Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat
sederhana. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai Sunat Perempuan Menurut
Islam.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga
berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Bangkalan, 16 Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................................ 2
1.3 Manfaat.............................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Ajaran Khitan dalam Islam................................................................................ 3
2.2 Hukum Khitan................................................................................................... 3
2.2.1 Hukum Khitan untuk Lelaki........................................................................... 4
2.2.2 Hukum Khitan untuk perempuan.................................................................... 5
2.3 Apa yang Dipotong dari Perempuan.................................................................. 6
2.4 Tata Cara Pelaksanaan Khitan Perempuan......................................................... 7
2.5 Waktu khitan...................................................................................................... 8
2.6 Walimah Khitan................................................................................................. 8...........
BAB III. PENUTUP
3.1 Simpulan.......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Khitan bagi wanita juga disyariatkan sebagaimana halnya bagi pria. Memang, masih
sering muncul kontroversi seputar khitan bagi wanita, baik di dalam maupun di luar negeri.
Perbedaan dan perdebatan tersebut terjadi karena berbagai alasan dan sudut pandang yang
berbeda. Yang kontra bisa jadi karena kurangnya informasi tentang ajaran Islam, kesalahan
penggambaran tentang khitan yang syar’i bagi wanita, dan mungkin juga memang sudah
antipati terhadap Islam. Lepas dari kontroversi tersebut, selaku seorang muslim, kita punya
patokan dalam menyikapi segala perselisihan, yaitu dikembalikan kepada Allah Subhanahu
wata’ala dan Rasul-Nya.

‫او تواللرنسوول وإن نكنتنأم تنأؤومننوتن وباِللو تواأليتأووم األوخور ِ ذتذلو ت‬


‫ك تخأيرْر توأتأحتسنن تتأأوويِلل‬ ‫فتوإن تتتناِتزأعتنأم وفي تشأيءء فتنرددوهن إوتلىَ ل‬

“Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah ia kepada Allah
(al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Hal itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa’: 59)
Setelah kita kembalikan kepada Allah Subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya, serta telah jelas
apa yang diajarkan oleh Allah Subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya, kewajiban kita adalah
menerima ajaran tersebut sepenuhnya dan tunduk sepenuhnya dengan senang hati tanpa rasa
berat. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

‫او توترنسولووه لويتأحنكتم بتأينتهنأم تأن يِتنقونلوا تسومأعتناِ توأتطتأعتناِ ِ تونأو ذلتئو ت‬
‫ك هننم األنمأفلونحوتن‬ ‫إونلتماِ تكاِتن قتأوتل األنمأؤومونيتن إوتذا ندنعوا إوتلىَ ل‬

Sesungguhnya jawaban orangorang mukmin, apabila mereka dipanggil kepada Allah dan
Rasul-Nya agar Rasul menghukumi (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, “Kami
mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orangorang yang beruntung. (an-Nur: 51)
Tentang sunat bagi wanita, tidak diperselisihkan tentang disyariatkannya. Hanya saja
para ulama berbeda pendapat, apakah hukumnya hanya sunnah atau sampai kepada derajat
wajib. Maka dari itu saya selaku penulis ingin menjelaskan sekaligus mengajak para pembaca
agar lebih memahami bagaimana sebenarnya hukum sunat bagi perempuan menurut agama
islam.

1.2 Tujuan
1. Memahami sunat perempuan menurut agama islam
2. Menambah wawasan tentang anjuran Rasulullah S.A.W

1.3 Manfaat
1. Dapat memahami sunat perempuan menurut agama islam
2. Dapat menambah wawasan tentang anjuran Rasulullah S.A.W
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ajaran Khitan dalam Islam


Khitan secara bahasa artinya memotong. Secara terminologis artinya memotong kulit
yang menutupi alat kelamin lelaki (penis). Dalam bahasa Arab khitan juga digunakan sebagai
nama lain alat kelamin lelaki dan perempuan seperti dalam hadist yang mengatakan "Apabila
terjadi pertemuan dua khitan, maka telah wajib mandi" (H.R. Muslim, Tirmidzi dll.).
Dalam agama Islam, khitan merupakan salah satu media pensucian diri dan bukti
ketundukan kita kepada ajaran agama. Dalam hadist Rasulullah s.a.w. bersabda:"Kesucian
(fitrah) itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memendekkan
kumis dan memotong kuku" (H.R. Bukhari Muslim). Faedah khitan: Seperti yang
diungkapkan para ahli kedokteran bahwa khitan mempunyai faedah bagi kesehatan karena
membuang anggota tubuh yang yang menjadi tempat persembunyian kotoran, virus, najis dan
bau yang tidak sedap. Air kencing mengandung semua unsur tersebut. Ketika keluar melewati
kulit yang menutupi alat kelamin, maka endapan kotoran sebagian tertahan oleh kulit
tersebut. Semakin lama endapan tersebut semakin banyak. Bisa dibayangkan berapa lama
seseorang melakukan kencing dalam sehari dan berapa banyak endapan yang disimpan oleh
kulit penutup kelamin dalam setahun. Oleh karenanya beberapa penelitian medis
membuktikan bahwa penderita penyakit kelamin lebih banyak dari kelangan yang tidak
dikhitan. Begitu juga penderita penyakit berbahaya aids, kanker alat kelamin dan bahkan
kanker rahim juga lebih banyak diderita oleh pasangan yang tidak dikhitan. Ini juga yang
menjadi salah satu alasan non muslim di Eropa dan AS melakukan khitan.

2.2 Hukum Khitan


Dalam fikih Islam, hukum khitan dibedakan antara untuk lelaki dan perempuan. Para
ulama berbeda pendapat mengenai hukum khitan baik untuk lelaki maupun perempuan.

2.2.1 Hukum Khitan untuk Lelaki


Menurut jumhur (mayoritas ulama), hukum khitan bagi lelaki adalah wajib. Para
pendukung pendapat ini adalah imam Syafi'i, Ahmad, dan sebagian pengikut imam Malik.
Imam Hanafi mengatakan khitan wajib tetapi tidak fardlu.
Menurut riwayat populer dari imam Malik beliau mengatakan khitan hukumnya sunnah.
Begitu juga riwayat dari imam Hanafi dan Hasan al-Basri mengatakan sunnah. Namun bagi
imam Malik, sunnah kalau ditinggalkan berdosa, karena menurut madzhab Maliki sunnah
adalah antara fadlu dan nadb. Ibnu abi Musa dari ulama Hanbali juga mengatakan sunnah
muakkadah.
Ibnu Qudamah dalam kitabnya Mughni mengatakan bahwa khitan bagi lelaki
hukumnya wajib dan kemuliaan bagi perempuan, andaikan seorang lelaki dewasa masuk
Islam dan takut khitan maka tidak wajib baginya, sama dengan kewajiban wudlu dan mandi
bisa gugur kalau ditakutkan membahayakan jiwa, maka khitan pun demikian.
· Dalil yang dijadikan landasan bahwa khitan tidak wajib:
1. Salman al-Farisi ketika masuk Islam tidak disuruh khitan.
2. Hadist menyebutkan khitan dalan rentetan amalan sunnah seperti mencukur buku ketiak
dan memendekkan kuku, maka secara logis khitan juga sunnah.
3. Hadist Ayaddad bib Aus, Rasulullah s.a.w bersabda:"Khitan itu sunnah bagi lelaki dan
diutamakan bagi perempuan. Namun kata sunnah dalam hadist sering diungkapkan untuk
tradisi dan kebiasaan Rasulullah baik yang wajib maupun bukan dan khitan di sini termasuk
yang wajib.
· Daliln yang dijadikan landasan para ulama yang mengatakan khitab wajib:
1. Dari Abu Hurairah Rasulullah s.a.w. bersabda bahwa nabi Ibrahim melaksanakan khitan
ketika berumur 80 tahun, beliau khitan dengan menggunakan kapak. (H.R. Bukhari). Nabi
Ibrahim melaksanakannya ketika diperintahkan untuk khitan padahal beliau sudah berumur
80 tahun. Ini menunjukkan betapa kuatnya perintah khitan.
2. Kulit yang di depan alat kelamin terkena najis ketika kencing, kalau tidak dikhitan maka
sama dengan orang yang menyentuh najis di badannya sehingga sholatnya tidak sah. Sholat
adalah ibadah wajib, segala sesuatu yang menjadi prasyarat sholat hukumnya wajib.
3. Hadist riwayat Abu Dawud dan Ahmad, Rasulullah s.a.w. berkata kepada Kulaib:
"Buanglah rambut kekafiran dan berkhitanlah". Perintah Rasulullah s.a.w. menunjukkan
kewajiban.
4. Diperbolehkan membuka aurat pada saat khitan, padahal membuka aurat sesuatu yang
dilarang. Ini menujukkan bahwa khitan wajib, karena tidak diperbolehkan sesuatu yang
dilarang kecuali untuk sesuatu yang sangat kuat hukumnya.
5. Memotong anggota tubuh yang tidak bisa tumbuh kembali dan disertai rasa sakit tidak
mungkin kecuali karena perkara wajib, seperti hukum potong tangan bagi pencuri.
6. Khitan merupakan tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah s.a.w. sampai zaman
sekarang dan tidak ada yang meninggalkannya, maka tidak ada alasan yang mengatakan itu
tidak wajib.

2.2.2 Hukum Khitan untuk perempuan


Hukum khitan bagi perempuan telah menjadi perbincangan para ulama. Sebagian
mengatakan itu sunnah dan sebagian mengatakan itu suatu keutamaan saja dan tidak ada yang
mengatakan wajib. Perbedaan pendapat para ulama seputar hukum khitan bagi perempuan
tersebut disebabkan riwayat hadist seputar khitan perempuan yang masih dipermasalahkan
kekuatannya.
Tidak ada hadist sahih yang menjelaskan hukum khitan perempuan. Ibnu Mundzir
mengatakan bahwa tidak ada hadist yang bisa dijadikan rujukan dalam masalah khitan
perempuan dan tidak ada sunnah yang bisa dijadikan landasan. Semua hadist yang
meriwayatkan khitan perempuan mempunyai sanad dlaif atau lemah. Hadist paling populer
tentang khitan perempuan adalah hadist Ummi 'Atiyah r.a., Rasulllah bersabda
kepadanya:"Wahai Umi Atiyah, berkhitanlah dan jangan berlebihan, sesungguhnya khitan
lebih baik bagi perempuan dan lebih menyenangkan bagi suaminya". Hadist ini diriwayatkan
oleh Baihaqi, Hakim dari Dhahhak bin Qais. Abu Dawud juga meriwayatkan hadist serupa
namun semua riwayatnya dlaif dan tidak ada yang kuat. Abu Dawud sendiri konon
meriwayatkan hadist ini untuk menunjukkan kedlaifannya. Demikian dijelaskan oleh Ibnu
Hajar dalam kitab Talkhisul Khabir.
Mengingat tidak ada hadist yang kuat tentang khitan perempuan ini, Ibnu Hajar
meriwayatkan bahwa sebagian ulama Syafi'iyah dan riwayat dari imam Ahmad mengatakan
bahwa tidak ada anjuran khitan bagi perempuan. Sebagian ulama mengatakan bahwa
perempuan Timur (kawasan semenanjung Arab) dianjurkan khitan, sedangkan perempuan
Barat dari kawasan Afrika tidak diwajibkan khitan karena tidak mempunyai kulit yang perlu
dipotong yang sering mengganggu atau menyebabkan kekurang nyamanan perempuan itu
sendiri.

2.3 Apa yang Dipotong dari Perempuan


Imam Mawardi mengatakan bahwa khitan pada perempuan yang dipotong adalah
kulit yang berada di atas vagina perempuan yang berbentuk mirip cengger ayam. Yang
dianjurkan adalah memotong sebagian kulit tersebut bukan menghilangkannya secara
keseluruhan. Imam Nawawi juga menjelaskan hal yang sama bahwa khitan pada perempuan
adalah memotong bagian bawah kulit lebih yang ada di atas vagina perempuan. Namun pada
penerapannya banyak kesalahan dilakukan oleh umat Islam dalam melaksanakan khitan
perempuan, yaitu dengan berlebih-lebihan dalam memotong bagian alat vital perempuan.
Seperti yang dikutib Dr. Muhammad bin Lutfi Al-Sabbag dalam bukunya tentang khitan
bahwa kesalahan fatal dalam melaksanakan khitan perempuan banyak terjadi di masyarakat
muslim Sudan dan Indonesia. Kesalahan tersebut berupa pemotongan tidak hanya kulit
bagian atas alat vital perempuan, tapi juga memotong hingga semua daging yang menonjol
pada alat vital perempuan, termasuk clitoris sehingga yang tersisa hanya saluran air kencing
dan saluran rahim. Khitan model ini di masyarakat Arab dikenal dengan sebutan "Khitan
Fir'aun". Beberapa kajian medis membuktikan bahwa khitan seperti ini bisa menimbulkan
dampak negatif bagi perempuan baik secara kesehatan maupun psikologis, seperti
menyebabkan perempuan tidak stabil dan mengurangi gairah seksualnya. Bahkan sebagian
ahli medis menyatakan bahwa khitan model ini juga bisa menyebabkan berbagai pernyakit
kelamin pada perempuan.
Seandainya hadist tentang khitan perempuan di atas sahih, maka di situ pun
Rasulullah s.a.w. melarang berlebih-lebihan dalam mengkhitan anak perempuan. Larangan
dari Rasulullah s.a.w. secara hukum bisa mengindikasikan keharaman tindakan tersebut.
Apalagi bila terbukti bahwa berlebihan atau kesalahan dalam melaksanakan khitan
perempuan bisa menimbulkan dampak negatif, maka bisa dipastikan keharaman tindakan
tersebut. Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas beberapa kalangan ulama kontemporer
menyatakan bahwa apabila tidak bisa terjamin pelaksanaan khitan perempuan secara benar,
terutama bila itu dilakukan terhadap anak perempuan yang masih bayi, yang pada umumnya
sulit untuk bisa melaksanakan khitan perempuan dengan tidak berlebihan, maka sebaiknya
tidak melakukan khitan perempuan. Toh tidak ada hadist sahih yang melandasinya.

2.4 Tata Cara Pelaksanaan Khitan Perempuan


1. Siapkan kejiwaan anak yang hendak dikhitan. Hilangkan rasa takut dari dirinya. Bekali
orang tuanya dengan menjelaskan hukumnya dengan bahasa yang sederhana dan
menyenangkan.
2. Sterilkan alat-alat dan sterilkan pula daerah yang hendak dikhitan.
3. Gerakkan atau tarik qulfah (prepuce) ke belakang hingga terpisah atau tidak lekat lagi
dengan ujung klitoris, hingga tampak pangkal atas prepuce yang bersambung dengan klitoris.
Hal ini akan mempermudah pemotongan kulit bagian luar sekaligus bagian
dalam prepuce tersebut tanpa melukai sedikit pun klitorisnya sehingga prepuce tidak tumbuh
kembali. Apabila prepuce dan klitoris sulit dipisahkan, hendaknya khitan ditunda sampai hal
itu mudah dilakukan.
4. Lakukan bius lokal pada lokasi— meski dalam hal ini ada perbedaan pendapat ulama—dan
tunggu sampai bius itu benar-benar bekerja.
5. Qulfah ( prepuce) ditarik ke atas dari ujungnya menggunakan jepit bedah untuk dijauhkan
dari klitoris. Perlu diperhatikan, penarikan tersebut diusahakan mencakup kulit luar dan kulit
dalamprepuce, lalu dicapit dengan jepit arterial. Perlu diperhatikan juga, jangan sampai
klitoris ikut tercapit. Setelah itu, potong kulit yang berada di atas pencapit dengan gunting
bengkok, lalu biarkan tetap dicapit sekitar 5—10 menit untuk menghindari pendarahan, baru
setelah itu dilepas. Jika terjadi pendarahan setelah itu, bisa dicapit lagi, atau bisa dijahit
dengan senar 0/2 dengan syarat tidak bertemu dan menempel lagi antara dua
sisi prepuce yang telah terpotong. Tutuplah luka dengan kasa steril dan diperban. Perban bisa
dibuang setelah empat jam. Apabila terjadi pendarahan di rumah, tahan lagi dengan kapas dan
konsultasikan ke dokter. Hari – hari berikutnya , jaga kebersihannya dengan air garam atau
semacamnya. Sangat perlu diperhatikan, jangan sampai dua sisi prepuce yang telah terpotong
bertemu lagi atau menyambung, atau bersambung dan menempel dengan klitoris.
2.5 Waktu khitan
Waktu wajib khitan adalah pada saat balig, karena pada saat itulah wajib
melaksanakan sholat. Tanpa khitan, sholat tidak sempurna sebab suci yang yang merupakan
syarat sah sholat tidak bisa terpenuhi. Adapun waktu sunnah adalah sebelum balig.
Sedangkan waktu ikhtiar (pilihan yang baik untuk dilaksanakan) adalah hari ketujuh setelah
lahir, atau 40 hari setelah kelahiran, atau juga dianjurkan pada umur 7 tahun. Qadli Husain
mengatakan sebaiknya melakuan khitan pada umur 10 tahun karena pada saat itu anak mulai
diperintahkan sholat. Ibnu Mundzir mengatakan bahwa khitan pada umut 7 hari hukumnya
makruh karena itu tradisi Yahudi, namun ada riwayat bahwa Rasulullah s.a.w. menghitan
Hasan dan Husain, cucu beliau pada umur 7 hari, begitu juga konon nabi Ibrahim mengkhitan
putera beliau Ishaq pada umur 7 hari.

2.6 Walimah Khitan


Walimah artinya perayaan. Ibnu Hajar menukil pendapat Imam Nawawi dan Qadli
Iyad bahwa walimah dalam tradisi Arab ada delapan jenis, yaitu : 1) Walimatul Urush untuk
pernikahan; 2) Walimatul I'dzar untuk merayakan khitan; 3) Aqiqah untuk merayakan
kelahiran anak; 4). Walimah Khurs untuk merayakan keselamatan perempuan dari talak,
konon juga digunakan untuk sebutan makanan yang diberikan saat kelahiran bayi; 5)
Walimah Naqi'ah untuk merayakan kadatangan seseorang dari bepergian jauh, tapi yang
menyediakan orang yang bepergian. Kalau yang menyediakan orang yang di rumah disebut
walimah tuhfah; 6) Walimah Wakiirah untuk merayakan rumah baru; 7) Walimah Wadlimah
untuk merayakan keselamatan dari bencana; dan 8) Walimah Ma'dabah yaitu perayaan yang
dilakukan tanpa sebab sekedar untuk menjamu sanak saudara dan handai taulan. Imam
Ahmad meriwayatkan hadist dari Utsman bin Abi Ash bahwa walimah khitan termasuk yang
tidak dianjurkan. Namun demikian secara eksplisit imam Nawawi menegaskan bahwa
walimah khitan boleh dilaksanakan dan hukumnya sunnah memenuhi undangan seperti
undangan lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Memang ada yang mengatakan bahwa khitan tidaklah dianjurkan dari aspek medis
dikarenakan ia akan menyulitkan saat buang air kecil, tidak memberikan kepuasan pada
pasangannya saat berhubungan atau menyulitkan saat melahirkan. Tetapi selaku seorang
muslim, kita jelas harus meyakini atas hadist yang telah disampaikan oleh rasulullah. Ringkas
kata, orang-orang kafir pun mengakui kebenarannya. Meskipun masih banyak perdebatan
tentang sunat bagi perempuan oleh beberapa kalangan, setidaknya kita sudah mengetahui dan
memahami bagaimana pandangan agama islam akan hal tersebut. Ketidak pahaman kita
tentang sunat perempuan itu dikarenakan informasi yang sangat minim di masyarakat, bahkan
bisa dikatakan hampir tidak ada penjelasan yang mendetail. Yang ada hanya bersifatnya
global, padahal informasi ini sangat penting. Sebetulnya, rasanya tabu untuk menjelaskan
semacam ini. Namun, ini adalah syariat yang harus diketahui dengan benar,
dan “Sesungguhnya Allah tidak malu dari kebenaran.” Saya menyadari bahwa kekurangan
informasi dalam hal ini bisa berefek negatif yang luar biasa:
1. Anggapan yang negatif tehadap syariat Islam.
2. Bagi yang sudah menerima Islam dan ajarannya, lalu ingin mempraktikkannya, bisa jadi
salah praktik (malapraktik), akhirnya sunnah ini tidak terlaksana dengan benar. Bahkan, bisa
jadi terjerumus ke dalam praktik khitan firauni yang kita sebut di atas sehingga terjadilah
kezaliman terhadap wanita yang bersangkutan, dan mungkin kepada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Problema Anda Hukum Khitan Bagi


Wanita. http://asysyariah.com/. Diakses padatanggal 16 Desember 2014, pukul 09.00 wib.
______. 2014. Ajaran Khitan dalam Islam. http://pesantrenvirtual.com/. Diakses pada tanggal 16
Desember 2014, pukul 09.00 wib.

______. 2014. Wajibkah Wanita Dikhitan Sunat. http://eramuslim.com/. Diakses pada tanggal 16
Desember 2014, pukul 09.00 wib.

Anda mungkin juga menyukai