Pdffile1 PDF
Pdffile1 PDF
Penulis
Abdullah Gymnastiar
Editor
Rashid Satari
Desainer/Layouter
Agus Anwar
Diterbitkan oleh
SMS Tauhiid
Jl. Gegerkalong Girang No.30F
Bandung 40154 Telp./Fax. 022-2002282
Pengantar Penerbit
3
nusia, mereka semakin dihantui dengan
segala ketakutan tentang hidupnya. Itu
disebabkan tipisnya keyakinan kepada
Allah Swt.
Oleh karena itu, penting bagi setiap
kita untuk senantiasa mengokohkan
keyakinan terhadap Allah Swt. Se
hingga kita terhindar dari segala kegeli-
sahan yang disebabkan urusan dunia.
Di dalam buku ini diuraikan lima
hal yang menjadi wujud keyakinan kita
terhadap Allah Swt. Sesungguhnya
keyakinan yang kokoh kepada Allah
Swt akan menjadi energi bagi manusia
sehingga mereka bisa menjalani ke-
hidupan dunia dengan penuh optimis
dan semangat, sebelum akhirnya me-
raih kemenangan di akhirat.
Bandung, Januari 2013
Penerbit
Pengantar Penerbit — 3
1. Hati Harus Tulus — 15
2. Ibadah Harus Bagus — 20
3. Hidup Harus Lurus — 34
4. Ikhtiar Harus Serius — 43
5. Tobat Terus Menerus — 56
5
Jurus 5 Us
Agar Hidup
Allah yang Ngurus
S
esungguhnya kekuasaan A llah
Swt sangat luas tiada berbatas.
Dia telah menciptakan segala
nya. Dia-lah pula yang mengatur, me-
melihara dan mengurus semuanya.
Baik segala apa yang ada di langit, di
bumi, maupun yang ada di antara ke
duanya. Pada hakikatnya, segala ke
perluan manusia itu diurus olehAllah
Swt. Hanya saja manusia seringkali
mengambil pilihan keliru yang me-
nyebabkan dirinya sendiri menjauh
dari pemeliharaan Allah Swt.
7
Saudaraku yang dirahmati oleh
Allah, apabila hidup kita diurus oleh
Allah Swt maka semua permasalahan
kita akan mendapatkan jalan keluar.
Segala kebutuhan kita akan tercukupi,
tidak kekurangan dan tidak pula berle-
bihan. Karena sesungguhnya Allah Swt
adalah Dzat Yang Maha Mengatur dan
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia-
lah pula Yang Maha Memiliki terhadap
diri kita.
Mari kita tafakuri perjalanan diri kita
di masa lalu. Khususnya saat dahulu
ketika kita masih di dalam rahim ibu.
Ketika kita baru punya jantung saja. Kita
bahkan belum memiliki otak. Organ-or-
gan tubuh lainnya pun seperti tangan,
kaki dan lain-lain belum ada. Namun,
apakah rezeki sudah ada untuk kita?
Allah Swt telah ciptakan rezeki un-
tuk diri kita melalui perantara ibu kita.
9
misalnya, maka Allah Swt memberikan
air susu sapi sebagai rezeki untuknya.
Bayi di Jakarta dan sapi di Lembang
misalnya. Pada akhirnya mereka tetap
bisa bertemu. Bayi bisa memperoleh air
susu sapi meski sapi tersebut berada
jauh dari tempatnya berada. Mari re-
nungkan, dalam hal ini, siapakah yang
menghampiri siapa, apakah bayi yang
menghampiri sapi ataukah sebaliknya?
Tentu tidak ada siapa yang meng-
hampiri siapa. Mereka berada di tem-
patnya masing-masing. Namun, air susu
sapi itu akhirnya bisa sampai kepada
sang bayi. Setelah menempuh sekian
jauh jarak dan sekian banyak tangan
dan tempat. Dari kandang peternakan,
tempat pemerahan, koperasi, pabrik,
toko grosir, mini market, dapur, lalu
kamar sang bayi. Atas izin Allah Swt,
rezeki telah menghampiri sang bayi.
11
menghampiri kita. Allah Swt menjamin
rezeki kita. Allah Swt menciptakan kita
lengkap dengan rezeki kita.
Di dalam salah satu ayat Al Quran,
Allah Swt berfirman,
“Dan tidak ada suatu binatang me-
lata (makhluk Allah yang bernyawa)
pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rizkinya.” (QS. Huud [11]: 6).
Jadi sahabatku, kita tidak diperin-
tahkan untuk mencari rezeki. Karena
kata “mencari” itu adalah antara ada
dan tiada. Melainkan kita diperintah-
kan untuk menjemput rezeki. Menga-
pa “menjemput”? Karena jika mencari
itu antara ada dan tiada, sedangkan
menjemput itu pasti ada, hanya saja
belum tentu bertemu saat itu juga.
Analoginya adalah seperti seorang
ibu yang menjemput anaknya di blok
M, sedangkan anaknya ternyata ada di
13
ini. Bahkan binatang-binatang yang tak
berakal pun tetap hidup, tumbuh kuat
dan besar. Apalagi manusia yang telah
dilengkapi dengan akal pikiran. Seekor
cicak yang hidupnya menempel di din
ding saja dijamin rezekinya meskipun
makanannya adalah nyamuk yang
jelas-jelas binatang bersayap yang le-
luasa terbang ke sana kemari. Nampak
seolah tidak adil, namun adakah cicak
yang tidak terpenuhi rezekinya?
Paparan tersebut di atas memberi-
kan gambaran kepada kita betapa in-
dah dan mudahnya hidup ini apabila
kita diurus oleh Allah Swt. Ada lima
jurus yang bisa membuat segala ke-
butuhan dan permasalahan hidup
kita diurus oleh Allah Swt. Berikut ini
pemarapannya.
15
melainkan mengharapkan pujian ma-
nusia, maka rusaklah nilai atau kualitas
dari amal yang kita lakukan itu. Amalnya
akan sia-sia belaka meskipun apa yang
dilakukan itu adalah kebaikan.
Demikian pula dalam menjemput
rezeki. Jagalah hati agar senantiasa tulus
dalam menjemputnya. Niatkan bekerja
itu sebagai ibadah kepada Allah Swt.
Jangan risaukan rezeki, karena sesung-
guhnya hal itu sudah diatur oleh Allah,
sebagaimana beberapa contoh yang diu-
las di bagian awal buku ini. Kewajiban
kita adalah berupaya, bekerja sebagai
wujud penghambaan kita kepada-Nya.
Jangan takut tidak memperoleh
rezeki, tapi takutlah tidak punya syukur
kalau sudah mendapat rezeki. Jangan
takut tidak memperoleh rezeki, tapi ta-
kutlah tidak punya sabar ketika rezeki kita
ditunda. Jangan pula takut tidak memper-
17
Jika kita sudah yakin bahwa Allah
Swt yang menjamin rezeki kita maka kita
tidak akan pernah ketergantungan ke-
pada makhluk-Nya. Kita juga tidak akan
bekerja dengan mencari pujian, sanju
ngan dan penghargaan dari sesama ma-
nusia. Karena manusia tidak pernah bisa
memberikan rezeki kepada sesamanya.
Manusia hanyalah perantara atau jalan
semata. Pemberi rezeki itu tetaplah Allah
Swt. Seperti contoh saat kita bayi dahulu.
Orang tua bukanlah yang memberikan
rezeki kepada kita. Mereka hanyalah
perantara saja atas rezeki yang datang
dari kasih sayang Allah Swt kepada kita.
Oleh karena itu, jika kita ingin rezeki
kita diurus oleh Allah, lepaskanlah hati
kita dari unsur-unsur keinginan dipuji
dan disanjung oleh manusia. Tetapkan-
lah niat kita dalam mencari rezeki itu
hanya karena Allah Swt semata. Laku-
19
Ibadah Harus Bagus
21
kita lakukan shalat secara tergesa-ge-
sa disebabkan pekerjaan atau hal lain
yang menurut kita penting. Sehingga
jangankan untuk memaknai setiap
bacaan shalat, karena apa yang ada di
dalam benak kita sejak takbiratul ikhram
hingga salam adalah urusan-urusan du-
niawi kita sendiri. Tidak heran, kita ser-
ingkali lupa rakaat, lupa tahiyyat awal,
tertukar bacaan. Kalaupun kita mem-
baca bacaan, kita baca dengan terburu-
buru, padahal bacaan di dalam shalat
itu adalah doa. Padahal shalat adalah
komunikasi langsung kita dengan-Nya.
Jika membaca doa pun, kita sering
kali membacanya seperti orang yang
takut tertinggal kereta. Meski kita ha-
fal bacaannya, namun cara kita mem-
bacakannya seolah kita ingin segera
mengakhirinya. Kita membacanya
tergesa-gesa. Padahal, bila kita hen-
23
sungguh sebagai pujian kita untuk-
Nya. Padahal firman-Nya di atas ada-
lah penegasan bahwasanya Allah Swt
menghendaki setiap apa yang kita
lakukan di dalam hidup ini adalah
bentuk ibadah kita kepada-Nya.
Ada ibadah mahdhah (ibadah yang
murni hubungan hamba dengan Allah
Swt secara langsung) dan ada ibadah
ghair mahdhah (ibadah yang di sam
ping sebagai hubungan hamba de
ngan Allah, juga merupakan hubungan
atau interaksi antara hamba dengan
makhluk lainnya.). Sekilas kita ulas pen-
jelasan mengenai dua jenis ibadah ini.
25
oleh Allah Swt, “Dan apa saja yang
dibawakan Rasul kepada kamu maka
ambillah, dan apa yang dilarang, maka
tinggalkanlah..”(QS. Al Hasyr [59] : 7).
Rasulullah Saw juga memberikan
penjelasan tentang pelaksanaan
ibadah mahdhah, “Shalatlah kamu
seperti kamu lihat aku shalat.” (HR.
Bukhari).
c. Bersifat di luar jangkauan akal
pikiran. Maksudnya adalah bahwa
ibadah jenis ini bukanlah ukuran
logika, karena bukan wilayah akal,
melainkan wilayah wahyu. Adapun
akal hanya berfungsi untuk mema-
hami rahasia di baliknya.
d. Berdasarkan pada ketaatan. Artinya,
bahwa yang dituntut dari hamba
dalam melaksanakan ibadah jenis
ini adalah kepatuhan atau ketaatan.
Hamba wajib mengimani dan meya
27
Swt dan dari Rasulullah Saw, bah-
kan yang ada adalah anjuran untuk
menunaikannya.
b. Pelaksanannya tidak harus sesuai
dengan contoh Rasulullah Saw.
Oleh karenanya dalam ibadah jenis
ini tidak dikenal istilah “bid’ah”. Jika
pun ada yang menyebutkan bahwa
segala yang tidak dicontohkan Rasul
Saw dalam ibadah jenis ini, maka
bid’ahnya adalah bid’ah hasanah.
Sedangkan bid’ah di dalam ibadah
jenis pertama (Mahdhah) bid’ahnya
adalah dhalalah.
c. Rasional. Ibadah jenis ini baik-buruk
nya, untung-ruginya, atau manfaat
atau madharatnya, dapat diukur
oleh akal atau logika. Sehingga jika
menurut logika, buruk, merugikan,
dan madharat, maka tidak boleh di-
laksanakan.
29
dangkan jika rezeki kita banyak, tapi
tidak pernah cukup untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhan kita, maka
rezeki yang banyak itu tidak ada artinya.
Allah Swt berfirman, “Hai orang-orang
yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya A llah
beserta orang-orang yang sabar.” (QS.
Al Baqarah [2]: 153). Oleh karenanya,
baguskanlah ibadah kita, niscaya Allah
Swt akan memudahkan pertolongan-
Nya untuk kita. Sesungguhnya Allah Swt
menyaksikan shalat di awal waktu kita.
Dia melihat sujud di sepertiga malam
terakhir kita. Dia mendengar dan meli-
hat segala doa dan dzikir kita.
Orang-orang yang tidak beriman
dan dzalim saja mendapat rezeki,
bagaimana mungkin kita yang me
lakukan sujud, berdzikir, berdoa dan
meminta kepada-Nya tidak diberi?!
31
Jika anda adalah seorang ayah atau ibu,
ketika anda memanggil anak anda na-
mun dia malah berleha-leha dan men-
unda-nunda untuk menghampiri anda,
maka apakah yang anda rasakan? Tentu
itu bukanlah suatu kepatutan.
Apalagi jika peristiwa itu terjadi
berkenaan dengan panggilan Allah Swt
terhadap hamba-hamba-Nya. Padahal,
tidak semata-mata Dia memanggil ham-
ba-hamba-Nya kecuali adalah untuk ke-
baikan mereka sendiri. Supaya rezeki
mereka menjadi mudah dan supaya
jalan keluar atas segala permasalahan
hidup mereka datang lebih cepat.
Sahabatku, Allah Swt berfirman,
“Hanya kepada-Mu lah Kami me
nyembah dan hanya kepada-Mu lah
kami memohon pertolongan.” (QS. Al
Fatihah [1]: 5).
33
Hidup Harus Lurus
A llah Swt, berfirman, “Tunjukilah kami
jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-
orang yang telah Engkau beri nikmat
kepadanya, bukan (jalan) mereka yang
dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat.” (QS. Al Fatihah [1]: 6 - 7).
Ayat tersebut di atas menjelaskan
bahwasanya kita harus mencari ilmu
supaya bisa mengetahui apa saja hal-
hal yang disukai dan tidak disukai Allah
Swt Apa yang disukai oleh-Nya, maka
kita lakukan. Sedangkan apa yang tidak
disukai oleh-Nya, maka kita tinggalkan.
Adapun perkara rezeki, Allah Swt sudah
mengaturnya untuk kita.
35
segala kesenangan materiil yang kita
peroleh dari ketidakjujuran, tidak akan
berarti apa-apa bila ada gelisah di da
lam diri kita. Kita akan terus-menerus
tertekan dari dalam diri sendiri. Bahkan,
tidak dihina oleh sesama manusia pun,
kita akan merasa tersiksa.
Banyak pelaku ketidakjujuran
yang kemudian merasakan akibat
perbuatannya secara langsung di du-
nia. Seperti dengan hukuman penjara
misalnya. Namun, hukuman-hukuman
semacam ini mestinya ditafakuri dan
disyukuri. Karena hukuman seperti ini
adalah merupakan cara Allah Swt me-
negur dan mengingatkan si pelaku se-
hingga ia mau untuk memperbaiki diri.
Karena orang yang beruntung
adalah orang yang melakukan kesala-
han kemudian diingatkan sehingga
ia mengetahui jalan perbaikan. Seda
37
aspek dalam. Dari aspek luar, raut muka
pelaku perbuatan ini pun seketika itu
akan berubah jadi tidak mengenakkan.
Demikian pula dengan kalimat-kalimat
yang diucapkannya.
Sebaliknya dengan apa yang terjadi
dengan orang yang membicarakan ke-
baikan orang. Saat melakukan hal itu,
keadaan hati si pelaku akan baik karena
berisi hal-hal yang positif tentang orang
yang dibicarakannya. Raut mukanya ce-
rah dan sumringah. Ucapan-ucapannya
pun berisi kebaikan dan optimisme.
Contoh berikutnya adalah me
rokok. Jika kita mencoba bertanya,
apakah Allah Swt suka terhadap per-
buatan merokok? Sesungguhnya A llah
Swt suka terhadap segala hal yang
memberikan manfaat dan kebaikan.
Madu misalnya. Coba perhatikan, ber-
bagai Allah Swt menjelaskan di dalam
39
kan pada beberapa kemasan rokok
disebutkan bahwa ia menyebabkan
kematian. Jadi barang apa sebenarnya
ini? Tentunya ini adalah barang yang
tidak benar dan tidak baik.
Ada sebuah cerita anekdot ten-
tang pemilik pabrik rokok dengan
karyawannya. Sang pemilik pabrik be-
serta anak-anaknya dan keluarganya
adalah orang yang bukan perokok. Hal
ini menimbulkan tanda tanya pada
salah seorang karyawannya sehingga
ia bertanya mengapa bosnya itu ber-
sama keluarganya tidak merokok pa-
dahal dia memiliki pabriknya. Dengan
santai sang bos menjawab bahwa ten-
tu saja dia tidak mau merokok, rokok
itu hanya bagi orang-orang yang tidak
bisa baca dan tidak bisa berpikir.
Meski cerita di atas bersifat anek
dot atau gurauan, namun ada be-
41
kufur nikmat karena mengisi nikmat
waktu dan kesempatan kita dengan
perbuatan-perbuatan seperti di atas.
Na’udzubillahimindzalik.
Padatkanlah aktifitas harian kita
den gan kebaikan dan perbuatan
yang disukai oleh-Nya, teladanilah
bagaimana perilaku teladan kita, Nabi
Muhammad Saw. Niscaya Allah Swt
akan mengurus kita. Dia akan me-
mudahkan rezeki kita, dan Dia akan
mempercepat jalan keluar atas segala
problematika hidup kita. Insya Allah!
43
ternyata banyak sekali hal yang seolah
nampak mustahil terjadi, bisa terjadi
karena kesungguhan.
Sebagai contoh, shalat Tahajud. Me
ngapa shalat ini seolah-olah hal yang
sangat berat untuk dilakukan? Sebe-
narnya bukan shalatnya yang berat tapi
karena kesungguhan kita yang tidak
ada. Jika kita sungguh-sungguh, maka
mudah saja Tahajud itu dilaksanakan.
Jika Tahajud itu hanyalah rencana yang
dilontarkan bibir belaka, maka itu akan
menjadi satu hal yang sangat berat di-
lakukan. Akan tetapi, jika rencana shalat
Tahajud itu tak hanya diucapkan, me
lainkan diniatkan di dalam hati dengan
penuh kesungguhan, maka mudah saja
pada sepertiga malam terakhir ia ter-
bangun kemudian mendirikan shalat,
dengan izin Allah Swt.
45
nyak orang yang bisa menunaikannya
dengan rutin setiap minggu. Demikian
juga dengan shalat tahajud, banyak
orang yang rutin menunaikannya ham-
pir setiap malam. Bahkan ada juga yang
bisa di setiap malam.
Jika kita punya niat yang sungguh-
sungguh, maka Allah Swt akan memu-
dahkan supaya niatnya itu terwujud-
kan. Kita mendekat kepada Allah satu
jengkal, Allah mendekat kepada kita
satu depa. Kita mendekat kepada-Nya
satu depa, Dia mendekat kepada kita
satu hasta. Kita mendekat kepada-Nya
dengan berjalan, Dia seolah-olah mem-
buru kita.
Ada satu kisah yang diriwayat-
kan oleh Imam Bukhari dan Muslim
di dalam kitab shahihnya. Kisah ini
diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id
bin Malik bin Sinan Al Khudri. Ia men-
47
itu. Sehingga genap 100 orang korban
yang dibunuhnya.
Kemudian, si pelaku ini melakukan
perjalanan pencariannya. Hingga di sua-
tu tempat ia bertemu dengan seorang
alim. Dia pun menceritakan maksud
dan segala apa yang telah dialaminya.
Ia mengutarakan keinginannya untuk
bertaubat dan menjadi orang baik.
Orang alim ini menjelaskan bahwa
sanya si pelaku masih memiliki kesempa-
tan yang sangat lebar untuk memohon
ampun dan bertaubat kepada Allah Swt
asalkan dilakukan dengan penuh kes-
ungguhan. Orang alim itupun mem-
berikan nasehat kepadanya supaya ia
menjauhi teman-temannya sesama
pelaku dosa, juga agar ia meninggalkan
negerinya yang lebih banyak dihuni oleh
para pelaku dosa, kemudian berpindah
ke negeri lain yang baik penghuninya.
49
dilakukan pengukuran, ternyata orang
tersebut lebih dekat satu langkah ke
arah golongan orang-orang yang ber-
taubat. Maka, Allah Swt mengampuni
dosa-dosanya.
Kisah ini memberikan pelajaran
bahwa sebesar atau sebanyak apapun
dosa yang telah dilakukan, jika mau ber-
taubat dengan taubat yang sungguh-
sungguh, maka Allah Swt akan mem-
berikan jalan untuk bertaubat. Dan, Allah
pun akan menerima taubatnya sehingga
diampunilah segala dosa-dosanya.
Maka dari itu, kesungguhan adalah
hal yang sangat penting. Seseorang tidak
akan pernah bisa membaca Al Quran
apabila tidak ada kesungguhan untuk
mempelajarinya. Allah Swt berfirman,
“Jika engkau telah bersungguh-
sungguh, maka bertawakkallah kepada
51
Allah Swt akan memberikan jalan dan
bimbingan kepada orang-orang yang
sungguh-sungguh.
Ada satu cerita lagi. Tentang sese-
orang yang terlilit utang sekian banyak
dan masih juga belum bisa meluna
sinya. Ia memohon sedemikian rupa ke-
pada A llah Swt agar dia diberikan jalan
keluar untuk menyelesaikan utangnya.
Tiada henti-hentinya ia berdoa, hingga
seperti setengah memaksa.
Bahkan burung yang keluar dari
sarangnya pun dapat rezekinya. Kemu-
dian, ia keluar dari rumahnya. Ketika
orang itu berjalan, tak diperkirakan
sebelumnya, sebuah mobil menye
rempet dirinya hingga ia jatuh terje
rembab. Seketika itu yang terpikir di
dalam benaknya adalah utangnya akan
bertambah lagi karena mungkin beban
biaya obat yang akan ia hadapi.
53
nya. Mungkin gara-gara sedikit kurang
sopan doa yang dilakukannya. Tapi,
yang terpenting adalah keyakinannya
dan keteguhan hatinya untuk hanya
meminta kepada Allah Swt sehingga
Allah pun memberikan jalan keluar un-
tuknya. Rezeki yang datang dari jalan
yang tak pernah disangka-sangka.
Dalam sebuah hadits yang diri-
wayatkan oleh Bukhari, Muslim, Tir-
midzi, dan Ibn Majah, Rasulullah Saw
bersabda,“Allah Swt berfirman, “Aku
adalah berdasarkan kepada sangkaan
hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersaman-
ya ketika dia mengingati-Ku. Apabila
dia mengingati-Ku dalam dirinya, ni-
scaya Aku juga akan mengingatinya
dalam diri-Ku. Apabila dia menginga-
ti-Ku di majlis, niscaya Aku juga akan
mengingatinya di dalam suatu ma-
jlis yang lebih baik daripada mereka.
55
Tobat Terus Menerus
57
Mungkin kita tak jarang melihat
orang-orang yang banyak melakukan
dosa namun banyak pula harta ke-
kayaannya. Orang seperti ini adalah
orang yang dimudahkan keduniawian-
nya, akan tetapi sesungguhnya dia tidak
pernah memiliki ketenangan di dalam
dirinya. Perusahaan di mana-mana, ru-
mah dan vila di berbagai tempat, mobil
mewahnya berderet-deret. Namun, dia
terus-menerus dihantui oleh rasa gelisah
dan kekhawatiran.
Lalu, apa yang harus kita lakukan
jika ingin sungguh-sungguh bertau-
bat? Ada beberapa syarat agar taubat
kita diterima Allah Swt.
Syarat pertama, penyesalan. Taubat
adalah penyesalan. Semakin besar rasa
penyesalan seorang pelaku dosa, itu
adalah bagaikan sedang diperas se-
59
rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang me
rugi.” (QS. Al A’raf [7]: 23).
Karakter orang yang bertaubat ada-
lah bahwa dirinya tidak melihat kesala-
han yang dilakukan orang lain terhadap
dirinya. Tapi yang dia lihat adalah dirinya
yang telah berbuat dzalim terhadap di-
rinya sendiri. Seperti pelajaran yang bisa
kita ambil dari kisah nabi Adam AS itu.
Beliau telah ditipu oleh iblis, akan teta-
pi beliau tidak menyalahkan iblis atas
perbuatan salah yang beliau lakukan.
Beliau juga tidak menyalahkan Hawa
yang telah menemaninya makan buah
yang dilarang oleh Allah Swt.
Pelajarilah juga kisah nabi Yunus
AS. Ketika itu beliau merasa tidak sabar
menghadapi pembangkangan yang di-
lakukan kaumnya terhadap kebenaran
yang beliau bawa, hingga akhirnya be-
61
beliau bertaubat seraya berdoa kepada
Allah Swt sebagaimana diabadikan di
dalam Al Quran. Allah Swt berfirman,
“Dan (ingatlah) kisah Dzun Nun (Yu-
nus) ketika ia pergi dalam keadaan ma-
rah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak
akan mempersempitnya atau menyulit-
kannya, maka ia menyeru dalam keadaan
yang sangat gelap, “Bahwa tidak ada tu-
han (yang berhak di sembah) selain Eng-
kau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya
aku adalah termasuk orang-orang yang
dzalim”. Maka, Kami telah memperkenan-
kan do’anya dan menyelamatkannya da
ripada kedukaan. Dan, demikianlah Kami
selamatkan orang-orang yang beriman.”
(QS. Al Anbiyaa[21]: 87- 88).
Nabi Yunus AS. tidak menyalahkan
umatnya, tidak juga beliau menyalah-
kan orang-orang yang melemparkan-
nya ke dalam lautan. Beliau pun tidak
63
hendaklah ia berhenti dari perbuatan-
nya itu dan membiasakan diri hanya
mengucapkan hal-hal kebaikan. Orang
yang terbiasa minum minuman keras,
hendaklah ia berhanti dari kebiasaan
buruknya itu dan membiasakan diri un-
tuk memberi, berderma kepada orang
lain tentu saja dengan makanan atau
minuman yang halal.
Demikianlah orang yang benar-
benar bertaubat, ia akan berhenti dan
meninggalkan kebiasaan melakukan
perbuatan buruk, kemudian berpindah
kepada kebiasaan melakukan perbua-
tan baik. Pindah dari lingkungan yang
buruk, kepada lingkungan yang kon-
dusif untuk memperbaiki diri. Makin
kuat hijrahnya, makin bagus taubatnya,
makin tenang hatinya, makin terbuka
jalan keluar dari semua permalahan
hidup yang ia hadapi.
65