Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Di kalangan akademisi, gerakan lingkungan mulai marak pada tahun 1970-an, dengan
terbitnya makalah berjudul The Historical Roots of Our Ecological Crisis (Lynn White,
1967) dan The Tragedy of The Commons (Garet Hardins, 1968). Kemudian tanggal 5 Juni
ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Sedunia oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
dengan resolusinya nomor 2994 pada tanggal 15 Desember 1972. Tujuannya untuk memperdalam
kesadaran publik memelihara dan meningkatkan lingkungan dalam rangka keselamatan dan
kesejahteraan hidup dimuka bumi. Tanggal tersebut dipilih karena bertepatan dengan pembukaan
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan Hidup di Stockholm pada tahun
1972, yang selanjutnya mendorong terbentuknya Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-
Bangsa atau dikenal sebagai United Nations Environment Programme (UNEP). Kerusakan
lingkungan yang mengglobal antara lain disebabkan karena pemanasan global (gas-gas yang
menyerap dan menahan panas dari matahari sehingga mencegah kembali keruang angkasa),
penyusutan ozon, hujan asam (berkaitan dengan pembakaran bahan bakar fosil yang akan
bercampur dengan uap air di awan), sampah padat, dan penyusutan cadangan mineral.
Di Indonesia sendiri sebenarnya etika lingkungan bukanlah merupakan hal yang baru,
etika lingkungan sebenarnya telah ada sejak dahulu kala, karena leluhur kita sebenarnya telah
menyebarkan hal ini melalui tembang, legenda ataupun mitos. Contoh suku yang masih
mempertahankan kearifan tradisional ini adalah masyarakat Dayak, Asmat, Badui, Nias,
Kampung Naga ataupun Tengger. Seharusnya etika lingkungan yang penuh warna kearifan dan
kebenaran tradisional ini dapat dikembangkan untuk penyelamatan lingkungan yang lebih luas di
negara kita.
Bisnis yang etis adalah bisnis yang dapat memberi manfaat maksimal pada lingkungan,
bukan sebaliknya, menggerogoti keserasian lingkungan. Oleh karena itu, setiap pelaku bisnis
perlu memahami beberapa hal tentang “Etika Lingkungan Hidup” dan materi yang akan dibahas
antara lain:
1. Dimensi Polusi dan Penyusutan Sumber Daya
2. Etika Pengendalian Polusi
3. Etika Konservasi Sumber Daya yang Bisa Habis
4. Meningkatnya Perhatian Dunia Bisnis Terhadap Etika Lingkungan

1
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Dimensi Polusi dan Penyusutan Sumber Daya

Kerusakan lingkungan tidak diragukan lagi mengancam kesejahteraan manusia dan juga binatang
dan tumbuhan. Ancaman lingkungan berasal dari dua sumber: polusi dan penyusutan sumber
daya. Menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1998, polusi
atau pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energy, dan/ atau
komponen lain ke dalam air, udara, tanah,dan/ atau berubahnya tatanan (komposisi) air, udara,
tanah, oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air, udara, tanah, menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Polusi mengacu pada
kontaminasi yang tidak diinginkan terhadap lingkungan oleh pembuatan atau penggunaan
komoditas. Polusi dapat dikategorikan menjadi polusi udara, air, dan tanah.

1. Polusi Udara

Polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer
dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Polusi udara bukanlah barang
baru, ia telah bersama kita semenjak terjadinya revolusi industri dunia, saat cerobong-cerobong
asap pabrik mulai berdiri. Namun demikian, polusi udara semakin meningkat secara besar-
besaran saat industri mulai meluas. Yang dapat digolongkan dalam polusi udara antara lain:

a. Pemanasan Global

Gas-gas rumah kaca karbon dioksida, nitrogen oksida, metana, dan klorofluorokarbon adalah
gas-gas yang menyerap dan menahan panas dari matahari, mencegahnya kembali ke ruang
angkasa, mirip dengan rumah kaca yang menyerap dan menahan panas matahari. Gas-gas rumah
hijau terbentuk secara alami dalam atmosfer dan bertugas menjaga agar suhu bumi 33o celcius
lebih hangat dari seharusnya, sehingga memungkinkan kehidupan berkembang. Namun
demikian, aktivitas industri, pertanian, dan juga aktivitas manusia lainnya selama 150 tahun
terakhir telah menciptakan gas rumah kaca dalam jumlah cukup besar, khususnya dari hasil
pembakaran bahan bakar dari fosil seperti minyak dan batu bara mengakibatkan kenaikan suhu.
Kenaikan suhu dapat memperluas padang pasir, melelehkan lapisan es kutub, meningkatkan
pemurkaan air laut, memusnahkan sejumlah spesies binatang dan tumbuhan, mengganggu
aktivitas, dan produktivitas pertanian, serta distribusi dan tingkat keakutan penyakit.

2
Kenaikan suhu bumi (global warming) telah menjadi perhatian dunia sejak beberapa dekade
belakangan. Industralisasi dituding sebagai penyebab utama. Salah satu akibatnya ialah
mencairnya es di kutub yang berskibat naiknya permukaan laut, yang pada gilirannya
menyebabkan abarsi kawasan pantai. El Nino, Badai Katrina dan Badai Rita yang menggulung
Amerika baru-baru ini diduga sebagai akibat global warming. Yang paling mudah dideteksi ialah
udara terasa semakin panas. Tahun 2005 dilaporkan sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah
bumi.

Pada tahun 1988, PBB membentuk Intergovernmental Panel on Climate Change (IPPC) untuk
memelajari masalah pemanasan global. IPPC memprediksi terjadinya pergeseran vegetasi
menuju lahan yang lebih tinggi serta perubahan-perubahan cepat dalam spesies yang ada di
wilayah tersebut. Saat ini, 800 juta penduduk tidak memperoleh persediaan pangan yang
memadai dan perubahan iklim akan mengurangi hasil-hasil pertanian di wilayah tropis dan
subtropis sehingga memperparah bencana kelaparan di wilayah-wilayah ini. Saat ini, angka
kematian di Negara-negara maju dan berkembang mengalami penurunan, akan tetapi perubahan
iklim telah mengakibatkan penyebaran virus dan penyakit-penyakit menular seperti dengue,
malaria, virus hanta, virus west nile, dan kolera. Pemanasan global merupakan suatu masalah
yang sangat sulit dipecahkan. IPPC memperkirakan bahwa usaha untuk menghentikan kenaikan
jumlah gas rumah kaca memerlukan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 60 sampai 70
persen suatu jumlah yang akan sangat serius berpengaruh terhadap perekonomian Negara-negara
maju dan berkembang.

b. Penyusutan Ozon

Penyusutan lapisan gas ozon secara bertahap di statosfer disebabkan oleh pelepasan gas
klorofluorokarbon (CFC) ke udara. Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35
km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari
matahari. Namun lapisan ozon ini hancur oleh gas CFC yang biasa dipakai dalam kaleng aerosol,
kulkas, AC, bahan pelarut, dan mesin industri. Gas CFC yang terlanjur masuk ke udara akan
terus naik dan memberikan ancaman selama bertahun-tahun serta tetap bertahan selama satu
abad. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju
penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-
lubang pada lapisan ozon. Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahari tidak
berfilter dan dapat menyebabkan kanker kulit serta penyakit pada tanaman.

Data monitor seluruh dunia menunjukkan bahwa tingkat penyusutan lapisan ozon telah mencapai
5 persen semenjaktahun 1960-an, dengan tingkat penyusutan kumulatif sebesar 10 persen di
musin dingin dan 5 persen di musim panas dan musim gugur di Eropa, Amerika Utara, dan
Australia. Sejumlah perjanjian internasional dibentuk, yang juga ditandatangani pemerintah
Amerika, menyatakan untuk secara bertahap mengurangi penggunaan CFC menjelang tahun
2000, dan emisi gas CFC mengalami penurunan sebesar 87 persen dari puncaknya yang terjadi

3
tahun 1988. Namun demikian, tidak semua Negara setuju untuk menghentikan produksi gas
CFC.

c. Hujan Asam

Keasaman atau pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara
seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan.
Hujan asam berkaitan erat dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, batu bara, dan gas
alam), yang banyak digunakan untuk memproduksi listrik. Pembangkit tenaga listrik mewakili
70 persen emisi sulfur oksida tahunan dan 30 persen nitrogen oksida. Banyak hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa sebagian populasi ikan dan organism air termasuk ganggang ,
zooplankton, dan amfibi yang tidak mampu bertahan di danau dan sungai yang menjadi sangat
asam karena hujan asam. Sejumlah penelitian lain menunjukkan bahwa hujan asam secara
langsung merusak atau menghancurkan pohon, tanaman, tumbuhan laut, dan lumut dan secara
tidak langsung menghancurkan kehidupan alam liar dan spesies-spesies yang menggantungkan
diri pada hutan untuk memperoleh makanan. Hujan asam juga melelehkan logam-logam beracun,
cadmium, nikel, timah, manggan, dan merkuri dari tanah dan membawanya ke perairan yang
selanjutnya mengontaminasi sumber air bersih dan ikan. Terakhir hujan asam juga bisa merusak
dan mengahncurkan bangunan, patung, serta benda-benda lain, khususnya yang terbuat dari besi,
kapur, dan marmer.

d. Racun Udara

Dalam beberapa tahun belakangan terjadi kenaikan beberapa jenis racun karsinogen. 2,4 miliar
pon zat racun udara yang masuk ke atmosfer setiap tahunnya, termasuk phosgene, gas saraf yang
dipakai dalam perang, dan nmethyl isocyanate yang telah menewaskan lebih dari 2000 warga
India di Bhopal. Bahan kimia yang masuk ke udara setiap tahun mencakup 235 juta pon
carcinogen, seperti benzene dan formaldehyde, dan 527 juta pon neurotoksin seperti toluene dan
trichloroethylene. Meskipun jumlah sebagian racun udara ini mengalami penurunan secara
betahap di Amerika, namun sejumlah Negara bagian Amerika Serikat melaporkan adanya
kenaikan beberapa jenis racun karsinogen. Environmentsl Protection Agency (EPA)
memperkirakan 20 dari 329 zat beracun yang masuk ke udara sudah mampu menyebabkan lebih
dari 2000 kasus kanker setiap tahun, dan bahwa tinggal di dekat pabrik kimia meningkatkan
kemungkinan seseorang untuk terkena kanker lebih dari 1 banding 1000. Prevalensi penyakit
kanker yang sangat tinggi ditemukan dekat pabrik-pabrik di sejumlah Negara bagian termasuk
West Virginia dan Louisiana.

e. Kualitas Udara

Bentuk polusi udara yang paling umum adalah gas dan partikel-partikel yang keluar dari mobil
dan proses industry, yang berpengaruh terhadap kualitas udara. Pengaruh dari bahan pencemar

4
ini telah diketahui lebih dari dua dekade lalu dalam sebuah laporan yang disampaikan
Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan Amerika yaitu:

1. Karbon monoksida yang umumnya ditemukan di kawasan dengan lalu lintas yang padat
mengakibatkan sakit kepala, penglihatan kabur, dan penurunan koordinasi otot.

2. Sulfur oksida yang dihasilkan dari pembakaran minyak dan batu bara, merusak logam dan
batu dan, dengan konsentrasi seperti yang ditemukan di kota-kota besar, mengurangi jarak
pandang, merusak tanaman, dan berperan dalam munculnya penyakit pernapasan dan kematian
premature.

3. Nitrogen oksida menyebabkan munculnya warna kabur kecoklatan yang tidak hanya
merusak pemandangan, namun juga membahayakan proses lepas landas dan pendaratan pesawat.
Dalam konsentrasi yang lebih tinggi dari rata-rata, bahan ini bisa mengganggu fungsi pernapasan
dan, diperkirakan berperan menyebabkan penyakit pernapasan. Semua bahan ini terbentuk dari
pembakaran atas semua jenis bahan bakar.

4. Hindrokarbon dapat menyebabkan kanker pada binatang percobaan di laboratorium , asap


kendaraan bermotor dapat membentuk kabut fotokimia.

5. Materi berpartikel tidak hanya meninggalkan noda di pakaian, di jendela, dan mengaburkan
pandangan dari apa yang kita lihat, namun juga berperan sebagai katalisator dalam pembentukan
bahan pencemar lainnya, mengakibatkan karat pada logam, dan bila ukurannya tepat, juga
kemungkinan membawa gas-gas pengganggu ke dalam paru-paru.

2. Polusi Air

Air merupakan pelarut yang baik, sehingga air di alam tidak pernah murni akan tetapi selalu
mengandung berbagai zat terlarut maupun zat tidak terlarut serta mengandung mikroorganisme
atau jasad renik. Apabila kandungan berbagai zat ataupun mikroorganisme yang terdapat di
dalam air melebihi ambang batas yang diperbolehkan, kualitas air akan terganggu, sehingga tidak
bisa digunakan untuk berbagai keperluan, baik untuk air minum, mandi, mencuci, atau keperluan
lainnya. Air yang terganggu kualitasnya ini dikatakan sebagai air yang tercemar.

Kontaminasi sumber air adalah masalah klasik yang sudah dihadapi semenjak peradaban
manusia mulai menggunakan air untuk membuang sampah dan kotoran.

Polusi air disebabkan oleh:

a. Limbah Pemukiman.

5
Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik dan sampah
anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan
oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah
anorganik seperti kertas, plastic, gelas atau kaca, kayu, kain, logam, karet, dan kulit. Sampah-
sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri. Sampah Organik yang dibuang ke sungai
menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri
untuk proses pembusukannya. Deterjen merupakan limbah yang paling potensial mencemari air
karena sangat sukar diuraikan oleh bakteri.

b. Limbah Pertanian

Pemakaian pupuk pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk mengandung
fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok.
Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan
pencemaran oleh deterjen. Limbah pestisida mempunyai aktivitas dalam jangka waktu yang lama
dan ketika terbawa aliran air keluar dari daerah pertanian, dapat mematikan hewan yang bukan
sasaran seperti ikan, udang, dan hewan air lainnya .

c. Limbah Industri

Pada umumnya limbah industry mengandung limbah B3 yaitu bahan berbahaya dan beracun.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 pasal 1, limbah B3 adalah sisa suatu usaha
atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dapat mencemarkan atau
merusak lingkungan hidup sehingga membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup
manusia dan mahluk lainnya. Karakteristik limbah B3 adalah korosif / menyebabkan karat,
mudah terbakar dan meledak, bersifat toksik / beracun dan menyebabkan infeksi atau penyakit.
Limbah industri yang berbahaya antara lain yang mengandung logam dan cairan asam. Limbah
ini bersifat korosif dan mematikan tumbuhan dan hewan air. Pada manusia menyebabkan iritasi
kulit dan mata, mengganggu pernafasan dan menyebabkan kanker.

Logam yang paling berbahaya dari limbah industri adalah merkuri atau yang dikenal juga
sebagai air raksa (Hg) atau air perak. Di Jepang antara tahun 1953-1960, lebuh dari 100 orang
meninggal atau cacat karena mengkonsumsi ikan yang berasal dari teluk Minamata. Teluk ini
tercemar merkuri yang bersal dari sebuah pabrik plastik. Bila merkuri masuk ke dalam tubuh
manusia melalui saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan akut pada ginjal sedangkan
pada anak-anak dapat menyebabkan alergi kulit.

d. Limbah Pertambangan

Limbah pertambangan seperti batubara biasanya tercemr asam sulfat dan senyawa besi, yang
dapat mengalir ke luar daerah pertambangan. Air yang mengandung kedua senyawa ini dapat

6
berubah menjadi asam.Limbah pertambangan yang berifat asam bisa menyebabkan korosi dan
melarutkan logam-logam sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan
kehidupan akuatik.

Selain pertambangan batubara, pertambangan emas juga menghasilkan limbah berbahaya.


Pertambangan emas menghasilkan limbah yang mengandung merkuri. Para penambang
umumnya kurang mempedulikan dampak limbah yang mengandung merkuri karena kurangnya
pengetahuan yang dimiliki. Biasanya mereka membuang dan mengalirkan limbah bekas proses
pengolahan ke selokan, parit, kolam, atau sungai. Merkuri tersebut selanjutnya berubah menjadi
metal merkuri karena proses alamiah. Bila senyawa metal merkuri masuk ke dalam tubuh
manusia melalui media air, akan menyebabkan keracunan.

3. Polusi Tanah

Polusi atau pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami. Polusi tanah disebabkan oleh beberapa hal berikut:

1. Zat beracun

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap,
tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah
kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat
berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari tanah dan udara
di atasnya. Salah satu contohnya yaitu benzea. Benzena adalah zat kimia beracun yang dipakai
dalam plastik, baha celup, nylon, deterjen, fungisida dan bensin. Benzena dapat menyebabkan
annemia, kerusakan sumsum dan leukimia.

2. Limbah padat

Sampah kota merupakan sumber polusi yang signifikan, dan mengandung zat beracun seperti
kadmium (dari baterai isi ulang), merkuri, timah (dari aki mobil dan tabung gambar televisi),
vanadium, tembaga, seng, dan PCB (dari kulkas, kompor, mesin-mesin dan peralatan rumah
tangga).

3. Limbah nuklir

Reaktor nuklir mengandung bahan-bahan radioaktif yang diketahui bersifat kasinogen seperti
strontium 90, cesium 137, barium 140, dan idione 131. Radiasi tingkat tinggi dari elemen-elemen
ini dapat menyebabkan kematian sedangkan dosis yang lebih rendah bisa menyebabkan kanker
thyroid, tulang serta kerusakan genetika.

7
Pencemaran tanah juga memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah
akibat adanya bahan kimia beracun dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari
mikroorgaisme yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya dapat memusnahkan
beberapa spesies primer dari rantai makanan. Dampak pada pertanian terutama perubahan
metabolisme tanaman yang akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini
dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman dimana tanaman tidak mampu
menahan lapisan tanah dari erosi.

Penyusutan Sumber Daya

Penyusutan sumber daya mengacu pada konsumsi sumber daya yang terbatas atau langka.
Penyusutan sumber daya alam sering disebut dengan istilah deplesi. Penyusutan sumber daya
alam dapat berupa beberapa hal berikut.

1. Penyusutan spesies dan habitat

Kekayaan alam seringkali ditentukan oleh banyaknya jenis-jenis kehidupan. Pencemaran udara,
air dan tanah dapat menyebabkan perubahan metabolisme mokroorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di lingkungan tersebut. Akibatnya beberapa spesies terancam punah.
Industri kayu telah merusak hutan sebagai habitat yang menjadi tempat tinggal berbagai spesies.
Menyusutya hutan dan adanya pengaruh polusi udara akan mengakibatkan kepunahan sejumlah
besar spesies tumbuhan dan hewan serta tidak menutup kemungkinan spesies manusia di masa
yang akan datang.

2. Penyusutan bahan bakar fosil

Tingkat penggunaan bahan bakar fosil yang meningkat hampir 2 kali lipat mengakibatkan
terjadinya penyusutan. Jika terus dibiarkan, penyusutan ini akan berakhir dengan punahnya
semua sumber daya dalam waktu yang singkat. Diperkirakan cadangan batubara dunia akan
habis dalam waktu 100 tahun, minyak akan habis dalam waktu 40 tahun, dan gas alamakan habis
dalam waktu 25 tahun.

3. Penyusutan mineral

Jika perkiraan penyusutan mengenai cadangan mineral benar, makan konsekuensi-konsekuensi


ekonomi akan sangat fatal karea habisnya mineral-mineral tersebut dalam waktu relatif singkat,
ini mengakibatkan hancurnya berbagai industri yang bergantung padanya. Jadi, ada batas-batas
fisik dari sumber daya alam kita, meskipun banyak yang masih berlimpah semuanya tidak biasa
dieksploitas secara terus menerus.

8
2.2. Etika Pengendalian Polusi

Masalah-masalah polusi tidak hanya bersumber dari aktivitas bisnis. Polusi juga muncul karena
pengguna produk dari konsumen dan produk sampah. Satu hal sumber utama polusi adalah
penggunaan kendaraan bermotor dan kotoran. Karena setiap manusia melakukan pencemaran
maka masalah pencemaran atau polusi meningkat sejlana dengan kenaikan populasi. Terlebih
lagi diperburuk dengan kecendrungan terkonsentrasinya populasi diwilayah perkotaan. Wilayah
perkotaan tumbuh dengan pesat dan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi akibat urbanisasi
telah menciptakan beragam beban polusi. Masalah polusi berasal dari beragam sumber , dan
penangannya memerlukan pemecahan yang juga beragam. Namun focus kita dalam pembahasan
selanjutnya adalah pada satu jangkauan permasalahan etis yang muncul akibat polusi dari usaha
komersial dan industry.

 Etika Ekologi

Masalah polusi dilihat dari sejumlah peneliti sebagai masalah yang paling baik bila dilihat dalam
kaitannya dengan kita untuk mengenali dan mempertahankan sistem-sistem ekologi. Sebuah
sistem ekologi adalah rangkaian organisme dan lingkungan yang saling terkait dan saling
bergantung seperti danau dimana ikan bergantung pada organism air kecil dan organism-
organisme ini bergantung pada tamanaman air dan ikan. Karena ada banyak sistem ekologi yang
saling terkait maka aktivitas dari salah satu bagiannya akan berpengaruh pada bagian lain. Usaha
bisnis merupakan bagian dari sistem ekologi yang besar, karena bergantung pada lingkungan
alam dalam memperoleh energy, sumber daya material, dan pembuangan limbah dan sebaliknya
dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas bisnis perusahaan. Faktanya bahwa kita hanya merupakan
satu bagian dari ekologi yang lebi besar telah mendorong untuk menegaskan bahwa kita perlu
menghargai kewajiban moral untuk melindungi tidak hanya kesejahteraan umat manusia, namun
juga bagian sistem lain.

Etika ekologi adalah sebuah etika yang mengklaim bahwa kesejahteraan dari bagian-bagian non
manusia secara intrinsic memiliki nilai tersendiri bahwa, karena adanya nilai intrinsic manusia
memiliki tugas untuk menghargai dan mempertahankan. Klaim-klaim etika ini memliki jumlah
implikasi penting bagi aktivitas bisnis yang berpengaruh pada lingkungan. Ada berbagai macam
etika ekologi, sebagian lebih radikal dan berjangkau luas dibandingkan dengan yang lainnya.
Mungkin yang paling popular adalah mengklaim bahwa selain bagi manusia, binatang juga
memiliki nilai intrinsic dan layak kita lindungi. Dan sejumlah pakar etika mengklaim bahwa ada
hal yang sewenang-wenang dan hedonistic bila kita hanya membatasi tugas kita pada makhluk-
makhluk yang bisa merasakan sakit. Sebagian versi etika ekologi beralih dari bicara tentang
tugas dan kewajiban dan mengusulkan sebuah pendekatan terhadap alam yang lebih terkait
dengan masalah kebaikan dan karakter. Namun demikian usaha-usaha untuk memperluas hak-
hak moral terhadap makhluk non manusia ataupun klaim bahwa sikap menghormati atau
menghargai secara moral merupakan kewajiban, sampai saat ini masih sangat controversial, dan

9
sabagian penulis menganggapnya luar biasa. Untuk mengetahui mengapa fakta bahwa sesuatu
yang hidup mengimplikasikan bawa sesuatu itu harus hidup dan bahwa kita berkewajiban
menjaganya agar tetap hidup ataupun menunjukkan sikap menghargai .

 Hak Lingkungan dan Pembatasan Mutlak

Lingkungan yang nyaman tidak hanya sangat diinginkan, namun merupakan hak bagi setiap
manusia. Dengan kata lain lingkungan yang nyaman bukanlah sesuatu yang kita semua ingin
miliki. Tetapi sesuatu dimana yang lain berkewajiban untuk memungkinkan kita untuk
memilikinya. Karana kita punya hak untuk mendapatkan lingkungan yang nyaman dan hak kita
mengimplikasikan bahwa orang lain memiliki kewajiban korelatif untuk tidak mengganggu kita
untuk menggunakan hak tersebut..

Namun demikian masalah utamanya adalah pandangan gagal memberikan petunjuk tentang
sejumlah pilihan yang cukup berat mengenai lingkungan. Seberapa besar pengendalian polusi
yang benar-benar diperlukan? Apakah kita haru memberlakukan larangan mutlak atas polusi?
Seberapa jauh kita perlu membatasi hak-hakproperti demi kepentinga lingkungan? Barang-
barang apa saja jika ada, yang perlu kita hentikan produksinya untuk menghentikan atau
memperlambat kerusakan lingkungan? Siapa yangdiwajibkan membayar biaya untuk
mempertahankan kelestarian lingkungan?. Berbagai pertanyaan-pertanyaan yang ada tersebut
harus adanya pendekatan-pendekatan yang tepat untuk menjadi problematic bila biaya untuk
mengurangu jumlah polusi tertentu lebih tinggi dibandingkan keuntungan yang akan diperoleh.

Hal lain yang juga menyulitkan adalah kemungkinan pengaruh persyaratan pananganan polusi
terhadap penutupan perusahaan dan hilangnya lapangan kerja. Karena adanya hambatan-
hambatan muncul dari pelarangan muntlak pihak pemerintah mulai beralih pada metode-metode
pengendalian poiusi yang berusaha menyeimbangkan biaya dan keuntungan dari pengendalian
polusi dan tidak meneraplan pelarangan mutlak. Peraturan-peraturan itu tidak didasarkan pada
gagasan bahwa manusia memiliki hak atas lingkungan yang sifatnya mutlak, namun didasarkan
pada pendekatan utilitarian terhadap lingkungan.

 Utilitarianisme dan Pengendalian Parsial

Utilitarianisme memberikan suatu cara guna menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh
teori hak-hak lingkungan. Pendekatan yang secara fundamental bersifat utilitarian terhadap
masalah lingkungan adalah dengan melihat masalah-masalah tersebut. Jika suatu industry
mencemari lingkungan, harga pasar dan komiditas-komoditasnya tidak lagi mencerminkan biaya
sesungguhnya dalam proses produksi komoditasnya, hasilnya adalah kesalahan alokasi
sumberdaya, peningkatan jumlah limbah, dan distribusi komoditas yang tidak memadai.
Kosekuaensinya, seluruh masyarakat dirugikan saat kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan

10
menurun. Jadi pendekatan utilitarian menyatakan bahwa seorang perlu berusaha menghindari
polusi karna dia juga tidak ingin merugikan kesejahteraan masyarakat.

 Biaya pribadi dan Biaya Sosial

Para pakar ekonomi sering membedakan antara apa yang diperlukan oleh perusahaan untuk
memberikan sebuah produk dan apa yang diberikan oleh masyarakat terhadap perusahaan yang
memproduksinya. Ketika suatu perusahaan mencemari lingkungan dalam cara apa pun juga,
maka biaya pribadi selalu lebih kecil dibandingkan biaya sosial totalnya. Baik itu pencemaran
yang sifatnya lokal dan langsung, ataupun pencemaran yang sifatnya global dan berjangka
panjang, seperti pengaruh panas yang diperkirakan berasal dari terlalu banyaknya kandungan
karbon dioksida dalam atmosfer, polusi selalu melibatkan adanya biaya eksternal atau dengan
kata lain biaya yang tidak perlu dibayar oleh pihak produksi polusi tersebut. Dan polusi
merupakan satu masalah dasar dalam perbedaan antara biaya pribadi dan biaya sosial. Mengapa
dipermasalahkan? Karena saat biaya pribadi untuk menghasilkan suatu produk berbeda dari
biaya sosial yang terkait dengan proses produksinya, maka pasar tidak lagi memberikan harga
yang tepat atas komoditas yang dihasilkan. Konsekuensinya pasar tidak lagi mampu
mengalokasikan sumber daya yang dimiliki secara efisien. Akibatnya kesejahteraan masyarkat
menurun.

Untuk memahami mengapa pasar menjadi tidak efisien saat terjadi perbedaan antara biaya
pribadi dan biaya sosial. Konsekuensi kepemilikan mereka atas barang-barang tidak proposional
dengan keinginan dan kebutuhan mereka dibandingkan dengan orang-orang yang tidak perlu
membayar biaya eksternal. Jadi polusi membebankan biaya eksternal yang berarti biaya-biaya
produksi lebih kecil dibandingkan biaya sosial. Sebagai akibatnya pasar tidak menetapkan
disiplin optimal pada produsen, dan hasilnya adalah penurunan utilitarias sosial. Jadi polusi
lingkungan merupakan suatu pelanggaran atas prinsip-prinsip utilitarian yang merupakan dasar
sistem.

 Keadilan

Cara utilitarian menangani polusi tampak konsisten dengan persyaratan keadilan distributive
sejauh keadilan distributif tersebut mendukung kesamaan hak. Para pengamat mencatat bahwa
polusi sering berpengaruh terhadap meningkatnya ketidakadilan. Jika sebuah perusahaan
melakukan pencemaran, para pemegang saham mendapat keuntungan karena perusahaan mereka
tidak membayar biaya eksternal polusi dan ini lebih besar memberikan keuntungan
padamerekan dan para konsumen yang membeli produk mereka juga beruntung karena
perusahaan tidak membebankan semua biaya dalam proses produksinya. Namun saat-saat ini
biaya-biaya eksternal polusi sebagian besar ditanggung oleh kamu miskin, karena beberapa pihak
ketidakadilan lingkungan. Nilai lingkungan berpolusi biasanya rendah dan otomatis cenderung
dihuni orang miskin dan ditinggal oleh kaum kaya. Jadi polusi bisa mengakibatkan

11
menjauhnya keuntungan dari kaum miskin dan menuju orang-orang kaya sehingga ketidakadilan.
Dalam arti bahwa polusi berkolerasi dengan penghasilan, maka polusi melanggar ketidakadilan
distributif atas biaya polusi seperti dalam utilitarianisme mampu mengubah keadaan dangan
mengalihkan beban biaya eksternal dari kaum monirotas dan kaum miskin ketangan orang-orang
kaya para pemegang saham perusahaan dan konsumen perusahaan. Jadi secarakeseluruhan kalim
utilitarian bahwa biaya eksternal polusi harus diinternalisasikan adalah sejalan dengan
persyaratan kadilan.

 Biaya dan Keuntungan

Teknologi pengendalian polusi berhasil mengembangkan metode-metode efektif, namun relatif


mahal. Hampir 60 persen bahan pencemar air bisa dibuang melalui peruses penyaringan dan
sedimentasi, 90 persen bisa dihilangkan memalalui proses biologi dan kimia dan diatas 95 persen
bisa dihilangka melalui proses penanganan kimia yang lebih mahal lagi. Perhatikan bahwa biaya
pengndalian polusi berbanding terbalik dengan keuntungan dari pengguna alat pengendalian
polusi. Namun untuk menyaring sedikit lebih banyak bahan pencemar laindiperluka penyaringan
yang lebih baik dan lebih mahal. Biaya akan terus naik untuk tiap tingkat kemurnian yang
diinginkan dan untuk menyaring beberapa molekul polusi terakhir diperlukan peralatan
tambahan sangat mahal. Tetapi penyaringan bahan pencemar terakhir mungkin tidak terlalu
dipikirkan oleh banyak sehingga tidak perlu dan tidak penting. Namun disisi lain, pembersihan
atas sejumlah besar bahan pencemar pertama akan sangat menguntungkan bagi banyak orang.
Biaya kerugian dari yang diakibatkan dari bahan pencemar ini sangat tinggi. Analisis biaya-
keuntungan dijelaskan atas mengasumsikan bahwa biaya dan keuntungan menangani polusi yang
bisa dihitung secara akurat, dengan penilaian biaya dan keuntungan bisa diperoleh. Akan tetapi
biaya keuntungan untuk menangani polusi akan cukup sulit dihitung apabila melibatkan kerugian
terhadap kesehatan manusia atau bahkan kematian.

 Ekologi Sosial, Ekofenimisme, dan Kewajiban untuk Memelihara

Hambatan-hambatan yangterdapat dalam pendekatan utilitarian dan pendekatan berdasarkan hak


atas masalah etis muncul dari kerusakan lingkungan mendorong banyak orang mencari
pendekatan-pendekatan alternative. Sebagian menyatakan bahwa teori utilitarian dan teori yang
berdasarkan hak memiliki semacam pemikiran kalkulatif dan rasionallistik yang bertanggung
jawab atas krisinya lingkungan. Pemikiran utilitarian mengasumsikan bahwa alam haruslah
dinilai dan dimanfaatkan secara efisien, sementara teori yang berdasarka hak melihat manusia
dan entitas secara individualistic dan mengabaikan hubungan dengan bagian-bagian dari alam.
Banyka pemikir menyatakan bahwa krisis lingkungan kita dihadapi berakar dalam sistem
hierarki dan dominasi sosial yang menjadi karakteristik masyarakat. Pandangan ini sering disebut
ekologi sosial, menyakatan bahwa apabila pola-pola hierarki dan dominasi tersebut belum
berubah, maka kita tidak akan bisa menghadapi krisis lingkungan. Dalam hierarki satu kelompok

12
berkuasa atas kelompok lain dan anggota yang berkuasa dominasi memanfaatkan mereka saran
untuk mencapai tujuan.

Kaum ekofeminisme meyakini bahwa meskipun konsep utilitarianisme, hak dan keadilan
memiliki peran terbatas dalam etika lingkungan, namun etika lingkungan yang baik harus
memperhitungkan perpektif-perspektif etika member perhatian. Alam harus dilihat sebagai yang
lain, Karen aperlu diperhatikan dan dimana kita bisa menjalin hubungan yang harus dijaga dan
dihormati. Meskipun pendekatan ekofeminisme terhadap lingkungan cukup menarik, namun
masih belum jelas apa saja implikasi-implikasi yang mungkin muncul. Pendekatan-pendekatan
itu masih terlalu baru untuk bisa diartikulasikan sepenuhnya. Kekurangan pendekatan
lingkungan utilitarian dan pendekatan yang berdasarkan pada hak mungkin mampu mendorong
pendekatan tersebut untuk berkembang lebih untuh dimasa mendatang.

2.3. Etika Konservasi Sumber Daya yang Bisa Habis

Konservasi mengacu pada penghematan sumber daya alam untuk digunakan dimasa mendatang.
Jadi, konservasi sebagian besar mengacu pada masa depan untuk membatasi konsumsi saat ini
agar cukup untuk masa depan. Konservasi lebih tepat bila diterapkan pada masalah-masalah
penyusutan sumber daya dibandingkan polusi. Polusi merupakan masalah yang sebagian besar
kaitan dengan sumber daya yang dapat diperbaharui sejauh udara dan air bisa diperbarui dengan
berhenti mencemarinya. Jadi, persediaan di masa depan akan selalu menjadi baru bila kita
bersedia melakukan pencegahan. Tetapi penyusutan atau habisnya sumber daya berkaitan dengan
sumber daya yg tidak dapat diperbarui yang masih akan ada besok adalah sisa dari hari ini. Jadi
konservasi merupakan cara satu-satunya cara untuk menjamin persediaan bagi generasi
mendatang.

1. Hak Generasi Mendatang

Kita berkewajiban melakukan konservasi sumber daya bagi generasi mendatang karena mereka
memiliki hak yang sama atas sumber daya terbatas dari bumi ini. Jika generasi mendatang sama-
sama punya hak atas sumber daya bumi, maka tindakan menghabiskan sumber daya berarti
mengambil apa yang sebenarnya menjadi milik mereka dan melanggar hak hak mereka atas
sumber daya tersebut. Jadi, kita salah bila berpikir bahwa kita perlu membatasi diri untuk
mengonsumsi sumber daya alam karena itu berarti kita mengambil hak generasi mendatang. Ada
tiga alasan yang diajukan untuk menunjukan bahwa generasi mendatang tidak punya hak.

13
1) Generasi mendatang tidak bisa dikatakan memiliki hak karena mereka belum ada dan
mungkin juga tidak akan pernah ada. Kita tidak bisa mengatakan bahwa orang-orang masa depan
memiliki sesuatu pada saat ini karena kenyataannya mereka saat ini belum ada untuk
memilikinya. Karena ada kemungkinan bahwa generasi mendatang mungkin tidak akan pernah
ada, maka mereka juga tidak memiliki hak.

2) Jika generasi masa depan mempunyai hak, kita mungkin diarahkan menuju kesimpulan
yang tidak masuk akal bahwa kita harus mengorbankan seluruh peradaban demi mereka.
Misalnya masing-masing individu masa depan memiliki hak yang sama tas sumber daya minyak,
untuk itu kita harus membagi minyak tersebut sama rata dan jatah untuk kita hanya beberapa
liter. Tentu kita berada dalam posisi yang tidak masuk akal karena harus mengakhiri peradaban
manusia agar masing-masing individu dimasa mendatang memperoleh jatah minyak mereka.

3) Kita bisa mengatakan bahwa seseorang memiliki hak tertentu hanya jika kita tahu bahwa
dia memiliki kepentingan tertentu yang dlindungi oleh hak tersebut. Tujuan dari hak adalah
untuk melindungi kepentingan yang punya hak, namun kita sama sekali tidak tau apa
kepentingan yang akan dimiliki oleh generasi mendatang. Manusi-manusia masa depan mungkin
diciptakan melalui rekayasa genetika dimana keinginan, kesenangan dan kebutuhan mereka
sangat berbeda dari kita. Lebih jauh lagi, generasi mas depan mungkin mampu mengembangkan
bahan-bahan pengganti yang murah dan melimpah untuk sumber daya langka yang kita perlukan
saat ini. Karena kita tidak tahu pasti tentang masalah-masalah tersebut, maka kita tidak juga tahu
kepentingan-kepentingan apa yang ingin dilindungi oleh generasi mendatang.

2. Keadilan Bagi Generasi Mendatang

John Rawls menyatakan bahwa, meskipun tidak adil bila memberikan beban yang berat bagi
generasi sekarang demi generasi medatang, namun tidak adil juga bila generasi sekarang tidak
meninggalkan apa-apa sama sekali bagi generasi mendatang. Secara umum Rawls menyatakan
bahwa metode ini, memastikan apa yang diberikan oleh generasi sebelumnya pada generasi
mendatang tidak menerima yang lebih buruk dari yang kita terima dari generasi sebelumnya. Jadi
keadilan mewajibkan kita untuk menyerahkan dunia ini pada generasi mendatang dalam kondisi
yang tidak lebih buruk dibandingkan dengan yang kita terima dari generasi sebelumnya.
Kesimpulan Rawls juga didukung oleh sejumlah penalaran utilitarian. Robin Attfield seorang
utilitarian menyatakan bahwa utilitarianisme mendukung apa yang disebutnya prinsip Locke
“bahwa masing masing individu wajib memberikan warisan yang cukup dan baik bagi yang
lain”. Dengan kata lain, masing-masing generasi wajb mewariskan dunia dengan kemampuan
produksi yang tidak lebih buruk dibandingkan dengan yang mereka warisi. Attfield menyatakan
bahwa mewariskan dunia dengan kapasitas output yang sama tidak berarti mewariskan dunia

14
dengan sumber daya yang sama. Sebaliknya mempertahankan kapasitas output bisa dicapai
melalui konservasi, pengolahan kembali atau inovasi teknologi.

2.4. Meningkatnya perhatian dunia bisnis terhadap etika lingkungan dikarenakan oleh
persepsi bahwa :

1. Lingkungan hidup sebagai “the commons“

Sebelumnya kita lihat bahwa bisnis modern mengandaikan begitu saja status lingkungan hidup
sebagai ranah umum. Dianggapnya disini tidak ada pemilik dan tidak ada kepentingan pribadi.
Pengandaian ini adalah keliru. Kekeliruan itu dapat kita mengerti dengan lebih baik jika kita
membandingkan lingkungan hidup dengan the commons. The commons adalah ladang umum
yangdulu dapat ditemukan dalam banyak daerah pedesaan di Eropa dan dimanfaatkan secara
bersama-sama oleh semua penduduknya. Sering kali the commons adalah padang rumput yang
dipakai oleh semua penduduk kampong tempat pengangonan ternaknya.

Di zaman modern dengan bertambahnya penduduk sistem ini tidak dipertahankan lagi dan
ladang umum itu diprivatisasi dengan menjualnya kepada penduduk perorangan. Masalah
lingkungan hidup dan masalah kependudukan dapat dibandingan dengan proses menghilangnya
the commons. Jalan keluarnya adalah terletak pada bidang moralnya yakni dengan membatasi
kebebasan. Dengan membatasi kebebasan diharapkan tidak mengakibatka kehancuran di masa
yang akan datang.

2. Lingkungan hidup tidak lagi eksternalitas

Bisnis modern meyakini bahwa sumber-sumber daya alam itu tak terbatas. Kita perlu mengakui
bahwa lingkungan hidup dan komponen – komponen yang ada di dalamnya tetap
terbatas,walaupun barangkali tersedia dalam kuantitas besar. Sumber daya alam pun ditandai
dengan kelangkaan. Jika para peminat berjumlah besar maka air, udara, dan komponen –
komponen yang ada didalamnya akan menjadi barang langka dan karena itu tidak dapat
dipergunakan lagi secara gratis. Akibatnya faktor lingkungan hidup pun merupakan urusan
ekonomi karena ekonomi adalah usaha untuk memanfaatkan barang dan jasa yang langka dengan
efisien sehingga dinikmati oleh semua peminat.

15
BAB III

KESIMPULAN

1. Dimensi Polusi dan Penyusutan Sumber Daya


Polusi dapat dikategorikan menjadi polusi udara, air, dan tanah. Polusi udara seperti
pemanasan global, penyusutan ozon, hujan asam, racun udara, dan kualitas udara. Polusi air
seperti limbah pemukiman, limbah pertanian, limbah industri, limbah pertambangan. Polusi
tanah seperti zat beracun, limbah padat, limbah nuklir.
Penyusutan sumber daya alam dapat berupa Penyusutan spesies dan habitat, Penyusutan
bahan bakar fosil, Penyusutan mineral.

2. Etika Pengendalian Polusi


focus dalam pembahasan ini adalah pada satu jangkauan permasalahan etis yang muncul akibat
polusi dari usaha komersial dan industry seperti:
 Etika Ekologi
 Hak Lingkungan dan Pembatasan Mutlak
 Utilitarianisme dan Pengendalian Parsial
 Biaya pribadi dan Biaya Sosial
 Keadilan
 Biaya dan Keuntungan
 Ekologi Sosial, Ekofenimisme, dan Kewajiban untuk Memelihara

3. Etika Konservasi Sumber Daya yang Bisa Habis


konservasi sebagian besar mengacu pada masa depan untuk membatasi konsumsi saat ini
agar cukup untuk masa depan yang termasuk hak generasi mendatang dan keadilan bagi
generasi mendatang.

4. Meningkatnya Perhatian Dunia Bisnis Terhadap Etika Lingkungan dikarenakan oleh


persepsi bahwa lingkungan hidup sebagai “the commons“ dan persepsi lingkungan hidup
tidak lagi eksternalitas.

16
DAFTAR PUSTAKA

 Dewi, Sutrisna. 2010. Etika Bisnis. Denpasar: Udayana Unversity Press


 Velasquez, Manuel G, 2005, Etika Bisnis; Konsep dan Kasus, Edisi 5, Yogyakarta:
Penerbit Andi
 https://www.scribd.com/doc/perhatian-bisnis-terhadap-lingkungan.

17

Anda mungkin juga menyukai