Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANA DAN KONTRASEPSI

1. DEFINISI KB
- Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga (Suratun, 2008).
- Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, 2008).

2. TUJUAN PROGRAM KB
Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial ekonomi
suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi
pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga.

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:


1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
3. SASARAN PROGRAM KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per
tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen.
4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program
KB Nasional.

4. RUANG LINGKUP KB
Ruang lingkup KB antara lain: Keluarga berencana; Kesehatan reproduksi remaja;
Ketahanan dan pemberdayaan keluarga; Penguatan pelembagaan keluarga kecil
berkualitas; Keserasian kebijakan kependudukan; Pengelolaan SDM aparatur;
Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan; Peningkatan pengawasan dan
akuntabilitas aparatur negara.

5. STRATEGI PROGRAM KB
Terbagi dalam 2 hal
a. Strategi dasar
- Meneguhkan kembali program di daerah
- Menjamin kesinambungan program
b. Strategi operasional
- Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
- Peningkatan kualitas dan prioritas program
- Penggalangan dan pemantapan komitmen
- Dukungan regulasi dan kebijakan
- Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

6. PERAN PERAWAT DALAM PROGRAM KB


Peran perawat dalam program KB sebagai konselor dan edukator. Untuk hal ini, perawat
harus memiliki informasi terbaru dan akurat tentang metode kontrasepsi. Hampir sebagian
dari kehamilan yang tidak direncanakan terjadi pada wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi yang tidak tepat dan konsisten dalam penggunaannya. Maka perawat memiliki
peranan penting dalam memberikan pendidikan tentang teknik kontrasepsi sesuai
kebutuhan. Cara penggunaan yang tepat dan fokus konselingnya haruslah pada kebutuhan
dan kenyamanan pasangan yang akan menggunakan alat kontrasepsi.

7. PERTIMBANGAN DALAM MEMILIH METODE KONTRASEPSI


- Keamanan
- Perlindungan terhadap PMS
- Efektifitas
- Pilihan pribadi dan kecenderungan
- Education need
- Efek samping
- Pengaruh dan kepuasaan seksual
- Ketersediaan
- Biaya
- Budaya
- Informed consent

8. DEFINISI KONTRASEPSI
- Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan”
atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara
seltelur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi,
maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan
seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki
kehamilan (Suratun, 2008).
- Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat
bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan
variabel yang mempengaruhi fertilitas (Prawirohardjo, 2005 B)
- Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara untuk mencegah
terjadinya konsepsi, alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998).

9. AKSEPTOR KB MENURUT SASARANNYA


Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu
a. Fase menunda kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya
belum mencapai usia 20 tahun. Karena umur dibawah 20 tahun adalah usia yang
sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang
diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya
kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini
pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok
dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR dan cara sederhana.
b. Fase mengatur/menjarangkan kehamilan
Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk
melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2–4 tahun.
Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah usia antara 20-30 tahun. Kriteria
kontrasepsi yang perlukan yaitu : efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan
masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 3–4 tahun sesuai jarak kelahiran
yang direncanakan, serta tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI). Kontrasepsi
yang cocok dan disarankan menurut kondisi ibu yaitu : AKDR, suntik KB, Pil KB atau
Implan
c. Fase mengakhiri kesuburan/tidak hamil lagi
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak
hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang
mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Disamping itu jika
pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang
cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR, Implan, Suntik KB dan Pil KB
(Suratun, 2008).

10. SYARAT-SYARAT KONTRASEPSI


Hendaknya Kontrasepsi memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya
b. Efek samping yang merugikan tidak ada
c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
e. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya
f. Cara penggunaannya sederhana
g. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas
h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri (Mochtar, 1998).

11. CARA-CARA KONTRASEPSI


Cara-cara kontrasepsi dapat dibagi menjadi beberapa metode :
a. Pembagian menurut jenis kelamin pemakai
1) Cara atau alat yang dipakai oleh suami (pria)
2) Cara atau alat yang dipakai oleh istri (wanita)
b. Menurut pelayanannya
1) Cara medis dan non-medis
2) Cara klinis dan non-klinis
c. Pembagian menurut efek kerjanya
1) Tidak mempengaruhi fertilitas
2) Menyebabkan infertilitas temporer (sementara)
3) Kontrasepsi permanen dengan infertilitas menetap
d. Pembagian menurut cara kerja alat/cara kontrasepsi
1) Menurut keadaan biologis: senggama terputus, metode kalender, suhu badan dll
2) Memakai alat mekanis : kondom, diafragma,
3) Memakai obat kimiawi : spermisida
4) Kontrasepsi intrauterina : IUD
5) Hormonal : pil KB, suntikan KB, dan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)
6) Operatif : tubektomi dan vasektomi
f. Pembagian umum dan banyak dipakai adalah
1) Metode merakyat : senggama terputus, pembilasan pasca senggama,
perpanjangan masa laktasi
2) Metode tradisional : pantang berkala, kondom, diafragma dan spermisida
3) Metode modren
a) Kontrasepsi hormonal : pil KB, suntik KB, alat kontrasepsi bawah kulit.
b) Kontrasepsi intrauterina : IUD
4) Metode permanen operasi : tubektomi pada wanita dan vasektomi pada pria
(Mochtar, 1998).

12. JENIS METODE KONTRASEPSI


Beberapa jenis metode kotrasepsi adalah:
a. Metode biologis atau alamiah
Kontrasepsi yang memberikan ASI sebagai alat kontrasepsi, bila
- Menyusui secara penuh (Full Breast Feeding)
- Belum haid
- Umur bayi kurang dari 6 bulan
- Harus dilanjutkan denganmetode kontrasepsi lain
Cara kerja: penundaan atau penekanan ovulasi
Keuntungan kontrasepsi:
- Efektifitas tinggi (keberhasilan 98 % dalam 6 bulan pertama postpartum)
- Segera efektif
- Tidak mengganggu senggama
- Tidak ada efek samping sistemik
- Tidak perlu pengawasan medik
- Tidak perlu obat/alat
- Tanpa biaya
Keuntungan non-kontrasepsi (untuk bayi)
- Mendapatkan kekebalan pasif
- Sumber asupan gizi terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang
optimal
- Terhindar dari paparan kontaminasi air, susu lain atas alat minum yanng dipakai.
Keuntungan non-kontrasepsi (untuk ibu)
- Mengurangi perdarahan postpartum
- Mengurangi resiko anemia
- Meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi
Keterbatasan:
- Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit
postpartum
- Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
- Efektifitas tinggi hanya sampai haid kembali atau sampai 6 bulan
- Tidak melindungi terhadap IMS termasuk hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
Yang dapat menggunakan MAL atau ASI:
Ibu yang menyusui secara eksklusif bayinya kurang dari 6 bulan dan belum haid
setelah melahirkan. Yang seharusnya tidak menggunakan MAL:
- Sudah haid setalah bersalin
- Tidak menyusui secara eksklusif
- Bayi lebih dari 6 bulan
b. Metode KB alamiah (KBA)
Ibu harus mengetahui kapan masa suburnya berlangsung dan efektif dipakai bila tertib
dan tidak ada efek samping. Metode KBA harus berdasarkan kesadaran penuh dari
siklus reproduksi wanita
Cara kerja:
Metode lendir serviks atau metode ovulasi billing (MOB) adalah paling efektif. Cara
yang kurang efektif misalnya sistem kalender atau pantang berkala dan metode suhu
berkala yang sudah tidak diajarkan lagi.
Metode kerja:
- Untuk kontrasepsi: senggama dihindari pada masa subur, yaitu pada fase siklus
mens dimana terjadi kemungkinan konsepsi
- Untuk konsepsi: senggama direncanakan pada masa subur, yaitu dekat pertengahan
siklus (hari ke 10-15) atau tanda-tanda kesuburan.
Manfaat kontrasepsi
- Dapat menghindari atau mencapai kehamilan
- Tidak ada resiko kesehatan berhubungan dengan kontrasepsi
- Tidak ada efek samping
- Murah atau tanpa biaya
Manfaat non-kontrasepsi
- Meningkatkan keterlibatan suami dalam KB
- Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi
- Memungkinkan mengeratkan hubungan melalui peningkatan komunikasi pasangan.
Keterbatasan
- sebagai kontraseptif sedang (9-12 kehamilan perwanita selama tahun pertama
pemakaian
- keefektifan tergantung kemauan dan disiplin pasangan
- perlu pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis KBA yang efektif
secara benar
- dibutuhkan pelatih KBA (bukan tenaga medis)
- perlu pantang masa subur
- perlu pencatatan tiap hari
- infeksi vagina membuat lendir serviks sulit dinilai
- termometer basal diperlukan untuk metode tertentu
- tidak terlindungi dari HBV atau IMS
Metode simtomtermal
Ibu harus mendapatkan intruksi untuk metode serviks dan suhu basal. Ibu dapat
menentukan masa subur dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks
Coitus interuptus
Adalah mengeluarkan penis dari vagina sebelum ejakulasi. Meskipun keefektifan
metode ini 80%, tetapi metode ini membutuhkan kontrol yang baik dari pria. Metode
ini mengurangi kepuasan pasangan. Meskipun ejakulasi keluar dari vagina, cairan
preejakulasi terkadang juga mengandung sperma sehingga pembuahan dapat terjadi.
c. Metode mekanik
 Kondom
Merupakan selaput/selubung karet yang dapat terbuat dari lateks, plastik atau bahan
alami yang dipasang pada penis selama senggama.
Cara kerja: kondom mengurangi terjadinya pertemuan sperma dan ovum dengan
mengemas pada ujung selubung karetnya. Selain itu, kondom juga mencegah
penularan mikroorganisme dari pasangan.
Efektifitas: kondom cukup efektif bila dipakai secara benar. Selama ilmiah
didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100
perempuan pertahun
Keterbatasan
- Cara penggunaan mempengaruhi keberhasilan
- Efektifitas tidak terlalu tinggi
- Agak mengganggu hubungan seks karena mengurangi sentuhan langsung
- Pada beberapa klien agak sulit mempertahankan ereksi.
- Harus selalu tersedia saat hubungan seks
- Beberapa klien malu untuk membeli kondom
- Pembungan kondom bekas menimbulkan limbah
Manfaat
- Efektif bila digunakan dengan benar
- Tidak mennganggu produksi ASI
- Tidak mengganggu kesehatan
- Tidak memiliki pengaruh sistemik
- Murah dan dapat dibeli secara umum
- Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaab kesehatan khusus
- Dapat digunakan sebagai metode kontrasepsi sementara
 Spermisida
Adalah bahan kimia yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma,
dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal, supositoria, disolvable film
dan krim
Cara kerja: spermisida menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat
gerakan sperma dan menurunkan kemampuan sperma untuk membuahi
Manfaat
- Efektif seketika
- Tidak mengganggu produksi ASI dan melindungi dari PMS.
- Bisa sebagai pendukung metode lain
- Tidak mengganggu kesehatan klien
- Tidak mempengaruhi sistemik
- Mudah digunakan
- Meningkatkan lubrikasi selama berhubungan seks
- Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Keterbatasan
- Efektifitas kurang
- Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
- Ketergantungan pengguna dengan memakainya, tiap melakukan hubungan seks
- Pengguna harus menunggu 10-15 menit untuk tablet vaginal, supositoria,
disolvable film
- Efektifitas aplikasi hanya 1-2 jam
Efek samping
- Iritasi vagina atau penis (kemungkinan adanya PMS)
- Gangguan rasa panas divagina (kemungkinan alergi)
 Diafragma
Adalah cup berbentuk bulat cembung dari latex yang diinsersikan ke dalam vagina
sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. Jenis diafragma: flat, spring,
coil spring.
Cara kerja: menahan sperma agar tidak mencapai saluran reproduksi bagian atas
(uterus, tuba fallopi) dan sebagai alat tempat spermisida.
Manfaat
- Efektif bila digunakan dengan benar
- Tidak mengganggu produksi
- Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang 2 jam sebelumnya.
- Tidak mengganggu kesehatan
- Tidak mengganggu sistemik
Keterbatasan
- Efektifitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-18
kehamilan per 100 wanita pertahun pertama)
- Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
- Motivasi diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan
- Motivasi diperlukan berkesinambungan
- Pemeriksaan pelviks diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan
- Pada beberapa pengguna menyebabkan UTI (infeksi)
- Pada 6 jam pasca berhubungan seksual, alat masih harus berada diposisi semula
Efek samping
- Infeksi saluran uretra
- Reaksi alergi diafrgama
- Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih atau rektum
- Timbul cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebih dari 24 jam
 Cup serviks
Bentuk dan cara penggunaan cup serviks sama dengan diafragma tapi memiliki
ukuran lebih kecil. Cup serviks tidak menyebabkan tekanan pada VU sehingga
dipakai selama 48 jam dan tambahan ulang spermisida tidak diperlakukan. Cup ini
tidak harus dilepas selama 6 jam pasca coitu terakhir. Cara pemasangan dan
pelepasan lebih sulit karena ukuran lebih kecil.
 Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang, haid menjadi lebih lama, panjang
dan banyak. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia produktif. Tidak boleh
dipakai wanita terpapar IMS.
Jenis: inert (dari plastik) mengandung tembaga, mengandung hormon steroid.
Cara kerja: belum diketahui secara pasti. Pendapat terbanyak, AKDR menimbulkan
reaksi radang pada endometrium dengan serbukan leukosit yang dapat
menghancurkan sperma.
Kontra indikasi pemasangan IUD / AKDR
- Adanya sangkaan kehamilan
- Pendarahan di saluran kencing
 Implant
Adalah alat kontrasepsi yang berbentuk kecil seperti karet elastis yang ditanam
dibawah kulit dan pemakain alat ini dalam jangka waktu 3 – 5 tahun.
Kontraindikasi penggunaan implant: Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan
perubahan pola haid berupa bercak Pendarahan ( spotting, hipermenorea serta
amenorea ).
Evektivitas : Sangat efektif ( kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan ).
 MOW (Metode Operatif Wanita)
Metode Operatif Wanita adalah metode operasi melalui operasi rongga perut
dengan pemotongan pada tubapalopi. Sehingga dengan demikian tidak akan terjadi
pembuahan.
Kontraindikasi penggunaan MOW : Alergi terhadap obat anastesi, berat badan
berlebihan ( obesitas ), infeksi pada saat melahirkan (intrapartum) dan nifas.
Efektivitas : Sangat efektif ( gagal 0,1 – 0,7 per 100 perempuan.
 MOP (Metode Operatif pria)
Metode operatif Pria adalah pemotongan vas deferens (saluran yang membawa
sperma dari testis).
MOP atau Vasektomi dilakukan oleh ahli bedah urolog dan memerlukan waktu
sekitar 20 menit.Pria yang menjalani vasektomi sebaiknya tidak segera
menghentikan pemakaian kontrasepsi, karena biasanya kesuburan masih tetap ada
sampai sekitar 15-20 kali ejakulasi.
Setelah pemeriksaan laboratorium terhadap 2 kali ejakulasi menunjukkan tidak ada
sperma, maka dikatakan bahwa pria tersebut telah mandul.
Komplikasi dari vasektomi adalah:
- Perdarahan
- Respon peradangan terhadap sperma yang merembes
- Pembukaan spontan

 Suntik
Kontrasepsi suntikan adalah hormon yang diberikan secara injeksi untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan hormon ini ada yang terdiri atas satu
hormon, dan ada pula yang terdiri atas dua hormon sebagai contoh jenis suntikan
yang terdiri satu hormon adalah Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan
Noristerat. Sedangkan yang terdiri dari atas dua hormone adalah Cyclofem dan
Mesygna. KB suntik sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang
menginginkan kontrasepsi yang efektif, reversibel, dan belum bersedia untuk
sterilisasi.
Cara kerja
Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan Noristerat setiap 2 bulan.
Wanita yang mendapat suntikan KB tidak mengalami ovulasi.
Efektivitas
- Dalam teori: 99,75 %
- Dalam praktek: 95-97 % 14
Keuntungan
- Mengurangi kunjungan
- Merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat
- Dapat dipakai dalam waktu yang lama
Kontraindikasi
- Hamil atau disangka hamil
- Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
- Tumor/keganasan
- Penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis,
- Penyakit paru berat, varices
Efek Samping
Efek samping dari dari suntikan Cyclofem yang sering ditemukan adalah mual,
berat badan bertambah, sakit kepala, pusing-pusing dan kadang-kadang gejala
tersebut hilang setelah beberapa bulan atau setelah suntikan dihentikan. Sedangkan
efek samping dari suntikan Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan
Noristeat yang sering dijumpai adalah mensturasi tidak teratur, masa mensturasi
akan lebih lama, terjadi bercak perdarahan bahkan mungkin menjadi anemia pada
beberapa klien.

 Kontrasepsi Pil
Pil KB biasanya megandung Estrogen dan Progesteron. Cara kerja pil KB adalah
dengan cara menggantikan produksi normal Estrogen dan Progesteron dan
menekan hormon yang dihasilkan ovarium dan releasing factor yang dihasilkan
otak sehingga ovulasi dapat dicegah. Efektivitas metode ini secara teoritis mencapai
99% atau 0,1 – 5 kehamilan per 100 wanita pada pemakaian di tahun pertama bila
digunakan dengan tepat. Tetapi dalam praktek ternyata angka kegagalan pil masih
cukup tinggi yaitu mencapai 0,7 - 7%.
Keuntungan dan kerugian pemakaian pil KB antara lain :
Keuntungan pil KB :
a. Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin
b. Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu senggama
c. Reversibilitas tinggi
d. Efek samping sedikit
e. Mudah didapatkan, tidak selalu perlu resep dokter karena pil KB dapat
diberikan oleh petugas non medis yang terlatih
f. Dapat menurunkan resiko penyakit-penyalit lain seperti kanker
ovarium, kehamilan ektokpik, dan lain-lain
g. Relatif murah
Kerugian pil KB :
a. Efektivitas tergantung motivasi akseptor untuk meminum secara rutin tiap hari
b. Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi
c. Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat tertentu
d. Kemungkinan untuk gagal sangat besar karena lupa
e. Tidak dapat melindungi dari resiko tertularnya Penyakit Menular Seksual
Cara kerja:
- Menekan ovulasi
- Mencegah implantasi
- Mngentalkan lender serviks
Jenis Pil KB
 Pil kombinasi
Pil kombinasi berisi estrogen maupun progesterone.
a. Monofasik: pil 21 tablet mengandung hormone aktif estrogen dan
progesterone dalam jumlah dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif
b. Bifasik: pil yang tersedia dalam 21 tablet, mengandung hormon aktif
estrogen dan progesterone dalam jumlah dosis yang berbeda dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif
c. Trifasik : pil yang tersedia dalam 21 tablet, mengandung hormon aktif
estrogen dan progesterone dalam jumlah dosis yang berbeda dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif
 Pil mini
Pil KB yang digunakan untuk ibu menyusui dengan dosis progestin lebih rendah
dibandingkan dengan pil kombinasi dan tidak mengandung estrogen.
Keuntungan:
- Sangat efektif jika digunakan dengan benar
- Tidak mengurangi produksi ASI
- Aman dan mudah digunakan
Kerugian:
- Relative mahal, keefektifan berkurang jika tidak menyusui dengan benar
- Siklus haid terganggu
- Harus diminum rutin tiap hari
 Pil pasca senggama
Jenis pil KB yang digunakan pasca melakukan hubungan suami istri dan tidak
dapat ditunda. Berisi levonorgestron 0.75 mg
Keuntungan:
- Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
- Cara kerja fisiologis, tidak menggangu kesuburan
Cara penggunaan:
- Pil I diminum segera setelah senggama dan pil II diminum 12 jam setelah pil 1
- Dosis obat harus diminum ulang jika klien muntah dalam 12 jam setelah pil 1
Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
Karena masalah kontrasepsi merupakan suatu hal yang sensitif bagi wanita,
maka dalam mengkaji hal ini perawat harus sangat memperhatikan privasi klien.
Rendahkan suara ketika mengkaji untuk menigkatkan rasa nyaman klien dan
pertahankan rasa percaya diri yang tinggi klien.
Selain pengkajian umum( Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat obstetri,
PF), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran sebagai
edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah :
1. Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi
Pengkajian ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita tersebut
berencana untuk memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda apa yang sedang
direncanakan akan dipakai oleh klien. Bila klien menyatakan satu jenismetoda
perawat dapat menanyakan alas an penggunaan metoda tersebut.pertanyaan-
pertanyaan ini akan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi klien terkait
dengan kontrasepsi yang digunakannya.
2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi
Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapat
menetukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan kontrasepsi.
Misalnya tanyakan tentang bagaimana klien tersebut memakai dafragma, kapan
dan dimana spermisida dioleskan atau berapa kali dalam sehari klien tersebut harus
mengkonsumsi pil KBm dengan menggali tingkat pengetahuan klien ni perawat
dapat menentukan bila ada kesalahan persepsi dalam penggunaan yang akan
menyebabkan tidak efektifnya alat kontrasepsi yang dipakai dan akan
menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan.

3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi klien terhadap metoda kontrasepsi


yang sedang dipakai.
Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan klien
terhadap efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya. Dengarkan juga
pernyataan klien tentang kenyamanannya menggunakan metoda kontrasepsi
bulanan seperti suntik hormone dari pada pil keluarga berencana yang harus di
konsumsi setiap hari. Keefektifan suatu metoda meningkat seiring dengan
peningkatan kenyamanan klien dalam menggunakan metoda tersebut.
4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat
Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan
tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji factor-faktor yang dapat
membantu pemilihan metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu klien yang
merupakan kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan
kepercayaan serta keinginan untuk mencegah kehamilan.
a. Riwayat menstruasi
Frekuensi, siklus dan lama haid terakhir
b. Riwayat kontrasepsi
Metode yang pernah digunakan dan alasan penghentian
Metode yang terakhir digunakan dan pemakaian terakhir
c. Riwayat obstetri
Tipe kelahiran gender
Lama gestasi komplikasi
Lama persalinan Berat lahir
kesehatan anak-anak saat ini dan tempat tinggalnya
perasaan tentang kehamilan terdahulu atau pengalaman melahirkan
d. Riwayat pembedahan
Masalah gynekologi termasuk HPV, herpes, gonorhoe, sifilis
Penyakit organic
Pembedahan, kecelakaan, hospitalisasi
Masalah psikiatri, termasuk penyakit jiwa, depresi, ansietas, mania, serangan panic
Obat-obatan (saat ini dan masa lalu)
e. Riwayat keluarga
Risiko penyakit genetic, termasuk latar belakang etnis
Riwayat obstetric, termasuk riwayat keguguran, kembar, preeklamsi
Hubungan kekerabatan
f. Kebiasaan tidak sehat (merokok, mengkonsumsi alcohol, obat-obatan)
g. Status Perkawinan
h. Riwayat social
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi, kebutuhan tindakan dan
pemilihan yang tepat tentang alat kontrasepsi.
2. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan akibat
pemasangan / pemakaian alat KB

C. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi, kebutuhan tindakan dan
pemilihan yang tepat tentang alat kontrasepsi
Tujuan : pengetahuan klien tentang alat kontrasepsi bertambah
Kriteria hasil :
 Mampu memilih alat kontrasepsi yang sesuai.
 Mampu menyebutkan manfaat dari penggunaan alat kontrasepsi (KB).
Intervensi Keperawatan :
a. HE tentang Keluarga Berencana (KB) meliputi tujuan KB, sasaran KB, metode
yang efektif.
R : Memberikan informasi untuk membantu klien/pasangan memahami dan
memutuskan sesuatu.
b. Kaji tingkat pengetahuan klien/pasangan, kesiapan dan kemampuan untuk
belajar. Dengarkan , bicara dengan tenang dan berikan waktu untuk bertanya
dan meninjau materi.
R : Memberikan informasi yang perlu untuk mengembangkan rencana perawatan.
c. Diskusikan dengan klien/pasangan implikasi jangka pendek dan jangka
panjang penggunaan alat kontrasepsi.
R : Memungkinkan klien/pasangan untuk membuat keputusan berdasarkan informasi
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemilihan yang tepat dan terapi yang sesuai
apabila ada gangguan.
R : Mendukung keputusan klien/pasangan dan membantu mengurangi risiko
terganggunya kesehatan
2. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan akibat
pemasangan / pemakaian alat KB.
Tujuan : klien mengungkapkan kenyamanan dan tidak terjadi kecemasan.
Kriteria hasil :
 Klien tampak rileks
 P : 60-100x/menit
 N : 20x/menit
Intervensi Keperawatan :
a. Observasi tanda-tanda vital (P, N, TD)
R : Tanda vital klien mungkin berubah karena kecemasan. Tanda vital yang stabil
menunjukkan penurunan tingkat kecemasan.

b. Tinjau ulang penyebab, sumber dan manifestai kecemasan.


R : Mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan menentukan arah dan
kemungkinan pilihan/intervensi.
c. Jelaskan prosedur, intervensi keperawatan dan tindakan.
R : Pengetahuan tentang alas an aktivitas ini dapat menurunkan rasa takut akibat
ketidaktahuan.
d. Pertahankan komunikasi terbuka, diskusikan kemungkinan efek samping dan
keuntungan penggunaan alat KB.
R : Informasi dan jawaban atas pertanyaan dapat membantu menurunkan ansietas
dan meningkatkan kepercayaan diri klien dan pasangan.
e. Anjurkan penggunaan teknik relaksasi (misal : latihan nafas dalam).
R : Mencegah kelelahan otot dan memberikan kesempatan untuk partisipasi aktif dan
meningkatkan rasa kontrol.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anticemas
R : Memblok system syaraf yang meningkatkan kecemasan

D. Evaluasi
3. Klien dan pasangan memiliki pengetahuan tentang keluarga berencana.
4. Klien mampu memilih alat kontrasepsi yang tepat dan sesuai.
5. Klien mengungkapkan kenyamanan dan tidak terjadi kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth ; 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC


Doenges, Marilynn& Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi
“Pedoman untuk Perencanaan danDokumentasi Perawatan Klien” Ed. 2. EGC.
Jakarta.
Farrer, Hallen. 2001. Perawatan Maternitas Ed. 2. EGC. Jakarta
Mansjoer, Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Ed.3. Media Aesculapius FK UI.
Jakarta.
Mochtar, Rustam ; 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jakarta : EGC
Varney, Helen; 2002, Buku Saku Bidan, Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa ; 1997, Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Jakarta : Yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai