendek
 Rambut sedikit dan halus
 Garis tangan sedikit dan halus

g. Sistem muskuloskeletal
 Tulang rawan telinga (Cartilago ear) belum berkembang, telinga halus dan
lunak
 Tulang kepala dan tulang rusuk lunak
 Reflek kurang dan letargi
h. Neurosensori
 Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar
dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan,
fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum
terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
 Refleks tergantung pada usia gestasi ;
rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk
menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu
ke 32; komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas
atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen
keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada
gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara
minggu 24 dan 37.

i. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok,
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai
derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi,
menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neomuskular
2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu
tubuh dan berkurangnya lemak subcutan dalam tubuh
3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh
untuk mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna)
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi

4. INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi

Dx 1): Tidak efektifnya 1. Pola nafas efektif, 1. Observasi pola nafas


pola nafas b.d imaturitas 2. RR 30–60 x/menit, 2. Observasi frekuensi
fungsi paru dan 3. sianosis (-), dan bunyi nafas
neomuskular 4. sesak (-), 3. Observasi adanya
5. ronkhi (-), sianosis
6. wheezing (-). 4. Monitor dengan teliti
hasil px. Gas darah
5. Atur ventilasi ruangan
tempat perawatan klien
6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
terapi

Dx II: Tidak efektifnya 1. Suhu tubuh normal 1. Observasi tanda2 vital


termoregulasi b.d suhu 36-37 C 2. Tempatkan bayi pada
imaturitas control dan 2. kulit hangat inkubator
pengatur suhu tubuh dan 3. sianosis (-) 3. Kontrol temperatur
berkurangnya lemak ekstrimitas hangat dalam inkubator sesuai
subcutan dalam tubuh kebutuhan
4. Hindari bayi dari
pengaruh yg dapat
menurunkan suhu
tubuh
5. Monitor tanda2
hipertermi
6. Ganti pakaian setiap
basah
7. Observasi adanya
sianosis

Dx III: Resiko infeksi b.d 1. Tidak terjadi infeksi 1. Kaji tanda2 infeksi
defisiensi pertahanan 2. suhu 36-37 C 2. Isolasi bayi dengan
tubuh (imunologi) 3. tidak ada tanda bayi lain
infeksi 3. Cuci tangan sebelum
4. leukosit 5000 – dan sesudah kontak
10.000 dengan bayi
4. Gunakan masker setiap
kali kontak dengan
bayi
5. Cegah kontak dengan
orang yang terinfeksi
6. Pastikan semua
perawatan yang kontak
dengan bayi dalam
keadaan bersih/steril

Dx IV: Resiko gangguan 1. Nutrisi terpenuhi 1. Observasi intake dan


nutrisi kurang dari 2. refleks hisap dan output
kebutuhan b.d menelan baik 2. Observasi refleks
ketidakmampuan tubuh 3. muntah (-) hisap dan menelan
untuk mencerna nutrisi 4. kembung (-) 3. Beri minum sesuai
(imaturitas saluran cerna) 5. BAB lancar program
6. BB meningkat 15 4. Pasang NGT bila
gr/hr refleks menghisap dan
7. turgor elastis menelan tidak ada
5. Monitor tanda2
intoleransi terhadap
nutrisi parenteral
6. Kaji kesiapan ibu
untuk menyusu
7. Timbang BB setiap
hari
Dx V: Resiko gangguan 1. Gangguan integritas 1. Observasi vital sign
integritas kulit b.d tipisnya kulit tidak terjadi 2. Observasi tekstur
jaringan kulit 2. tidak ada lecet atau dan warna kulit
kemerahan pada kulit 3. Lakukan tindakan
3. tanda2 infeksi (-). secara aseptic dan
antiseptic
4. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan bayi
5. Jaga kebersihan
kulit bayi
6. Ganti pakaian setiap
basah
7. Jaga kebersihan
tempat tidur
8. Lakukan mobilisasi
tiap 2 jam
9. Monitor suhu dalam
inkubator
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Hal Ini disebabkan oleh tiga faktor yaitu
faktor ibu (umur ibu, Keadaan sosial ekonomi, Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan
eklampsia), Riwayat kelahiran premature sebelumnya, Kelainan bentuk uterus dan parietas),
faktor janin (Kehamilan ganda, Hidramnion, Ketuban pecah dini dan infeksi). Dan yang
terakhir adalah faktor lingkungan (Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun).
BBLR biasa ditandai dengan Berat kurang dari 2.500 gram, Panjang badan kurang dari 45
cm, Lingkar dada kurang dari 30 cm, dan Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
Komplikasi yang disebabkan oleh BBLR sangatlah banyak contohnya Hipotermi,
Hipoglikemi, Hiperbilirubin dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Oleh karena
itu diagnosa keperawatan yang sering muncul pada bayi dengan diagnosa medis BBLR
adalah Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neomuskular, Tidak
efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan berkurangnya
lemak subcutan dalam tubuh, Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi),
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh untuk mencerna
nutrisi (imaturitas saluran cerna), dan Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan
kulit, imobilisasi. Jadi bayi dengan diagnosa medis BBLR perlu perawatan intensif untuk
kesembuhannya.

3.2 Saran
1. Peningkatan kesehatan ibu hamil harus mendapat dukungan dari semua pihak. Agar
kejadian BBLR bisa menurun.
2. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
3. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada bayi baru
lahir dengan BBLR.
4. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku I. Jakarta : Salemba Medika.

Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info
Media.

Wiyasika. 2014. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1 Pengertian BBLR
(online).(https://www.academia.edu/6688617/Bayi_Berat_Badan_Lahir_Rendah_BBLR_2.1.
1_Pengertian_BBLR) diakses pada 10 Oktober 2017.

Khotimah, C. 2016. Berat Bayi Lahir Rendah. (online).


(https://www.academia.edu/9122722/MAKALAH_BAYI_BERAT_LAHIR_RENDAH_Mak
alah_ini_Disusun_untuk_Memenuhi_Tugas_Mata_Kuliah_Asuhan_Neonatus). Diakses pada
10 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai