Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pembangunan infrastruktur di Indonesia terus mengalami perkembangan yang sangat
pesat, perkembangan ini berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan unsur-unsur yang
terkait dengan pembangunan infrastruktur, salah satunya adalah tenaga kerja. Tenaga kerja
merupakan salah satu unsur penting yang mempengaruhi kelangsungan dan kelancaran
pelaksanaan proyek konstruksi (Tamin, 2005).
Peningkatan kualitas tenaga kerja sangat penting mengingat kebutuhan tenaga ahli
dan tenaga terampil di industri jasa konstruksi sangat besar. Namun, kondisi saat ini relatif
tidak ideal karena masih minimnya tenaga ahli dan tenaga terampil untuk menopang pesatnya
perkembangan jasa konstruksi. Masalah kualitas tenaga kerja berkaitan erat dengan
implementasi atau hasil dari sebuah proyek yang dikerjakan oleh pelaku usaha konstruksi.
Hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas dapat diperoleh jika para pelaku bidang jasa
konstruksi memiliki kompetensi dan profesionalisme yang tinggi sesuai bidang pekerjaannya.
Salah satu upaya peningkatan kualitas kompetensi dan profesionalisme adalah dengan sistem
quality assurance dalam bentuk sertifikasi.
4. Bagaimana cara mencegah agar kasus tersebut tidak terulang di masa yang akan
mendatang?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan hukum apa saja yang digunakan dalam ketenaga kerjaan.
3. Untuk mengetahui pelanggaran apa saja yang terdapat dalam kasus tersebut.
4. Untuk mengetahui cara agar kasus tersebut tidak terulang di masa yang akan
mendatang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Arti Hukum Ketenagakerjaan
Hukum merupakan sekumpulan peraturan-peraturan yang dibuat oleh pihak yang
berwenang, dengan tujuan mengatur kehidupan bermasyarakat dan terdapat sanksi.
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Pendapat-pendapat ahli hukum mengenai
Pengertian Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia :
NEH van Asveld menegaskan bahwa Pengertian Hukum Ketenagakerjaan adalah
hukum yang bersangkutan dengan pekerjaan di dalam hubungan kerja dan di luar
hubungan kerja.
Menurut Molenaar Pengertian Hukum Ketenagakerjaan ialah bagian dari hukum
yang berlaku di suatu negara, yang pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh
dengan buruh dan antara buruh dan penguasa.
Menurut Soetiksno memberikan pendapat mengenai Pengertian Hukum
Ketenagakerjaan merupakan keseluruhan peraturan-peraturan hukum mengenai
hubungan kerja yang mengakibatkan seorang secara pribadi ditempatkan di bawah
pimpinan (perintah) orang lain dan keadaan-keadaan penghidupan yang langsung
bersangkut-paut dengan hubungan kerja tersebut.
Pengertian Hukum Ketenagakerjaan menurut Prof. Imam soepomo diartikan sebagai
himpunan dari peraturan-peraturan, baik peraturan tertulis maupun tidak tertulis yang
berkenaan dengan kejadian di mana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima
upah.
Hukum Ketenagakerjaan telah berkembang seiring dengan perkembangan lapangan
dan kesempatan kerja. Awalnya, lapangan pekerjaan terbatas pada sektor pemenuhan
kebutuhan primer, seperti pertanian. Namun secara perlahan sektor pemenuhan
kebutuhan mulai bergeser ke arah industri dan perdagangan, sehingga kesempatan kerja
semakin terbuka lebar. Pertumbuhan sektor industri dan perdagangan yang pesat,
mengakibatkan berdirinya perusahaan-perusahaan yang menyerap banyak tenaga kerja.
Hubungan antara perusahaan tersebut dengan tenaga kerjanya, disebut dengan hubungan
kerja (hubungan antara pemberi kerja dengan pekerjanya atau bahkan dengan calon
pekerja). Dengan demikian diperlukan adanya suatu aturan (hukum) yang dapat menjadi
pengontrol dalam hubungan tersebut, terlebih lagi jika timbul suatu perselisihan dalam
hubungan kerja tersebut
Dalam segi apapun dan bidang manapun hukum selalu ikut berperan aktif. Selain
hukum sebagai aturan, hukum juga berperan sebagai perlindungan.
Di dalam pemahaman hukum ketenagakerjaan yang ada dapat diketahui adanya
unsur-unsur hukum ketenagakerjaan, meliputi :
1) Undang-undang
2) Peraturan lain
Peraturan lainnya ini kedudukannya adalah lebih rendah dari undang-undang dan pada
umumnya merupakan peraturan pelaksana undang-undang. Peraturan-peraturan itu
adalah sebagai berikut :
Kebiasaan atau hukum tidak tertulis ini, terutama yang tumbuh setelah perang
dunia ke -2, berkembang dengan baik karena dua faktor yaitu: faktor pertama karena
pembentukan undang-undang tidak dapat dilakukan secepat soal-soal perburuhan
yang harus diatur, faktor kedua adalah peraturan-peraturan di zaman Hindia belanda
dahulu sudah tidak lagi dirasakan sesuai dengan rasa keadilan masyarakat dan
aliran-aliran yang tumbuh di seluruh dunia. Jalan yang ditempuh dalam keadaan
yang sedemikian itu ialah acap kali dengan memberikan tafsiran (interpretasi) yang
disesuaikan dengan jiwa unang-undang dasar.
4) Putusan
Dimana dan di masa aturan hukum hukum masih kurang lengkap putusan
pengadilan tidak hanya memberi bentuk hukum pada kebiasaan tetapi-juga dapat
dikatakan untuk sebagian besar menentukan, menetapkan hukum itu sendiri.
5) Perjanjian
Perjanjian kerja pada umumnya hanya berlaku antara buruh dan majikan yang
menyelenggarakannya, orang lain tidak terikat. Walaupun demikian dari pelbagai
perjanjaian kerja itu dapat diketahui apakah yang hidup pada pihak-pihak yang
berkepentingan . Lebih-lebih dari perjanjian ketenagakerjaan, makin besar serikat
buruh dan perkumpulan majikan yang menyelenggarakannya. Dengan demikian
maka aturan dalam perjanjian kerja bersama mempunyai kekuatan hukum sebagai
undang-undang.
6) Traktat
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas dan UU 10 tahun 2008 maka
Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia yang
berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi
kemanusiaanSalah satu tujuan penting dari masyarakat Pancasila adalah memberikan
kesempatan bagi tiap tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang
memberikan kesejahteraan. Hal ini sesuai d maksud pasal 27 ayat (2) UUD 1945.
2. Tiap tenaga kerja memilih dan atau pindah pekerjaan sesuai dengan bakat dan
kemampuannya.
Di samping jaminan hidup yang layak tenaga kerja juga menginginkan kepuasan yang
datangnya dari pelaksanaan pekerjaan yang ia sukai dan yang dapat ia lakukan dengan
sebaik mungkin untuk mana ia mendapat penghargaan.
3. Tiap tenaga kerja berhak atas pembinaan keahlian dan kejujuran untuk memperoleh
serta menambah keahlian dan keterampilan kerja, sehingga potensi dan daya
kreasinya dapat dikembangkan dalam rangka mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan kerja sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembinaan
bangsa.
5. Tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan tenaga kerja.
Perserikatan tenaga kerja atau yang sekarang disebut serikat pekerja perlu diadakan
untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan tenaga kerja.
Dalam KUH Perdata ketentuan mengenai kewajiban buruh/ tenaga kerja diatur dalam pasal
1603, 1603a, 1630b dan 1603c, KUH Perdata yang pada intinya adalah sebagai berikut:
2.4.1. Pelanggaran
a. Pelunasan biaya proyek yang belum dipenuhi oleh pihak ketiga yaitu klien.
c. Sistem manajemen usaha dan keuangan perusahaan yang belum tersusun dengan
baik.
1. Apabila upah terlambat dibayar, maka dari hari keempat sampai hari kedelapan
terhitung dari hari dimana seharusnya upah dibayar, upah tersebut ditambah dengan
5% (lima persen) untuk tiap hari keterlambatan.
2. Sesudah hari kedelapan tambahan itu menjadi 1% (satu persen) untuk tiap hari
keterlambatan, dengan ketentuan bahwa tambahan itu untuk 1 (satu) bulan tidak
boleh melebihi 50% (lima puluh persen) dari upah yang seharusnya dibayarkan.
Pekerja tetap memiliki hak untuk menerima upah yang belum dibayar
ditambah dengan denda yang dikenakan tersebut dan menempuh upaya hukum mulai
dari bipartit hingga gugatan di Pengadilan Hubungan Industrial. Namun di sisi lain,
perusahaan harus menghadapi hal ini secara tenang dan mengedepankan komunikasi
agar tidak timbul perselisihan hubungan industrial.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.
Kesimpulan dari makalah ini, yaitu :
1. Hak dan kewajiban tenaga kerja :
a. Hak-hak tenaga kerja, antara lain :
Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi
kemanusiaan.
Tiap tenaga kerja memilih dan atau pindah pekerjaan sesuai dengan bakat
dan kemampuannya.
Tiap tenaga kerja berhak atas pembinaan keahlian dan kejujuran untuk
memperoleh serta menambah keahlian dan keterampilan kerja.
Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan, moril kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia dan moral agama.
Tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan
tenaga kerja.
b. Kewajiban Tenaga kerja, antara lain:
Buruh/pekerja wajib melakukan pekerjaan, melakukan pekerjaan adalah tugas
utama dari seorang pekerja yang harus dilakukan sendiri, meskipun demikian
dengan seizin pengusaha dapat diwakilkan.
Buruh/pekerja wajib menaati aturan dan petunjuk majikan/ pengusaha.
Dalam melakukan pekerjaan buruh/ pekerja wajib menaati petunjuk yang
diberikan oleh pengusaha.
Kewajiban membayar ganti rugi dan denda.
Jika buruh/pekerja melakukan perbuatan yang merugikan perusahaan baik
karena kesengajaan atau kelalaian, maka sesuai dengan prinsip hukum pekerja
wajib membayar ganti rugi dan denda.
2. Studi kasus
Membahas mengenai kasus keterlambatan pembayaran upah yang terjadi di salah
satu perusahaan, untuk pekerja administrasi yang telah bekerja selama 2 tahun sejak
tahun 2013 setidaknya pernah mengalami 2 kali keterlambatan pembayaran upah
pada periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 dengan rata-rata keterlambatan
selama 7 hari. Sedangkan untuk pekerja lapangan yang telah bekerja kurang lebih 6
tahun sejak perusahaan ini berdiri sejak tahun 2009 setidaknya pernah mengalami
keterlambatan pembayaran upah sebanyak 6 kali untuk periode tahun 2011 sampai
dengan 2013 dengan rata-rata keterlambatan selama 5 hari.
3. Pelanggaran yang terjadi.
Pelunasan biaya proyek yang belum dipenuhi oleh pihak ketiga yaitu klien.
Pengusaha/perusahaan tidak memiliki cadangan dana yang mencukupi untuk
membayar seluruh upah pekerja/buruhnya.
Sistem manajemen usaha dan keuangan perusahaan yang belum tersusun
dengan baik.
4. Pencegahan yang diperlukan.
Dalam hubungan good corporate governance jika terjadi keterlambatan
pembayaran sebaiknya dikomunikasikan terlebih dahulu antara pengusaha dan
pekerja. Sampaikan alasan-alasan keterlambatan dan berikan kepastian kapan gaji
akan dibayar. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya perselisihan
hubungan industrial.
Pekerja tetap memiliki hak untuk menerima upah yang belum dibayar ditambah
dengan denda yang dikenakan tersebut dan menempuh upaya hukum mulai dari
bipartit hingga gugatan di Pengadilan Hubungan Industrial. Namun di sisi lain,
perusahaan harus menghadapi hal ini secara tenang dan mengedepankan komunikasi
agar tidak timbul perselisihan hubungan industrial.
Untuk menghindari sengketa, perlu bagi perusahaan untuk dapat melakukan
pendekatan dan upaya preventif. Oleh karena itu, perusahaan juga perlu memikiki
forum komunikasi dan kegiatan yang bisa mendukung harmonisnya hubungan antara
manajemen dengan karyawan. Sehingga ketika terjadi persoalan, pendekatan yang
dilakukan oleh karyawan pun adalah membangun komunikasi bukan langsung
pengajuan upaya hukum.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.fsps.or.id/2016/01/dasar-hukum-ketenagakerjaan.html
http://e-journal.uajy.ac.id/1503/2/1TS09730.pdf
http://www.trigonalmedia.com/2015/06/hak-dan-kewajiban-tenaga-kerja.html
http://e-journal.uajy.ac.id/7995/1/JURNAL.pdf
http://blog.bplawyers.co.id/langkah-pengusaha-agar-tidak-terkena-denda-akibat-terlambat-
membayar-upah-pekerja/