Anda di halaman 1dari 14

PENGANTAR ANTROPOLOGI

KEBUDAYAAN
(Substansi, Unsur dan Karakteristik)

Dosen Pengampu :

Effendi AK, Drs.,MM., M.Si

Disusun Oleh :
Fitriya (184385061044)

Jl. Perintis Kemerdekaan No.I, Babakan, Kec.


Tangerang, Kota Tangerang, Banten 15118
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang maha pengasih lagi
maha penyayang. Atas selesainya makalah ini yang berjudul “Antropologi
Kebudayaan : Substansi, unsur dan karakteristik” dengan tepat waktu. Atas
dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
 Pak Effendi AK, Drs.,MM., M.Si (Dosen Pengantar Antropologi) yang
telah memberi tugas
Penyusun mengharapkan kritik dan sarannya demi penyempurnaan
makalah ini. Harapan penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan pembaca pada umumnya.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I (PENDAHULUAN)
LATAR BELAKANG .....................................................................................1

BAB II (PEMBAHASAN)
A. Pengertian Kata Antropologi Kebudayaan..........................................2
B. Definisi Kebudayaan Menurut Antropologi........................................2
C. Substansi Kebudayaan.........................................................................3
D. Unsur-Unsur Kebudayaan...................................................................7
E. Karakteristik Kebudayaan...................................................................9

BAB III (PENUTUP)


Kesimpulan .......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang paling berkuasa di mana pun ia berada.


Diciptakan dengan segala kesempurnaan yang ada pada diri manusia. Selain
memiliki akal pikiran, manusia juga dianugrahi naluri yang merupakan bawaan
diri alam. Naluri dan akal pikiran tersebut akan digunakan untuk memenuhi hasrat
hidupnya guna menjamin kelangsungan hidup manusia.
Dalam perkembangan, manusia akan mengalami kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia akan semakin mengembangkan akal
pikirannya karena mengandalkan naluri saja tidak akan mampu membuat mereka
bertahan hidup. Dengan mengembangkan akal pikirannya aktivitas kehidupan
juga semakin bervariasi.
Tindakan yang semula hanya berasal dari naluri dan refleks, selanjutnya
akan semakin dirombak agar mempermudah aktivitas manusia atau hanya sekedar
untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya yang pernah
dilakukan. Dalam perkembangannya, tindakan-tindakan tersebut akan
menghasilkan sebuah benda-benda (peralatan), baik untuk membantu manusia
atau untuk fungsi lainya. Tindakan, rasa, dan karya yang dihasilkan tersebut tentu
saja melalui sebuah prose belajar. Sebab kemampuan-kemampuan tersebut tidak
akan bisa muncul apabila tanpa dibiasakan dengan belajar dan mencoba.
1. Menjelaskan bagaimana etika penulisan karya ilmiah.
2. Menjelaskan pelanggaran etika publikasi karya ilmiah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kata “Antropologi Kebudayaan”


Antropologi kebudayaan merupakan gabungan dua buah kata yaitu
antropologi dan kebudayaan budaya. Istilah Antopologi berasal dari kata
anthropos yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi
Istilah antropologi berarti ilmu tentang manusia.
Sedangkan kebudayaan dalam arti culture memiliki arti sebagai segala
daya aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa Antropologi kebudayaan adalah ilmu tentang manusia
yang mempelajari aktivitas dan tingkah laku manusia.

B. Definisi Kebudayaan Menurut Antopologi


Manusia adalah makhluk yang paling unggul diantara makhluk yang lain.
Salah satu keunggulan manusia diantara makhluk lain tersebut adalah
kebudayaan. Dengan kebudayaan tersebut memungkinkan manusia untuk
hidup di berbagai macam lingkungan alam dan berkuasa diantara makhluk-
makhluk yang lain.
Kebudayaan sejati erat dengan yang namanya “proses belajar”. Manusia
memang memiliki naluri/insting. Akan tetapi, untuk mencapai suatu
kebudayaan tidak hanya mengandalkan naluri saja. Proses belajar juga sangat
diperlukan agar manusia tersebut memiliki kebudayaan unggul yang dapat
menambah nilai pada diri manusia.

Definisi kebudayaan menurut antropologi berbeda dengan definisi dari


berbagai ilmu yang lain. Secara umum, kebudayaan dikenal sebagai segala
sesuatu yang indah dan memiliki seni didalamnya, seperti tarian, candi, musik
daerah, batik, filsafat, kesusatraan dan lain-lain. Dalam antropologi, lebih
menekankan pada aspek belajar dan analisa cara hidup dan tindakan manusia.
Sehingga, definisi “kebudayaan” menurut antropologi adalah seluruh sistem

2
gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar.
Dari definisi “kebudayaan menurut antropologi tersebut, menekankan pada
tindakan dan proses belajar. Sehingga, hampir seluruh kegiatan dan tindakan
yang dilakukan manusia dalam kehidupan bermasyarakat dibiasakan dengan
belajar. Beberapa ahli antropologi yang mengajukan definisi ini adalah C.
Wissler, C. Kluckhohn, A. Davis, dan A. Hoebel.

C. Substansi Kebudayaan
1. Nilai
Nilai adalah suatu hal yang dianggap bernilai atau berharga yang
dianggap penting dalam suatu masyarakat yang dibuat untuk menjadi
pedoman hidup sehari-hari. Nilai tersebut bersifat meningkat setiap
individu dalam suatu kelompok. Sekaligus menjadi watak dasar atau
karakter kepribadian bersama.
Prof. Notonegoro mengklasifikasikan nilai menjadi tiga bagian yaitu :
a. Nilai Material
Nilai material merupakan nilai yang terkandung dalam suatu
benda karena memiliki kegunaan sebagai bahan perbuatan
barang tertentu, seperti pasir, batu, tembaga, emas, batu bara,
dan sebagainya.
b. Nilai Vital
Nilai vital adalah nilai yang terkandung di dalam benda sebagai
akibat dari kegunaan atau fungsi yang ditimbulkan dari benda
yang bersangkutan. Misalnya : gergaji memiliki nilai untuk
memotong kayu, kapak memiliki nilai untuk membelah kayu,
kendaraan memiliki nilai sebagai alat transportasi, kakulator
memiliki nilai sbagai mesin hitung, dan sebagainya.
c. Nilai Spiritual
Nilai spiritual adalah nilai yang terkandung di dalam jiwa
manusia. Nilai spiritual ini bersifat abstrak yang meliputi nilai
religius, nilai estetika, dan nilai moral. Nilai religius merupakan

3
nilai-nilai kebenaran yang terkandung di dalam suatu ajaran
agama atau kepercayaan tertentu. Nilai estetika merupakan nilai
keindahan yang terdapat dalam suatu benda. Sedangkan nilai
moral merupakan nilai mengenai baik buruknya prilaku
manusia.

Sesuatu dikatakan bernilai apabila berguna dan berharga (nilai


kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral atau etis),
religius (nilai agama). Menurut C. Kluchon, yang menentukan
orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang
bersifat universal yaitu :
a) Hakikat hidup manusia
b) Hakikat rakyat manusia
c) Hakikat waktu manusia
d) Hakikat alam manusia
e) Hakikat hubungan antar manusia

2. Sistem Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kemampuan khas yang dimiliki manusia yang
diproleh dari lingkungannya untuk mencipta, mempertahankan dan
mengembangkan hidup dan kehidupan bersama melalui proses belajar.
Pengetahuan dapat pula didefinisikan sebagai hipotesa yang telah teruji
kebenarannya.
Sistem Pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial
merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal
berusaha memahami :
a. Alam sekitar
b. Alam flora di daerah tempat tinggal
c. Alam faunna di daerah tempat tinggal
d. Zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya
e. Tubuh manusia
f. Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia

4
g. Ruang da waktu.
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia
melakukan tiga cara, yaitu
1. Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan
melalui pengalaman langsung ini akan membentuk
karangka fikir individu untuk bersikap dan bertindak sesuai
dengan aturan yang dijadikan pedomannya.
2. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui
pendidikan formal/resmi (di sekolah) maupun dari
pendidikan non-formal (tidak resmi), seperti kursus-kusrus,
penataran-penataran dan ceramah
3. Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang
sring disebut sebagai komunikasi simbolik.

3. Pandangan Hidup
Pandangan Hidup adalah suatu prinsip dan pedoman yang dijadikan
acuan atau pegangan hidup individu, kelompok atau suatu bangsa.
Pandangan hidup memang menjadi suatu hal yang abstrak. Akan tetapi,
keberadaannya sangat berpengaruh terhadap individu, kelompok, atau
suatu bangsa. Dalam diri manusia pandangan hidup sangat berpengaruh
pada persepsi, sikap, dan prilaku seseorang.

Dalam suatu bangsa (dalam hal ini bangsa Indonesia), Pancasila


dianggap sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, artinya Pancasila
telah tumbuh dan berkembang pada masyarakat Indonesia sehingga
menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Di dalamnya
terkandung konsep nilai kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa
Indonesia. Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang
terdapat di kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia yang diyakini
kebenerannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk
mewujudkannya.

5
4. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan pandangan hidup yang telah menyatu dan
mendarah daging pada diri manusia, baik secara individual maupun
secara kolektif, sehingga menjadi dasar dalam berfikir, bersikap, dan
berprilaku. Mnausia mempercayai ada kekuatan besar di luar dimendi
manusia. Naluri untuk mencari kekuatan tersebut muncul ketika
manusia sudah tidak sanggup lagi untuk menyelesaikan masalahnya
sendiri. Manusia percaya bahwa kekuatan tersebut dapat membantu
menyelesaikan masalah dan membawa mereka keluar dari masalah
tersebut. Apabila dikaitkan dengan kehidupan keagamaan, kepercayaan
diimplementasikan dalam bentuk iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Dalam konteks seperti ini, kepercayaan akan berkembang
secara sistematis dengan para pengikur yang fanatis.

5. Persepsi
Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu hal,
Persepsi yang berbeda seringkali muncul antara manusia satu dengan
yang lainya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan sudut
pandang yang dimiliki oleh masing-masing manusia. Selain itu,
lingkungan pengetahuan dan pengalaman juga turut adil dalam proses
pembentukan prilaku tersebut.
Ada 3 macam persepsi yang tersiri atas :
a. Persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi tanpa
,menggunakan salah satu alat indra manusia.
b. Persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan
mental individu lain.
c. Persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atua
kejadian di tempat lain, jauh dari tempat orang yang
bersangkutan.

6. Etos Kebudayaan

6
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropologi) berasal dari bahasa
inggris berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya prilaku
masyarakat misalnya, kegemaran-kegemaran warga masyarakatnya,
serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh
orang asing. Masing-masing suku mempunyai etos kebudayaannya
masing-masing yang mungkin saja berbeda sangat mencolok, apa yang
baik menurut suku tertentu belum tentu baik menurut suku yang lain,
oleh karenanya diperlukan sikap kedewasaan untuk memahami
kebudayaan lain.

D. Unsur-Unsur Kebudayaan
Dalam menganalisa suatu kebudayaan, seorang ahli antropologi membagi
seluruh kedudayaan ke dalam unsur-unsur besar yang disebut “unsur-unsur
kebudayaan universal”. Mengenai hal ini ada beberapa pandangan, sepeti
yang diuraikan oleh C. Kluckhohn dalam bukunya yang berjudul Universal
Of Culture (2953). C. Kluckhohn menulis tujuh unsur kebudayaan atau dapat
disebut isi pokok kebudayaan. Tujuh unsur tersebut yaitu :
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencarian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
Dari ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut, mendapat sebutan
universal karena unsur-unsur tersebut dapat ditemukan di semua di dunia.
Sehingga unsur-unsur tersebut bersifat umum.

Tiap unsur kebudayaan tesebut, tentu saja tidak lepas dari wujud kebudayaan
sebagai:
1. Nilai-nilai budaya.
2. Sistem budaya.

7
3. Sistem sosial.
4. Himpunan unsur-unsur kebudayaan fisik.
Dengan demikian, setiap unsur-unsur tersebut dapat dibagi-bagi menjadi
beberapa sub unsur. Dari beberapa sub unsur tersebut dapat dirinci sesuai
dengan wujud kebudayaannya.

Perhatian bagian berikut!


KEBUDAYAAN

Adat-istiadat Kompleks budaya Tema budaya Gagasan

Aktivitas sosial Kompleks sosial Pola sosial Tindakan

Benda kebudayaan Benda kebudayaan Benda kebudayaan Benda kebudayaan

Dalam kerangka di atas empat tahap dari unsur kebudayaan. Dari masing-
masing tahap memiliki penjelasan sebagai berikut:
 Tahap pertama, setiap sistem budaya dapat dibagi ke dalam “adat-
istiadat”, setiap sistem sosial dapat dibagi ke dalam “aktivitas
sosial”, dan setiap himpunan unsur kebudayaan fisik dibagi ke
dalam “benda-benda kebudayaan
 Tahap Keuda, setiap adat sebaiknya dibagi ke dalam “kompleks
budaya’, setiap “aktivitas sosial” dibagi ke dalam “kompleks
sosial”, sedangkan benda kebudayaan tidak berubah.

8
 Tahap ketiga, disarankan kompleks budaya dibagi menjadi “tema-
tema budaya”, tiap-tiap kompleks sosial lebih lanjut diuraikan
menjadi “pola sosial” dan seperti tahap kedua, benda kebudayaan
tidak mengalami perubahan.
 Tahap keempat, setiap tema budaya dibagi lagi ke dalam
“gagasan”, setiap pola sosial dibagi ke dalam “tindakan”, dan
benda kebudayaan tidak berubah.

E. Karakteristik Kebudayaan
Melalui studi pertandingan terhadap sejimlah kebudayaan, para ahli antropologi
telah berhasil memperoleh pengertian tentang pengertian karakteristik-karakteristik
pokok kebudayaan, antara lain sebagai berikut.

1. Kebudayaan Sebagai Milik Bersama


Kebudayaan sebagai milik bersama memiliki arti bahwa kebudayaan
tersebut adalah tanggung jawab bersama. Baik itu masyarakat, suatu
kelompok orang, komunitas, atau bengsa. Rasa memiliki tersebut muncul
karena di dalam kebudayaan yang telah tumbuh di tengah masyarakat itu
terdapat cita-cita, nilai, dan aturan untuk bertindak yang sama antar
indivindu dan sudah menjadi kesepakatan bersama.
2. Suatu Hasil Dari Proses Belajar
Di sub bab B telah penulis uraikan mengenai definisi “kebudayaan” menurut
antropologi adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya
yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan
miliknya dengan belajar. Hampir seluruh tindakan manusia adalah
“kebudayaan”, karena jumlah tindakan tanpa melalui proses belajar sangat
terbatas. Bahkan tindakan yang mengandalkan naluri seperti makan, minum.
Berjalan, sudah dirombak oleh manusia sendiri sehingga menjadi tindakan
kebudayaan. Ada istilah table manner untuk mempelajari budaya di meja
makan dan catwak class atau baris-berbaris untuk mempelajari cara berjalan.
3. Kebudayaan Mengandung Simbol
Simbol adalah sesuatu yang dinilai atau maknanya diberikan oleh mereka
yang menggunakannya dan telah disepakati bersama.. Wanita bali memakai
bunga kamboja di telinga karena hal tersebut memiliki arti khusus dari segi
spiritual dan budaya. Akan tetapi akan menjadi tidak bermakna khusus
apabila hal yang sama bukan oleh wanita bali.

9
Ahli antropologi berkebangsaan Amerika, Leslie White, dalam The
evolution of Culture (1959) berpendapat bahwa semua prilaku manusia
dimulai dengan penggunaan lambang atau simbol. Perilaku manusia salah
satunya adalah untuk berinteraksi atau berkomunikasi. Untuk berkomunikasi
diperlukan simbol yang telah memiliki makna sama disuatu kelompok.
Simbol ini selanjutnya berkembang menjadi “bahasa”.
4. Berfungsi Sebagai Kesatuan yang Saling Berhubungan (Integrasi)
Integrasi adalah kecendrungan semua aspek kebudayaan untuk berfungsi
sebagai kesatuan yang saling berhubungan. Biasanya untuk keperluan
analisis dan perbandingan, para ahli antropologi sering mengurangi
kebudayaan menjadi sejumlah bagian atau unsur yang kelihatannya berdiri
sendiri-sendiri. Akan tetapi, sebenarnya unsur-unsur tersebut saling terkait
satu sama lainya sehingga kebudayaan berfungsi sebagai kesatuan yang
saling berhubungan. Misalnya dalam menganalisis kebudayaan suatu suku
bangsa, para ahli antropologi sering menguraikan mengenai unsur peralatan
dan perlengkapan hidupnya, unsur mata pencahariannya, sistem keluarga
dan kemasyarakatan, unsur kesenian, bahasanya, keyakinannya, dan sistem
pengetahuannya. Masing-masing unsur tersebut seolah-olah dapat berdiri
sendiri.
5. Kebudayaan Bersifat Superorganik
Herkovits dan Malinowski memberi sabutan kebudayaan sebagai suatu yang
superorganik. Disebut demikian karena kebudayaan siwariskan turun-
menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya sehingga tetap hidup terus
menerus secara berkesinambungan, walaupun manusia yang menjadi
anggota masyarakat sanantiasa silih berganti karena kematian dan kelahiran.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Antropologi kebudayaan membahas segala tingkah laku manusia


secara keseluruhan dalam nudayanya seperti tindakan, aktivitas,
rasa dan gagasan, karya dan segala macam hal yang bersangkutan
antara manusia dan budayanya. Inti bahasa kebudayaan dalam
antropologi juga berbeda dengan pembahasan kebudayaan secara
umum yang cendrung menekankan pada keindahan saja. Akan
tetapi, dalam antropologi lebih menekankan pada sebuah tindakan
yang dihasilkan dari proses belajar.

Didalam kebudayaan tersebut terdapat subtansi, unsur dan


karakteristik yang erat kaitnya dengan ilmu antropologi. Ketiganya
membangun “kebudayaan” dan menjelaskan secara lebih rinci
makna antropologi kebudayaan itu.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT Rineka Cipta


http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi_budaya

http://wahyusebu.blogspot.com/2011/06/karakteristik-kebudayaan.html

11

Anda mungkin juga menyukai