BBLR
BBLR
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Anak
yang dibina oleh Dr. Ni Luh Putu Eka Sudiwati, S.Kp, M.Kes
Disusun Oleh :
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)” tepat pada
waktunya. Dan tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini :
1. Dr. Ni Luh Putu Eka Sudiwati, S.Kp, M.Kes selaku Dosen Keperawatan Anak Program
Diploma III Keperawatan Malang, yang telah memberi kesempatan kepada kami
untuk menyampaikan laporan ini.
2. Teman teman Program Diploma III Keperawatan II B yang telah membantu kami baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Kami berharap makalah ilmiah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
dalam memahami membuat asuhan keperawatan pada bayi dengan diagnosa hiperbilirubin .
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak kami harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………..................
1.2 Rumusan Masalah …………………………………..........
1.3 Tujuan .............……………………………..………........
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi BBLR ................................................... .................. ........
2.2 Etiologi BBLR ...............................................................................
2.3 Gambaran Klinis BBLR .................................................................
2.4 Komplikasi BBLR ..........................................................................
2.5 Patofisiologi BBLR ........................................................................
2.6 Asuhan Keperawatan BBLR ..........................................................
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu neonatus dengan
berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut
prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir
kurang dari 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR)
(Yushananta,2001). Berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterin dari Lubchenko,
maka kebanyakan bayi prematur akan dilahirkan dengan berat badan yang rendah
(BBLR), BBLR dibedakan atas Berat Lahir Sangat Rendah (BLSR), yaitu bila berat
bayi lahir < 1.500 gram, dan Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BLASR), yaitu bila
berat bayi lahir < 1.000 gram (Yushananta, 2001).
Menurut Manuaba (1998), bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu:
1. Prematuritas murni
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus
Kurang Bulan - Sesuai Masa Kehamilan (NKB- SMK). Mengingat belum
sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perIu untuk pertumbuhan dan perkembangan
serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di Iuar uterus maka perlu
diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen,
mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
2. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term.
2. Faktor janin
a. Kehamilan ganda.
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda antara
50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta untuk kedua janin
tidak sama. Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan ganda salah satu
faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR. Pada kehamilan ganda distensi uterus
berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematus.
Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan ganda bertambah yang
dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain, sehingga sering lahir
bayi yang kecil. Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak
dengan kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan penyebab utama.
b. Hidramnion.
Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion merupakan keadaan
cairan amnion yang berlebihan. Hidromnion dapat menimbulkan persalinan
sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur
dan dapat meningkatkan kejadian BBLR
c. Ketuban pecah dini.
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban
biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban
pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu .
d. Cacat bawaan, kelainan kromosom.
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah
dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal
dalam minggu pertama kehidupannya .
e. Infeksi (misal : rubella, sifilis, toksoplasmosis).
f. Insufensi plasenta.
Plasenta secara anatomi dan fisiologi tidak mampu memberi nutrisi dan oksigen
kepada janin
3. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.
Menurut Manuaba (1998), etiologi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
adalah sebagai berikut:
1. Berat kurang dari 2.500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tegak
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot
hipotonik- lemah.
8. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50
kali per menit.
9. Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.
2. Hipoglikemia
Kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah rata-rata bayi seusia dan berat badan
yang sama. Sebagai batasannya pada bayi aterm (cukup bulan) dengan berat badan
2500 gram atau lebih, kadar glukosa plasma darah lebih rendah dari 30 mg/dl dalam
72 jam pertama dan 40 mg/dl pada hari berikutnya, sedangkan pada berat badan lahir
rendah dibawah 25 mg/dl.
Glukosa merupakan sumber energi utama selama kehidupan janin, walaupun asam
amino dan laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut. Kecepatan glukosa yang
diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu, kadar gula darah janin sekitar dua
pertiga dari kadar gula darah ibu. Karena terputusnya hubungan plasenta dan janin,
maka terhenti pula pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula
darah sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat lahir rendah
(BBLR) dalam kadar 40 mg/dl.
Dikatakan juga hipoglikemi apabila kadar gula darah kurang dari 30 mg/dl pada
semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hipoglikemi.
Biasanya terdapat pada bayi makrosomia. Umumnya hipoglikemi terjadi pada
neonatus berumur 1-2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak lagi
mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar
glukosa darah yang menurun. Hipoglikemi jarang terjadi pada ibu yang dipantau
glukosa darahnya dengan baik.
3. Gangguan cairan dan elektrolit
Gangguan cairan dan elektrolit pada BBLR mengakibatkan dehidrasi.
4. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus jika
tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang
patologis
5. Sindroma gawat napas
Sindroma gawat napas juga disebut penyakit membran hialin yaitu terjadi akibat
pematangan paru yang kurang sempurna akibat kekurangan surfaktan terjadi pada
bayi kurang bulan.
6. Infeksi
Karena antibodi pada BBLR belum berkembang memungkinkan bakteri, virus atau
jamur mudah menginfeksi bayi tersebut
7. Perdarahan Intraventrikuler
Yaitu terdapatnya darah hanya dalam sistem ventrikuler, tanpa adanya ruptur
ataulaserasi dinding ventrikel. Disebutkan pula bahwa PIVH merupakan perdarahan
intraserebral nontraumatik yang terbatas pada sistem ventrikel
8. Apnea of prematurity
Penghentian bernapas dengan seorang prematur bayi yang berlangsung selama lebih
dari 15 detik dan / atau ini disertai dengan hipoksia atau bradycardia.
9. Anemia
Anemia sering terjadi pada bayi prematur, ditandai oleh penurunan nilai hematokrit,
retikulosit dan kadar eritropoetin endogen rendah.
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain :
1. Gangguan perkembangan
Kadang bayi prematur rentan mengalami kelainan pada otak yang mengakibatkan
kesulitan belajar, gangguan pendengaran, dan penglihatan
2. Gangguan pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan dapat ditangani dengan anak dapat distimulasi, antara
lain dengan mengajak bicara serta melatih berdiri, juga memberikan perhatian
yang lebih besar. Lakukan latihan ini secara intensif. Selain itu, dapat diberikan
makanan yang banyak mengandung zat besi, seperti bayam, kangkung, juga
multivitamin dan mineral, terutama yang mengandung zat besi, mengingat
cadangan zat besi untuk anak yang lahir dengan berat 1 kg hanya sedikit. Zat besi
penting bagi perkembangan anak.
3. Gangguan penglihatan(Retinopati)
Penyebab kebutaan bayi lahir prematur adalah retinopathy of prematurity ( RoP ),
yaitu kelainan pada mata yang disebabkan oleh adanya gangguan perkembangan
selaput saraf yang melapisi dinding dalam bola mata atau retina.
Perkembangan aktif bola mata itu sendiri dimulai sejak janin memasuki usia 4
minggu hingga minggu ke 40. Pada saat akhir masa kehamilan ( fullterm)
perkembangan mata bayi ukurannya mencapai setengah mata orang dewasa dan
terus berkembang sampai 2 tahun.
Tidak semua bayi prematur lahir lahir dengan RoP. Kalaupun ada gejalanya
kebanyakan RoP tersebut membaik tanpa pengobatan pada stadium yang awal.
Akan tetapi, pada bayi prematur dengan RoP yang berkembang ke stadium yang
lanjut diperlukan penanganan secepatnya.
Kelainan itu umumnya terjadi pada kedua mata, tetapi perkembangan stadiumnya
tidak sama. Bisa jadi salah satu matanya jadi lebih buruk. Faktor resiko RoP
terjadi bila berat lahir bayi kurang dari 1.500 gram dengan umur kelahiran kurang
dari 32 minggu ( 8 bulan ) atau dikenal dengan nama bayi lahir prematur.
Bayi prematur dengan pertumbuhan bola mata yang tidak sempurna dapat
mengakibatkan RoP sampai stadium 5 dapat dipastikan bayi menjadi buta, karena
itu pada bayi kelahiran prematur, penanganan medis harus dilakukan secara tepat.
4. Gangguan pendengaran
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
5. Penyakit paru kronis
Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
Karena pembentukan organ yang belum sempurna bayi prematur rentan terkena
penyakit.
2.5 Patofisiologi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
2.6 Asuhan Keperawatan untuk Bayi Penderita Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Maternal, meliputi :
Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)
Kehamilan ganda ( gemeli)
Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang
Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya
Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll
Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta previa dll
b. Riwayat Kelahiran
Gestasi : 24- 37 minggu
BB : < 2500 gram, TB : , LD
Appearance (warna kulit)
0 — Seluruh tubuh bayi berwarna kebiru-biruan atau pucat
1 — Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna kebiruan
2 — Warna kulit seluruh tubuh normal
Pulse (denyut jantung)
0 — Denyut jantung tidak ada
1 — Denyut jantung kurang dari 100 kali per menit
2 — Denyut jantung lebih atau diatas 100 kali per menti
Grimace (respon refleks)
0 — Tidak ada respon terhadap stimulasi
1 — Wajah meringis saat distimulasi
2 — Meringis, menarik, batuk, atau bersin saat stimulasi
Activity (tonus otot)
0 — Lemah, tidak ada gerakan
1 — Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan
2 — Bergerak aktif dan spontan
Respiration (pernapasan)
0 — Tidak bernapas
1 — Menangis lemah, terdengar seperti merintih, pernapasan lambat dan tidak
teratur
2— Menangis kuat, pernapasan baik dan teratur
g. Sistem muskuloskeletal
Tulang rawan telinga (Cartilago ear) belum berkembang, telinga halus dan
lunak
Tulang kepala dan tulang rusuk lunak
Reflek kurang dan letargi
h. Neurosensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar
dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan,
fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum
terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi ;
rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk
menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu
ke 32; komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas
atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen
keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada
gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara
minggu 24 dan 37.
i. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok,
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai
derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi,
menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neomuskular
2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu
tubuh dan berkurangnya lemak subcutan dalam tubuh
3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh
untuk mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna)
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi
4. INTERVENSI
Dx III: Resiko infeksi b.d 1. Tidak terjadi infeksi 1. Kaji tanda2 infeksi
defisiensi pertahanan 2. suhu 36-37 C 2. Isolasi bayi dengan
tubuh (imunologi) 3. tidak ada tanda bayi lain
infeksi 3. Cuci tangan sebelum
4. leukosit 5000 – dan sesudah kontak
10.000 dengan bayi
4. Gunakan masker setiap
kali kontak dengan
bayi
5. Cegah kontak dengan
orang yang terinfeksi
6. Pastikan semua
perawatan yang kontak
dengan bayi dalam
keadaan bersih/steril
3.2 Saran
1. Peningkatan kesehatan ibu hamil harus mendapat dukungan dari semua pihak. Agar
kejadian BBLR bisa menurun.
2. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
3. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada bayi baru
lahir dengan BBLR.
4. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku I. Jakarta : Salemba Medika.
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info
Media.
Wiyasika. 2014. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 2.1.1 Pengertian BBLR
(online).(https://www.academia.edu/6688617/Bayi_Berat_Badan_Lahir_Rendah_BBLR_2.1.
1_Pengertian_BBLR) diakses pada 10 Oktober 2017.