Anda di halaman 1dari 68

Agar Hidup,

Allah yang Ngurus


(Jurus 5 Us)
Agar Hidup Allah
yang Ngurus
(Jurus 5 Us)

Cetakan I, Januari 2012


Cetakan II, Februari 2012
Cetakan III, Maret 2012
Cetakan IV, Mei 2012
Cetakan V, Januari 2013

Penulis
Abdullah Gymnastiar

Editor
Rashid Satari

Desainer/Layouter
Agus Anwar

Diterbitkan oleh
SMS Tauhiid
Jl. Gegerkalong Girang No.30F
Bandung 40154 Telp./Fax. 022-2002282
Pengantar Penerbit

K ita seringkali dilanda rasa khawatir


akan hidup kita sendiri. Khawatir
rezeki tak tercukupi, khawatir tak bisa
makan esok hari, khawatir gaji tak me-
madai, dan lain sebagainya.
Padahal sebenarnya manusia tak
perlu khawatir tentang semua itu jika ma-
nusia meyakini dengan sunguh-sungguh
bahwa Allah Swt yang akan mengurus
hidup mereka. Bukankah, sejak manusia
tumbuh sebagai janin di dalam rahim
ibunya, kemudian ia dilahirkan dan
tumbuh besar, seluruhnya itu adalah
berlangsung dalam pemeliharaan-Nya.
Sayang, semakin tumbuh besarnya ma-

3
nusia, mereka semakin dihantui de­ngan
segala ketakutan tentang hidupnya. Itu
di­sebabkan tipisnya keyakinan kepada
Allah Swt.
Oleh karena itu, penting bagi setiap
kita untuk senantiasa mengokohkan
keyakinan terhadap ­Allah Swt. Se­
hingga kita terhindar dari segala kegeli-
sahan yang disebabkan urusan dunia.
Di dalam buku ini diuraikan lima
hal yang menjadi wujud keyakinan kita
terhadap Allah Swt. Sesungguhnya
keyakinan yang kokoh kepada Allah
Swt akan menjadi energi bagi manusia
sehingga mereka bisa menjalani ke-
hidupan dunia dengan penuh optimis
dan semangat, sebelum akhirnya me-
raih kemenangan di akhirat.
Bandung, Januari 2013
Penerbit

4 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Daftar Isi

Pengantar Penerbit — 3
1. Hati Harus Tulus — 15
2. Ibadah Harus Bagus — 20
3. Hidup Harus Lurus — 34
4. Ikhtiar Harus Serius — 43
5. Tobat Terus Menerus — 56

5
Jurus 5 Us
Agar Hidup
Allah yang Ngurus

S
esungguhnya kekuasaan A ­ llah
Swt sangat luas tiada berbatas.
Dia telah menciptakan segala­
nya. Dia-lah pula yang mengatur, me-
melihara dan mengurus semuanya.
Baik segala apa yang ada di langit, di
bumi, maupun yang ada di antara ke­
duanya. Pada hakikatnya, segala ke­
perluan manusia itu diurus oleh­­Allah
Swt. Hanya saja manusia se­ringkali
mengambil pilihan keliru yang me-
nyebabkan dirinya sendiri menjauh
dari pemeliharaan Allah Swt.

7
Saudaraku yang dirahmati oleh
­Allah, apabila hidup kita diurus oleh
Allah Swt maka semua permasalahan
kita akan mendapatkan jalan keluar.
Segala kebutuhan kita akan tercukupi,
tidak kekurangan dan tidak pula berle-
bihan. Karena sesungguhnya Allah Swt
adalah Dzat Yang Maha Mengatur dan
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia-
lah pula Yang Maha Memiliki terhadap
diri kita.
Mari kita tafakuri perjalanan diri kita
di masa lalu. Khususnya saat dahulu
ketika kita masih di dalam rahim ibu.
Ketika kita baru punya jantung saja. Kita
bahkan belum memiliki otak. Organ-or-
gan tubuh lainnya pun se­perti tangan,
kaki dan lain-lain belum ada. Namun,
apakah rezeki sudah ada untuk kita?
Allah Swt telah ciptakan rezeki un-
tuk diri kita melalui perantara ibu kita.

8 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Se­hingga kemudian jadilah tulang,
daging, tangan, kaki, kuku, kulit dan
lain sebagainya yang semakin meleng-
kapi tubuh kita. Renungkanlah hal ini,
meskipun otak dan tubuh kita belum
sempurna benar, namun ­Allah Swt telah
melimpahkan rezeki-Nya kepada kita.
Demikianlah apabila kita diurus oleh
Allah Swt.
Mari, sekali lagi kita merenungi masa
lalu kita, yaitu saat kita masih bayi. Apa-
kah bayi punya banyak tenaga, punya
ilmu, punya pengalaman? Jawabannya
adalah tidak, atau belum. Akan tetapi,
apakah bayi punya rezeki? Punya!
Allah Swt mendatangkan rezeki
untuk bayi berupa air susu ibu. Se­
hingga ia bisa bertahan hidup, tumbuh,
berkembang dan sehat. Hebatnya lagi,
apabila sang ibu tidak bisa memberikan
air susu karena suatu alasan kesehatan

9
misalnya, maka Allah Swt memberikan
air susu sapi sebagai rezeki untuknya.
Bayi di Jakarta dan sapi di Lembang
misalnya. Pada akhirnya mereka tetap
bisa bertemu. Bayi bisa memperoleh air
susu sapi meski sapi tersebut berada
jauh dari tempatnya berada. Mari re-
nungkan, dalam hal ini, siapakah yang
menghampiri siapa, apakah bayi yang
menghampiri sapi ataukah sebaliknya?
Tentu tidak ada siapa yang meng-
hampiri siapa. Mereka berada di tem-
patnya masing-masing. Namun, air susu
sapi itu akhirnya bisa sampai kepada
sang bayi. Setelah menempuh sekian
jauh jarak dan sekian banyak tangan
dan tempat. Dari kandang peternakan,
tempat pemerahan, koperasi, pabrik,
toko grosir, mini market, dapur, lalu
kamar sang bayi. Atas izin Allah Swt,
rezeki telah menghampiri sang bayi.

10 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Kita sudahi nostalgia kita dengan
masa-masa bayi. Sekarang kita lompat
ke waktu tadi pagi. Makanan yang kita
nikmati pada sarapan pagi tadi bila kita
tafakuri, berapa langkah kita me­nuju
makanan kita itu, dan berapa puluh
ribu langkah makanan itu datang ke-
pada kita? Beras dari satu tempat di
sebelah barat sana. Lauk pauknya dari
selatan dan utara. Bumbu-bumbunya
dari sebelah timur kita. Kesemuanya
itu telah menempuh jarak yang sangat
jauh untuk bisa sampai kepada meja
makan dan piring di hadapan kita.
Hebatnya lagi, peristiwa itu tidak
hanya terjadi pagi tadi saja, melain-
kan telah berlangsung bertahun-ta-
hun bahkan berpuluh-puluh tahun
lamanya di dalam hidup kita. Inilah satu
bukti dari sekian banyak bukti bahwa
Allah Swt menjadikan rezeki datang

11
menghampiri kita. Allah Swt menjamin
rezeki kita. Allah Swt menciptakan kita
lengkap dengan rezeki kita.
Di dalam salah satu ayat Al Quran,
­Allah Swt berfirman,
“Dan tidak ada suatu binatang me-
lata (makhluk Allah yang bernyawa)
pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rizkinya.” (QS. Huud [11]: 6).
Jadi sahabatku, kita tidak diperin-
tahkan untuk mencari rezeki. Karena
kata “mencari” itu adalah antara ada
dan tiada. Melainkan kita diperintah-
kan untuk menjemput rezeki. Menga-
pa “menjemput”? Karena jika mencari
itu antara ada dan tiada, sedangkan
menjemput itu pasti ada, hanya saja
belum tentu bertemu saat itu juga.
Analoginya adalah seperti seorang
ibu yang menjemput anaknya di blok
M, sedangkan anaknya ternyata ada di

12 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


blok C. Anaknya ada, hanya saja saat
itu belum bisa bertemu. Begitupun
dengan rezeki kita. Boleh jadi kita
menjemput rezeki, tapi kita menjem-
put di tempat yang tidak semestinya,
sehingga kita tidak bertemu dengan
rezeki kita itu.
Seperti seseorang yang menjem-
put rezeki di tempat yang haram,
maka orang tersebut sejatinya tidak
akan bertemu dengan rezekinya. Ji-
kapun ia menemukannya, itu adalah
semu dan tidak akan memberikan
manfaat sejati baginya. Sehingga,
jangan heran jika banyak orang yang
kemudian terjerumus ke dalam jeruji
besi karena dia menjemput rezeki ke
tempat yang salah atau dengan cara
yang salah.
Demikianlah Allah Swt telah menja-
min rezeki seluruh makhluk di alam raya

13
ini. Bahkan binatang-binatang yang tak
berakal pun tetap hidup, tumbuh kuat
dan besar. Apalagi manusia yang telah
dilengkapi de­ngan akal pikiran. Seekor
cicak yang hidupnya menempel di din­
ding saja dijamin rezekinya meskipun
makanannya adalah nyamuk yang
jelas-jelas binatang bersayap yang le-
luasa terbang ke sana kemari. Nampak
seolah tidak adil, namun adakah cicak
yang tidak terpenuhi rezekinya?
Paparan tersebut di atas memberi-
kan gambaran kepada kita betapa in-
dah dan mudahnya hidup ini apabila
kita diurus oleh Allah Swt. Ada lima
jurus yang bisa membuat segala ke-
butuhan dan permasalahan hidup
kita diurus oleh ­Allah Swt. Berikut ini
pemarapannya.

14 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


1
Hati Harus Tulus
D alam salah satu haditsnya, Rasu-
lullah Saw bersabda,“Sungguh,
dalam jasad ada sekerat daging. Jika ia
baik, akan baik seluruh jasad. Sebaliknya
jika buruk, seluruh jasad akan menjadi
buruk. Sekerat daging itu adalah qolbu
(hati).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Saudaraku, jadikanlah hati kita se­­
nantiasa tulus dalam setiap amal per-
buatan yang kita lakukan. Jadikanlah
ia hanya tertuju kepada Allah Swt.
Segala amal perbuatan yang dilakukan,
hanya bertujuan mendapat perhatian
dan ridha Allah Swt. Karena jika amal
perbuatan yang kita lakukan tidak ber-
dasar ketulusan mengharap ridha Allah

15
melainkan mengharapkan pujian ma-
nusia, maka rusaklah nilai atau kualitas
dari amal yang kita lakukan itu. Amalnya
akan sia-sia belaka meskipun apa yang
dilakukan itu adalah kebaikan.
Demikian pula dalam menjemput
rezeki. Jagalah hati agar senantiasa tulus
dalam menjemputnya. Niatkan bekerja
itu sebagai ibadah kepada Allah Swt.
Jangan risaukan rezeki, karena sesung-
guhnya hal itu sudah diatur oleh Allah,
sebagaimana beberapa contoh yang diu-
las di bagian awal buku ini. Kewajiban
kita adalah berupaya, bekerja sebagai
wujud penghambaan kita kepada-Nya.
Jangan takut tidak memperoleh
rezeki, tapi takutlah tidak punya syukur
kalau sudah mendapat rezeki. Jangan
takut tidak memperoleh rezeki, tapi ta-
kutlah tidak punya sabar ketika rezeki kita
ditunda. Jangan pula takut tidak memper-

16 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


oleh rezeki, tapi takutlah tidak punya ridha
ketika Allah Swt mengambilnya kembali.
Oleh karena itu, janganlah gentar
menghadapi hidup ini, sedahsyat apa­pun
masalah yang kita hadapi, sesulit apapun
masalah ekonomi yang kita alami, Allah
Swt sudah tahu apa masalah kita. Allah
Swt akan memberikan pertolongan-Nya
kepada kita. Seperti ketika kita masih be-
rada di dalam rahim ibu atau di saat kita
bayi dahulu, Allah Swt akan memberikan
jalan keluar kepada kita.
Jika hati kita tulus dan bersih, A­ llah
Swt berfirman,“Barang siapa bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan memberi-
kan jalan keluar dari setiap kesulitan, dan
memberinya rezeki dari arah yang tidak
disangka-sangka. Dan, barang siapa
yang bertawakal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)
nya.” (QS. Ath Thalaaq [65]: 2-3).

17
Jika kita sudah yakin bahwa Allah
Swt yang menjamin rezeki kita maka kita
tidak akan pernah ketergantu­ngan ke-
pada makhluk-Nya. Kita juga tidak akan
bekerja dengan mencari pujian, sanju­
ngan dan penghargaan dari sesama ma-
nusia. Karena manusia tidak pernah bisa
memberikan rezeki kepada sesamanya.
Manusia hanyalah perantara atau jalan
semata. Pemberi rezeki itu tetaplah Allah
Swt. Seperti contoh saat kita bayi dahulu.
Orang tua bukanlah yang memberikan
rezeki kepada kita. Mereka hanyalah
perantara saja atas rezeki yang datang
dari kasih sayang Allah Swt kepada kita.
Oleh karena itu, jika kita ingin rezeki
kita diurus oleh Allah, lepaskanlah hati
kita dari unsur-unsur keinginan dipuji
dan disanjung oleh manusia. Tetapkan-
lah niat kita dalam mencari rezeki itu
hanya karena Allah Swt semata. Laku-

18 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


kanlah hal yang benar dan baik bukan
karena ingin dilihat, dipuji, disanjung
dan dibalasbudi oleh orang lain.
Lakukanlah hal yang benar dan baik
hanya karena mengharapkan ridha ­Allah
Swt, niscaya Allah me­ngetahui segala
apa yang terbersit di dalam hati kita. Ber-
haraplah imbalan hanya dari Allah Swt
semata, niscaya Allah memberikannya.
Jika Allah Swt berkehendak untuk me-
nyegerakan rezeki kita, maka tidak ada
sesuatu apapun dan makhluk apapun
yang bisa menghalang-halanginya.
Allah Swt berfirman, “..dan jikalau
Allah menghendaki kebaikan (rezeki)
untukmu maka tidak ada yang dapat
menghalangi-Nya, Kebaikan itu diberi-
kan oleh-Nya kepada orang yang dike-
hendaki dari hamba-hamba-Nya. Dialah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Pe­
nyayang “. (QS. Yunus [10]: 107).

19
Ibadah Harus Bagus

J ika kita bertemu dengan perma­


sa­lahan, jangan dulu memikirkan
masalahnya. Karena sesungguhnya
Allah Swt telah mengetahui masalah
kita. Bukankah masalah itupun datang
dan terjadi karena izin-Nya.
Contohnya adalah perut. Allah Swt
tahu kita memiliki perut karena Dia-
lah yang menciptakan kita. Allah Swt
pun mengetahui jika kita akan mera-
sakan lapar, makanya didatangkanlah
makanan kepada kita sejak kita kecil
hingga sekarang. Demikian juga jika
kita sudah tua. Ketika kita tidak bisa

20 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


menyuapkan makanan ke dalam mu-
lut kita sendiri, maka kita akan di­suapi.
Jika sudah tidak bisa disuapi, maka di-
infus. Dan, apabila sudah tidak bisa di-
infus, berarti dikubur karena itu tanda
sudah selesailah jatah kita di dunia.
Sedangkan selama kita masih hidup di
dunia, jatah rezeki kita terus mengalir
hadir bersama kita.
Oleh karenanya, setiap kita me­
ngalami suatu permasalahan yang
menurut kita sangat berat, periksalah
ke dalam diri kita sendiri, apakah iba-
dah kita sudah bagus atau belum. Ka-
rena ternyata, kita lebih banyak me­
lakukan ibadah seenak diri kita sendiri,
sekehendak kita sendiri. Hawa nafsu
seringkali mendominasi diri kita saat
kita menunaikan ibadah.
Sebagai contoh, coba perhatikan
shalat yang kita lakukan. Sering kali

21
kita lakukan shalat secara tergesa-ge-
sa disebabkan pekerjaan atau hal lain
yang menurut kita penting. Sehingga
jangankan untuk memaknai setiap
bacaan shalat, karena apa yang ada di
dalam benak kita sejak takbiratul ikhram
hingga salam adalah urusan-urusan du-
niawi kita sendiri. Tidak heran, kita ser-
ingkali lupa rakaat, lupa tahiyyat awal,
tertukar bacaan. Kalaupun kita mem-
baca bacaan, kita baca dengan terburu-
buru, padahal bacaan di dalam shalat
itu adalah doa. Padahal shalat adalah
komunikasi langsung kita dengan-Nya.
Jika membaca doa pun, kita se­ring­
kali membacanya seperti orang yang
takut tertinggal kereta. Meski kita ha-
fal bacaannya, namun cara kita mem-
bacakannya seolah kita i­ngin segera
mengakhirinya. Kita membacanya
tergesa-gesa. Padahal, bila kita hen-

22 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


dak meminta bantuan kepada sesama
manusia, meminjam uang misalnya,
kita berbicara kepadanya de­ngan pe­
nuh sopan santun, perlahan-lahan
dan penuh tata krama. Atau, jika kita
memohon ampunan kepada-Nya pun
kita membacakannya dengan terburu-
buru, seolah tidak punya lagi waktu.
Padahal jika kita meminta maaf kepada
sesama manusia, maka kita akan mela­
ku­kannya dengan cara yang sangat ha-
ti-hati dan dengan sungguh-sungguh.
Di dalam Al Quran, Allah Swt berfir-
man, “Dan, tidaklah Aku ciptakan jin dan
Manusia melainkan untuk ber­ibadah ke-
pada-Ku”. (QS. Adz Dzariyat [51]: 56).
Simaklah firman-Nya ini. Selain
dalam bacaan-bacaan shalat, dalam
dzikir setelah shalat saja pun kita
mengucapkannya tergesa-gesa, tidak
mengucapkannya dengan sungguh-

23
sungguh sebagai pujian kita untuk-
Nya. Padahal firman-Nya di atas ada-
lah penegasan bahwasanya Allah Swt
menghendaki setiap apa yang kita
lakukan di dalam hidup ini adalah
bentuk ibadah kita kepada-Nya.
Ada ibadah mahdhah (ibadah yang
murni hubungan hamba de­ngan Allah
Swt secara langsung) dan ada ibadah
ghair mahdhah (ibadah yang di sam­
ping sebagai hubungan hamba de­
ngan Allah, juga merupakan hubungan
atau interaksi antara hamba dengan
makhluk lainnya.). Sekilas kita ulas pen-
jelasan mengenai dua jenis ibadah ini.

Pertama, Ibadah Mahdhah.


Seperti telah disebutkan di atas bah-
wasanya ibadah Mahdhah adalah
ibadah yang telah ditetapkan Allah
tentang tingkat, tata cara dan perin-

24 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


cian-perinciannya. Ibadah yang te­
lah ditentukan syarat dan rukunnya.
Pelaksanaannya diperintahkan dalam
Al Quran, dicontohkan oleh Nabi Mu-
hammad Saw, atau yang dilaksanakan
oleh sahabat dan dibenarkan oleh nabi
Saw. Ibadah ini pun merupakan iba-
dah yang sifatnya adalah hubungan
langsung dan khusus antara seorang
hamba de­ngan Allah Swt. Ibadah jenis
ini memiliki beberapa prinsip, dianta-
ranya adalah,
a. Harus berdasarkan dalil perintah.
Baik itu yang bersumber dari Al
Quran maupun As Sunnah. Jadi, iba-
dah ini bukanlah ranah atau otoritas
akal atau logika.
b. Pelaksanaannya harus sesuai de­
ngan contoh dari Rasulullah Saw.
Karena pengutusan Rasul itu memi-
liki tujuan, seperti yang difirmankan

25
oleh Allah Swt, “Dan apa saja yang
dibawakan Rasul kepada kamu maka
ambillah, dan apa yang dilarang, maka
tinggalkanlah..”(QS. Al Hasyr [59] : 7).
Rasulullah Saw juga memberikan
penjelasan tentang pelaksanaan
ibadah mahdhah, “Shalatlah kamu
seperti kamu lihat aku shalat.” (HR.
Bukhari).
c. Bersifat di luar jangkauan akal
pikiran. Maksudnya adalah bahwa
ibadah jenis ini bukanlah ukuran
logika, karena bukan wilayah akal,
melainkan wilayah wahyu. Adapun
akal hanya berfungsi untuk mema-
hami rahasia di baliknya.
d. Berdasarkan pada ketaatan. Arti­nya,
bahwa yang dituntut dari hamba
dalam melaksanakan ibadah jenis
ini adalah kepatuhan atau ketaatan.
Hamba wajib mengimani dan meya­

26 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


kini apa yang diperintahkan Allah ke-
padanya. Ia wajib meyakini bahwa
perintah tersebut semata-mata
adalah untuk kebaikan dirinya, dan
bahwa salah satu misi utama diu-
tusnya Rasul adalah untuk diteladani
Contoh ibadah jenis ini adalah se­perti
wudhu, shalat, zakat, shaum, dan haji.
Kedua, Ibadah Ghair Mahdhah.
Yaitu ibadah yang syarat dan rukunnya
tidak ditentukan secara mutlak. Tidak
mutlak karena pelaksanaannya tidak
terikat waktu, rukun (cara pelaksana­
an), maupun kuantitasnya.
Sebagaimana ibadah mahdhah,
ibadah ghair mahdhah pun memiliki
beberapa prinsip, diantaranya adalah,
a. Dilaksanakan berdasarkan tidak
ada­nya dalil yang melarang. Sela-
ma tidak ada larangan dari A­ llah

27
Swt dan dari Rasulullah Saw, bah-
kan yang ada adalah anjuran untuk
menunaikannya.
b. Pelaksanannya tidak harus sesuai
de­ngan contoh Rasulullah Saw.
Oleh karenanya dalam ibadah jenis
ini tidak dikenal istilah “bid’ah”. Jika
pun ada yang menyebutkan bahwa
segala yang tidak dicontohkan Rasul
Saw dalam ibadah jenis ini, maka
bid’ahnya adalah bid’ah hasanah.
Sedangkan bid’ah di dalam ibadah
jenis pertama (Mahdhah) bid’ahnya
adalah dhalalah.
c. Rasional. Ibadah jenis ini baik-buruk­
nya, untung-ruginya, atau manfaat
atau madharatnya, dapat diukur
oleh akal atau logika. Sehingga jika
menurut logika, buruk, merugikan,
dan ma­dharat, maka tidak boleh di-
laksanakan.

28 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Contoh ibadah jenis ini adalah be-
lajar atau menuntut ilmu, tersenyum,
berbakti pada orang tua, berbuat baik
kepada tetangga, dan lain sebagainya.
Jika shalat kita bagus, dzikir kita
bagus, sikap kepada tetangga bagus,
sikap kepada lingkungan bagus, maka
rezeki tidak akan sulit menghampiri kita.
Mungkin ada yang bertanya, seseorang
ibadahnya bagus namun mengapa reze-
kinya segitu-segitu saja? Camkanlah bah-
wasanya rezeki itu tidak harus banyak
atau melimpah ruah. Rezeki itu yang ter-
penting adalah cukup. Untuk apa rezeki
banyak tapi tidak pernah cukup?
Ketika kita ingin membangun mas-
jid, rezeki kita cukup, maka terlaksana.
Kita ingin menghajikan orang tua dan
keluarga, rezeki kita cukup, maka terlak-
sana. Kita ingin membangun sekolah,
rezeki kita cukup, juga terlaksana. Se-

29
dangkan jika rezeki kita banyak, tapi
tidak pernah cukup untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhan kita, maka
rezeki yang banyak itu tidak ada artinya.
Allah Swt berfirman, “Hai orang-orang
yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya A ­ llah
beserta orang-orang yang sabar.” (QS.
Al Baqarah [2]: 153). Oleh karenanya,
baguskanlah ibadah kita, niscaya Allah
Swt akan memudahkan pertolongan-
Nya untuk kita. Sesungguhnya Allah Swt
me­nyaksikan shalat di awal waktu kita.
Dia melihat sujud di sepertiga malam
terakhir kita. Dia mendengar dan meli-
hat segala doa dan dzikir kita.
Orang-orang yang tidak beriman
dan dzalim saja mendapat rezeki,
bagaimana mungkin kita yang me­
lakukan sujud, berdzikir, berdoa dan
meminta kepada-Nya tidak diberi?!

30 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Datangnya pemberian Allah Swt,
kepada kita tidak harus sama persis
dengan keinginan atau permintaan
kita. Karena keinginan atau permintaan
kita ini lebih sering dilatar­belakangi
hawa nafsu. Tidaklah pen­ting keingi-
nan dan permintaan kita terpenuhi.
Hal yang terpenting ada­lah apa yang
terjadi itu merupakan yang terbaik
menurut Allah Swt. Buktinya adalah
dahulu saat kita masih berada di dalam
rahim ibu kita, segalanya berlangsung
dengan baik dan benar jika Allah Swt
yang mengurus kita.
Maka dari itu, baguskanlah ibadah
kita, supaya Allah Swt mengurus dan
memudahkan hidup kita. Tunaikanlah
shalat di awal waktu. Penuhilah pang-
gilan adzan dengan segera, karena itu
hakikatnya adalah panggilan A ­ llah Swt
kepada kita untuk bersujud kepada-Nya.

31
Jika anda adalah seorang ayah atau ibu,
ketika anda memanggil anak anda na-
mun dia malah berleha-leha dan men-
unda-nunda untuk menghampiri anda,
maka apakah yang anda rasakan? Tentu
itu bukanlah suatu kepatutan.
Apalagi jika peristiwa itu terjadi
berkenaan dengan panggilan Allah Swt
terhadap hamba-hamba-Nya. Padahal,
tidak semata-mata Dia memanggil ham-
ba-hamba-Nya kecuali adalah untuk ke-
baikan mereka sendiri. Supaya rezeki
mereka menjadi mudah dan supaya
jalan keluar atas segala permasalahan
hidup mereka datang lebih cepat.
Sahabatku, Allah Swt berfirman,
“Hanya kepada-Mu lah Kami me­
nyem­bah dan hanya kepada-Mu lah
kami memohon pertolongan.” (QS. Al
Fatihah [1]: 5).

32 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Ayat ini menjelaskan bahwa hen-
daknya ibadah didahulukan ketimbang
mengajukan permintaan kepada-Nya.
Meskipun pada hakikatnya Allah Maha
Pengasih, Maha Penyayang, Dia tak
pernah berhenti melimpahkan rezeki
kepada hamba-hamba-Nya, baik dipin-
ta ataupun tidak. Janganlah ragu akan
jaminan Allah Swt terhadap rezeki kita.
Baguskanlah dzikir kita, shalat
kita, munajat kita, amal-amal kita.
Sesungguhnya semua itu disaksikan
oleh Allah Swt, dan Dia Maha Baik,
Maha Pemberi. Dia memberi kepada
kita lebih dari apa yang kita duga dan
dari jalan yang tidak disangka-sangka.

33
Hidup Harus Lurus
A llah Swt, berfirman, “Tunjukilah kami
jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-
orang yang telah Engkau beri nikmat
kepadanya, bukan (jalan) mereka yang
dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat.” (QS. Al Fatihah [1]: 6 - 7).
Ayat tersebut di atas menjelaskan
bahwasanya kita harus ­mencari ilmu
supaya bisa mengetahui apa saja hal-
hal yang disukai dan tidak disukai Allah
Swt Apa yang disukai oleh-Nya, maka
kita lakukan. Sedangkan apa yang tidak
disukai oleh-Nya, maka kita tinggalkan.
Adapun perkara rezeki, Allah Swt sudah
mengaturnya untuk kita.

34 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Tentang kejujuran misalnya. Antara
jujur dan tidak jujur, Allah Swt menyu-
kai yang pertama. Namun, bisa jadi ke-
banyakan orang menyukai yang kedua.
Apabila kita jujur, mungkin ada orang
lain yang jadi tidak suka kepada kita.
Akan tetapi, karena Allah Swt suka pada
sikap jujur kita, maka ditanamkanlah
oleh-Nya rasa tenang, aman, kekua-
tan dan keteguhan di dalam hati kita.
Sehingga kita tetap kokoh dan tidak
merasa takut saat tidak disukai oleh
sesama manusia yang tidak menyukai
sikap jujur kita.
Akan tetapi, ketika kita tidak jujur,
mungkin manusia akan menyukai kita.
Namun, karena Allah Swt tidak ridha
terhadap sikap yang tidak jujur, maka
ditanamkanlah oleh-Nya rasa cemas,
was-was, resah dan gelisah di dalam
hati kita. Jika sudah seperti ini, maka

35
segala kesenangan materiil yang kita
peroleh dari ketidakjujuran, tidak akan
berarti apa-apa bila ada gelisah di da­
lam diri kita. Kita akan terus-menerus
tertekan dari dalam diri sendiri. Bahkan,
tidak dihina oleh sesama manusia pun,
kita akan merasa tersiksa.
Banyak pelaku ketidakjujuran
yang kemudian merasakan akibat
per­­buatannya secara langsung di du-
nia. Seperti de­ngan hukuman penjara
misalnya. Namun, hukuman-hukuman
semacam ini mestinya ditafakuri dan
disyukuri. Karena hukuman seperti ini
adalah merupakan cara Allah Swt me-
negur dan mengingatkan si pelaku se-
hingga ia mau untuk memperbaiki diri.
Karena orang yang beruntung
ada­lah orang yang melakukan kesala-
han kemudian diingatkan sehingga
ia mengetahui jalan perbaikan. Seda­

36 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


ngkan orang yang rugi adalah orang
yang melakukan kesalahan namun
tidak mendapat peringatan, sehingga
ia semakin tenggelam dalam kesala-
han. Lebih rugi lagi orang yang berada
di dalam kesalahan kemudian berakhir
hidupnya sebelum sempat memper-
baiki dirinya.
Contoh lainnya, membicarakan
ke­­burukan orang lain. Ini adalah per-
buatan yang hampir lazim terjadi di
seluruh lapisan masyarakat kita. Pa-
dahal ini adalah salah satu perbuatan
yang tidak disukai Allah Swt. Membi­
carakan keburukan orang itu bukan-
lah hal yang mengenakkan. Pelaku
perbuatan seperti ini, ketika baru saja
membica­rakan keburukan orang lain,
maka kondisi hatinya seketika itu juga
tidak enak. Penuh prasangka negatif,
kecurigaan, iri dan dengki. Itu baru dari

37
aspek dalam. Dari aspek luar, raut muka
pelaku perbuatan ini pun seketika itu
akan berubah jadi tidak mengenakkan.
Demikian pula dengan kalimat-kalimat
yang diucapkannya.
Sebaliknya dengan apa yang terjadi
dengan orang yang membicarakan ke-
baikan orang. Saat melakukan hal itu,
keada­an hati si pelaku akan baik karena
berisi hal-hal yang positif tentang orang
yang dibicarakannya. Raut mukanya ce-
rah dan sumringah. Ucapan-ucapannya
pun berisi kebaikan dan optimisme.
Contoh berikutnya adalah me­
rokok. Jika kita mencoba bertanya,
apakah Allah Swt suka terhadap per-
buatan merokok? Sesungguhnya A ­ llah
Swt suka terhadap segala hal yang
memberikan manfaat dan kebaikan.
Madu misalnya. Coba perhatikan, ber-
bagai Allah Swt menjelaskan di dalam

38 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Al Quran tentang manfaat yang bisa
diperoleh dari madu.
Tulisan-tulisan yang terkait atau
me­nerangkan tentang madu pun,
pasti berisi manfaat atau kebaikan. Se­
perti memberikan kesehatan, kekua-
tan, dan meningkatkan imunitas tu-
buh. Allah Swt berfirman,
“…Dari perut lebah itu keluar minu-
man (madu) yang bermacam-macam
warnanya, di dalamnya terdapat obat
yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Tuhan) bagi orang-orang yang memikir-
kan.” (QS. An Nahl [16]: 69).
Akan tetapi, sebaliknya dengan
rokok. Pada kemasannya saja terdapat
tulisan bahwa rokok menyebabkan
kangker, serangan jantung, impotensi,
ganggauan kehamilan dan janin. Bah-

39
kan pada beberapa kemasan rokok
disebutkan bahwa ia menyebabkan
kematian. Jadi barang apa sebenarnya
ini? Tentunya ini adalah barang yang
tidak benar dan tidak baik.
Ada sebuah cerita anekdot ten-
tang pemilik pabrik rokok dengan
karyawannya. Sang pemilik pabrik be-
serta anak-anaknya dan keluarganya
adalah orang yang bukan perokok. Hal
ini menimbulkan tanda tanya pada
salah seorang karyawannya sehingga
ia bertanya mengapa bosnya itu ber-
sama keluarganya tidak merokok pa-
dahal dia memiliki pabriknya. Dengan
santai sang bos menjawab bahwa ten-
tu saja dia tidak mau merokok, rokok
itu hanya bagi orang-orang yang tidak
bisa baca dan tidak bisa berpikir.
Meski cerita di atas bersifat anek­
dot atau gurauan, namun ada be-

40 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


narnya juga. Rokok itu sudah jelas-
jelas ditegaskan bisa memberikan
dampak negatif sedemikian berat,
namun masih banyak saja orang yang
mengkonsumsinya. Sudah diberikan
tulisan peringatan pada kemasan­nya,
bahkan ada juga yang dilengkapi de­
ngan gambar menyeramkan, masih
banyak saja orang yang membelinya.
Saudaraku, tidak pernah ada kata
terlambat selama nyawa masih dikan­
dung badan. Segera jauhilah berbagai
hal yang mengundang ketidaksukaan
dari Allah Swt. Sesungguhnya Dia tidak
menyukai hal-hal yang me­nimbulkan
keburukan. Waktu yang kita miliki
ini tidaklah banyak, sangat sayang
jika harus sia-sia karena perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat
dan tidak disukai oleh-Nya. Bahkan,
bisa-bisa kita terjerumus kepada sikap

41
kufur nikmat karena mengisi nikmat
waktu dan kesempatan kita dengan
perbuatan-perbuatan seperti di atas.
Na’udzubillahimindzalik.
Padatkanlah aktifitas harian kita
de­n gan kebaikan dan perbuatan
yang disukai oleh-Nya, teladanilah
bagaimana perilaku teladan kita, Nabi
Muhammad Saw. Niscaya Allah Swt
akan mengurus kita. Dia akan me-
mudahkan rezeki kita, dan Dia akan
mempercepat jalan keluar atas segala
problematika hidup kita. Insya Allah!

42 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Ikhtiar Harus Serius

A llah Swt berfirman, “Dan, orang-


orang yang bersungguh-sungguh
untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada
mereka jalan-jalan Kami. Dan, sesung-
guhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik “.­(QS.
Al Ankabuut [29]: 69).
Banyak sekali urusan di dunia ini
yang seolah nampak berat untuk di-
lakukan sehingga manusia tidak men-
yanggupinya. Padahal yang sebenarnya
hadir adalah hanya masalah mau ber-
sungguh-sungguh atau tidak. Karena

43
ternyata banyak sekali hal yang seolah
nampak mustahil terjadi, bisa terjadi
karena kesungguhan.
Sebagai contoh, shalat Tahajud. Me­
ngapa shalat ini seolah-olah hal yang
sa­ngat berat untuk dilakukan? Sebe-
narnya bukan shalatnya yang berat tapi
karena kesungguhan kita yang tidak
ada. Jika kita sungguh-sungguh, maka
mudah saja Tahajud itu dilaksanakan.
Jika Tahajud itu hanya­lah rencana yang
dilontarkan bibir belaka, maka itu akan
menjadi satu hal yang sangat berat di-
lakukan. Akan tetapi, jika rencana shalat
Tahajud itu tak hanya diucapkan, me­
lainkan diniatkan di dalam hati de­ngan
penuh kesungguhan, maka mudah saja
pada sepertiga malam terakhir ia ter-
bangun kemudian mendirikan shalat,
dengan izin Allah Swt.

44 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Terlebih, sesungguhnya Allah Swt
Maha Mengetahui isi hati manusia.­
­Allah Swt berfirman, “Dia mengetahui
apa yang ada di langit dan di bumi, dan
mengetahui apa yang kamu rahasiakan
dan apa yang kamu nyatakan. Dan A ­ llah
Maha Menge­tahui segala isi hati.” (QS.
At Taghaabun [64]: 4).
Orang yang memiliki kesungguhan
niat untuk menunaikan shalat Tahajud,
ia pasti akan terbangun di malam hari
de­ngan sebab apa saja. Dan, itu terjadi
atas izin Allah Swt karena Dia mengeta-
hui isi hatinya. Dia mengetahui kesung-
guhannya.
Contoh lainnya adalah shaum Senin
– Kamis. Banyak yang mengira bahwa ini
sangatlah berat dilakukan. Sesungguh­
nya bukan berat atau tidak, melainkan
adakah kesungguhan atau tidak untuk
melakukannya. Karena ternyata, ba­

45
nyak orang yang bisa menunaikannya
de­ngan rutin setiap minggu. Demikian
juga dengan shalat tahajud, banyak
orang yang rutin menunaikannya ham-
pir setiap malam. Bahkan ada juga yang
bisa di setiap malam.
Jika kita punya niat yang sungguh-
sungguh, maka Allah Swt akan memu-
dahkan supaya niatnya itu terwujud-
kan. Kita mendekat kepada Allah satu
jengkal, Allah mendekat kepada kita
satu depa. Kita mendekat kepada-Nya
satu depa, Dia mendekat kepada kita
satu hasta. Kita mendekat kepada-Nya
dengan berjalan, Dia seolah-olah mem-
buru kita.
Ada satu kisah yang diriwayat-
kan oleh Imam Bukhari dan Muslim
di dalam kitab shahihnya. Kisah ini
diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id
bin Malik bin Sinan Al Khudri. Ia men-

46 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


ceritakan bahwasanya Rasulullah Saw
pernah menyampaikan satu kisah di
zaman dahulu, yaitu kisah seorang
laki-laki kejam yang telah me­lakukan
pembunuhan terhadap 99 orang.
Suatu hari, si pelaku pembunuhan
ini merasa sangat menyesal atas perbua-
tannya itu. Dia pun mencari-cari orang
yang paling berilmu dengan maksud
menceritakan kisahnya dan mencari
tahu cara menjadi orang yang baik.
Hingga ia pun berjumpa dengan orang
ia cari. Sayangnya, orang yang ditemui­
nya itu ternyata tidak memiliki keilmuan
yang cukup untuk memberikan jawa-
ban yang kuat. Ia menyatakan bahwa
perbuatannya itu tidak akan diampuni
oleh Allah Swt . Karena mende­ngar yang
tidak mengenak­kan hatinya, si pelaku
pun terpancing amarahnya. Lantas ia
membunuh orang alim yang ia temukan

47
itu. Sehingga genap 100 orang korban
yang dibunuhnya.
Kemudian, si pelaku ini melakukan
perjalanan pencariannya. Hingga di sua-
tu tempat ia bertemu dengan seorang
alim. Dia pun menceritakan maksud
dan segala apa yang telah dialaminya.
Ia mengutarakan keinginannya untuk
bertaubat dan menjadi orang baik.
Orang alim ini menjelaskan bahwa­
sanya si pelaku masih memiliki kesempa-
tan yang sangat lebar untuk memohon
ampun dan bertaubat kepada Allah Swt
asalkan dilakukan dengan penuh kes-
ungguhan. Orang alim itupun mem-
berikan nasehat kepadanya su­paya ia
menjauhi teman-temannya sesama
pelaku dosa, juga agar ia meninggalkan
negerinya yang lebih banyak dihuni oleh
para pelaku dosa, kemudian berpindah
ke negeri lain yang baik peng­huninya.

48 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Si pelaku inipun mematuhi nasehat
orang alim itu. Ia pun bertaubat dengan
sungguh-sungguh dan penuh penye-
salan atas apa yang pernah dilakukan-
nya di masa lalu. Kemudian, ia pun pergi
meninggalkan negerinya sesuai dengan
nasehat orang alim itu. Namun, di te­
ngah perjalanan ternyata ajal kematian
datang menjemputnya, saat ia belum
sampai ke negeri manapun.
Kematiannya itu membuat malai-
kat pemberi adzab bersegera ingin
membawanya agar bisa segera men-
jatuhkan adzab kepadanya. Namun,
malaikat pemberi rahmat mela­rangnya
karena menilai bahwa orang tersebut
sudah mau bertaubat. Kemudian, un-
tuk mendapatkan jawaban, diukurlah
apa yang telah dilakukan oleh orang
itu karena Allah Swt Maha Tahu apa
yang telah dilakukan olehnya. Setelah

49
dilakukan pengukuran, ternyata orang
tersebut lebih dekat satu langkah ke
arah golongan orang-orang yang ber-
taubat. Maka, Allah Swt mengampuni
dosa-dosanya.
Kisah ini memberikan pelajaran
bahwa sebesar atau sebanyak apapun
dosa yang telah dilakukan, jika mau ber-
taubat de­ngan taubat yang sungguh-
sungguh, maka Allah Swt akan mem-
berikan jalan untuk bertaubat. Dan, Allah
pun akan menerima taubatnya sehingga
diampunilah segala dosa-dosanya.
Maka dari itu, kesungguhan adalah
hal yang sangat penting. Seseorang tidak
akan pernah bisa membaca Al Quran
apabila tidak ada kesungguhan untuk
mempelajarinya. Allah Swt berfirman,
“Jika engkau telah bersungguh-
sungguh, maka bertawakkallah kepada

50 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


­ l­lah..” (QS. Ali ‘Imran [3]: 159), nis­caya
A
Allah Swt akan membimbing kita.
Cara Allah Swt membimbing kita
pun bermacam-macam. Ketika sese-
orang hadir di dalam sebuah majlis
ilmu, itu bukanlah suatu kebetulan,
melainkan Allah Swt yang telah meng-
aturnya. Ada yang duduk-duduk di
depan televisi, kemudian dia memin­
dah-mindahkan channel hingga
sampai kepada channel yang sedang
memutar program kajian ke-Islaman.
Itu seperti kebetulan, padahal bukan.
­Allah Swt yang telah mengaturnya.
Contoh lain, ada juga yang tiba-
tiba mendapat selebaran yang isinya
nasehat kebaikan, atau tiba-tiba meli-
hat sebuah buku milik temannya lalu
ia membacanya dan mendapat ilmu
darinya. Seolah-olah itu semua adalah
kebetulan, padahal tidak demikian.

51
Allah Swt akan memberikan jalan dan
bimbingan kepada orang-orang yang
sungguh-sungguh.
Ada satu cerita lagi. Tentang sese-
orang yang terlilit utang sekian banyak
dan masih juga belum bisa meluna­
sinya. Ia memohon sedemikian rupa ke-
pada A­ llah Swt agar dia diberikan jalan
keluar untuk menyelesaikan utangnya.
Tiada henti-hentinya ia berdoa, hingga
seperti setengah memaksa.
Bahkan burung yang keluar dari
sarangnya pun dapat rezekinya. Kemu-
dian, ia keluar dari rumahnya. Ketika
orang itu berjalan, tak diperkirakan
sebelumnya, sebuah mobil menye­
rempet dirinya hingga ia jatuh terje­
rembab. Seketika itu yang terpikir di
dalam benaknya adalah utangnya akan
bertambah lagi karena mungkin beban
biaya obat yang akan ia hadapi.

52 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Tiba-tiba si pengendara itu turun
dari mobil dan menghampirinya, kemu-
dian membopongnya sembari berbisik
bahwa segala beban pengobatan akan
ditanggung. Namun, saat si pengendara
tidak melihat ada luka-luka serius di tu-
buhnya, ia melihat bahwa orang yang
diserempetnya itu nampak bi­ngung
memikirkan sesuatu. Terungkaplah keti-
ka itu bahwa ia bingung untuk melunasi
utang-utang­nya yang banyak dan su-
dah jatuh tempo. Seketika itu si pengen­
dara mengatakan kepadanya bahwa ia
yang akan melunasi utang-utangnya
asalkan ia tidak memperpanjang per-
itiwa saat itu apalagi hingga dilaporkan
kepada yang berwajib.
Betapa terkejutnya ia mendengar
hal itu. Ternyata perantara rezeki Allah
Swt itu datang melalui musibah yang
sama sekali tidak pernah terpikir oleh­

53
nya. Mungkin gara-gara sedikit kurang
sopan doa yang dilakukannya. Tapi,
yang terpenting adalah keyakinannya
dan keteguhan hatinya untuk hanya
meminta kepada Allah Swt sehingga
Allah pun memberikan jalan keluar un-
tuknya. Rezeki yang datang dari jalan
yang tak pernah disangka-sangka.
Dalam sebuah hadits yang diri-
wayatkan oleh Bukhari, Muslim, Tir-
midzi, dan Ibn Majah, Rasulullah Saw
bersabda,­“Allah Swt berfirman, “Aku
adalah berdasarkan kepada sangkaan
hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersaman-
ya ketika dia mengingati-Ku. Apabila
dia mengingati-Ku dalam dirinya, ni-
scaya Aku juga akan mengingatinya
dalam diri-Ku. Apabila dia menginga-
ti-Ku di majlis, niscaya Aku juga akan
mengingatinya di dalam suatu ma-
jlis yang lebih baik daripada mereka.

54 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Apabila dia mendekati-Ku dalam jarak
sejengkal, niscaya Aku akan mendekat-
inya dengan jarak sedepa. Apabila dia
mendekati-Ku sedepa, niscaya Aku akan
mendekatinya dengan jarak sehasta.
Apabila dia datang kepada-Ku dalam
keadaan berjalan seperti biasa, niscaya
Aku akan datang kepadanya seperti
berlari-lari kecil.”

55
Tobat Terus Menerus

K etika seseorang mengendarai mo-


bil. Kemudian hujan sangat deras
dan pembersih atau kipas kaca tidak
berfungsi maka ia pun dilanda gelisah
dan khawatir. Mengapa ia gelisah dan
khawatir, apakah karena tidak ada jalan
ataukah karena tidak melihat jalan? Rasa
gelisah dan khawatir itu tentulah bukan
karena tidak ada jalan, melainkan karena
ia tidak bisa melihat jalan. Lalu , apa yang
harus ia lakukan, apakah memikirkan jalan
ataukah membersihkan kaca dulu? Tentu
saja jawabannya adalah yang kedua. Nah,
seperti itulah taubat.

56 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Dalam salah satu haditsnya, Rasulul­
lah Saw bersabda, “Barang siapa memper-
banyak istighfar, niscaya Allah akan men-
jadikan untuk setiap kesedihannya jalan
keluar, dan untuk setiap kesempitannya
kelapangan, dan ­Allah mengarunianya
rezeki dari arah yang tidak disangka-sang-
kanya“. (HR. Ahmad).
Ketika kita merasa bahwa rezeki kita
susah, maka yang harus segera kita laku-
kan adalah memeriksa ke dalam diri kita.
Karena sesungguhnya yang menjadi
penghalang bertemunya kita dengan
rezeki adalah adanya suatu penghalang
bernama dosa-dosa. Demikian pula de­
ngan jalan keluar bagi masalah-masalah
kita. Sebenarnya jalan keluar itu sudah
ada, sebagaimana rezeki kita itu juga
sudah ada. Namun, kita akan sulit me­
nemukannya karena suatu penghalang
yang bernama dosa.

57
Mungkin kita tak jarang melihat
orang-orang yang banyak melakukan
dosa namun banyak pula harta ke-
kayaannya. Orang seperti ini adalah
orang yang dimudahkan keduniawian-
nya, akan tetapi sesungguhnya dia tidak
pernah memiliki ketenangan di dalam
dirinya. Perusahaan di mana-mana, ru-
mah dan vila di berbagai tempat, mobil
mewahnya berderet-deret. Namun, dia
terus-menerus dihantui oleh rasa gelisah
dan kekhawatiran.
Lalu, apa yang harus kita lakukan
jika ingin sungguh-sungguh bertau-
bat? Ada beberapa syarat agar taubat
kita diterima Allah Swt.
Syarat pertama, penyesalan. Taubat
adalah penyesalan. Semakin besar rasa
penyesalan seorang pelaku dosa, itu
adalah bagaikan sedang diperas se-

58 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


gala kotoran-kotoran dosa dari dirinya
hingga benar-benar habis dan kering.
Syarat kedua, memohon ampunan
atas kesalahan dan dosa yang telah di-
lakukan. Sebagai contoh adalah nabi
Adam AS. Beliau diturunkan dari tempat
tertinggi ke tempat yang rendah, dari
situasi yang serba ada menjadi situasi
yang serba kekurangan, dari kedekatan
dengan keluarga menjadi berjauhan. Ini
terjadi sebagai hukuman atas perbuatan
keliru yang beliau lakukan yaitu melang-
gar larangan Allah Swt.
Lalu bagaimana kemudian nabi
Adam AS. bisa menemukan jalan keluar
atas bebagai masalahnya itu? Langkah
pertama yang beliau lakukan adalah
bertaubat. Nabi Adam AS. berdoa,
“Ya Tuhan kami, kami telah menga-
niaya diri kami sendiri, dan jika Engkau
tidak mengampuni kami dan memberi

59
rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang me­
rugi.” (QS. Al A’raf [7]: 23).
Karakter orang yang bertaubat ada-
lah bahwa dirinya tidak melihat kesala-
han yang dilakukan orang lain terhadap
dirinya. Tapi yang dia lihat adalah dirinya
yang telah berbuat dzalim terhadap di-
rinya sendiri. Se­perti pelajaran yang bisa
kita ambil dari kisah nabi Adam AS itu.
Beliau telah ditipu oleh iblis, akan teta-
pi beliau tidak menyalahkan iblis atas
perbuatan salah yang beliau lakukan.
Beliau juga tidak menyalahkan Hawa
yang telah menemaninya makan buah
yang dilarang oleh Allah Swt.
Pelajarilah juga kisah nabi Yunus
AS. Ketika itu beliau merasa tidak sabar
menghadapi pembangkangan yang di-
lakukan kaumnya terhadap kebenaran
yang beliau bawa, hingga akhirnya be-

60 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


liau pergi meninggalkan mereka. Beliau
melakukan perjalanan dengan menum­
pang sebuah kapal, mengarungi lautan.
Di tengah lautan luas, kapal yang mereka
tumpangi di­terjang topan badai hingga
kapal itu terancam karam.
Para penumpang kapal sepakat
bahwa kapal harus dikurangi bebannya,
dan mereka bersepakat akan me­ngundi
siapa di antara mereka yang akan dilem-
parkan ke lautan. Maka, setelah melaku-
kan beberapa kali pe­ngundian, nama
Nabi Yunus AS. lah yang keluar. Beliau-
pun akhirnya dilempar ke tengah lautan
yang gelap gulita.
Tak cukup sampai di sana, beliau
kemudian ditelan oleh seekor ikan paus
yang besar. Ketika berada di dalam perut
paus inilah kemudian keyakinan Nabi Yu-
nus AS. kembali menguat. Sehingga, di
dalam suasana yang gelap dan pengap,

61
beliau bertaubat seraya berdoa kepada
Allah Swt sebagaimana diabadikan di
dalam Al Quran. Allah Swt berfirman,
“Dan (ingatlah) kisah Dzun Nun (Yu-
nus) ketika ia pergi dalam keadaan ma-
rah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak
akan mempersempitnya atau menyulit-
kannya, maka ia menyeru dalam keadaan
yang sa­ngat gelap, “Bahwa tidak ada tu-
han (yang berhak di sembah) selain Eng-
kau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya
aku adalah termasuk orang-orang yang
dzalim”. Maka, Kami telah memperkenan-
kan do’anya dan menyelamatkannya da­
ripada kedukaan. Dan, demikianlah Kami
selamatkan orang-orang yang beriman.”
(QS. Al Anbiyaa[21]: 87- 88).
Nabi Yunus AS. tidak menyalahkan
umatnya, tidak juga beliau menyalah-
kan orang-orang yang melemparkan-
nya ke dalam lautan. Beliau pun tidak

62 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


me­nyalahkan ikan paus yang telah me­
nelannya. Beliau fokus kepada dirinya
sendiri yang telah keliru melakukan ke-
salahan, kemudian memohon ampunan
kepada Allah Swt.
Nabi Adam AS. dan Nabi Yunus AS
kemudian diberikan oleh Allah Swt
suatu ketenangan di dalam dirinya dan
diberikan jalan keluar atas permasala-
han yang dihadapinya.
Syarat ketiga, tekad untuk tidak
meng­ulangi perbuatan dosanya. Ada
keseriusan di dalam diri untuk tidak
mengulangi perbuatan dosa setelah
bertaubat.
Syarat keempat adalah Hijrah. Mak-
sudnya adalah orang yang bertaubat
hendaknya berpindah dari perbuatan
salahnya kepada kebenaran. Bila ada
orang yang terbiasa membicarakan ke-
burukan orang atau menghina orang,

63
hendaklah ia berhenti dari perbuatan-
nya itu dan membiasakan diri hanya
mengucapkan hal-hal kebaikan. Orang
yang terbiasa minum minuman keras,
hendaklah ia berhanti dari kebiasaan
buruknya itu dan membiasakan diri un-
tuk memberi, berderma kepada orang
lain tentu saja dengan makanan atau
minuman yang halal.
Demikianlah orang yang benar-
benar bertaubat, ia akan berhenti dan
meninggalkan kebiasaan melakukan
perbuatan buruk, kemudian berpindah
kepada kebiasaan melakukan perbua-
tan baik. Pindah dari lingkungan yang
buruk, kepada lingkungan yang kon-
dusif untuk memperbaiki diri. Makin
kuat hijrahnya, makin bagus taubatnya,
makin tenang hatinya, makin terbuka
jalan keluar dari semua permalahan
hidup yang ia hadapi.

64 Agar Hidup, Allah yang Ngurus, Jurus 5 Us,


Betapa manusia selalu melakukan
kesalahan demi kesalahan. Itu memang
tabiat dari manusia. Namun, karena
Maha Pengasih dan Maha Pengampun-
nya Allah Swt, Allah terus membuka pin-
tu taubat-Nya. Oleh karena itu, semoga
kita tergolong sebagai manusia yang
bertaubat dengan sungguh-sungguh
atas segala kesalahan-kesalahan kita
dan senantiasa sadar untuk tidak me­
ngulanginya kembali. Sehingga A ­ llah
Swt mengurus kita, semakin melimpah-
kan kebaikan bagi kita.
Demikianlah lima jurus supaya
hidup kita diurus oleh Allah Swt. Semo-
ga kita diberikan kekuatan untuk
melakukannya di dalam keseharian
hidup kita. Sehingga rezeki semakin
dimudahkan, dan semakin dipercepat
pula jalan keluar bagi kita atas segala
problematika kehidupan. Amin.[]

65

Anda mungkin juga menyukai