DEFINISI
A. Definisi
Jatuh adalah perubahan posisi pasien yang tidak disengaja/tidak direncanakan
atau posisi yang tidak dikehendaki yang mengakibatkan pasien tergeletak diatas
lantai, dengan atau tanpa menyederai dirinya. Jatuh adalah kehilangan posisi tegak
menjadi mendarat di lantai, tanah atau obyek atau furniture, dengan tiba-tiba, tidak
terkendali, tidak disengaja, perpindahan tubuh kelantai/tanah atau terkena benda
seperti kursi atau tangga. ( National Center for Patient Safety).
Miake-Lye at al. (2013) dalam National Database of Nursing Quality Indicator
mendefinisikan jatuh sebagai “ an unplanned descent to the floor withor without injury”
World Healt Organization (WHO) mendefinisikan jatuh sebagai “an event which results
in a person coming to rest inadvertenly on the ground or floor or some lower level”
Factor-faktor risiko jatuh dapat dikelompokan menjadi 2 kategori : intrinsic dan
ekstrinsik.
Factor intrinsik yaitu : Kondisi fisik dan neuropsikiatri ( adanya penyakit SSP
seperti stroke, Parkinson) penurunan virus dan pendengaran ( fungsi
keseimbangan), perubahan neuromuscular ( berkurangnya massa otot, kekakuan
jaringan penghubung, penurunan range of motion sendi), gaya berjalan, dan reflex
postural karena proses penuaan.
Factor ektrinsik yaitu : Obat-obatan yang diminum ( diuretic, jantung, anti
depresan, sedative, hipoglikemia, anti psikotik), alat-alat bantu berjalan,
lingkungan yang tidak mendukung, dan konsumsi alcohol. Berbagai factor
lingkungan tersebut antara lain lampu ruangan yang kurang terang, lantai yang
licin, basah, atau tidak rata, furniture yang terlalu rendah atau tinggi, tangga yang
tidak aman, kamar mandi dengan bak mandi/closet terlalu rendah dan tinggi dan
tidak memiliki alat bantu untuk berpegangan, tali atau kabel yang berserakan di
lanta, karpet terlipat, dan benda-benda dilantai yang membuat seseorang terantuk.
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cidera, kerusakan fisik dan psikologis.
Krusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah tulang
panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah frktur
pergelangan tangan , lengan atas dan pelvis serta kerusakan jaringan lunak.
Dampak psikologis adalah walaupun cidera fisik tidak terjadi syok setelah terjatuh
dan rasa takut akan jatuh lagi dapat banyak memiliki konsekuensi termasuk
ansietas, hilangnya percaya diri, pembatasan dalam aktivitas sehari-hari, falfobia
atau fobia jatuh ( Stanley, 2006)
Asesmen terdiri atas 3 proses utama yaitu, mengumpulkan informasi data,
melakukan analisis informasi dan data sehingga menghasilkan suatu diagnose
untuk mengidentifikasi keebutuhan pelayanan kesehatan pasien, dan membuat
rencana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang telah diidentifikasi.
1
Asesmen risiko jatuh merupakan asesmen yang dilakukan terhadap pasien jika
didapatkan data subyektif dan obyektif bahwa pasien tersebut berisiko untuk
jatuh.
Asesmen risiko jatuh terdiri dari:
1. Assmen awal
Asesmen yang dilakukan pada awal ketika pasien dating ke rumah
sakit.
Tujaun dilakukannya asesmen awal adalah:
a. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
b. Memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
c. Menetapkan diagnosis awal
d. Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnaya
2. Asesmen ulang
Asesmen yang dilakukan pada pasien selama proses pelayanan pada
interval tertentu berdasarkan kebutuhan dan rencana pelayanan atau
sesuai kebijakan dan prosedur rumah sakit.
Asesmen ulang merupakan kunci untuk memahami apakah keputusan
pelayanan sudah tepat dan efektif.
B. Tujuan
Tujuan Umum:
Untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit Universitas Muhammadiyah
Malang.
Tujuan Khusus:
1. Mengurangi risiko pasien jatuh.
2. Mengurangi cidera akibat jatuh
3. Menetapkan standar pencegahan risiko jatuh dan penangan pasien risiko jatuh
secara komprehensif.
2
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Asesmen risiko jatuh dan manajemen risiko jatuh dilakukan untuk semua pasien rawat
jalan maupun rawat inap di Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang.
Asesmen dan manajemen ini di lakukan oleh dokter dan perawat yang kompeten sesuai
perizinan, undang-undang dan peratuan yang berlaku.
4
BAB III
TATA LAKSANA
Untrinsik Ekstrinsik
Kategori (Berhubungan dengan (berhubungan dengan
Kondisi pasien) Lingkungan)
Riwayat Jatuh sebelumnya Lantai basah/silau, ruang
Inkontinensia berantakan, pencahayaan
Kognitif/psikologis kurang, kabel longgar/
Gangguan lepas
Keseimbangan/mobilitas Alas kaki tidak pas
Usia>65 tahun Dudukan toilet yang
Osteoporosis rendah
Setatus kesehatan yang Kursi atau tempat tidur
Dapat
buruk beroda
Diperkirakan
Kejang Rawat inap
Aritma jantung berkepanjangan
Stroke atau serangan Peralatan yang tidak
Iskemik sementara aman
Peralatan rusak
Tempat tidur ditinggalkan
dalam posisi tinggi
Reaksi individu terhadap
5
obat-obatan
(Transien Ischaemic Attack-
TIA)
Tidak dapat Pingsan
Diperkirakan “Serangan jantung (Droop
Attak)
Penyakit kronis
6
Kesadaran
Tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh
Berat badan dan tinggi badan pasien
Kepala/leher : apakah terdapat penurunan visus, penurunan pendengaran,
nistagmus, gerakan yang menginduksi ketidakseimbangan.
Thoraks : pemeriksaan pada jantung dan paru
Abdomen
Ekstremitas : perubahan sendi, pembatasan gerak sendi, problem kaki,
deformitas, dan lain-lain
Pemeriksaan Neurologis : deficit Fokal, neuropati perifer, kelemahan otot,
kelumpuhan, instabilitas, kekakuan, tremor, dan lain-lain.
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium, radiologi, maupun pemeriksaan penunjang yang
lain dilakukan sesuai indikasi.
b. Analisa informasi dan data
Setelah sata komprehensif yang sudah dikumpulkan, baik berupa data subjektif
maupun data objektif, maka dilakukan analisa informasi dan data. Bagian ini terdiri
dari : penulisan ringkasan, penyusunan daftar masalah, membuat pengkajian dari
masing-masing masalah ( diagnose dan diagnose banding).
c. Mebuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah
diidentifikasi.
Rencana pelayanan meliputi : rencana diagnosis, rencana terapi, rencana monitoring,
rencana edukasi.
2. Perawat Akan Melakukan Penilaian Dengan Asesmen Risiko Jatuh Menggunakan
Skala Risiko Jatuh
Asesmen risiko jatuh dilakukan dalam waktu 4 jam dari pasien masuk rumah sakit dan
mencatat hasil sassmen awal kedalam rekam medis pasien.
a. Asesmen risiko jatuh pada pasien dewasa menggunakan “ Morse Fall Scale (MFS)”.
b. Asesmen risiko jatuh pada pasien anak menggunakan “ The Humpty Dumpty Scale”.
7
MORSE FALL SCALE (MFS)
Keterangan :
1. Riwayat jatuh
Jika pasien mengalami kejadian jatuh saat masuk rumah sakit atau terdapat riwayat
kejadian jatuh fisiologis dalam 3 bulan terakhir ini, seperti pingsan atau gangguan gaya
berjalan, berikan skor 25. Jika pasien tidak mengalami jatuh, berikan skor 0.
2. Diagnosis skunder
Jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan sekor 15; jika tidak, berikan
sekor 0
3. Alat bantu:
Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan sekor 30; jika pasien
menggunakan tongkat/ alat penopang, berikan skor 15. Jika pasien dapat berjalan
tanapa alat bantu, berikan skor 0
4. Terapi intravena ( terpasang infuse)
Jika pasien terpasang infuse, berikan skor 20; jika tidak berikan sekor 0
5. Gaya berjalan :
8
Jika pasien mengalami gangguan gaya berjalan; mengalami kesulitan untuk bangun
dari kursi, menggunakan bantalan tangan kursi untuk mendorong tubuhnya,
kepala menunduk, pandangan mata terfokus pada lantai, memerlukan bantuan
sedang-total untuk menjaga keseimbangan dengan berpegangan pada prabot,
orang, atau alat bantuan berjalan, dan langkah-langkahnya pendek; berikan sekor
20.
Jika pasien memiliki gaya berjalan yang lemah; pasien membungkuk; tidak dapat
mengangkat kepala tanpa kehilangan keseimbangan, atau memerlukan bantuan
ringan untuk berjalan dan langkah-langkah pendek; berikan sekor 10.
Jika pasien memiliki gaya berjalan normal, berikan skor 0.
6. Status mental
Identifikasi asesmen pasien terhadap dirinya sendiri mengenai kemampuannya untuk
berjalan. Jika pasien mempunyai over-estimasi terhadap kemampuan fisiknya, berikan
sekaor 15. Jika asesmen pasien dengan kemampuan sebenarnya, berikan skor 0.
THE HUMPTY DUMPTY SCALE
Laki-laki 2
Jenis Kelamin
Perempuan 1
Diagnosis Neorologi 4
Perubahan oksigenasi ( diagnosis respiratorik,
3
Diagnosis dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, pusing, dsb).
Gangguan prilaku/psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1
9
Dalam 24 jam 3
Respon terhadap Dalm 48 jam 2
pembedahan/sedasi/anestesi > 48 jam atau tidak menjalani pembedahan/
1
sedasi/ anestesi
3. Asesmen ulang
Asesment ulang risiko jatuh dilakukan :
a) Setiap pergantian shift
b) Saat transfer ke bagian/ unit lain
c) Keluar rumah sakit
d) Adanya perubahan kondisi pasien misalnya : setelah operasi
e) Setelah pasien terjatuh
f) Setelah pemberian obat-obatan tertentu misalnya : obat penenang, diuretic, dll.
Jika menggunakan skala risiko jatuh maka untuk mengubah kategori dari risiko
tinggi ke risiko rendah, diperlukan skor < 25 untuk pasien dewasa dan < 12 untuk
pasien anak, dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut.
10
diminta untuk menekan bel bila membutuhkan bantuan. Posisikan bel dalam
jangkauan pasian.
5) Ruang tertata rapi
6) Pencahayaan yang adekuat
7) Kondisikan permukaan lantai bersih, kering, tidak licin, bebas hambatan, jauhkan
kabel-kabel dari jalur berjalan pasien.
8) Memantau waktu dan dosis, efek samping dan interaksi obat-obatan.
9) Anjurkan ke kamar secara rutin dan bantu pasien k eke kamar mandi, jika
diperlukan, dan mengedukasi pasien untuk penggunaan pegangan tangan di
kamar mandi.
10) Anjurkan menggunakan alas kaki ataupun kaos kaki yang nyaman, tidak licin, dan
tepat pada pasien
11) Penggunaan alat bantu ( kursi roda, alat penopang) jika di perlukan
12) Berikan edukasi mengenai pencegahan jatuh kepada pasien dan keluarganya.
13) Ikuti prosedur yang aman ketika membantu pasien pada saat akan ketempat tidur
dan meninggalkan tempat tidur.
Tindakan Pencegahan Risiko Tinggi Jatuh untuk pasien rawat inap, untuk pasien yang
risiko tinggi mengalami jatuh, maka dilakukan tindakan pencegahan risiko jatu tinggi
yaitu :
1) Pasang penanda risiko jatuh dengan memasang identifikasi alert warna kuning.
Pada gelang identifikasi pasien.
11
2) Lakukan tindakan pencegahan umum pasien jatuh dirawat inap
3) Observasi secara teratur kenyamanan pasien dan kebutuhan eliminasi setiap 2-3
jam.
Tindakan Pencegahan Risiko Jatuh untuk pasien rawat jalan, untuk pasien yang risiko
tinggi mengalami jatuh, maka dilakukan tindakan pencegahan risiko jatu tinggi yaitu :
1) Staf yang menemukan pasien jatuh, segera melakukan penanganan atau pertolongan
pertama terhadap pasien tersebut.
2) Jika yang menemukan pasien jatuh adala staf non medis, maka melapor ke perawat
yang bertugas.
3) Perawat yang bertugas, segera memeriksa pasien tersebut.
Nilai tanda-tanda vital
Nilai apakah terdapat cidera akibat jatuh ( misalnya : abrasi, kontusio, laserasi,
fraktur, cidera kepala ).
4) Perawat melapor ke dokter.
5) Dokter dan tim perawat melakukan asesmen ulang.
Melakukan penilaian dan penatalaksanaan cidera akibat jatuh ( misalnya : abrasi,
kontusio, laserasi, fraktur, cidera kepala ).
Melakukan diagnosis dan penatalaksanaan terhadap factor risiko.
Menentukan kemungkinan penyebab pasien jatuh ( history, faktor fisik, obat-
obatan, hasil laboratorium).
Melakukan penilaian menggunakan asesmen risiko jatuh yang sudah ditentukan
dan tindakan pencegahan disesuaikan dengan hasil asesmen ulang.
Melakukan konsultasi sesuai indikasi.
6) Perawat melaksanakan advis dokter dan observasi/ pantau pasien sesuai kondisi
pasien.
7) Catat dalam status rekam medis pasien.
8) Informasikan kepada pasien dan keluarga pasien tenteng kondisi pasien.
9) Segera buat laporan insidennya dengan mengisi formulir laporan insiden pada akhir
jam kerja/shift kepada atasan langsung ( paling lambat 2 x 24 jam).
12
Pasien dan keluarga pasien harus diinformasikan mengenai :
Factor risiko pasien jatuh
Tingkat risiko jatuh
Akibat dari risiko jatuh
Tujuan tindakan pencegahan risiko jatuh
Tindakan pencegahan umum risiko jatuh
Tindakan pencegahan risiko tinggi jatuh
Pasien dan keluarga pasien diminta persetujuannya untuk mengikuti strategi
pencegahan risiko jatuh yang telah dijelaskan dalam formulir edukasi pasien dan
keluarga pasien terintegrasi.
13
BAB IV
DOKUMENTASI
Asesement risiko jatuh, tindakan pencegahan umum risiko jatuh, tindakan pencegahan
risiko tinggi, dan manajemen setelah kejadian pasien jatuhdidokumentasikan di status rekam
medis pasien.
14
ALUR PELAPORAN INSIDEN KESALAHAN IDENTIFIKASI PASIEN
PASIEN
BED PASIEN DIBERI TANDA RESIKO JATUH KURSI / BED PASIEN DIBERI TANDA RESIKO
UNTUK PASIEN P1 MERAH, P2 KUNING JATUH WARNA KUNING
KEJADIAN PASIEN
PASIEN RAWAT INAP PASIEN RAWAT JALAN LEPAS PENANDA
JATUH
KEJADIAN PASIEN
JATUH PERAWAT MELAPOR KE PETUGAS
K3RS UNTUK SOLUSI KEJADIAN
TERSEBUT
PERAWAT MELAPOR KE PETUGAS
K3RS UNTUK SOLUSI KEJADIAN PETUGAS K3RS
TERSEBUT MENINDAKLANJUTI DAN
MEMBERIKAN SOLUSI
PETUGAS K3RS
MENINDAKLANJUTI DAN
MEMBERIKAN SOLUSI
15
A. LAPORAN INSIDENT KESALAHAN IDENTIFIKASI PASIEN RAHASIA
KKP-RS
Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien. Laporan
bersifat anonim, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian,
analisa penyebab dan rekomendasi.
Untuk mengisi laporan ini sebaiknya dibaca Pedoman Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP) , bila ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan
pemahaman yang ada.
Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap.
Jangan dikosongkan agar data dapat dianalisa.
Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKP-RS).
16
Jenis RS :
RS Umum
RS Khusus
RS Khusus lainnya .......................................................................................................
Kelas RS
A
B
C
D
> 65 tahun
JAMKESMAS JAMKESDA
17
III.RINCIAN KEJADIAN
Tanggal : ................................................................................
Jam .........................................
2.
Insiden : ....................................................................................................................................
3. Kronologis Insiden
................................................................................................................................................
...
................................................................................................................................................
...
................................................................................................................................................
...
4. Jenis Insiden* :
Pasien
Pengunjung
Pasien
18
7. Insiden menyangkut pasien :
Pasien UGD
8. Tempat Insiden
19
11. Akibat Insiden Terhadap Pasien* :
Kematian
Cedera Ringan
................................................................................................................................................
...
................................................................................................................................................
...
Dokter
Perawat
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
Ya Tidak
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja
................................................................................................................................................
...
................................................................................................................................................
...
IV.TIPE INSIDEN
Insiden
: ........................................................................................................................
20
Tipe Insiden
: ........................................................................................................................
Subtipe Insiden
: ........................................................................................................................
d. Faktor Tim
f. Faktor Tugas
g. Faktor Pasien
h. Faktor Komunikasi
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
21
3. Rekomendasi / Solusi
22
BAB V
PENUTUP
Panduan pencegahan dan penanganan pasien risiko jatuh ini di buat dengan tujuan sebagai
pedoman para tenaga kesehatan RS. Universitas Muhammadiyah malang agar dapat
melakukan evaluasi risiko pasien terhadap jatuh dan segera bertindak untuk mengurangi risiko
terjatuh dan mengurangi risiko cidera akibat jatuh
Revisi sebagai bentuk perbaikan dan penyempurnaan akan dilakukan secara periode.
Sehingga panduan ini dapat di sesuaikan dengan keadaan dan kondisi perkembangan RS.
Ditetapkan di : Malang
Direktur,
RS. Universitas Muhammadiyah Malang.
23
KEPUS TAKAAN
24
Lynda Juall Carpenito-Moyet, (1999), Diagnosis Keperawatan, Jakarta, EGC
Malnutrition. www.bapen.org.uk/pdfs/must/must_full.pdI
Malnutrition Universal Screening Tool-NHS Evidence Search. www.evidence.nhs.uk/search?
National Center for Healt Warren Grant Magnuson Clinical Center. Pain intensity instrumens :
numeric rating scale; 2003.
Pain Management. [diakses tanggal 23 Fabruari 2012]. Di unduh dari : www.hospitalsoup.com
Pain Management Taks Group of the Hull & East Riding Clinical Center Policy Forum. Adult pain
Management guidelines. NHS; 2006.
The “how to” Guide For Reducing Harm From Fall. www.patientsafetyfrist.nhs.uk
25