Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kerja Praktik

Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

BAB IV
UTILITAS

Adapun utilitas yang digunakan di PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk berfungsi
sebagai sarana dan prasarana yang mendukung seluruh kegiatan di area pabrik. Sistem
utilitasnya dibagi menjadi empat area utama yaitu:
1. Area 1 merupakan Sistem Pengambilan Air Laut (Sea Water Intake System), Sistem Air
Pendingin (Cooling Water System), dan sistem Pemadaman Kebakaran (Fire Fighting
System).
2. Area 2, yaitu Sistem Pengolahan Air dan Unit Desalinasi (Water Treatment System and
Desalination Unit).
3. Area 3, terdiri dari Sistem Penyediaan Udara Pabrik dan Peralatan Udara (Plant Air /
Instrument Air), Sistem Boiler, dan Sistem Pembangkit Tenaga Listrik (Steam Turbine
Generator STG and Gas Turbine Generator/GTG).
4. Area 4, yaitu Sistem Pengolahan Air Limbah (Waste Water Treatment System).
4.1 Penyediaan Air
Sumber air yang digunakan untuk seluruh PT. Chandra Asri diperoleh dari dua
sumber, yaitu:
a. Air laut berasal dari selat sunda, digunakan untuk indirect cooling pada proses
perpindahan panas, direct cooling pada surface condensor, dan pendingin quench
water pada ethylene plant.
b. Air baku berasal dari PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI), digunakan sebagai
umpan boiler, fasilitas air pendingin, air minum, supply polishedwater ke deaeration
di ethylene plant dan untuk fasilitas pembangkit tenaga uap.
Sistem dalam penyediaan dan pengolahan air terdiri dari 3 sistem, yaitu sistem
pengolahan air laut, sistem pengolahan air, dan sistem air pendingin.
4.1.1 Sea Water System
Sistem pengolahan air laut bertujuan untuk mengolah air laut yang
digunakan oleh Ethylene Plant dan Auxilary Facility Plant (Polyethylene dan
Polypropylene Plant). Kapasitas sea water yang diambil untuk kegiatan produksi
di PT. Chandra Asri Petrochemical sebesar 72.000 m3/jam. Sea Water berfungsi
sebagai pendingin langsung pada permukaan kondensor, dan quench water

71
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

coolers untuk ethylene plant. Sistem ini terdiri dari sea water intake system dan
desalination process.
 Sistem pengambilan Air Laut (Sea Water Intake System)
Sitem pengambilan air laut terdiri dari beberapa unit proses dengan skema
pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Sistem Pengambilan Air Laut (Sea Water Intake System)

a. Intake Head Structure


Air laut yang digunakan diambil menggunakan Intake Head Structure
yang dipasang pada jarak 100 m dari garis pantai dan pada kedalaman 10 m
dari permukaan air laut. Air laut ditampung sementara di dalam Intake Pit.
Pencegahan korosi dilakukan dengan menginjeksikan ferrosulphate pada
Intake Head Structure. Kandungan ferrosulphate dalam air laut yang keluar
pada system sea water return (SWR) harus pada rentang 0,2-0,5 ppm.
Kondisi suplai air laut (SWS) adalah sebagai berikut:
Kapasitas Intake Pit : 109.000 m3/jam
Kondisi Sea Water Supply (SWS) : 30OC ; 2,5 kgf/cm2
Kapasitas Intake Head Structure : 70.000 m3/jam
b. Intake Canal
Intake Canal digunakan untuk mengalirkan air laut dari intake pit ke
pump basin dengan tenaga gravitasi. Intake canal memiliki kapasitas

72
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

109.000 m3/hr, dengan ukuran lebar 8 m, panjang 165 m, dan kedalaman 8


m.
c. Pump Basin
Pump Basin digunakan untuk mengalirkan air laut yang telah disaring
menuju heat exchanger. Pump basin dilengkapi dengan screen system
untuk menyaring kotoran secara fisik karena air laut masih mengandung
mikroorganisme dan bakteri yang dapat menjadi pengotor intake head
structure sehingga dapat menurunkan kapasitas pengambilan air laut. Selain
itu juga diinjeksikan sodium hypochlorite (NaOCl) ke intake head structure
dan pump basin. Kapasitas pump basin adalah 70.000 m3/hr dengan ukuran
lebar 49 m, panjang 50 m, dan kedalaman 9 m, dibuat dari beton.
d. Sea Water Pump
Setelah mengalami proses penyaringan, air laut dipompa oleh sea
water pump menuju heat exchanger, sehingga akan terjadi proses
perpindahan panas dengan cooling water. Setelah menyerap panas, air laut
dibuang kembali ke laut dengan temperatur maksimum 37OC. Adapun
spesifikasi dariSea Water Pump yaitu:
Vendor : EBARA Corporation
Type : Vertical
Kapasitas :
 19.600 m3/hr x (3+1) sets for olefin project
 13.300 m3/hr x 1 set for AFP
e. Chlorine Generation And Injection
Air laut mengalami proses klorinasi dengan menginjeksikan larutan sodium
hypochlorite. Larutan ini diproduksi dengan metode electro chlorination air
dan diinjeksikan pada kedua intake head dan pump basin.
Vendor : ELTC International Corporation, USA
Treatment capacity : 120 kg/hr as C12

f. Ferous Sulphate Injection


Untuk mencegah korosi pada diameter dalam pipa ke sea water header.

73
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Vendor : Sakura Seisakusho, Ltd


 Desalination Unit
Pada unit ini, air yang berasal dari air laut diproses dengan cara penguapan
(evaporasi) untuk memisahkan mineral-mineral yang terkandung di dalam air
laut. Proses desalinasi terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
 Vacuum Condenser
Air dipanaskan pada vacuum condenser menggunakan media pemanas
berupa medium pressure steam (MPS) pada tekanan di bawah 1 atm.
 Heater Cell
Pada heater cell, air dari vacuum condenser dipanaskan kembali dengan
low pressure steam sehingga air laut akan menguap dan terpisahkan dari
garam-garamnya.
 Condenser
Uap yang berasal dari heater cell dikondensasikan dengan air laut sebagai
media pendingin. Hasil dari unit desalinasi ini adalah steam condensate
dengan temperatur 64oC. Steam condensate ini kemudian didinginkan pada
plate exchanger dengan media pendingin berupa air laut, dan ditampung dalam
steam condensate tank.
4.1.2 Water Treatment System
Water treatment system di PT. Chandra Asri menyediakan air yang
dibedakan menurut fungsinya dengan standar baku mutu pada gambar 4.2.

74
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Gambar 4.2 Standar baku mutu kualitas air PT. Chandra Asri

Water treatment system di PT. Chandra Asri menyediakan air yang


dibedakan menjadi:
 Filter water digunakan sebagai air baku untuk sand filter backwash, activated
carbon filterbackwash, dan sebagai bahan baku demineralized water.
 Industrial water, digunakan untuk cleaning equipment dan dilution chemical.
 Drinking water digunakan pada eyes washe station dan toilet.
 Demin water digunakan sebagai bahan bakupolished water, dan digunakan
sebagai air proses polyethylene plant dan laboratorium.

75
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

 Polished water digunakan sebagai bahan baku boiler feed water, regenerasi
demineralization unit, regenerasi mixed bed polisher unit, untuk cooling water
make up, dan untuk air proses pada ethylene plant.
Oleh karena itu water treatment system berfungsi untuk mengolah air baku,
memanfaatkan kondensat dalam turbin, mensuplai polished water ke dearator di
ethylene plant, memfasilitasi pembangkit uap (steam generator), dan sebagai
make up umpan boiler ke fasilitas cooling water. Skema water treatment system
dapat dilihat pada gambar 4.3.

Raw Material

Filtered Water Drinking Water


Clarifier Sand Filter Drinking Water
Basin Tank

Sludge Basin
Deminenalizer Unit

Recovery Water Decanter


Steam Condensate Polisher Unit

Sludge
Steam Condensate
Polisher Water Tank Polisher Water
Tank

Gambar 4.3 Skema Water Treatment System


a. Clarifier
Air baku yang didapat dari PT. Krakatau Tirta Industri diumpankan ke
dalam clarifier untuk membersihkan endapan yang terbawa dengan cara
menambahkan coagulant alumunium sulfat (Al(SO4)3) dan flocculant berupa
polimer disertai dengan pengadukan secara perlahan-lahan. Kapasitas clarifier
yang dimiliki sebesar 128 m3/hr.
b. Sand Filter
Jika Air yang mengalir melebihi kapasitas (over flow) dari clarifier dialirkan
menuju sand filter secara gravitasi, untuk menyaring partikel-partikel
tersuspensi yang ikut terbawa pada clarifier. Sand filter memiliki kapasitas
sebesar 64 m3/hr. Sand filter tersusun dari 3 lapisan yang berukuran kecil

76
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

hingga menuju ukuran besar dengan unggun pasir sebagai lapisan pertama dan
diikuti oleh pasir silika dan batu kerikil (gravel). Ketika air dialirkan ke bagian
atas kolom, suspended solid terjebak pada sela-sela unggun, sehingga terpisah
dari air. Air yang keluar dari sand filter ini disebut filter water, dengan
kandungan solid sebesar 2 mg/L dan kandungan chlorine 0,8 mg/L. Sludge
yang diperoleh dialirkan ke sludge basin untuk dipompakan ke sludge
dewatering equipment
c. Sludge dewatering Equipment
Sludge Dewatering Equipment merupakan decanter yang berfungsi
untuk memisahkan air yang ikut terbawa dalam sludge dan selanjutnya air
yang didapat diumpankan kembali ke clarifier sebagai recovery water. Sludge
Dewatering Equipmentmemiliki volume sebesar 260 m3.
d. Filtered Water Basin
Air yang disaring di sand filter dengan suhu ambient (30OC) dan tekanan
1,5 kg/cm2 dimasukkan ke dalam filtered water basin sebagai penampung
sementara dengan kapasitas 250 m3. Air dialirkan ke filtered water basin
melalui atas kolom yang berisi unggun activated carbonuntuk menghilangkan
chlorine karena akan merusak ion resin. Outlet water dari activated carbon
filter mempunyai kandungan chlorine sebesar 0,8 ppm. Jika kandungan
chlorine pada outlet water telah lebih dari 0,8 ppm, maka activated carbon
telah jenuh dan perlu diganti dengan unggun yang baru. Kolom activated
carbon juga mengalami backwash, untuk cleaning suspended solid yang
terperangkap dan dilakukan setelah activated carbon filter beroperasi 25.000
m3/cycle. Air dari filtered water basin sebagian dikirim ke drinking water tank
untuk air minum dan sebagian lagi dipompakan ke filtered water tank. Dari
filtered water tank, air digunakan untuk servis dan sebagian lagi dipompakan
ke demineralizer unit. Fungsi lain air yang ditampung di filtered water basin,
digunakan sebagai media backwash untuk proses pembersihan (cleaning) sand
filter apabila telah jenuh dengan kandungan suspended solid. Air bilasan dari
backwash sand filter ini, dialirkan menuju recovery water basin, lalu dibuang
ke laut.
e. Demineralizer Unit

77
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Demineralizer unit berjumlah 2 buah dengan kapasitas sebesar 100 m3/hr


memiliki fungsi untuk menghilangkan kandungan mineral dan padatan terlarut
(dissolved solid), sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya korosi
di dalam pipa. Unit demineralisasi terdiri dari cation exchanger, decarbonator,
dan anion exchanger. Cation exchanger berfungsi untuk menghilangkan ion
positif dengan prinsip ion exchanger. Decarbonator berfungsi untuk
menghilangkan kandungan CO2 pada air, dan anion exchanger berfungsi
menghilangkan ion negatif pada air. Adapun prinsip kerja dari alat-lat
penyusun unit demineralisasi adalah sebagai berikut:
 Cation Exchanger
Proses cation exchanger terjadi pada cation tower berisi dengan resin
penukar kation, yang akan menangkap ion positif pada air (Ca2+, Mg2+, Na+,
dll). Jika telah jenuhcation exchangerakan diregenerasi menggunakan
larutan asam kuat yaitu H2SO4. Outlet water quality dari cation tower
adalah pH air < 3,5.
 Decarbonator
Decarbonator berfungsi untuk menghilangkan kandungan gas CO2, karena
CO2akan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang dapat
menimbulkan korosi, selain itu asam karbonat akan menambah beban kerja
anion exchanger. Proses decarbonator menggunakan prinsip desorbsi.
Dimana air dikontakkkan udara dari blower secara counter current. Kolom
decarbonator berupa packed coloumn yang berisi packing.
 Anion Exchanger
Proses anion exchanger terjadi pada anion tower. Anion tower berisi
dengan resin penukar anion, yang akan menangkap ion negatif pada air.
Anion exchangerakan diregenerasi jika telah jenuh menggunakan larutan
basa kuat yaitu NaOH.
f. Polisher Unit
Air hasil demineralisasi yang diumpankan bersamaan dengan steam
condensate dari steam condensate tank masuk ke polisher unitdengan
kapasitas 120 m3/hr sebanyak 2 unit. Di sini air dan steam condensateakan
melewati mixed bed polisher untuk dihilangkan kandungan padatan terlarutnya

78
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

(dissolved water) yang masih tersisa yang kemudian ditampung dalam


polished water tank yang kapasitasnya 5.000 m3.
4.1.3 Cooling Water System
Bahan baku yang digunakan untuk cooling water adalah polished water, sebagai make
up level dari cooling water tank. Polished Water merupakan hasil dari proses pengolahan
Water Treatment Unit. Ada 2 jenis bahan kimia yang diinjeksikan di dalam Cooling Water
System yaitu nitrituntuk mencegah korosi, dan biocide untuk membunuh bakteri.Cooling
water disirkulasikan dalam loop tertutup, setelah cooling water menyerap panas dari heat
exchangers yang melalui indirect coolers menggunakan air laut. Setelah didinginkan di heat
exchanger, cooling water dikembalikan ke Cooling Water Tank.

Air Laut Air Laut


(SWR) (SWS)

37 oC 30 oC
HE

Cooling Cooling
45 oC 33 oC
water water

Unit - unit Cooling


Proses water tank

Gambar 4.4 Skema Cooling Water System

Jumlah cooling water yang digunakan PT. Chandra Asri sebesar 40.000 m3/hr. Cooling
Water System terdiri dari beberapa alat sebagai berikut :
a. Indirect Cooler Plate Heat Exchanger
Air pendingin yang telah mengalami kenaikan suhu akibat digunakan
dalam proses akan dialirkan ke indirect cooler plate heat exchanger dengan air
laut sebagai pendingin. Dengan kondisi sebagai berikut :
 Suhu dan tekanan inlet cooling water: 45OC dan 4,5 kg/cm2G
 Suhu dan tekanan outlet cooling water: 33OC dan 2,5 kg/cm2G
Sedangkan untuk kapasitasnya yaitu:
 OP (Olefin Plant) : 14,96 mmkcal/hr (14 operasi 1 stand by)
 AFP : 13,16 mmkcal/hr (4 operasi 1 stand by)

79
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

b. Cooling Water Tank


Setelah mengalami perpindahan panas dengan air laut di Heat
Exchanger, cooling water keluar dan ditampung pada Cooling Water Tank
sebagai penampungan sementara sebelum didistribusikan ke semua unit proses
dengan kapasitas Cooling Water Tank sebesar 5.500 m3/hr untuk OP, dan
1.900 m3/hr untuk AFP.
c. Cooling Water Pump
Cooling water di Cooling Water Tank didistribusikan ke seluruh unit
proses menggunakan Cooling Water Pump. Kapasitas Cooling Water Pump
yaitu:
 OP (Olefin Plant) : 11.200 m3/hr (3 operasi 1 stand by)
 AFP : 11.200 m3/hr (1 operasi 1 stand by)
4.1.4 Fire Fighting System

PT Krakatau Sisa pengambilan


Tirta Industri Air laut

Air segar Air laut

Fresh Water Fire Water Sea water


Fire Pump Tank Fire Pump

Aktivitas Pemadam
Kebakaran

Gambar 4.5 Fire Fighting System

a. Fire Water Tank


Sumber air pemadam kebakaran ada 2 yaitu: air yang dibeli dari PT.
Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) dan air laut apabila air dari PT. KTI tidak
mencukupi kebutuhan. Fire water tank memiliki kapasitas sebesar 2.700 m3.
b. Fresh Water Fire Pump
Fresh water fire pump berjumlah dua buah dengan kapasitas masing-
masing sebesar 1.100 m3/hr. Salah satu pompa digerakkan oleh motor (500

80
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

kW), sedangkan pompa lainnya digerakkan oleh mesin diesel (541 kW). Fresh
water pump digunakan untuk memompa air segar dari PT. Krakatau Tirta
Industri.
c. Sea Water Fire Pump
Digunakan untuk mengambil air laut sebagai cadangan air, apabila fresh
water tidak sanggup memadamkan api yang terjadi. Kapasitas sea water fire
pump sebesar 1.100 m3/hr yang digerakkan dengan mesin diesel (547 kW).
4.2 Penyediaan Uap
Pada PT. Chandra Asri Petrochemical, steamdigunakan untuk boiler pada utilitas,
menyuplai air umpan boiler dan sistem penyediaan steam. Skema penyediaan steam
terdapat pada gambar 4.6.
Oxygen
Ammoniac Phosphate
Scavanger

Chemical
Deaerator
Injection Unit

Polished Boiler Feed


Water Water (BFW)

Boiler A Boiler B

High Pressure
Steam (HPS)

Cooling Water, Steam BFW Pump Turbine,


Pump Turbine, Let Down PA Compressor,
Sea Water Pump Turbine, Steam
Turbine Turbine Generator
Medium Pressure (STG)
Steam (MPS)

Steam
Let Down

Ethylene Low Pressure Polyethylene


Plant Steam (LPS) Plant

Gambar 4.6 Skema Unit Penyedia Steam di PT. Chandra Asri Petrochemical

a. Boiler pada Utilitas (Utility Boiler)


Dua paket boiler (tipe two drums with circulation bottom support) digunakan
untuk membangkitkan High Pressure Steam dan dioperasikan dengan system Master
81
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Pressure Control. Bahan bakar Boiler adalah Pyrolisis Fuel Oil (PFO), C1 Gas, dan
Diesel Oil (DO) yang diambil dari Ethylene Plant.
Kondisi operasi : T (405OC) dan P (44 kgf/cm2)
Kapasitas : 120 ton/hr x 2 unit
Sistem boiler ini terdiri dari beberapa komponen yaitu condensate filter, dearetor,
economizer, boiler feed water (BFW) pump, unit boiler, superheater, dan chemical
injection unit. Skema proses pada sistem boiler terdapat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 Skema Proses Pada Sistem Boiler

Pada condensaten filter (FD-4206) diumpankan steam (low pressure steam)


untuk menghilangkan kandungan besi yang kemudian diumpankan ke dalam
deaerator. Condensate filter didesain untuk tekanan 9,1 kgf/cm2 dan laju aliran
volumetric 30 m3/jam. Selanjutnya ke dalam unit deaerator (EG-2001) dipompakan
polished water yang berasal dari area water treatment menggunakan pompa polished
water. Unit ini didesain dengan tekanan pengoperasian 3,5 kgf/cm2, laju alir 270
ton/jam, temperature inlet 43 oC dan temperature outlet 147 oC pada kondisi
pengoperasian normal. Dalam unit deaerator ini terdiri dari deaerator chamber dan
storage tank. Pada deaerator diinjeksikan oxygen scavenger untuk menghilangkan

82
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

residu oksigen bebas yang dapat menyebabkan korosi. Selain itu juga diinjeksikan
amine N-1800 yang berfungsi untuk menjaga pH dari boiler water (BW). BW yang
dihasilkan harus memenuhi standar quality air yaitu memiliki pH antara 9-9,7, total
dissolved solid maksimum 500 ppm, konduktivitas maksimum 50 μs/cm, kandungan
phosphate 4-9 ppm, dan silica makasimum 3 ppm.
Boiler Water (BW) yang dihasilkan dari deaerator kemudian diumpankan ke
dalam boiler menggunakan tiga buah boiler feed water (BFW) pump (GA-2001
A/B/C). Sebelum memasuki unit boiler terlebih dahulu BFW dilewatkan ke dalam
economizer (EA-2001) untuk mengalami pre-heater dari 147 oC menjadi 192oC
dimana perpindahan panas terjadi secara tidak langsung antara BFW dengan flue
gas. Unit economizer ini didesain dengan tekanan 52,2 kgf/cm2. Setelah mengalami
pre-heater kemudian dimasukkan dalam steam drum dimana pada steam drum ini
diinjeksikan phosphate yang berfungsi untuk mencegah pembentukan kerak. Steam
yang dihasilkan dari sistem boiler adalah high pressure steam, dengan temperature
405 oC dan tekanan 44 kgf/cm2. Flue gas yang dihasilkan setelah dilewatkan dalam
economizer kemudian dibuang ke cerobong pembakaran (stack).
Dari unit boiler ini hanya dihasilkan high pressure steam, sedangkan untuk
medium pressure steam dan low pressure steam diperoleh dari let down sistem.
Medium pressure steam yang diperoleh dari let down sistem ini memiliki
temperature 295oC dan tekanan 15,5 kgf/cm2, sedangkan low pressure steam
memiliki temperature 195 oC dan tekanan 3,5 kgf/cm2.
b. Air Umpan Boiler (Boiler Feed Water)
Sistem ini terdiri dari Condensate Filter, Deaerator (Oxygen Scavenger),
Boiler Feed Water Pump, dan Chemical Injection Unit(Ammonia dan Phospate).
Condensate dimasukkan ke Condensate Filter agar kandungan besi terlarutnya
hilang, lalu diumpankan ke Deaerator bersamaan dengan polished water. Dengan
tekanan rendah, Oxygen Scavenger diinjeksikan ke Deaerator untuk dihilangkan
residu oksigen bebas. Amonia diinjeksikan pada Chemical Injection Unit untuk
mengatur pH air umpan Boiler (BFW) dan diinjeksikan phosphate agar dapat
mencegah scale (batu ketel) yang akan menghambat aliran.
 Kriteria air umpan boiler:
1. pH : 9,8 – 10

83
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

2. Kadar SiO2 : ≤ 0,2 ppm


3. Kadar PO4 : 15 – 20 ppm
4. Kadar Fe : ≤ 0,1 ppm
5. Kadar O2 : ≤ 0,07 ppm
6. Padatan terlarut : ≤ 2 ppm
7. Total Alkalinitas : 20 ppm
 Condensate Filter berkapasitas 30 m3/hr dan bertekanan 1 kgf/cm2
 Deaerator:
 Kapasitas : 270 ton/hr (1 set)
 Kondisi operasi : T (147OC), P (3,5 kgf/cm2)
 Boiler Feed Water Pump:
 Kapasitas : 147 m3/hr (2 operasi, 1 stand by)
 Tekanan : 58 kgf/cm2
 Chemical Injection Unit
 Ammonia Injection Tank : 170 lt
 Phospate Injection Tank : 200 lt
 Oxygen Scavenger Injection Tank: 170 lt
c. Sistem Penyediaan Uap (Steam Distribution System)
Terdapat 3 tingkatan uap yang dapat dihasilkan pada area utilitas, yaitu:
1. Uap Tekanan Tinggi (High Pressure Steam/HPS)
Uap tekanan tinggi dihasilkan oleh Boiler.
Kondisi operasi : T (400OC) dan P (43 kgf/cm2)
Penggunaan : Plant Ethylene dan Polyethylene
2. Uap Tekanan Sedang (Medium Pressure Steam / MPS)
Uap yang dihasilkan oleh beberapa turbin, seperti Ekstraksi Generator Turbin
Uap MP danSteam Let Down
Kondisi operasi : T (295OC) dan P (15,5 kgf/cm2)
Penggunaan : Plant Ethylene dan Utilitas (Desalination Unit)
3. Uap Tekanan Rendah (Low Pressure Steam / LPS)
Uap ini dihasilkan dari hasil samping STG, BFW Pump Turbine dan PA
Compressor Turbine serta Steam Let Down.

84
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Kondisi Operasi : T (195OC) dan P (3,5 kgf/cm2)


4.3 Penyediaan Tenaga Listrik
Sistem penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk menyediakan tenaga listrik yang
dibutuhkan untuk kegiatan produksi di PT. Chandra Asri. Tenaga listrik di PT. Chandra
Asri disuplai oleh dua sumber yaitu Gas Turbine Generator (GTG) dan Steam Turbine
Generator (STG). Selain itu di lengkapi pula dengan Emergency Power Generation
(EPG) sebagai tenaga listrik cadangan. Tenaga listrik yang diperlukan di PT. Chandra
Asri adalah sekitar 35 MW.
a. Gas Turbine Generator (GTG)
Gas turbine generator menggunakan methane sebagai bahan bakar utama yang
dihasilkan dari Ethylene Plant. Pada saat start up digunakan bahan bakar diesel oil.
Diesel oil dapat juga digunakan sebagai bahan bakar cadangan yang disuplai dari
fuel supply system. Turbin dihubungkan dengan cracking heater di ethylene plant
yang menghasilkan methane. Gas ini menggerakan turbin, dimana prinsip kerjanya
identik dengan STG yaitu penggerakan turbin yang menyebabkan terjadinya gaya
gerak listrik pada kumparan generator. Daya listrik yang mampu dihasilkan yaitu 33
MW pada terminal generator. GTG dilengkapi pula dengan stabilizer untuk
membuat stabil tegangan yang dihasilkan. Adapun spesifikasi dari GTG adalah
sebagai berikut:
Manufacture : European Turbine Gas (ETG)
Model : Frame 6, ISO rating 38,3 MW
Fuel : Diesel Oil
Komponen utama yang terdapat dalam GTG ada 4 yaitu kompresor, ruang
bakar (combustion chamber), turbin, dan generator. Kompresor yang digunakan
adalah kompresor aksial, karena selain memiliki kapasitas yang besar dan mampu
mengkompresi aliran volume yang besar, juga memiliki hilang tekan (friction losses)
yang kecil.
Combustion chamber berfungsi sebagai tempat terjadinya pembakaran fuel dan
sumber energi. Turbin berfungsi untuk menghasilkan kerja dengan memanfaatkan
energi dari gas panas hasil pembakaran. Turbin yang digunakan adalah turbin gas
siklus buka (open cycle). Digunakan turbin gas siklus terbuka karena gas yang

85
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

dihasilkan langsung keluar ke atmosfer dan didinginkan oleh lingkungan tanpa


recycle.
Cara kerja GTC adalah udara dimasukkan ke dalam kompresor sehingga
dihasilkan udara bertekanan tinggi. Udara dan fuel cair dimasukkan ke dalam
combustion chamber, sehingga terjadi pembakaran fuel. Pembakaran dalam
combustion chamber dilakukan pada tekanan konstan, kemudian dihasilkan gas
panas. Gas panas yang dihasilkan memiliki temperatur tinggi dan menggerakkan
turbin. Pada keluaran turbin, terdapat speed reduction gear (SRG) untuk
menurunkan kecepatan turbin sesuai dengan kebutuhan generator. Turbin akan
menggerakkan generator sehingga menghasilkan energi listrik yang akan
didistribusikan ke PT. Chandra Asri. Gas keluaran turbin (exhaust gas) dibuang
melalui cerobong.
b. Steam Turbine Generator (STG)
Steam turbine generator menggunakan turbin jenis condensing dan digunakan
High Pressure Steam (44 kg/cm2G) sebagai tenaga penggeraknya. Daya listrik yang
mampu dihasilkan adalah 20 MW pada terminal generator yang selanjutnya
didistribusikan ke unit yang memerlukannya bersama dengan daya listrik yang
dihasilkan oleh GTG pada tegangan 20.000 V.
Sistem output STG ini dilengkapi dengan stabilizer yang digunakan untuk
menstabilkan tegangan listrik yang dihasilkan. Hasil samping berupa kondensat
dipompa menggunakan condensate pump menuju system pengolahan air (water
treatment system) untuk diolah kembali menjadi polish water, sedangkan sisa
uapnya dapat dimanfaatkan sebagai low pressure steam (LPS). Kedua condensate
pump ini digerakan oleh motor dengan salah satu yang beroperasi, sedangkan yang
lain dalam keadaan stand by. Adapun spesifikasi alat dari STG adalah sebagai
berikut:
Manufacture : Fuji Electric Co. Ltd.
Turbine : Ekstraksi & Kondensasi Low Pressure Steam.
STG digerakkan oleh High Pressure Steam (HPS) yang diperoleh dari system
boiler. HPS diekspansikan untuk menggerakkan sudu (blade) pada turbin.
Perputaran sudu-sudu turbin menyebabkan terjadinya Gaya Gerak Listrik (GGL)
pada kumparan di generator. Pada keluaran turbin, terdapat pinion gear (PG) yang

86
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

berfungsi untuk menurunkan kecepatan putaran sesuai dengan kebutuhan generator.


Kecepatan generator di PT. Chandra Asri yaitu 3000 rpm.
Pendistribusian listrik ini bersamaan dengan pengubahan daya listrik yang
dihasilkan GTG pada tegangan 11.000 V melalui step-up transformer menjadi
20.000 V. Aliran listrik ini didistribusikan menuju sub-station, dimana tegangan
diturunkan kembali menjadi 6.000 V dan 444 V. Tegangan listrik ini dijadikan
sumber daya listrik untuk operasi pada motor-motor besar dan kecil. Pada STG,
terdapat surface condensate untuk mengkondensasikan sebagian steam dalam
keadaan vakum. Kondensat dipompa menggunakan condensate pump menuju water
treatment system untuk diolah menjadi polished water. Sebagai steam diekstrak
menjadi low pressure steam (LPS). Condensate pump digerakkan oleh motor dan
terdiri dari 2 unit, dimana satu unit beroperasi dan lainnya stand by.
c. Emergency Power Generator (EPG)
Ketika gas turbine generator dan steam turbine generator gagal beroperasi
atau mengalami kerusakan, maka digunakan Emergency Power Generator (EPG)
yang beroperasi dalam 10 detik dan mampu menghasilkan daya listrik sebesar 800
KW pada terminal generator.
4.4 Penyediaan Udara Tekan
Sistem ini bertujuan untuk memenuhikebutuhan udara pabrik dan peralatan udara
yang dibutuhkan ethylene plant, utility facilities / offsite, dan AFP seperti down stream
plant, utility facilities. Proses penyediaan udara tekan terdapat pada gambar 4.8.

Plant air Plant air


system reservoir

Plant air Udara


Proyek
Compresor terkompresi
olefin
dan AFP
Instrument
air system
Instrument
air
reservoir
Instrument
air dryer

Gambar 4.8 Skema Penyediaan Instrument and Plant Air System

a. Plant Air Compressor

87
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Plant air compressor yang digunakan terdapat 5 buah. Dalam kondisi normal
dua beroperasi dan lainnya stand-by. Salah satu compressor digerakkan oleh turbin,
tiga buah oleh motor, dan satu buah oleh motor. Plant air compressor menghasilkan
udara terkompresi yang akan digunakan oleh dua system yaitu plant air system dan
instrument air system. Plant air compressor mempunyai kapasitas 5.800 Nm3/hr
dengan tekanan 8 kg/cm2 dan membutuhkan daya sebesar 725 kW. Udara
terkompresi pada plant air system ditampung dalam plant air reservoir.
b. Instrument Air Dryer
Instrument air dryer yang berjumlah dua buah berfungsi untuk menegeringkan
udara terkompresi. Kapasitas pengering yang digunakan adalah 2.400 Nm3/hr dan
dew point -40OC.
c. Instrument Air Reservoir
Udara terkompresi yang telah dikeringkan, ditampung di dalam instrument air
reservoir. Pada operasi normal, pabrik hanya memerlukan 2.020 Nm3/hr udara
terkompresi.
4.5 Pengelolaan Limbah
Sistem pengolahan limbah bertujuan untuk mengolah limbah sesuai standar baku
mutu yang telah ditetapkan pemerintah. Limbah yang terdapat pada PT. Chandra Asri
terdiri dar 3 fasa yaitu cair, gas dan padat.
4.5.1 Pengelola Limbah Padat
Limbah padat yang merupakan sisa proses produksi dan limbah domestik yang
berasal dari perkantoran akan dibakar atau didaur ulang. Limbah padat yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) disimpan dalam drum penyimpanan
sementara yang selanjutnya dikirim ke pusat pengolahan limbah B3. Sedangkan limbah
yang berasal dari jasa boga akan dikumpulkan dan diangkut ke luar pabrik.Pengolahan
limbah padat Pada PT. Chandra Asri dibagi menjadi beberapa jenis, sebagai berikut:
a. Limbah padat berupa sisa proses industri yang terdiri dari kerak karbon, lumpur dan
abu, serta limbah domestik khususnya dari perkantoran akan dibuang melalui sistem
land fill dan dibakar. Limbah padat berupa lumpur dibakar menggunakan multiple
hearth furnace.
b. Limbah padat berbahaya dan beracun akan diolah di pusat pengolahan limbah
industri B3.

88
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

c. Limbah padat yang berasal dari jasa boga atau catering berupa sisa makanan akan
dikumpulkan oleh perusahaan dan diangkut keluar pabrik.
d. Limbah padat yang berasal dari gedung dan kantor akan didaur ulang.
Alat pembakaran limbah padat lumpur yang digunakan adalah multiple heart
furnace. Limbah padat bergerak di sepanjang bagian tungku dengan cara didorong oleh
lengan pengaduk sehingga limbah padat tersebut jatuh ke tingkat yang lebih rendah di
dalam tungku. Tungku dilengkapi dengan poros dan dipasang lengan pengaduk dengan
media pendingin berupa udara yang berasal dari blower. Sisa udara pendingin dibuang
melalui bagian atas tungku. Proses pembakaran pada tungku terjadi pada tiga zona
yaitu:
1. Zona 1 (Zona Pengeringan)
Zona 1 merupakan zona pembakaran dengan sistem perapian sebelah atas dimana
kandungan uap air dari limbah akan menguap.
2. Zona 2 (Zona Pembakaran)
Zona 2 merupakan tempat dimana kandungan dari limbah yang ingin dihilangkan
dan dibakar pada suhu 760-930C.
3. Zona 3 (Zona Pendinginan)
Zona 3 merupakan perapian paling bawah yang berfungsi untuk mendinginkan abu
sisa pembakaran sebelum dikeluarkan dari bagian bawah tungku. Udara dari zona
pembakaran melepaskan panas ke limbah padat yang dingin pada saat udara panas
tersebut bergerak ke atas dan bersinggungan dengan aliran limbah padat yang masuk
sehingga menyebabkan penguapan yang cukup besar.
Ketika partikel limbah padat diaduk di sepanjang perapian maka gigi-gigi pada
lengan pengaduk akan menyebabkan ukuran parikel limbah padat tersebut menjadi
lebih kecil. Pengadukan ini bertujuan untuk mengusahakan sebanyak mungkin
permukaan partikel limbah bersentuhan dengan udara panas sehingga mempercepat
terjadinya pengeringan sekaligus proses pembakaran yang baik.
Panas yang dibutuhkan untuk proses pembakaran dan pemanasan awal diperoleh
dari burner yang secara otomatis akan menjaga tingkat suhu tertentu dari tungku. Abu
sisa pembakaran akan dikeluarkan dari tungku ke wadah penampung melalui lubang
pengeluaran di bagian bawah tungku. Gas yang meninggalkan zona pengeringan
dilewatkan melalui ruang atas yang berfungsi sebaga zona after-burning. Gas berada di

89
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

zona ini selama 1 detik. Di dalam zona ini terdapat burner yang mampu menaikkan
suhu gas mencapai 750C.
Gas sisa pembakaran yang meninggalkan zona after-burning didinginkan di
bagian pendingin awal dan dilewatkan pada scrubber sebelum dibuang ke atmosfer.
Udara atau gas yang bersih dibuang melalui cerobong dengan menggunakan IDF pada
suhu 80C
4.5.2 Pengelola Limbah Cair
Unit ini didesain untuk mengolah semua limbah dalam fasa cair yang dihasilkan
dari seluruh proses produksi di PT. Chandra Asri menjadi treated water yang nantinya
dibuang kembali ke laut. Karakteristik limbah cair terdapat pada tabel 4.1. Proses
pengolahan air limbah terdiri dari 8 unit dengan skema pada gambar 4.10.

Stop Oil Contaminated water Oxidized spent

PS Blow
Neutralization
API separator
tank
Domestic
Surge basin water
Equalization
basin

Stop oil Coagulation


tank tank

Flocculant
tank
Waste oil

Air Flotation
Sludge
storage tank

Aeration basin
Incinerator

Settler

Sludge Final Check


Sludge pit Laut
basin

Gambar 4.9 Skema Sistem Pengolahan Air Limbah


1. Unit Pemisahan Minyak
Air yang terkontaminasi oleh minyak dengan kandungan mencapai 200 ppm
dengan laju 5 ton/jam yang ditampung dalam surge basin selama 5 menit. Air
limbah ini dikirim ke unit pemisahan minyak. Minyak yang telah terpisah dialirkan
secara gravitasi ke tangki penampungan minyak (waste oil pit) untuk ditampung
sementara yang selanjutnya ditransfer ke incinerator unit dengan karakteristik gas
pada tabel 4.1. Apabila level minyak di air limbah mencapai pH tertentu, maka lube

90
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

oilakan dipompa ke slop oil tank. Akumulasi air yang terpisah dari minyak
dipompakan ke equalization basin.
2. Unit Netralisasi dan Equalisasi
Unit netralisasi berfungsi untuk mengatur kondisi pH dan aliran buangan yang
bersifat basa, sedangkan unit equalisasi berfungsi untuk mengumpulkan, dan
mengequalisasi air yang telah terpisah dari minyak, basa yang telah dinetralisasi, dan
limbah domestik. Spent caustic dengan pH tinggi masuk ke tangki I dan dinetralkan
dengan H2SO4 (asam). Langkah ini dilanjutkan dengan penambahan NaOH (basa)
pada tangki II Untuk menjaga agar pH tetap netral. Air yang telah dinetralisasi
dialirkan secara gravitasi ke kolom equalisasi. Pengequalisasisan aliran ini dilakukan
dengan menggunakan sebuah alat sistem pendifusi udara. Selanjutnya air equalisasi
dipompa ke Coagulation Tank.
3. Unit Penggumpalan (Unit Koagulasi dan Flokulasi)
Limbah dari tangki equalisasi masuk ke dalam coagulation tank. Di dalam
coagulation tank terjadi pembentukkan gumpalan-gumpalan kecil akibat injeksi
Al2(SO4)3 dan FeCl3. Kemudian aliran tersebut masuk ke flocculation tank sehingga
akan terbentuk gumpalan-gumpalan yang lebih besar karena adanya injeksi
flocculant yang berupa sejenis polimer (polyelectrolyte 100%). Dalam tangki ini
juga ditambahkan lumpur aktif yang diambil dari bagian dasar settler unit yang
berfungsi untuk meningkatkan flokulasi.
4. Unit Pengapungan
Unit pengapungan berfungsi untuk membersihkan endapan padatan dan
mengurangi kandungan minyak serta mengentalkan kelebihan endapan biologis. Air
limbah yang berasal dari flocculation tank mengalir menuju tangki pengapungan.
Zat-zat tersuspensi yang mengapung pada permukaan air dipindahkan dengan alat
pengapungan dan dikirim secara gravitasi ke bak penampungan lumpur (sludge pit).
5. Unit Pengolahan Biologi
Unit pengolahan biologi berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembang
biak bakteri yang dapat menguraikan bahan-bahan kimia dalam air tersebut. Limbah
domestik dan limbah unit pengapungan masuk ke aeration basin. Dalamunit ini
diinjeksikan urea dan trisodium phosphate (Na3PO4) sebagai nutrisi bagi bakteri.
Kapasitas aeration basin adalah 750 m3/jam dengan jumlah empat buah.

91
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

6. Unit Penjernihan (Settler Unit)


Air dari aeration basin masuk ke settler di mana terjadi pengendapan dan air
yang berlebih masuk ke final check basin. Langkah selanjutnya adalah dikeluarkan
ke laut secara gravitasi sedangkan sludge-nya dikembalikan ke aeration basin.
7. Unit Penghilangan Air pada Lumpur
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan air pada lumpur atau busa. Endapan
yang ada di dalam sludge pit dialirkan ke unit penghilangan air dan diinjeksikan
polimer yang berfungsi untuk meggumpalkan sludge yang disimpan dalam tangki
penyimpanan. Selanjutnya sludge yang telah menjadi gumpalan besar diumpankan
ke unit pembakaran untuk diproses hingga menjadi abu.
8. Unit Pembakaran
Unit Pembakaran berfungsi untuk membakar lumpur. Unit Pembakaran
meliputi multiple heart furnace untuk pembakaran lumpur dan diatur untuk
dioperasikan secara kontinu.

Tabel 4.1 Karakteristik Air Olahan


Jenis Limbah Laju Alir Kondisi Komposisi
Spent caustic 2200 kg/jam Suhu: 40 oC NaOH (0,6%b)
yang telah
dioksidasi
Na2CO3 (5%b)
Na2SO4 (9%b)
Na2SO3 (44 ppm)
Na2S (4 ppm)
BOD (900 ppm)
COD (1000ppm)
Air limbah 1400 m3/jam pH: 5-9 Minyak (200 ppm)
yang telah
terkontaminasi
Steam 700 kg/jam pH : 8,5-9 BOD (300 ppm)
buangan
92
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

COD (500ppm)
TDS (2500 ppm)
TSS (200 ppm)
Phenol (10-50 ppm)
Minyak (10-100 ppm)
Benzene (5 ppm)
Toluene (5 ppm)
Ethyl benzene (1 ppm)
Limbah 12 m3/jam - BOD (100-150 ppm)
domestic
COD (100-150 ppm)

TLE 4500 kg/jam pH: 7 BOD (30 ppm)


Hydrojetting
Water
Suhu: COD (50 ppm)
ambient
TDS (300 ppm)
TSS (500 ppm)

Tabel 4.2 Karakteristik Gas Keluaran dari Incinerator Parameter


Parameter Kandungan
Padatan Terlarut 200 ppm
Minyak 15 ppm
Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) 50 ppm
Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) 100 ppm
Ph 6-9

Tabel 4.3 Gas Hasil Pembakaran Sludge dari Limbah Cair


Parameter Kandungan
CO2 8-10%
H2O 35-38%
N2 49%
O2 5,7-5,85%
SO2 0,2%
Smoke maks 5 mnt/jam
Padatan 0,4 gm/Nm3
H2SO4-SO3 0,2 gm/Nm3
HCl 0,4 gm/Nm3
Cl2 0,2 gm/Nm3
H2S 5 gm/Nm3
NOx 1,7 gm/Nm3
CO 1 gm/Nm3

93
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

F 0,02 gm/Nm3
Pb 0,025 gm/Nm3
As 0,025 gm/Nm3
Ammoniac 1 ppm
Sb 0,025 gm/Nm3
Cd 0,015 gm/Nm3
Hg 0,01 gm/Nm3
Zn 0,1 gm/Nm3

4.5.3 Pengelola Limbah Gas


Limbah gas berasal dari cerobong boiler, cerobong furnace, dan cerobong
pembakaran dimana gas yang tidak berguna dalam proses atau berlebih, gas ini akan
dialirkan ke flare.
Limbah gas yang berada di bawah nilai ambang batas baku mutu kualitas udara
(N2, O2, dan CO2) serta H2O langsung ditransfer ke udara secara kontinyu. Gas yang
tidak berguna atau berlebih didalam proses yang berasal dari cerobong boiler, cerobong
furnace, dan cerobong pembakaran akan dibuang langsung ke flare untuk dibakar.
Sistem flare mempunyai kapasitas sebanyak 1000 ton/hr. Flare di PT. Chandra Asri
terdiri dari 2 jenis, yaitu:
a. Flare bertekanan tinggi berfungsi untuk membakar gas yang berasal dari setiap
pabrik di dalam kompleks, fasilitas, dan prasarana, serta yang lainnya dihasilkan dari
low pressure storage
b. Flare bertekanan rendah berfungsi untuk membakar gas low pressure storage.

94

Anda mungkin juga menyukai