Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, sudah tak dapat dielakkan lagi bahwa minat untuk belajar seseorang akan
mudah sekali naik turun. Agar minat untuk belajar ini senantiasa tetap naik dalam waktu ke
waktu, maka setiap siswa harus memiliki keinginan untuk tetap terus belajar. Agar keinginan
untuk tetap terus belajar itu ada dan semakin meningkat frekuensinya, maka setiap siswa tentu
saja harus memiliki motif-motif tertentu yang menyebabkan ia harus tetap semangat belajar.

Keseluruhan motif-motif yang menjadikan seseorang menjadi semangat belajar ini,


secara umum dapat dikatakan sebagai motivasi. Maksud dari motivasi belajar disini adalah
keseluruhan daya penggerak yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
belajar dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga tujuan dapat tercapai.

Berdasarkan pengertian motivasi tersebut, sudah sangat jelas bahwa motivasi dalam
proses belajar sangat penting. Karena yang dibicarakan adalah proses belajar, maka manfaat
motivasi tidak hanya dirasakan oleh siswa, namun juga oleh seorang guru. Melalui pengetahuan
tentang motivasi, seorang guru dapat mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas,
bahakan dapat juga membantu sisiwa untuk meningkatkan motivasinya. Mengingat pentingnya
pengetahuan akan motivasi, maka pembahasan mengenai motivasi belajar dirasa perlu untuk
diangkat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan motivasi belajar?
2. Mengapa motivasi dalam belajar penting?
3. Apa unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar?
4. Bagaimana upaya meningkatkan motivasi belajar?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut;
1. Mengetahui pengertian dari motivasi belajar
2. Mengetahui fungsi motivasi dalam belajar
3. Mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
4. Mengetahui upaya-upaya meningkatkan motivasi belajar.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan ini adalah agar para pembaca mengetahui secara lebih rinci
mengenai motivasi belajar.

1.5 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan
menggunakan metode studi pustaka.

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Motivasi Belajar


Menurut Sudirman (1992:73) Motivasi diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sanagt dirasakan mendesak. Sedangkan menurut Natawijaya dan Moesa
(1992:54) Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif atau motif-motif menjadi
tindakan atau perilaku untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan.

Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman 1992:73-74) motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan. Pendapat tersebut menunjukkan dalam pengertian motivasi terdapat tiga
elemen penting, yaitu motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu,
motivasi ditandai dengan munculnya feeling, afeksi seseorang, motivasi akan dirangasang karena
adanya tujuan.

Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah
kegiatan belajar, sehingga tujuan dapat tercapai.

Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya.Kekuatan mental itu berupa
keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita.Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah
atau tinggi.Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang
mendorongterjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar.Motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku
belajar.Dalam motivasi terkandung adanya pengarahan sikap dan perilaku belajar individu.
(Koeswara, 1989:Siagian, 1989 :Schein : Biggs &Teller, 1987).

Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu; (i) kebutuhan, (ii) dorongan , (iii)
tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki
dan yang ia harapkan.

Maslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkat, yaitu

1. Kebutuhan fisiologis
2. Kebutuhan akan perasaan aman
3. Kebutuhan sosial
4. Kebutuhan akan penghargaan diri
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri

Kebutuhan fisiologis berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia seperti pangan,


sandang, dan perumahan. Kebutuhan akan rasa aman berkenaan dengan keamanan yang bersifat
fisik dan psikologis. Sebagai ilustrasi, individu tidak boleh diganggu secara fisik dan biarkan
untuk berkreasi. Kebutuhan sosial berkenaan dengan perwujudan berupa diterima oleh orang
lain, jati diri yang khas, berkesempatan maju, merasa diikutsertakan maju, dan pemilikan diri.
Sebagai ilustrasi, individu diperbolehkan untuk aktualisasi diri berkenaan dengan kebutuhan
individu untuk menjadi sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya.Sebagai ilustrasi, seorang
anak desa boleh menjadi prajurit, berpangkat jenderal, dan menjadi kepala negara, karena dia
mampu dan diberi peluang.

Dari segi dorongan, menurut Hull dorongan atau motivasi berkembang untuk kebutuhan
organisme.Di samping itu juga merupakan sistem yang memungkinkan organisme dapat
dipelihara kelangsungan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan penyebab
munculnya dorongan, dan dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan
keseimbangan fisiologis organisme. Tingkah laku organisme terjadi disebabkan oleh respons dari
organisme, kekuatan, dorongan organisme, dan penguatan kedua hal tersebut.Hull memang
menekankan dorongan sebagai motivasi penggerak utama perilaku, tetapi kemudian juga tidak
sepenuhnya menolak adanya pengaruh faktor-faktor eksternal.Dalam hal ini insentif (hadiah atau
hukuman) mempengaruhi intensitas dan kualitas tingkah laku organisme.

Dari segi tujuan, maka tujuan merupakan pemberi arah pada perilaku.Secara psikologis,
tujuan merupakan titik akhir “sementara” pencapaian kebutuhan.Jika tujuan tercapai, maka
kebutuhan terpenuhi untuk “sementara”.Jika kebutuhan terpenuhi, maka orang menjadi puas dan
dorongan mental untuk berbuat “terhenti sementara”

2.2 Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya
motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain,
bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar akan dapat mencapai prestasi belajar yang baik.
Bagi siswa, pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:

1. Menyadarkan kedudukan siswa pada awal, proses dan hasil akhir.


2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar.
3. Mengarahkan kegiatan belajar.
4. Memperbesar semangat belajar.
5. Menyadarkan tentang adanya kegiatan yang harus dilakukan siswa baik dalam belajar,
bekerja, bermain dan beristirahat yang berkesinambungan.

Motivasi belajar juga harus diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pengalaman
tentang motivasi belajar pada siswa adalah sebagai berikut :
1. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai
berhasil; membangkitkan, bila siswa tak bersemangat; meningkatkan, bila semangat
belajarnya timbul-tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai
tujuan belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan atau pemicu semangat dapat
digunakan untuk mengobarkan semangat belajar.
2. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas beraneka ragam; ada yang
acuh tak acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain, disamping yang
bersemangat belajar, ada yang berhasil dan tidak berhasil. Dengan beraneka ragamnya
motivasi belajar tersebut, maka guru dapat menggunakan bermacam-macam strategi
mengajar belajar.
3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam
peran seperi sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat,
pemberi hadiah, atau pendidik. Peran pedagogis tersebut mungkin saja sesuai dengan
perilaku siswa.
4. Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Tugas guru adalah
membuat siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada
”mengubah” siswa tidak berminat menjadi semangat belajar. “Mengubah” siswa cerdas
yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar.

2.3 Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan sesuai
dengan kondisi fisiologis, dan kematangan psikologis. Oleh karena itu ada beberapa unsuryang
mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:

2.3.1 Cita-cita atau Aspirasi

Motivasi belajar tampak pada keinginan keberhasilan mencapai keinginan tersebut


menumbuhkan cita-cita dalam kehidupan.Timbulnya cita-cita diikuti oleh perkembangan akal,
moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan.Timbulnya cita-cita juga diiktuti oleh
perkembangan kepribadian.
Dari segi emansipasi, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan
semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau hukuman akan dapat
mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita. Keinginan
berlangsung sesaatatau dalam waktu yang lama.Kemauan telah disertai dengan perhitungan akal
sehat.Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu yang sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-
cita siswa untuk “menjadi seorang……….” (gambaran ideal) akan memperkuat semangat belajar
dan mengarahkan perilaku belajar. Misalnya, siswa tersebut akan rajin berolah raga, melatih
nafas, berlari, meloncat, disamping tekun berlatih bulu tangkis. Cita-cita akan memperkuat
motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan
suatu aktualisasi diri (Monks, 1989 : 241-260; Schein, 1991 : 87-110; Singgih Gunarsa,1990 :
183-199).

2.3.2 Kemampuan Siswa


Keinginan seorang anak perlu diikuti dengan kemampuan atau kecakapan
mencapainya.Keinginan membaca perlu diikuti dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan
bunyi huruf-huruf.Kesukaran mengucapkan huruf “r” misalnya, dapat diatasi dengan drill /
melatih ucapan “r” yang benar.Latihan berulang kali menyebabkan terbentuknya kemampuan
mengucapkan “r”. Dengan didukung kemampuan mengucapkan “r”, atau kemampuan
mengucapkan huruf-huruf lain, maka keinginan anak untuk membaca akan terpenuhi.
Keberhasilan membaca suatu buku bacaan akan menambah kekayaan pengalaman hidup.
Keberhasilan tersebut memuaskan dan menyenangkan hatinya.Secara perlahan-lahan terjadilah
kegemaran membaca pada anak yang semula sukar mengucapkan huruf “r” yang benar. Secara
ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan. (Monks, 1989 : 21; Singgih Gunarsa,1990 : 49).

2.3.3 Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar.
Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar.
Sebaliknya, seseorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan
perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar
memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya, setelah siswa tersebut dengan
senag hati membaca buku-buku pelajaran agar ia memperoleh nilai rapor yang baik, seperti
sebelum sakit. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohnai siswa berpengaruh pada motivasi
belajar.

2.3.4 Kondisi Lingkungan Siswa


Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan
sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan.Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan
yang nakal, perkelahian antar siswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebalikya, kampus
dan sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Oleh
karena itukondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu
dipertinggi mutunya.Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat
dan motivasi belajar mudah diperkuat.

2.3.5 Unsur-Unsur Dinamis Dalam Belajar dan Pembelajaran


Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan.Dan pikiran yang mengalami
perubahan berkat pengalaman hidup.Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada
motivasi dan perilaku belajar.Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan
tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang
berupa surat kabar, majalah, radio, televise, dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua
lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Dengan melihat tayangan televise tentang
pembangunan bidang perikanan di Indonesia Timur misalnya, maka seorang siswa tertari
minatnya untuk belajar dan bekerja di bidang perikanan. Pelajar yang masih berkembang jiwa
raganya, lingkungan yang semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis
yang bagus bagi pembelajaran. Guru profesional diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar,
majalah, siaran radio, televise dan sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar.

2.3.6 Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa

Guru adalah pendidik professional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan
siswa. Interaksi efektif pergaulannya sekitar lima jam sehari. Intensitas pergaulan tersebut
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa.

Guru adalah pendidik yang berkembang. Tugas profesionalnya mengharuskan dia belajar
sepanjang hayat.Belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan masyarakat dan lingkungan
sekitar sekolah yang juga dibangun. Guru tidak sendirian dalam belajar sepanjang hayat.
Lingkungan sosial guru, lingkungan budaya guru, dan kehidupan guru perlu diperhatikan oleh
guru.Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan memilih yang baik.Partisipasi dan teladan
memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan siswa.

2.4 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar


Guru di sekolah menghadapi banyak siswa dengan bermacam-macam motivasi
belajar.Oleh karena itu peran guru cukup banyak untuk meningkatkan belajar.

2.4.1 Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar


Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan bahan belajar. Untuk
dapat membelajarkan atau mengajarkan bahan pelajaran disyaratkan
1. Guru telah mempelajari bahan pelajaran,
2. Guru telah memahami bagian-bagian yang mudah, sedang, dan sukar,
3. Guru telah menguasai cara-cara mempelajari bahan, dan
4. Guru telah mempelajari sifat bahan tersebut.

Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar. Beberapa prinsip belajar
tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu, guru perlu
menjelaskan tujuan belajar hierarkis.
2. Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang
menantangnya, oleh karena itu peletakan urutan masalah yang menantang harus disusun
guru dengan baik.
3. Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental
siswa dalam program kegiatan tertentu, oleh karena itu, disamping mengajarkan bahan
secara terpisah-pisah, guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam pengajaran unit.
4. Mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling menantang.
5. Memberitahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar siswa.

2.4.2 Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran


Seorang siswa akan belajar dengan sutuh pribadinya. Perasaan kemaunan, pikiran,
perhatian, fantasi, dan kemampuan yang lain tertuju pada belajar. Meskipun demikian
ketertujuan tersebut tidak selamanya berjalan lancar.Ketidak sejajaran tersebut disebabkan oleh
kelelahan jasmani atau mentalnya, ataupun naik turunnya energi jiwa.
Guru adalah pendidik dan sekaligis pembimbing belajar. Guru lebih memahami
keterbatasan waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah tentang nilai kesempatan belajar.Oleh
karena itu guru dapat mengupayakan optimalisasai unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri
siswa dan yang ada di lingkungan siswa. Upaya optimalisasi tersebut, sebagai berikut:
1. Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang
dialaminya.
2. Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak
belajar, betapa lambat gerak belajar, guru “tetap secara terus-menerus” mendorong;
dalam hal ini berlaku semboyan “lambat asal selamat, tak akan lari gunung dikejar”.
3. Meminta kesempatan pada orangtua siswa atau wali, agar memberi kesempatan pada
siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
4. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar, misalnya surat
kabar, dan tayangan televisi yang mengganggu pemusatan perhatian belajar agar
dicegah.
5. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembiraterpusat pada
perilaku belajar; pada tingkat iniguru memberlakukan upaya”belajar merupakan
aktualisasi diri siswa”
6. Guru merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat
mengatasi segala hambatan dan “pasti berhasil” sebagai ilustrasi, siswa dibebaskan
rasa harga dirinya dengan berbuat sampai berhasil.

2.4.3 Optimalisasi Pemanfaatan Pengalaman dan Kemampuan Siswa


Perilaku belajar siswa merupakan rangkaian tindak-tindak belajar setiap hari. Guru
adalah “penggerak” perjalanan belajar bagi siswa. Sebagai penggerak, maka guru perlu
memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa.Sebagai fasilitator belajar, guru diharapkan
memantau “tingkat kesukaran pemahaman belajar”, dan segera membantu mengatasi kesukaran
belajar.“Bantuan mengatasi kesukaran belajar” perlu diberikan sebelum siswa putus asa. Guru
wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa belajar.
Upaya optimalisai pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya; tiap membaca bahan belajar,
siswa mencatat hal-hal yang sukar, catatan hal-hal yang sukar tersebut diserahkan
kepada guru.
2. Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa.
3. Guru memecahkan hal-hal yang sukar, dengan mencari “cara memecahkan”.
4. Guru mengajarkan “cara memecahkan” dan mendidikan keberanian mengatasi
kesukaran.
5. Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.
6. Guru memberi kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan masalah untuk
membantu rekan-rekannya yang mengalami kesulitan
7. Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa belajar secara mandiri. (Monks,
1989 : 293-305; Winkel, 1991 : 110-119; Joyce & Well, 1980 : 105-129 dan 147-
163).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah kegiatan belajar,
sehingga tujuan dapat tercapai.Dalam motivasi terkandung adanya pengarahan sikap dan
perilaku belajari individu.

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya
motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain,
bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar akan dapat mencapai prestasi belajar yang baik.

Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan sesuai dengan
kondisi fisiologis, dan kematangan psikologis. Oleh karena itu ada beberapa unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar, yaitu: cita-cita atau aspirasi, kemampuan siswa, kondisi siswa,
kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, dan upaya guru
dalam membelajarka siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Dimyanti dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Koeswara, E. 1989. Motivasi, Bandung : Angkasa.

Monks FJ, Knoers AMP, Siti Rahayu Haditono. 1989. Psikologi Perkembangan,

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Roehman Natawidjaya dan Moein Moesa. 1992. Psikologi Pendidikan, Jakarta :

Depdikbud Dirjen Dikti.

Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru

dan Calon Guru, Jakarta : Rajawali Press.


Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran, Jakarta : Grasindo

Setiap manusia memiliki cara menyerap dan mengolah informasi yang diterimanya dengan cara
yang berbeda satu sama lainnya, ini sangat tergantung pada gaya belajarnya. Karena gaya belajar
setiap orang tidaklah sama, hal ini sangat tergantung pada faktor yang mempengaruhi individu
itu sendiri baik secara internal maupun eksternal.

Gaya belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dan sangat menentukan bagi siapapun
dalam melaksanakan tugas belajarnya baik di rumah, di masyarakat, terutama di sekolah.
Siapapun dapat belajar dengan lebih mudah, ketika ia menemukan gaya belajar yang cocok
dengan dirinya sendiri.

Sebagai seorang guru, kita harus dapat memahami masing-masing gaya belajar siswa kita, agar
gaya mengajar kita betul-betul serasi. Tidak jarang kegagalan siswa di sekolah bukan karena
kebodohannya, bisa jadi karena ketidak serasian gaya belajar antara guru dan siswanya.

Jika guru menyadari bahwa setiap siswa memiliki cara yang berbeda dalam menyerap dan
mempelajari informasi. Tentu guru akan mengajar dengan berbagai cara yang berbeda atau
mengajar dengan cara-cara yang lain dari metode mengajar yang standar. Dengan gaya mengajar
yang berbeda-beda tentu sangat membantu bagi siswa dalam memahami informasi atau materi
pelajaran yang disampaikan.

Sesungguhnya gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi. Kebanyakan kita belajar dengan banyak gaya,
namun biasanya kita lebih menyukai satu cara dari pada berbagai cara yang ada.

Dalam teori perkembangan konvergensi dari William Stern dijelaskan bahwa perkembangan
pribadi manusia itu dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal bawaan (herediter)
dan faktor eksternal (lingkungan) dimana individu itu berada. Kedua faktor ini satu sama lainnya
saling mempengaruhi terhadap pembentukan kepribadian.

Sehubungan dengan itu, maka dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan, agar bisa
mencapai kualitas yang optimal harus memperhatikan kedua hal tersebut di atas yaitu keserasian
antara faktor internal dan eksternal. Sejalan dengan teori konvergensi, seorang guru harus bisa
mengetahui karakter siswanya dan berusaha untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang
sesuai dengan sifat dan tingkat kematangan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Oleh karena
itu diperlukan suatu konsep gaya belajar yang akomodatif terhadap kepentingan tersebut.

Rita Dunn, seorang pelopor gaya belajar banyak menemukan variabel yang mempengaruhi cara
belajar seseorang yaitu: mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan.
Misalnya: ada sebagian orang dapat belajar dengan baik jika cahaya terang, sedang sebagian
yang lain dengan cahaya suram. Dan ada yang senang bila belajar secara berkelompok, sedang
yang lain senang memilih figur otoriter, seperti orangtua, atau guru, dan yang lain lagi senang
dan lebih efektif bila belajar secara sendiri. Juga ada yang belajar dengan mendengar musik
sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak dapat konsentrasi, kecuali dalam suasana sepi.
Bahkan ada yang belajar dengan lingkungan yang teratur dan rapi, tetapi lebih suka menggelar
segala sesuatunya agar semua terlihat (Bobbi Deporter, 2004).

Michael Grinder, pengarang Righting Education Conveyor Belt, mencatat ada tiga modalitas
belajar yaitu Visual, Auditorial dan Kinestik. Modalitas belajar visual yaitu belajar dengan cara
melihat (menggunakan mata), modalitas belajar auditorial yaitu belajar dengan cara mendengar
(menggunkan telinga), sedangkan modalitas kinestik yaitu belajar dengan cara bergerak, bekerja
dan menyentuh (menggunakan tangan).

Sebelum proses pembelajaran, sebaiknya langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang
guru adalah mengenali modalitas seseorang siswa apakah sebagai modalitas visual, auditorial
atau kinestik. Orang visual belajar akan lebih baik melalui apa yang mereka lihat, pelajar
auditorial akan lebih mengerti melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestik belajar lewat
gerak dan sentuhan. Walaupun masing-masing dari mereka belajar dengan menggunakan ketiga
modalitas ini, pada tahapan tertentu kebanyakan akan lebih cenderung pada salah satu diantara
ketiganya.

Untuk dapat mengenali dengan baik, berikut ini diuraikan ciri-ciri perilaku yang cocok dengan
modalitas belajar seseorang:

1. Orang Visual

a. Rapi dan teratur

b. Berbicara dengan cepat

c. Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik

d. Teliti terhadap hal-hal yang detail

e. Mementingkan penampilan baik dalam hal pakaian atau presentasi

f. Mengeja dengan baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka

g. Mengingat apa yang dilihat, dari pada yang didengar

h. Mengingat dengan asosiasi visual

i. Biasanya tidak terganggu oleh keributan

j. Membaca cepat dan tekun

k. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara ditelpon dan dalam rapat


2. Orang Auditorial

1. Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja


2. Mudah terganggu dengan keributan
3. Menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
4. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
5. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada atau irama
6. Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita
7. Berbicara dalam irama yang terpola
8. Biasanya berbicara fasih
9. Lebih suka musik dari seni
10. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat
11. Lebih suka gurauan lisan dari pada membaca komik

3. Orang Kinestik

1. Berbicara dengan perlahan


2. Menanggapi perhatian fisik
3. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
4. Berdiri dekat, ketika berbicara dengan orang
5. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
6. Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar
7. Belajar melalui manipulasi dan praktik
8. Menghafal dengan berjalan
9. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
10. Banyak menggunakan isyarat tubuh
11. Tidak dapat duduk diam dalam waktu lama

School Pekanbaru | Sekolah di Pekanbaru > Psychology > Peran Orang Tua dalam
Mengoptimalkan Kemampuan Belajar Anak

Peran Orang Tua dalam Mengoptimalkan


Kemampuan Belajar Anak
Posted at April 24, 2012 | By : ses school pekanbaru | Categories : Psychology | 0 Comment

Selain faktor guru, orang tua juga sangat memainkan peranan yang sangat penting dalam
mengoptimalkan kemampuan belajar anak. Ini dikarenakan di sekolah waktunya terbatas. Guru
di sekolah mempunyai peranan berganda di kelas, selain ia harus mengajar materi pelajaran,
memeriksa tugas sekolah Dan pada waktu yang bersamaan ia harus bisa mengawasi anak-anak
didiknya yang ada dikelas yang mempunyai latar belakang kemampuan yang berbeda-beda.
Sehingga guru tidak akan mampu menyediakan waktu khusus untuk anak didiknya yang
mengalami kendala dalam pelajaran tertentu.

Peran Orang Tua dalam Mengoptimalkan Kemampuan Belajar Anak

Apalagi bila jumlah siswanya banyak, sehingga kita tidak bisa menuntut lebih banyak. Hal ini
sangat terasa selama saya bekerja bila manghadapi anak kesulitan dalam belajar bila tidak
adanya kerjasama oleh kedua belah pihak, baik pihak sekolah dan pihak orang tua, akan semakin
sulit untuk membantu anak dalam mengoptimalkan kemampuan belajar si anak tersebut. Oleh
karena itu peranan dirumah sangat membantu memajukan perkembangan belajar anak.

Seperti yang sudah dibahas di edisi Tribun sebelumnya, sudah dipaparkan secara panjang lebar
bahwa aspek pemahaman materi pelajaran sangat penting yang harus dikuasai oleh anak. Karena
mengingat suatu pelajaran belum memastikan anak tersebut paham akan pelajarannya tersebut.
Oleh itu, pengulangan materi sangat disarankan untuk memastikan bahwa si anak tersebut benar-
benar menguasai pelajaran tersebut, dan dengan sistem pengulangan akan memberi Kesempatan
pada anak untuk lebih memahami serta menyerap informasi dengan lebih baik lagi.

Gunakan sistem point reward dalam belajar, dimana anak akan diberikan point bagi anak- anak
usia diatas 9 tahun dan bintang bagi anak-anak usia dibawah 6 tahun. Point atau bintang dapat di
tukar menjadi hadiah yang sudah dijanjikan oleh kedua orang tua. Hadiah yang diberikan bukan
berupa mainan namun aktifitas yang disukai oleh si anak tersebut. Seperti jalan ke Mall, mandi
bola, Time Zone, Water Boom, dan lain-lain. Selain itu, orang tua juga harus membuat atau
menerapkan schedule atau jadwal belajar anak dari usia dini, sehingga hal tersebut menjadi suatu
kebiasaan dalam kehidupan anak.

Bila pola tersebut sudah menjadi kebiasaan atau rutinitas dalam kehidupan harian anak, maka
biasanya anak-anak tidak mengalami kendala atau kesulitan untuk memulai belajar. Namun Ada
beberapa point yang harus diingat oleh para orang tua bila kita mau anak tidak mengalami
kesulitan dalam memulai belajarnya dirumah, maka suasana belajar beserta proses belajar
mengajar juga harus menyenangkan. Bagaimana cara menciptakan suasana belajar dan proses
belajar yang menyenangkan sudah kita pupas secara mendalam di beberapa edisi Tribun yang
lalu.

Dalam menerapkan jadwal belajar supaya efektif dengan anak, sebaiknya kita harus
menyesuaikan dengan kondisi dengan anak. Caranya kita harus mengobservasi atau memantau
konsdisi serta kebiasaan anak dalam sehari-hari. Setelah mendapat data atau hasil yang jelas
maka kita bisa menetatpkan jadwal belajar yang tepat pada anak.

Hasil pemerhatian kita selama ini harus menunjukan konsistensi kondisi sang anak. Salah satu
contoh si anak selalu susah memulai belajar bila sedang menonton program favoritnya di layar
televisi. Maka jadwal belajarnya kita majukan 2 jam sebelum acara program televisinya mulai.
Dan kita harus menginformasikan pada si anak bahwa dia boleh menonton program
kesayanganya bila ia sudah belajar. Beri konsekuensi pada si anak secara konsisten. Bila selama
proses belajar anak lambat mengerjakan tugas pelajaranya maka konsekuensinya jam nontonya
berkurang. Artinya semakin lambat ia diperbolehkan untuk menonton film kesayanganya. Bila
anak tidak mau belajar maka tidak acara televisi diperkenankan oleh anak untuk nonton. Jangan
Sekali Kali menggunakan waktu dalam belajar. Karena bila kita menggunakan waktu maka anak
dapat memanipulasikan keadaan.

atar Belakang
Seorang pendidik bukan hanya sekedar menyampaikan materi didalam kelas sesuai dengan
kurikulum yang berlaku, namun pendidik mengembang tugas terhadap perkembangan peserta
didik, baik perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tidak semua peserta didik mampu
berkembang sesuai dengan fase perkembangannya dengan baik tanpa adanya masalah yang
mampu mempengaruhi perkembangannya. Maka dari itulah dengan adanya kajian ini kami
berharap pendidik mampu berperan dengna baik dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.
Mencerdaskan anak bangsa dan mendidik serta membimbing anak bangsa kepada perilaku yang
arif dan bijaksana.
B. Perumusan masalah
a. Mengenal masalah-masalah anak
b. Contoh-contoh perilaku yang sering terjadi pada anak-anak yang dapat menyebabkan siswa
bermasalah
c. Mengatasi gangguan kesulitan belajar gangguan dalam proses belajar
d. Kecakapan dasar yang diberikan oleh sekolah dasar ( SD) kepada anak
C. Tujuan
 Pendidik mampu mengerti perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik
 Pendidik mampu mengambil keputusan dengan benar untuk membantu peserta didik yang
terhambat perkembangannya karena adanya perilaku peserta didik yang menyebabkan masalah
baginya
 Agar peserta didik mampu berkembang dengan baik sesuai dengan fase-fase perkembangannya

BAB 2
PEMBAHSAN
A. Mengenal masalah-masalah anak
Menurut tinjauan, apapun yang namanya anak seharusnya dapat menikmati kehidupan dimasa
anak-anak dengan sebaik-baiknya. Mereka harus dapat memenuhi kebutuhan bermainnya, kasih
sayang orangtua, dan pendidikannya dengan sempurna. Karena pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan tersebut sangat berpengaruh terhadap masa depan anak tersebut.
Namun, ternyata banyak anak yang mempunyai masa depan cukup lebih rumit dan pelik,
sehingga sangat mengganggu terhadap belajarnya. Bahkan lebih parah lagi anak-anak tersebut
terkadang sulit untuk bersosialisasi sehngga memaksa para guru untuk mengirimnya ke lembaga
yang hanya mendidik anak-anak bermasalah(nakal).
Jadi di suatu sekolah terdaspat anak yang bermasalah, seharusnya guru dapat memberikan
bimbingan dan penyuluhan kepadanya sehingga anak dapat menyelesaikan masalahnya dengan
baik dan mensosialisasikan kembali dengan teman-temannya.
Masalah-masalah yang menimpa anak-anak sangat kompleks. Karena jika dilihat dari sudut
pandang disiplin ilmu masalah tersebut sangat beragam, katakanlah kita dapat melihat dari sudut
psikologi, sosiologi dan ilmu ekonomi.
a. Menurut tinjauan psikologi
Menyangkut problem psikologi anak yaitu: suatu masalah yang diakibatkan oleh tekanan-
tekanan mental. Diantara masalah tersebut sering muncul adalah : (1) anak suka membadut diri
didalam kelas hal ini menunjukkan anaks sangat membutuhkan perhatian baik dari teman-teman
atau gurunya.(2) anak suka menyakiti temannya hal ini dapat diakibatkan karena anak kurang
mendapatkan perhatian, merasa super dikelasnya, atau hidup dalam lingkungan yang keras.(3)
anak suka diam dan melamun, masalah ini dapat diakibatkan oleh rasa takut, masalah keluarga
dirumah atau pun masalah pergaulan dengan teman-temannya.
b. Menurut tinjauan sosiologis
Yaitu masalah yang diakibatkan oleh problem sosial anak-anak. Diantara masalah tersebut, yang
sering muncul adalah : (1) anak suka mencuri barang-barang milik temannya dan milik sekolah,
hal ini lebih banyak diakibatkan oleh hubungan pergaulan anak dan bukan akibat problem
ekonominya.(2)anak suka berkelahi, hubingan anak-anak dengan teman-temannya diluar juga
mengakibatkan anak suka berkelahi. Hal ini disebabkan oleh karena anak-anak suka
berkelompok-kelompok, untuk mempertahankan gengsi kelompok anak sering berkelahi dengan
kelompok lain atau dengan temna lainnya. (3) problem seks pada anak-anak, misalnya anak suka
mengintip temannya dan mempermainkan alat kelamin temannya, anak suka bergaul dengan
orang yang lebih dewasa atau anak suka melihat film dan gambar porno.
c. Menurut tinjauan ekonomi
yaitu problem yang dihadapi anak akibat benturan ekonomi keluarganya. Problem yang biasa
terjadi anatara lain: (1) anak suka mengantuk, akibat banyaknya pekerjaan yang ditimpakan
kepadanya. (2) banyak tugas yang tidak dikerjakan, hal ini mungkin karena anak terlalu payah
(3) anak suka membolos, anak terlalu banyak memikirkan pekerjaan dirumah untuk membantu
orangtuanya.
Mencari jalan pemecahan
Dari banyak masalah yang sudah penulis tuturkan diatas jika dianalisis dengan seksama
“timbulnya anak bermasal” sebenarnya bersalah dari dalam “ rumah “ anak itu sendiri. Artinya,
keadaan semua itu muncul akibat dari sosialisasi anak diperkenalkan oleh keluarga.
Keterkaitan anak dengan denga orang tua pertama yang hadir dalam kehidupan sangat besar
sekali. Ibu, bapak, dan anggota keluarga lain mempunyai andil besar terhadap sosialisasi anak.
Terutama dengan tokoh ibu, anak sangat terikat sekali karena kontak sosial antara anak dengan
ibunya dimulai sejak dini, saat anak dalam kandungan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa
pengalaman seorang ibu fisik atau psikisnya semasa ia ia mengandung, berpengaruh terhadap
perkembangan anak yang dikandungannya pada masa-masa selanjutnya.
Sebenarnya betapa besar peran orang tua dalam pendidikan ini sudah ditegaskan melaui ayat Al-
Quran maupun hadist. Diantaranya ayat dan hadis tersebut adalah QS.AT.Tahrim ayat 6 “ hai
orang-orang yang beriman periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar.” Dan sabda
rosululloh SAW “ Tidak lah anak yang dilahirkan itu kecuali membaca fitrah, maka kedua
orangtuanyalah yang akan menjadikan anak tersebt yahudi, nasrani atau majusi.(HR.Muslim)
Namun demikian, orang tua jangan sampai terlalu banyak kehilangan kontak dengan anak-
anaknya. Luangkan waktu sebagian untuk bersantai dengan anak-anaknya sehingga mereka tidak
merasa mendapatkan perhatian dari orangtuanya.
Selain itu juga keluarga harus memperhatikan nilai-nilai moral dan spiritual kehidupan mereka,
maka dengan sendirinya kontrol keluarga semakin ketat dengan sendririnya. Berbagai masalah
yang muncul akan mudah terselesaikan, karena agama banyak memberi alternatif pemecahan
masalah dalam kehidupan sosial. Perhatian dan konsentrasi keluarga mudah dikendalikan.
B. Contoh-contoh perilaku
Yang sering terjadi
Pada anak-anak
Yang dapat menyebabkan siswa bermasalah
1. Anak Suka Iri
Banyak faktor yang mnyebabkan anak mengalami kesukarannya dalam belajar, baik secara fisik,
psikis, maupun sosial. Begitu pula ciri atau gejalanya sangat banyak salah satunya, anak
kesulitan menangkap pelajaran atau menulis. Dalam kasusu ini, dapat dikatakan anak tersebut
mengalami kesukaran belajar. Anak semacam ini butuh perhatian dan perlakuan khusus. Tentu
bukan bermaksud memanjakannya, karena justru akan membuatnya tergantung. Ini untuk
membantu anak mengatasi masalah kesukuran dalam belajarnya.
Bagi anak yang mengalami gangguan, memberikan perhatian yang lebih akan membantu
mengurangi gangguan, memberikan perhatian yang lebih akan membantu mengurangi gangguan,
asal masih dalam batas kewajaran. Manfaat lainnya, pengajaran khusus ini dapat memantaunya
secara lebih akurat dan konyinyu.
Mengganti-ganti pengajar malah membuat anak jadi bingung karena perbedaan perlakuan
pengajaran dan sistem dalam belajar. Tentu saja harus dipilih pengajran yang cocok dan mampu
mendekatinya. Pada saat pengajaran, usahakan anak selalu konsentrasi penuh. Sebab bisa jadi ia
lambat dalam menangkap pelajaran karena tidak konsentrasi. Berikan penghargaan dalam bentuk
pujian atau lainnya.
2. Si Kecil Suka Berbohong
Daftar alasan kebohongan anak :
o Bohong agar dipuji
Umumnya ini dilakukan oleh anak yang haus pujian, peran guru sebaiknya harus sering memuji
dan menghargai prestasi serta apa yang dilakukan. Dengan demikian, si kecil tak perlu
berbohong hanya untuk mendapatkan pujian anda.
o Takut dan malu karena dihukum
Apakah hukuman anda terlalu berat ? atau kritikan anda terlau pedas sampai anak malu
dan merasa sangatbersalah ? jika ya mungkin inii yang menjadikan anak suka berbohong. Ia
takut hukuman dan kritikan anda, jika mengatakan sesuatu apa adanya. Nah, kurangi saja taraf
hukuman yang anda berikan. Sesuaikan dengan usia dan tingkat kesalahan yang dibuat si kecil.
Jangan lupa memuji jika ia berbuat jujur.
o Kalau anda terlalu menuntut terlalu tinggi
Bila gagal melakukan tugas, sering kali anak berbohong dan berkata ia dapat menyelesaikan
semuanya dengan baik. Ini umum terjadi kalau tuntutan orangtua terlalu tinggi dan tak sesuai
dengan kemampuan anak. Perhatikanlah anak didik anda, apakah kebohongannya didasari oleh
rasa takut dimusuhi setelah gagal melakukan tugas??? Kalau ya sebaiknya anda mengurangi
harapan dan tuntutan yang kelewat tinggi itu.
o Ingin mendapatkan sesuatu
“Irna belum sempat makan cokelat , udah jatuh ke tanah, kotor “ lapor Irna pada ibunya,
agar diberi cokelat lain. Ini merupakan cerita bohong untuk mendapatkan sesuatu yang
diinginkan. Tingkah laku ini timbul karena anak tidak tahu cara yang lebih baik dan jujur. Untuk
mengatasinya, latih anak mendapatkan apa yang ia inginkan dengan cara baik dan jujur.
o Kompak dengan temannya
Kompak dengan teman penting bagi anak, terutama pada usia sekolah. Alasan ini tak
jarang membuat anak berbohong, misalnya untuk menutupi kelakuan teman yang buruk.
Apa yang harus anda lakukan? Anda harus lebih aktif mencari informasi tentang kebenaran
cerita anak. Bisa anda tanyakan kepada teman. Sesudah itu bicarakan hal ini dengan anak, ajak ia
bicara jujur.
o Rasa benci yang membara
Ada anak berbohong karena rasa benci dalam dirinya. Rasa bencinya ini membuatnya
tidak ragu memfitnah teman yang tak disukai. Kasus berbohong karena rasa benci ini tergolong
paling parah, dan orang tua disarankan agar segera menghubungi ahli.
Bagaimana cara mengatasinya?????
Maka bila anak melakukan kebohongan, betapun kecilnya, orang tua perlu segera bertindak
meluruskannya. Tapi bagaimana mengatasi kekebohongan itu?
 Berikan suri tauladan yang baik kepada anak
 Mengajak anak untuk lebih terbuka
 Menanamkan kejujuran
 Tepati janji
 Disiplin
 Diberi ganjaran bila berbohong
3. Anak Suka Berkata Kotor
Seruan anak yang sering kali membuat orang dewasa yang ada disekelilingnya kesal dan malu
biasanya berupa kata-kata kasar dan omongan kotor. Entah saat ia menyerukan kata-kata
berkonotasi seksual, atau kata-kata cemoohan, siapapun tidak suka. Reaksi orang dewasa
disekitarnya, memang bermacam-macam. Ada yang langsung bereaksi keras, ada pula yang
malah tidak mengacuhkannya. Akibatnya, reaksi anak berbeda-beda. Ada yang terus
melakukannya, ada pula yang lambat laun berhenti, karena sadar oranglain membenci kata-kata
yang diucapkannya itu.
Ada banyak sebab mengapa balita anda mulai berani menyerukan ujaran-ujaran yangb tiddak
sopan, baik sebagai kalimat berkonotasi seksual, makian maupun ejekan. Yang jelas dimasa
anak-anak sedang mengalmi identifikasi. Dengna mneyebut kata-kata yang membuat kening
orangtuanya berkerut, dirinya merasa punya kekuatan untuk melepaskan diri dari orang tuanya
tersebut. Cara lain adalah dengan melontarkan kata yang berkonotasi seksual. Pertanyaan anak
tentang seks yang diikuti dengan kata-kata kotor sebenarnya merupakan tanda anak meminta
orang tua menjelaskan hal tersebut.
Sayangnya tidak semua orang tua dan guru mampu mengerti dan memahami akan kebutuhan
mental anak. Sehingga para orang tua cenderung menunjukkan reaksi seperti marah, terkejut,
atau melabel anak sebagai “anak nakal”. Pada kenyataannya semua itu tidak efektif
menghentikan kebiasaaan baru anak. Bahkan cara ini cenderung mendorong anak untuk menguji
sampai sejauh mana orang tua “memagari” dirinya.
4. Anak Susah Belajar
Pada usia anak-anak ( 6 tahun ) biasanya susah sekali disuruh belajar. Guru harus mengetahui
karakteristik anak usia anak-anak. Pada usianya masih tergolong dalam usia pra sekolah atau usia
bermain. Melalui bermain anak bisa memperoleh kesenangan dan mempelajari bermcam-macam
hal, sehinga sangat dianjurkan untuk mengisi kegiatan bermain mereka secara terarah. Yaitu
yang melibatkan aktivitas fisik seperti berlari, melompot, memanjat, meniti dan kegiatan bermain
yang lebih banyak melibatkan aktivitas mental, dimana anak perlu menggunakan akal / pikiran,
kreativitas dan imajinasinya.
Rentang perhatian anak biasanya masih pendek, dia tidak tahan duduk lebih dari 30 menit. Kalau
anak didik kita sulit duduk diam, maka bisa dicari alternatif dengan memberi tugas yang dapat
diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat. Kalau ia terlalu aktif, perlu dikonsultasikan ke
psikolog dan neurolog untuk diamati apakah ada gangguan organis.
Dalam proses berfikir, untuk memahami sesuatu, anak perlu diberi penjelasan secara kongkret.
Sesuatu yang bisa ia lihat sendiri secara nyata, bukan hanya dengan membayangkan. Hal-hal
yang bisa dia alami / rasakan sendiri akan lebih mudah dimengerti dan dipahami, ketimbang
penjelasan-penjelasan yang abstrak sifatnya.
Anak juga perlu terampil dalam menggunakan tangannya untuk melakukan gerakan-gerakan
yangnhalus dan lebih terkendali sebagai persiapan menulis. Untuk melatihnya, bisa diberi
kegiatan mewarnai gambar, menysun balok, menngambar apa saja seprti rumah, orang atau yang
lainnya. Karena dengan demikian anak dapat belajar mengoordinasi mata dan tangannya.
Jadi guru dan para orang tua dapat melatih anak giat belajar melaui kegiatan bermain sambil
belajar, tidak melulu pada kegiatan menulis, membaca, menghitung, dikte yang sifatnya
akademis. Menghitung, misalnya bisa dilakukan dengan menyuruh anak menebak mana yang
lebih banyak dan mana yang lebih sedikit, berapa banyak kue yang dia dapat, berapa sisa kue
yang ada setelah dikurangi jumlahnya.
Ada data yang kurang mengenai anak, yaitu bagaimana kemampuannya untuk mengingat atau
memahami apa yang diberikan, apakah daya tangkapnya cepat atau lambat. Keadaan ini bisa
mempengaruhi minat belajar anak.
5. Anak Malas Mengerjakan PR
Seringkali PR menjadi momok (menakutkan) bagi anak. Bisa dimaklumi sebab, disekolah anak
harus menyelesaikan berbagai pelajaran, dan setelah pulang sekolah, mereka masih harus
menghadapi setumpuk PR. Asal kita ketahui khususnya guru dan para orang tua tahu kiatnya,
masalah PR mudah diatasi. Diantaranya :
o Tumbuhkan motivasi
Agar anak tidak malas mengerjakan PR, ia harus mnegerti dulu apa fungsi serta manfdaat
mengerjakan PR. Caranya, tanamkan pengertian bahwa PR dapat membantu atau menambah
nilai raport. Dengan mengerjakan PR, anak terlatih menyelesaikan soal-soal yang ada serta
terbiasa belajar bersungguh-sungguh. Tanyalah anak apakah ia mengalami kesulitan dalam
mengerjakan PR. Bila ia bantulah anak. Caranya kita perlu membekali diri dengan berbagai
pengetahuan, dengan demikan bila anak mendapatkan kesulitan, maka ia bisa bertanya pada kita.
Keikutasertakan kita dalam memotivasi anak segara menyelesaikan Prnya.
o Beri hukuman dan pujian
Tentu ada sebabnya mengapa anak malas mengerjakan PR. Mungkin ia tidak suka pada pelajaran
tersebut atau tidak menguasai pelajaran itu sehingga ia malas mengerjakan PR. Dalam hal ini,
tentu saja peranan kita sangat penting. Karenanya selain menemani dan memotivasinya untuk
rajin membuat PR, kita juga perlu juga mencari penyebab keengganan anak mengerjakan PR.
Berilah hukuman yang sifatnya mendidik bila anak malas mengerjakan PR. Bantulah ia kalau
memang tidak menguasi materi pelajarannya. Hukumlah dia misalnya dengan tidak memberi
uang saku atau tidak memperbolehkan nonton acara TV kesayangannya nonton sebelum
tugasnya selesai.
Bagaimanapun anak harus tahu kewajiban dan sanksi yang akan diterimanya bila ia melanggar
kewajiban itu. Tapi anak pun perlu mendapatkan pujian bila ia berhasil menyelesaikan Prnya
dengan benar. Pujian akan menumbuhkan rasa percaya diri bahwa ia mampu bila bersungguh-
sungguh mengerjakan PR. Pujian akan memacunya untuk lebih giat belajar.
o Bentuk kelompok kerja
Salah satu yang dapat memacu anak mengerjakan PR adalah dengan mencarikannya teman
belajar bersama. Atau dapat pula kita minta anak untuk membentuk kelompok belajar. Adanya
teman yang dapat diajak bertukar akan merangsang anak untuk menyelesaikan soal-soal yang
sulit.
6. Anak Bandel
Pola asuh didalam keluarga kita nampaknya cenderung permisif atau membolehkan. Akibatnya,
anak tidak beljar bagaimana tingkah laku yang baik dan buruk. Padahal disiplin dan teladan dari
orang tua amat diperlukan . melalui disiplin orang tua mengajarkan anak tentang tingkah laku
yang dapat diterima lingkungan, bertanggungjwab, dan sadar bahwa tingkah laku yang
ditampilkan mempunyai konsekuensinya. Untuk itu ada baiknya bila keluarga mengurangi sikap
permisif tersebut. Anak yang selalu dituruti kemauannya, tanpa melihat apakah hali itu memang
perlu atau tidak, akan membuat mereka kurang toleran terhadap kegagalan yang kelak dapat
mempengaruhi penyesuain dirinya.
Untuk itu orang uta harus bersikap tegas. Yaitu dengan pemberian sanksi tanpa memukul si anaj.
Misalnya saja dengan tidak memperkenankan anak melakukan hal-hal yang ia senangi, seperti
meninton tv atau bermain. Untuk melakukan sanksi itu, tentu perlu kerja sama bapak ( suami )
atau nenek kakek sehingga anak tidak bingung karena adanya aturan yang berbeda antara orang
tua dan kakek nenek. Pemberian sanksi sebaiknya juga diimbangi dengan dorongan dan
bimbingan orang tua, seperti bersama-sam membereskan mainannya. Begitu pula dengan pujian.
Jangan ragu memuji anak begitu terlihat ia mau melakukan kewajibannya meskipun hal itu
belum sempurna dilakukannya.
7. Anak Stres Karena Masalah Sosialnya
Stres merupakan respons fisiologi terhadap lingkungan yang disebabkan oleh kecemasan.”pada
anak-anak pun,hormon stres mengangkut gula kedalam aliran darah,meningkatkan energi dan
meningkatkan aktivitas otak serta membiarkan otak memproses berbagai informasi.otak
berfungsi pada tingkat yang lebih untuk terus menerus siap siaga,”ujar megan
r.gunnar,PhD,dosen perkembangan anak di universitas minnesota,minneapolis,amerika.
Menanggulangi informasi yang begitu banyak,tentu menguras energi baik fisik maupun mental
anak.biasanyasetelah dapat mengatasi stresnya,anak mulai rewel,menangis atau menjadi mudah
tersinggung.ini suatu pertanda bahwa ia butuh istirahat.kalau orang tua atau pengasuh anak
menanggapi dengan cara menenangkan,sistem respons stres diotak akan meredakan aliran
hormon stres dan anak menjadi tenang.bila cara meredakan stres semacam ini dilakukan secara
konsisten,otak anak akan menangkap pola itu dan anak dapat menolong dirinya sendiri untuk
menenangkan diri.
a. Proses yang menyakitkan
Menerima aturan-aturan kelompok tidaklah mudah.bagi anak yang baru masuk taman kanak-
kanak (TK),menjadi salah satu anak dari dua bersaudara di rumah sangatlah berbeda dengan
menjadi salah satu anak diantara dua puluh anak lain di dalam kelas.
Sejak anak masuk TK,yakinkah anak bahwa ia juga harus punya waktu dalam satu hari untuk
‘mendinginkan diri’.waktu khusus ini untuk mengistirahatkannya dari keharusan untuk
memenuhi kebutuhan orang lain.karna memang ketrampilan itulah yang diharapkan dimiliki
anak agar proses bersosialisasibisa berlangsung mulus.membaca,menggambar atau
mendengarkan music dapat meredakan kelelahan akibat kebersamaannya dengan orang lain
selama beberapa waktu.tidak ada salahnya kita juga menyarankan si 5 tahun agar ia mau
menunjukan kesedihan atau kemarahan saat ia mulai stress.
b. Tanggapan yang simpatik
Apapun penyebab stres, luangkan waktu setiap hari untuk mengobrol dan bermain dengan anak.
Dengarkan keluh kesahnya dengan penuh simpati. Cara ini akan mengurangi stresnya. Kita
sebagai calon pendidik dan para orangtua harus lebih bersabar karena kadang-kadang anak usia
ini masih terbatas kemampuan untuk menjelaskan apa yang dipikirkan dan dirasakannya,
sementara imajinasinya sangat aktif.
Kecemasan pada anak-anak bisa sangat ekstrem karena mereka memikirkan segala sesuatunya
secara mendalam. Bila stres sudah tak dapat diatasi oleh anak, misalnya mulai mengganggu pola
tidurnya, anak menjadi murung, atau tidak mau berteman, segera bawa anak kepada orang yang
lebih ahli agar dapat segera dibantu.
Kita tak perlu cemas berlebihan dalam menangani anak didik kita atau anak kita dalam kondisi
stres karena dalam batas-batasan tertentu stres merupakan hal yang normal dalam kehidupan
anak. Bahkan stres dapat membangun suasana yang dapat membantu proses pertumbuhan emosi
si kecil.
8. Anak Merasa Tertekan
Kita sering mendengar bagaimana stres itu menimbulkan ketegangan pada kesehatan mental dan
fisik kita. Stres bukan semata-mata kemarahan yang muncul karena situasi tertentu. Stres juga
bukan sekedar frustasi atau kekhawatiran biasa, yang mengalami pasang surut hari demi hari.
Stres adalah sesuatu yang terjadi ketika ada tekanan kuat, pada saat kita tidak punya sama sekali
atau hanya memiliki sedikit kontrol, membangun seluruh kekuatan tanpa bantuan,
mengakibatkan luluhnya mental. Semua komkponen dalam diri kita tersangkut : intesitas
perasaan, perluasaannya dan perasaan tak tertolong untuk mengendalikan emosi.
Dalam kehidupan anak stres merupakan hal yang wajar. Stres dapat membantu si kecil
meningkatkan keterampilan emosinya, karena setiap kali ia mampu menguasai situasi, ia belajar
keterampilan emosi yang penting. Tetapi disatu sisi, terlalu banyak stres yang tidak berkurang
sangat tidak sehat bagi anak, yang hanya punya sedikit kemampuan psikis dan fisik untuk
mengatasi tekanan yang sudah menumpuk.
a. Kurangnya pemahaman
Anak memang perlu dibatasi perilakunya. Namun, sikecil bisa saja meras frustasi dengan
batasan-batasan yang diterapkan. Tentu tidak mudak mudah bagi kita(orang tua dan guru)
mengabulkan semua permintaan anak, bahkan ada kemungkinan kita dapat menjawab “tidak”
dengan nada tinggi. Mendengar kata tidak hampir selalu memicu anak untuk marah dan
mengamuk (menangis).
Rasa ingin tahu, ingin menentukan sendiri dan kurang pengendalian diri dapat memunculkan
stres yang cukup besar dalam kehidupan anak. Apalagi anak sulit memahami apa yang dapat dan
tidak dapat dilakukannya, serta apa yang bisa dan tidak bisa dia peroleh. Karena
ketidakpahamanny, anak kerap merasa kesal dan terkekang. Akibatnya bisa saja anak akan
merasa frustasi sehingga bukan tidak mungkin, menyebabkan stres.
b. Bisa diantisipasi
Untuk menolongnyua, kenali sumber stres dan waktu dimana ia tampak sangat rentan. Apakah
waktu ia mulai lapar, atau ketika ia mulai lelah ? anda bisa mengantisipasi reaksinya. Kita pun
bisa turun tangan bila perlu. Misalnya, dengan mengatakan “ kamu cape ya. Baloknya disusun
kok jatuh-jatuh terus, yuk kita istirahat dulu”. Selain itu adalah ha-hal yang berhubungan dengan
mengabulkan permintaan anak. Benar bahwa anak tidak boleh selalu dituruti kemauannya.
Artinya keinginan anak memang tidak terbatas. Namun, ada cara untuk membatasinya, tanpa
anak meras dikalahkan. “ aku mau coklatnya 4 ! nggak mau 2. Ujar sikecil. Kita bisa mengatakan
“ boleh nanti kita beli coklat 4 tapi kamu makannya sehari 1 saja ya “ oke (ujar sikecil). Dengan
menetapkan pembatasan dengan kesepakatan seperti itu dapa menyebabkan anak runtuh. Kita
sudah membantunya mampu mengendalikan perasaannya.
9. Anak memberontak
Penyebabnya :
 Perbedaan sikap kedua orang tua
 Orang tua bertindak tidak adil
 Orang tua menuntut secara berlebihan
 Orang tua bersikap kaku
 Anak merasa mendapatkan tugas yang banyak
 Orang tua melindungi secara berlebuhan
 Anak mengalami keletihan
C. Mengatasi Gangguan
Kesulitan Belajar
Gangguan Dalam Proses Belajar
Gangguan belajar ( Learning Disorder) adalah kekurangan yang tidak tampak secara lahiriah.
Ketidakmampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan
orang yang normal lainnya. LD adalah keterbelakangan yang mempernbgaruhi kemampuan
seseorang untuk menafsirkan apa yang mereka lihat dan dengar. LD juga merupakan
ketidakmampuan dalam mengubungkan berbagai informasi yang berasal dari berbagai bagian
otak mereka. Kelemahan ini tampak dalam beberapa hal, seperti kesulitan dalam berbicara dan
menuliskan sesuatu, koordinasi dan pengendalian diri atau perhatian. Kesulitan-kesulitan ini
tampak ketika mereka melakukan kegiatan-kegiatan sekolah dan menghambat proses belajar
seperti belajar membaca, atatu berhitung yang seharusnya mereka lakukan.

Apakah kesulitan belajar itu ? ???


Kesulitan belajar dapat menghinggapi seseorang dalam kurun waktu yang lama. Beberapa kasus
memperlihatkan bahwa kesulitan ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, baik itu
disekolah, pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan keluarga, atau bahkan terkadang dalam
hubungan persahabatandan bermain. Beberapa penderita menyatakan bahwa kesulitan ini
berpengaruh pada kebahagiaan mereka. Sementara itu, bagi penderita yang lain, gangguan ini
menghambat proses belajar mereka, sehingga tentu saja pada gilirannya juga akan berdampak
pada aspek lain dari kehidupan mereka. Terkadang seseorang seseorang juga mengalami
berbagai kesulitan belajar yang salling tumpang tindih, sementara itu yang lainnya ada yang
hanya menglami satu macam kesulitan belajar saja. Sehingga hanya sedikit pengaruhnya bagi
aspek dari kehidupan mereka.
Apakah jenis-jenis kesulitan belajar itu???
Mengenali kesulitan belajar jelas berbeda dengan mendiagnosis penyakit cacar atau campak.
Berbeda dengan LD yang sangat rumit dan meliputi begitu banyak kemungkinan penyebab,
gejala-gejala, perawatan serta penanganan. LD yang memelikik beragam gejala ini, sangatlah
sulit untuk diadiagnosis dan dicari penyebabnya secara pasti. Hingga saat ini, belum ditemukan
obat atau perawatan yang sanggup menyembuhkan mereka sepenuhnya.
Tidak semua kesulitan dalam proses belajar dapat disebut LD. Sebagian anak mungkin hanya
mengalami kesulitan dalam mengembangkan bakatnya. Kadang-kadang seseorang
memperlihatkan kewajarannya dalam perkembangan alaminya, sehingga tampak seperti
penderita LD, namun ternyata hanyalah keterlambatan dalam proses pendewasaan diri saja.
Sebenarnya para ahli telah menentukan kriteria-kriteria pasti dimana seseorang dapat dinyatakan
sebagai penderita LD.
Kesulitan belajar dapat dibagi 3 kategori besar :
1. Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
2. Permasalahan dalam hal kemampuan akademik
3. Kesulitan lainnya, yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasi gerakan anggota tubuh serta
permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori diatas.

1. Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa


Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan belajar
yang dialami seorang anak. Orang yang mengalami kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam
menghasilkan bunyi –bunyi bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui
penggunaan bahasa yang benar, atau memahami apa yang orang lain katakan.
Berdasarkan definisi gangguan ini, maka kita dapat meringkaskan ciri-ciri spesifiknya sebagai
berikut :
 Keterlambatan dalam hal pengucapan bunyi bahasa. Anak-anak yang mengalami gangguan ini
biasanya mengalami masalah dalam mengucapkan sesuatu dengan tepat.
 Keterlambatan dalam hal mengekspresikan pikiran atau gagasan melalui bahasa yang baikdan
benar.
 Keterlambatan dalam hal pemahaman bahasa
2. Gangguan kemampuan akademik
Siswa-siswa yang mengalami gangguan akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya
demi meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan bewrhitung mereka. Seseorang dapat
didiagnosis mengalami gangguan ini, bisa mengalami :
 Keterlambatan dalam hal membaca
Tipe gangguan ini disebut juga dengan dileksia. Pada kenyataannya, kesulitan membaca dialami
oleh 2-8 persen anak sekolah dasar.
 Keterlambatan dalam hal menulis
Menulis juga memerlukan koordinasi berbagai bagian dan fungsi otak. Bagian-bagian otak yang
mengatur perbendaharaan kata, tata bahasa, gerakan tangan, dan ingatan harus berada dalam
kondisi serta koordinasi yang baik. Permasalahan dalam hal ini dapat mengakibatkan gangguan
dalam kemampuan menulis seseorang.
 Keterlambatan dalam hal berhitung
3. Gangguan belajar lainnya
DSM juga mencatat kategori tambahan, seperti gangguan kemampuan motorik dan gangguan
perkembangan khusus yang belum diklasifikasikan. Gejala-gejala adalah keterlambatan atau
keterbelakangan dalam memahami bahasa, kemampuan akademis serta motorik yang pada
gilirannya memengaruhi kemampuannya untuk memelajari sesuatu. Tetapi bedanya, itu semua
tidak sesuai kriterianya dengan jenis-jenis keterlambatan belajar yang telah kita bahas
sebelumnya. Gejala-gejala ini juga mencakup gangguan koordinasi tubuh pada gilirannya dapat
mengakibatkan buruknya tulisan seseorang, dan begitu pula halnya dengan kesulitan mengeja
serta mengingat.
Kesulitan dalam memusatkan perhatian
Hampir 4 juta anak sekolah menderita kesulitan belajar. Berdasarkan data yang ada 20 % dari
mereka mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Anak-anak maupun orang dewasa
yang menderita kesulitan dalam memusatkan perhatian biasanya gemar melamun secara
berlebihan. Kendati demikian, saat mereka berhasil memusatkan perhatian pada suatu hal, maka
perhatian itu dengan segera mudah buyar kembali.
Jika mengamati keseluruhannya penderita ADHD ( Attention Deficit Hiperactivity Disorder =
gangguan hiperaktif memusatkan perhatian) pada diri anak-anak, yang sebagian besar diderita
anak laki-laki, ganguan perhatian sering diikuti dengan sikap yang hiperaktif. Dalam orang
dewasa sikap hiperaktif sering tampak dalam wujud kegugupan dan kegelisahan. Namun ,
masalah yang berkaitan dengan perhatian dan konsentrasi it uterus berlanjut hingga mereka
dewasa.
Kesulitan dalam memusatkan perhatian, baik yang disertai sikapm hiperktif, ataupun tidak, tidak
dianggap sebagai kesulitan belajar. Kendati demikian, kesulitan dalam memusatkan perhatian
dapat mempengaruhi performa akademis seseorang secara serius, dimana gangguan ini kerap
menyertai kelemahan dalam kemampuan akademis.
 Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar
Salah satu pertanyaan utama yang dikemukakan orang tua tatkala diberi tahu bahwa anak mereka
menderita kesulitan belajar adalah : “ mengapa hal ini dapat terjadi ? dimanakah letak kesalahan
yang telah kami lakukan?”.
Para ahli kesehatan jiwa menekankan bahwa sehingga saat ini masih belum ada seseorang pun
yang mengetahui secara pasti sebab musabab kesulitan belajar. Oleh karena itu, mereka tidak
sanggup membantu para orang tua untuk menemukan penyebab pasti dari gangguan kejiwaan ini
serta melakukan tindakan pencegahan. Terlalu banyak kemungkinan yang diduga menjadi
penyebab dari keterlambatan belajar. Sesungguhnya, jika direnungkan lebih mendalam, lebih
penting bagi keluarga keluarga penderita untuk menemukan cara penyembuhan yang tepat.
Sebagian ahli pernah mengemukakan bahwa gangguan belajar disebabkan oleh gangguan saraf.
Tetapi penelitian yang dikosong oleh NIMH telah membantu kita untuk menyadari bahwa
penyebab kesulitan belajar itu benar-benar kompleks dan luas. Bukti mutakhirmmemperlihatkan
bahwa sebagian besarr keterlambatan belajar tidak hanya berkaitan dengan bagian otak tertentu,
tetapi karena kesulitan dalam menyalurkan berbagai informasi yang datang dari berbagai bagian
otak secara bersama-sama.
Dewasa ini, teori yang paling banyak penganutnya menyatakan bahwa kesulitan belajar itu
disebabkan oleh kerusakan sususnan dan fungsi otak. Dalam kasus-kasus tertentu, sebagian para
ahli menyakini bahwa kerusakan terjadi sebelum sang anak dilahirkan.
Gangguan perkembangan otak semasa bayi masih berupa janin
Selama kahamilan, otak janin telah berkembang dari bentuk sel tunggal menjadi suatu organ
yang terdiri dari milyaran sel saraf yang saling terkait satu sama lain, serta masing-masing
memiliki fungsi khususnya yang disebut neuron. Selam proses evolusi yang menarik ini,
mungkin tejadi kesalahan dalam pembelahan sel, sehingga menyebabkan cacat pada neuron atau
hilangnya ikatan anatarneuron tersebut.
Sepanjang masa kehamilan, perkembangan otak ini rentan sekali mengalami gangguan. Jika
gangguan atau permasalahan terjadi pada masa awal kehamilan, maka sang janin mungkin sekali
akan mati, atau bila sempat lahir akan mengalami rcacat bawaan serta gangguan mental. Jika
gangguan ini terjadi belakangan, dimana sel-sel spesifik telah terbentuk dan berada pada
tempatnya mnasing-masing maka cacat yang mungkin terjdi adalah berupa bentuk sel yang tak
semestinya, salah lokasi, atau gangguan hubungan anatrsel. Beberapa ilmuan menyakini bahwa
cacat ini kelak dapat terwujud dalambentuk keterlambatan belajar.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan otak
Dengan menggunakan hewan sebagai objek penelitian, para ilmuwan di NIHM serta fasilitas
riset lainnya sedang berusaha melacak faktor-faktor apa saja yang mungkin memengaruhi
perkembangan otak. Dengan mempelajari proses perkembangan otak normal, ilmuwan akan
dengan mudah mengetahui ketidak menguji bagaimana gen, penganiyaan, obat-obatan terlarang,
dan racun dapat memengaruhi perkembangan otak.

 Faktor Genetik
Fakta yang memperlihatkan bahwa keterlambatan belajar cenderung terjadi pada anggota
keluarga tertentu, mendorong para ahli untuk mencoba mengaitkan keterlambatan belajar ini
dengan faktor genetik. Sebagai contoh, anak-anak yang memiliki kelemahan dalam membaca,
dan demikian pula halnya dengan kesulitan dalam memedukan berbagai bunyi bahasa dan kata
sehingga menjadi kesatuan makna, kebanyakan memiliki orangtua yang juga mengalami masalah
serupa. Kendati demikian, kesulitan belajar yang dialami orang tua sedikit berbeda dengan yang
dialami anaknya. Orangtua yang menderita kelemahan dalam menulis kemungkinan memiliki
anak yang mengalami kesulitan dalam mengepresikan gagasan atau idenya dengan bahasa yang
baik dan benar. Inilah alasan mengapa kesulitan belajar tampaknya tidak diturunkan secara
langsung. Apa yang mungkin diturunkan adalah disfungsi otak yang dapat mengarah pada
kesulitan belajar.
Barang kali terdapat penjelasan alternatif tentang mengapa LD seolah-olah diturunkan dalam
suatu keluarga. Beberapa wujud kesulitan belajar juga dipengaruhi lingkungan keluarga. Sebagai
contoh, orangtua mengalami kesulitan dalam berbahasa barangkali akan berbicara lebih sedikit
kepada anaknya, atau bahasa yang digunakan orangtua kepada anaknya itu juga tidak benar.
Dalam kasus semacam ini, sang anak telah memiliki teladan yang salah dalam hal berbahasa
dengan benar. Itulah sebabnya mengapa sang anak tampak mengalami kesulitan berbahasa.
 Tembakau, Alkohol, dan Penggunaan Obat-obatan lainnya
Obat-obatan yang dikonsumsi seorang ibu dapat memberi dampak langsung pada janin yang
dikandungnya. Penelitian memperlihatkan bahwa seorang ibu yang merokok, mengonsumsi
alkohol, atau obat-obatan terlarang selama kehamilannya, kemungkinan akan memberikan
pengaruh buruk pada bayi yang dikandungnya. Oleh karenanya, untuk mencegah terjadinya
dampak negatif pada bayi selama dalam kandungan ini, pusat kesehatan amerika serikat
mendukug upaya penyadaran masyarakat akan dampak buruk alkohol , minuman keras, dan
obat-obatan terlarang lainnya.
 Masalah selama kehamilan dan kelahiran
Kemungkinan yang menjadi penyebab lain dari kesulitan belajar adalah jugga menyangkut
komplikasi selama kehamilan. Dalam beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh seorang ibu
bereaksi terhadap janin dan menyerang seolah-olah ia adalah infeksi penyakit yang menyerang
sang ibu. Permasalahan semacam ini mungkin menyebabkan sel-sel otak baru terposisikan pada
bagian yang salah dalam otak. Selain itu, selama proses kelahiran, tali pusat mengalami
pembelitan sehingga menghambat aliran oksigen ke janin. Hal ini pada gilirannya melemahkan
fungsi otak dan menyebabkan LD.
 Racun dilingkungan sekitar anak-anak
Selama setahun setelah sang bayi dilahirkan, sel-sel otak baru dan jaringan saraf masih terus
berkembang. Sel-sel ini juga rentan terhadap kerusakan.
Pada peneliti juga meneliti racun-racun yang terdapat diseputar anak-anak dimana racun ini
berpotensi menyebabkan kesulitan belajar dan merusak pertumbuhan sareta berfungsinya otak
seorang anak. Kadnium dan timah hitam, yang banyak ditemukan dilingkungan sekitar kita,
menjadi fokus utama penelitian saraf. Kadnium yang digunakan dalam proses pembuatan produk
baja, dapat dengan mudah ditemukan dalam tanah dan makanan yang kita makan. Timah hitam
banyak tergantung dalam cat, bahan bakar, dan juga pipa air. Penelitian terhadap binatang, yang
disponsori oleh Lembaga Kesehatan Nasional menunjukkan adanya hubungan antara timah
hitam dan kesulitan belajar. Tikus yang terkontaminasi oleh timah hitam, mengalami perubahan
pada gelombang otaknya, sehingga memperlambat kemampuan belajarnya. Masalah dalam
belajar ini berlangsung selama beberapa minggu dan berakhir ketika tikus itu tidak
terkontaminasi timah hitam.

 Benarkah kesulitan belajar berhubungan dengan perbedaan pada otak


Ketika meneliti orang yang mengidap kesulitan belajar, para ahli telah menemukan beberapa
perbedaan dan fungsi pada otak. Contoh, penelitian terbaru menyatakan adanya kemungkinan
variasi dari berbagai otak yang disebut planum temporale, area yang berhubungan dengan bahasa
yang ditemukan pada kedua belahan otak. Pada penderita disleksia, kedua bagian tersebut
mempunyai ukuuran yang sama. Sebaliknya, pada orang normal, bagian kiri planum temporale
memiliki ukuran lebih besar. Sebagian peneliti yakin bahwa kesulitan belajar membaca
dipengaruhi oleh perbedaan ini.
Bantuan apa yang bisa dilakukan ???
Langkah pertama dalam mengatasi masalah ini adalah dengan menyadarinya. Tatkala seorang
bayi dilahirkan orang tua sangat berharap dapat melihat buah hatinya melangkahkah kaki untuk
pertama kalinya dimuka bumi ini. Selain itu ia berharap dapat mendengar kata-kata pertama.
Dokter atau bidan akan memantau perkembangan awal anak itu. Pada tabel pertumbuhan seorang
anak, telah tercantum tanda-tanda serta tingkatan perkembangan yang seharusnya dialami seiring
dengan bertambahnya usia sang anak.
Ada yang mengatakan bahwa orangtus adalah orang pertma yang selalu menyadari
keterlambatan perkembangan yang dialami anaknya semasa awal masa pertumbuhan. Sementara
itu, dokter lebih banyak menemukan permasalahan secara fisik, seperti tanda-tanda kerusakan
otak minor otak. Namun fakta yang terjadi dilapangan memperlihatkan bahwa guru dikelaslah
yang sebenarnya pertama kali menemukan kesulitan belajar yang dialami murid-muridnya dalam
hal membaca, menulis, serta menghitung. Karena tugas-tugas sekolah semakin sulit dan rumit,
maka anak-anak yang menderita kesulitan belajar mengalami kesulitan menerima pelajaran.
Kesulitan belajar yang dialami anak-anak yang sopan dan pendiam dikelas kemungkinan besar
sulit dideteksi. Anak-anak dengan kepandaian diatas rata-rata, yang tetap berhasil naik kelas
ditengah-tengah kesulitannya itu, juga sulit dideteksi.
Ini berbeda dengan anak-anak yang hiperaktif yang lebih mudah dideteksi dengan jalan
memantau tindakannya yang terlampau aktif itu. Hiperaktif biasanya diawali saat anak berusia 4
tahun, dan sulit dideteksi hingga anak itu masuk sekolah.
Apa yang harus dilakukan oleh orangtua, dokter, dan guru bila tahapan perkembangan awal anak
tampak terganggu pada usia dini ? terkadang akan lebih baik bagi kita untuk bersabar dengan
memberikan sedikit waktu kepada otak agar dapat berkembang lebih matang lagi. Tetapi, jika
tahapan perkembangan yang seharusnya dicapai itu telah tertunda cukup lama dan keluarga kita
mempunyai sejarah orang-orang yang mengalami kesulitan belajar pula, maka anak itu harus
segera mungki menerima pertolongan. Pendidikan dan dokter yang merawat anak itu dapat
menyarankan serta memberikan penyuluhan mengenai tempat pendidikan serta perawatan yang
sesuai dengan kebutuhan sang anak.
Bagaimana kesulitan belajar secara formal didiagnosis ??
Secara harfah, kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang dimiliki
seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai orang itu pada umur
tersebut. Maksudnya adalah seorang anak berumur 10 tahun yang berbicara seperti anak berumur
6 tahun kemungkinan tidak mengalami kesulitan berbicara dan berbahasa. Disisi lain, seorang
anak kelas 5 dengan IQ 100 yang tidak dapat menulis kalimat sederhana, pasti mengidap LD.
Kesulitan belajar secara informal dapat dikenali dari keterlambatan dalam perkembangan
kemampuan seorang anak. Keterlambatan selama 2 tahun awal dipandang sebagai sesuatu yang
penting. Sedangkan bagi murid yang lebih tua, penundaan ini tidak dipermasalahkan. Jadi,
seorang anak tidak selalu dicurigai menderita kesulitan, kecuali bila ada keterlamabatan
perkembangan selama lebih dari 2 tahun. Meskipun demikian, diagnosis yang sebenarnya
terhadap kesulitan belajar dilakukan dengan metode uji standar yang membandingkan tingkatan
kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang dianggap normal.
Sebagai contoh, pada akhir kelas 5, Susan tidak dapat menjumlahkan dua angka, meskipun di
gemar bersekolah dan memperoleh nilai bagus dalam mata pelajaran lainnya. Ibunya membawa
Susan ke klinik, yang menguji kemampuan matematika dasar Susan. Hasil pengujian
memperlihatkan bahwa kemampuan matematika Susan terlambat selama beberapa tahun.
Untungnya, kenyataan ini malah mendorong Susan untuk belajar lebih keras. Selain itu, hasil
pengujian juga tidak mendapati adanya penyebab gangguan lainnya, seperti kurangnya
motivaswi atau gangguan penglihatan. Susan secara resmi didiagnosis menderita satu jenis
keterlambatan belajar tertentu saja.
Hasil uji tidak hanya tergantung pada kemampuan aktual anak, tetapi juga reabilitas pengujian
itu serta kemampuan sang anak untuk memperhatikan dan memahami pertanyaannya. Anak-anak
dengan kelemahan dalam memusatkan perhatian serta sikap hiperaktinya, kemungkinan besar
akan memperoleh nilai di bawah kemampuannya yang sebenarnya.
Menguji anak diruang terpisah terkadang dapat membantu anak memperoleh konsentrasi dan
nilai uji yang lebih tinggi.
Masing-masing tipe LD didiagnosis dengan cara yang sedikit berbeda. Untuk mendiagnosis
kesulitan berbicara dan berbahasa, ahli terapi wicara menguji cara pelafalan bunyi bahasa anak-
anak, kosakata, dan pengetahuan tata bahasa serta membandingkannya dengan kemampuan anak
sebaya mereka yang normal. Ahli psikolog menguji kecerdasan anak-anak, sedangkan doter
memeriksa apakah sang anak menderita infeksi pada telinganya atau tidak. Untuk mengatasi
masalah pendenagaran, dapat berkonsukltasi dengan seorang spesialis THT.
Sehubung dengan gangguan kemampuan atau perkembangan akademis yang mencakup
membaca, menulis, dan berhitung maka pengujiannya dilakukan dengan metode uji standar.
Selanjutnya,penglihatan dan pendengaran anak diperiksa untuik memastikan bahwa murid
tersebut dapat melihat huruf dengan jelas dan mampu mendenagr dengan baik. Para spesialis
juga mengecek jika anak-anak tersebut sudah ketinggalan banyak pelajaran. Sangatlah penting
untuk memperhatikan bahwa penanganan gangguan belajjar itu sangatlah berbeda dengan upaya
untuk mengejar ketertingglan pelajar di sekolah.
ADHD didiagnosis dengan jalan mengamati kebiasaan sehari-hari, seperti rasa gelisah
berlebihan, sering kehilangan sesuatu, gemar menyela pembicaraan orang lain, dan terlalu
banyak bicara. Gejala-gejala lainnya juga meliputi ketidaksanggupan untuk tetap duduk tenang,
mengerjakan tugas, atau menunggu giliran. Diagnosis ADHD dibuat hanya pada saat anak
menunjukkan kebiasaan yang hiperaktif melebihi anak-anak lain seusianya.
Jika sekolah gagal mengnali keterlambatan belajar, orangtua dapat mencari alternatif lain. Dalam
kasus Susan, ibunya memilih untuk membawanya ke sebuah klinik untuk diuji. Kemudian ia
membawa dokumen hasil pengujiannya itu ke sekolah. Setelah mengamati hasil diagnosis yang
dibawa ibu Susan, sekolah diwajibkan untuk menyediakan program pendidikan sesuai dengan
kebutuhan Susan.
Orang tua mengetahui setiap langkah evaluasi yang dilakukan oleh sekolah tersebut. Otrangtua
harus mengeti bahwa mereka dapat menolak keputusan sekolah bila tidak setuju dengan hasil
diagnosis yang dilakukan tim pendiagnosis. Sebagaimana yang dilakukan oleh Ibu Ssussan
dengan membanya ke klinik,,orang tuanya selalu memiliki hak untuk mendenagrkan pendapat
yang berasal dari pihak kedua.
Bagaimana upaya keluarga untuk mengatasinya ???
Efek gangguan atau kesulitan belajar ini adalah dapat mempernagruhi teman, keluarga, dan
lingkungan sekolah serta tempat meraka bekerja. Anak yang bermasalah akap menyerap apa saja
yang dikatakn oleh orang lain secara serampang mengenai diri mereka. Mereka mungkin
melabeli dirinya sendiri dengan “terbelakang” , “lambat”, atau “berbeda”. Kadang-kadang
mereka tidak memahami letak perbedaan mereka dengan orang normal, tetapi yang pasti mereka
merasakan betapa menyakitkannya hal itu. Penderitaan atau rasa malu yang ia alami dapat
menyebabkan mereka bereaksi dengan berbagai cara, mulai dari penarikan diri sepenuhnya
terhadap orang-orang di sekitar mereka hingga memasang sikap bermusuhan. Seperti misalnya,
Wallance terlibat perkelahian. Mereka dapat memutuskan untuk berhenti belajar, dan akhirnya
mengalami putus sekolah, atau bertindak seperrti Susan yang mengisolasi dirinya serta terjatuh
ke dalam depresi kejiwaan.
Anak yang menderita kesulitan belajar dan memusatkan perhatian akan menghadapi kesulitan
dalam mendapatkan teman. Jadi, anak yang menderita ADHD, kemungkinan memiliki kebiasaan
untuk menarik diri dan bertengkar. Anak dengan kesulitan belajar kemungkinan besar lebih jauh
menyukai bergaul dengan ank seusianya lebih muda, tetapi memiliki level kemampuan yang
sama. Anak-anak ini mungkin juga menjadi penyebab dari masalah-masalah social. Orang
penderita LD seringkali tidak mampu mengartikan suara, nada atau ekspresi wajah, hingga
timbul kesalahpahaman yang menyebabkan mereka bersikap tidak sopan, dan tidak menanggapi
lawan bicaranya.
Tanpa bantuan orang professional, situasi ini menjadi tidak terkontrol. Semakin banyak
kegagalan yang mereka hadapi, makin besar pula kemungkinan mereka melakukan tindakan
dengan maksud melampiaskan rasa frustasi dan rendahnya rasa PD. Semakin sering mereka
melampiaskannya, semakin sering pula mereka harus menerima hukuman, sehingga pada
gilirannya makin menurun rasa PD mereka. Wallance kerap mengamuk dan berkelahi karena
diejek atas kelemahannya dalam pengucapan kata-kata tertentu, sehingga sering dikeluarkan dari
sekolah. Ini memperlihatkan pada kita bahwa betapa pentingnya bantuan orang professional itu.
Memiliki anak yang mengalami kesulitan belajar menyebabkan keluarga menanggung beban
emosional. Orangtua sering mengalami beban emosional, penolakan, sikap menyalahkan diri
sendiri, frustasi, marah dan putus asa. Saudara anak tersebut sering kali diabaikan oleh orang
tuanya sehingga menjadi iri hati.
Bimbingan konseling sangat membantu orang yang mengalami keterlambatan belajar beserta
keluarganya. Konseling dapat membantu memengaruhi anak-anak, remaja, serta dewasa untuk
mengembangkan rasa pengendalian diri yang lebih besar serts sikap positif terhadap kemampuan
mereka sendiri. Berbicara dengan seorang konselor dapat membantu anggota keluarga
meringankan beban penderitaan mereka serta memperoleh dukungan dan rasa aman.
Banyak orang tua merasa bahwa bergabung dengan suatu kelompok penduduk daapa
menimbulkan perbedaan. Kelompok pendukung dapat menjadi sumber informasi, saran-saran
praktis serta saling mengerti satu sama lain. Buku-buku hasil karya para pendidik serta ahli
kesehatan mental dapat pula membantu.
Terapi perubahan kebiasaan atau perilaku juga bias membantu anak hiperaktif dan lambat
belajar. Dengan melakukan perubahan kebiasaan, anak segera memperoleh hadiah yang nyata
bila mereka dapat berlaku sepatutnya. Perolehan hadiah itu dapat membantu seorang anak untuk
belajar mengendalikan tindakannya, baik dirumah maupun di sekolah. Konselor sekolah atau
pribadi dapt menjelaskan metode perubahan kebiasaan ini serta menyarankan hadiah yang sesuai
bagi anak kepada orangtua dan guru.
Orang tua dan guru dapat membantu menciptakan latihan-latihan dan suatu kondisi bagi si anak
agar mendorngnya kea rah keberhasilan. Mereka dapat menemukan cara membantu sang anak
membangun diri atas dasar kekuatannya sendiri dan berupaya sekuat tenaga berdasarkan
kemampuannya sendiri. Cara ini bias dilakukan dengan sengaja menatap mata anak yang
menderita gangguan pemusatan perhatian sebelum berbicara dengannya. Sedangkan bagi remaja,
yang mengalami permasalahan bahasa, tugas-tugas latihan dapat dijelaskan dengan gambar dan
diagram. Bagi siswa yang menderita masalah dalam hal menulis tangan serta mengeja, maka
masalah dapat dipecahkan dengan menggunakan software pengolahan kata yang dapat
memeriksa ejaa. Seorang konselor dapat mengidentifikasi solusi praktis yang memudahkan sang
anak dan keluarga untuk menangani hal ini dari hari ke hari.
Setiap anak perlu menumbuhkan rasa kompetensi dan cinta. Bila anak menderita keterlambatan
belajar, maka orang tua perlu bekerja lebih keras untuk mengembangkan rasa PD anak mereka
dan kemampuan untuk membangun relasi yang sehat dengan orang lain. Membangun
kepercayaan diri dan hubungan yang baik dengan orang lain sama berharganya dengan
mengembangkan kemampuan akademis.
Dapatkah kesulitan belajar diatasi atau disembuhkan???
Meski banyak orang yang tidak mampu mengatasi kelemahan fungis otak mereka, tetapi mereka
belajar untuk menyesuaikan diri dan menjalani kehidupan ini. Jadi, meskipun gangguan
keterlambatan belajar itu tidaklah lenyap, namun dengan memberikan penagalamna belajr yang
benar, seseorang dapat memiliki kemampuan yang luar biasauntuk belajar. Fleksibilitas otak
untuk mempelajari kemampuan baru ini barangkali merupakan hal terbesar dalam tahun-tahun
awal kehidupan seorang ank, dan akan hilang setelah masa pubertas. Inilah sebabnya mengapa
intervensi didi itu begitu penting. Terlepas dari semua itu, kita harus mempertahankan
kemampuan belajar seumur hidup kita.
Walaupun keterlambatan belajar tidak dapat disembuhkan, namunmasih ada secercah harapan.
Karena gangguan dalam hal belajar mencerminkan keterlambatan perkembangan, maka banyak
anak yang pada akhirnya terperangkap. Dari seluruh masalah pada pengucapan atau bahasa, anak
yang memiliki keterlambatan artikulasi atau pengekspresian bahasa tampak yang paling tidak
memiliki masalah berkepanjangan. Terlepas dari ketrerlambatan itu, akhirnya banyak anak yang
belajar berbicara juga.
Bagi orang yang menderita dialeksia, harapnnya bercampur aduk. Tetapi, program pembacaan
pengobatan yang layak bias membantu orang itu mencapai kemajuan yang pesat. Seiring dengan
bertambahnnya usia, bantuan yang tepat dari orang tua serta ahli kejiwaan dapat menjadikan
anak penderita ADHD lebih baik sehngga bias menekan sifat hiperaktif mereka. Akhirnya,
mereka bias mewujudkan kebiasaan yang dapat diterima oleh orang-orang disekitar mereka.
D. Kecakapan dasar yang diberikan
Oleh sekolah dasar ( SD) kepada anak
Secara ideal kecakapan-kecakapan itu harus meliputi aspek-aspek jasmani dan aspek-aspek
rohani yang bersifat positif. Sedang aspek-aspek rohani yang bersifat negatif harus ditekan atau
dihalangi perkembagannya. Semua aspek itu dikembangkan dengan diberi rangsangan dari luar,
baik dengan menggunakan faktor-faktor luar yang bersifat sosial maupun non sosial. Paduan
antara kebudayaan akan menyebabkan timbulnya aktivitas pada anak, dalam bentuk belajar,
sebagai transfer dari aktivitas yang telah dimiliki oleh anak sebelumnya, yaitu yang di dalam
bentuk bermain. Inilah sebabnya mengapa pelajaran-pelajaran di SD harus disajikan kepada
anak-anak dengan bentuk permainan dan aktivitas anak tersebut, disebut belajar sambil belajar.
Kesukaran-kesukaran mungkin juga terjadi, oleh karena bahan-bahan tersebut harus pula
mengandung sesuatu yang baru, yang akan menjadi umpan pula bagi anak untuk perkembangan
selanjutnya. Namun sejauh kesukaran itu masih dalam jangkauan kesanggupan anak, anak akan
selalu berusaha untuk mengatasinya. Dalam hal ini 2 alternatif akan dilakukan, yang pertama
akan dicobanya terus menerus sehingga titik kekuatannya yang terakhir ia meminta bantuan guru
atau pembimbing.
Adapun secara praktis kecapan-kecapan yang dapat diberikan oleh SD kepada anak-nak ialah
semua kecakapan yang diorganisasi di dalam program pelajaran SD, sesuai dengan kurikulum
yang berlaku. Antara lain :
1. Berbahasa
Penguasaan bahasa :
a. Pasif
1) Lisan ( mendengarkan )
2) Tulis ( membaca )
 Membaca tehnis
 Membaca bahasa
 Membaca syair
 Membaca diam
b. Aktif
1) Lisan (becakap-cakap)
2) Tulis ( mengarang )
2. Bernyanyi
3. Berhitung
4. Menggambar
5. Beragama
6. Berbuat susila
7. Berketerampilan
8. Olahraga
9. Berpengetahuan tentang IPA
Kecakapan ini diberikan kepada anak setelah anak-anak mencapai perkembangan daya
abstraknya, sehingga memadai untuk menerima pelajarannya sekalipun masih tingkat dasar.
Misalnya tentang hal adanya tekanan udara, air dan benda-benda.
10. Berpengetahuan tentang IPS
Kecakapan inilah yang menduduki tempat agak berat bagi anak, oleh karena sering harus
dicapai dengan daya ingatan semata-mata. Untuk ini guru harus berusaha menanamkan cara
mempelajarinya dengan bermacam-macam metode sesuai dengan tipe-tipe anak. Isalnya anak
yang bertipe motorik, lain dari anak yang bertipe visual lain dengan anak yang bertipe auditif.
Beberapa contoh dalam usaha membendung pengaruh negatif terhadap usaha membentuk pribadi
anak itu dapat antara lain dengan jalan :
 Sekolah memberi kesibukan dengan memasukkan anak-anaknya dalam gerakan pramuka, latihan-
latihan olahraga, kesenian, keterampilan, pekerjaan rumah dan sebagainya
 Keluarga mengisi waktu-waktu senggang anaknya, dengan melatih membereskan pakaian sendiri,
memperkaya perpustakaan, membantu ibu membersihkan halaman, lantai, dinding, dan lain-lain
 Masyarakat membantu dengan membentuk kelompok-kelompok hobby dalam klub olahraga,
kesenian dan sebagainya.

LANGKAH-LANGKAH BIMBINGAN DAN KONSELING (PENYULUHAN)

PENDAHULUAN

Setelah mengetahui apa pengertian bimbingan dan konseling (peyuluhan). Seorang konselor
harus mengetahui langkah-langkah bimbingan dan konseling, dalam arti mengetahui cara apa saja yang
dilewati seorang konselor menghadapi siswa yang bermasalah.

Bedasarkan paragraph di atas, dalam pembahasan makalah ini, kami membahas mengenai
langakah-langkah bimbingan dan konseling. Pembahasan ini akan meliputi :
A. Mengidentifikasi kebutuhan, tantangan, dan masalah peserta didik

B. Menganalisis kebutuhan, tantangan, dan masalah dan latar belakang peserta didik.
C. Mengetahui pemberian layanan bimbingan.

PEMBAHASAN
A. Mengidentifikasi kebutuhan, tantangan, dan masalah peserta didik

Menurut Dewa Ketut dan Desak Made, langkah-langkah Mengidentifikasi kebutuhan, tantangan,
dan masalah peserta didik di sekolah terlebih dahulu diadakan Langkah Analisis, Langkah Sintesis dan
selanjutnya diadakan Langkah Diagnosis, dan Prognosis. (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,:
30). Sedangkan menurut Syahril dan Riska, menyatakan terlebih dahulu diadakan; Identifikasi Kasus, dan
Diagnosis.

1. Langkah Analisis

Menurut Dewa Ketut dan Desak Made. Langkah Analisis “adalah langkah memahami kehidupan
individu siswa, yaitu dengan cara mengumpulkan dari berbagai sumber. Dengan arti lain analisis
merupakan kegiatan pengumpulan data tentang siswa yang berkenaan dengan bakat, minat, motif,
kesehatan fisik yang dapat menghambat atau mendukung penyesuaian diri siswa. Alat-alat untuk
keperluan analisis ini antara lain berupa; Tes prestasi belajar, Kartu pribadi siswa, Pedomana
wawancara, Riwayat hidup, Catatan anekdot, Tes psikologis/Inventori, Daftar cek masalah, Angket,
Sosiometri, dan Daftar cek.” (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, : 30).

2. Langkah Sintesis

Menurut Dewa Ketut dan Desak Made “Sintesis adalah langkah menghubungkan dan
merangkum data. Ini berarti bahwa dalam langkah sintesis peyuluhan mengorganisasian dan
merangkum data sehingga tampak dengan jelas gejala-gejala atau keluhan-keluhan siswa. Rangkuman
data ini haruslah dibuat berdasarkan data yang diperoleh dalam langkah analisis.” (Dewa Ketut Sukardi
dan Desak Made Sumiati, : 31).

3. Identifikasi Kasus

Tingkah laku seorang peserta didik yang harus dipahami oleh guru. Jikalau tingkah laku murid itu
tidak seperti biasanya di dalam kelas. Maka guru harus mencari tahu apa permasalahan yang di hadapi
peserta didik. Dengan kata lain juga disebut dengan istilah identifikasi kasus. Menurut Syahril dan Riska,
1987 “identifikasi kasus yaitu usaha menemukan/menentukan siswa yang perlu mendapat bimbingan.
Cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan ini adalah dengan jalan analisis hasil belajar, analisis
karya tulis, pengisian DPM, observasi, sosiometri, dan sebagainya. (Syahril dan Riska, 1987:86).

Artinya pada langkah ini, guru mengenali gejala-gejala awal suatu masalah yang dihadapi siswa.
Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan
memperhatikan gejala-gejala yang nampak, itulah yang disebut identifikasi kasus, kemudian dianalisis
dan selanjutnya dievaluasi.

Di dalam situs massofa.wordpress, 2008 menceritakan seorang siswa; “Benin seorang siswa
yang mempunyai prestasi belajar yang bagus, untuk semua mata pelajaran ia memperoleh nilai diatas
rata-rata kelas. Dia juga disenangi teman-teman maupun guru karena pandai bergaul, tidak sombong,
dan baik hati. Sudah dua bulan ini Benin berubah menjadi agak pendiam, prestasi belajarnyapun mulai
menurun. Sebagai guru Bimbingan Konseling, ibu Heni mengadakan pertemuan dengan guru untuk
mengamati Benin. Dari hasil laporan dan pegamatan yang dilakukan oleh beberapa orang guru, ibu Heni
kemudian melakukan evaluasi berdasarkan masalah Benin dengan gejala yang nampak. Selanjutnya
dapat diperkirakan jenis dan sifat masalah yang dihadapi Benin tersebut. Karena dalam pengamatan
terlihat prestasi belajar Benin menurun, maka dapat diperkirakan Benin sedang mengalami masalah
‘kurang menguasai materi pelajaran’. Perkiraan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan langkah
selanjutnya yaitu diagnosis.” (wordpress.com, 2008).

4. Diagnosis

Setelah mengadakan identifikasi kasus atau dengan arti kata memperkirakan apa yang terjadi
pada peserta didik, maka diadakan analisis masalah yang dihadapi peserta didik atau dengan kata lain
menetapkan “masalah” yang berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya
masalah, atau disebut dengan “diagnosis.”

Di dalam situs wikipedia, “diagnosis adalah identifikasi mengenai sesuatu. Diagnosis digunakan
dalam medis, ilmu pengetahuan, teknik, bisnis, dll.” (wikipedia.com). Sedangkan menurut Dewa Ketut
dan Desak Made, Diagnosis adalah langkah menemukan masalahnya atau mengindentifikasi masalah.
(Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,: 31). Selanjutnya Dewa Ketut dan Desak Made
menjelaskan “langkah ini mencakup proses interpretasi data dalam kaitannya dengan gejala-gejala
masalah, kekuatan dan kelemahan siswa. Dalam proses penafsiran data dalam hubungannya dengan
penyebab masalah, peyuluhan haruslah menentukan penyebab masalah yang paling mendekati
kebenaran atau menghubungkan sebab akibat yang paling logis dan rasional.” (Dewa Ketut Sukardi dan
Desak Made Sumiati,:31).

Dijelaskan oleh Syahril dan Riska Langkah diagnosis atau langkah yang kedua ini (dalam
bukunya) adalah “untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitan serta latar belakang masalah yang dihadapi
seseorang. Berdasarkan langkah kedua inilah kita dapat menetapkan apa kira-kira masalah seseorang
serta apa penyebab dari masalah tersebut.” (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86). Selanjut Syahril dan
Riska menjelaskan “Cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan ini adalah dengan jalan analisis
hasil belajar, analisis karya tulis, sosiometri, DPM, PSKB, angket, wawancara, observasi, pertemuan
kasus, dan sebagainya.

Artinya dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang
menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul. Dalam situs massofa.wordpress,
2008 masih menceritakan kasus Benin tadi. “Pada kasus Benin, dilakukan pengumpulan informasi dari
berbagai pihak. Yaitu dari orang tua, teman dekat, guru dan juga Benin sendiri. Dari informasi yang
terkumpul, kemudian dilakukan analisis maupun sistesis dan dilanjutkan dengan menelaah keterkaitan
informasi latar belakang dengan gejala yang nampak. Dari informasi yang didapat, Benin terlihat menjadi
pendiam dan prestasi belajarnya menurun. Dari informasi keluarga di dapat keterangan bahwa kedua
orang tua Benin telah bercerai. Berdasarkan analisis dan sistesis, kemudian diperkirakan jenis dan
bentuk masalah yang ada pada diri Benin yaitu karena orang tuanya telah bercerai menyebabkan Benin
menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun, maka Benin sedang mengalami masalah
pribadi.”(wordpress.com, 2008).

B. Menganalisis Kebutuhan, Tantangan, Dan Masalah Peserta Didik

Setelah melakukan semua yang berdasarkan di atas, maka seorang konselor melakukan
Prognosis, Pemecahan masalah, penilaian (evaluasi), dan tindak lanjut (follow-up).

1. Prognosis

Menurut Sayhril dan Riska. “Prognosis merupakan usaha untuk menelaah/mengkaji masalah
yang dialami seseorang, termasuk kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul jika masalah itu
dibantu, serta memperkirakan teknik atau jenis bantuan yang akan diberikan kepada orang yang
mengalami masalah tersebut.” (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86). Atau dengan kata lain menurut
Dewa ketut dan Desak Made Prognosis adalah “suatu langkah mengenai alternatif bantuan yang dapat
atau mungkin diberikan kepada siswa sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana yang
ditemukan dalam langkah diagnosis. (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,:32).

2. Pemecahan masalah/Terapi /Treatment

Menurut Syahril dan Riska, “langkah ini berupa usaha untuk melaksanakan bantuan ataupun
bimbingan kepada seseorang yang bermasalah, sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan pada
langkah yang ketiga (Prognosis). Usaha pemecahan ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk bantuan,
antara lain layanan individual, layanan kelompok, pengajaran perbaikan, pemberian pengajaran dan
sebagainya. (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86-87).

3. Penilaian (evaluasi)

Menurut Syahril dan Riska, “Yaitu berupa usaha untuk melihat/meninjau kembali hasil bantuan
yang telah dilaksanakan. Langkah ini dapat dilakukan dengan melihat hasil belajar siswa yang
bersangkutan, observasi tingkah laku sehari-hari dan sebagainya. (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:87).

4. Tindak Lanjut (Folow-Up)

Syahril dan Riska, “Yaitu berupa usaha untuk mengambil tindakan seperlunya yang akan
dilaksanakan sehubungan dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. (Syahril dan Riska Ahmad,
1987:87).

C. Mengetahui Pemberian Layanan Bimbingan.

Diringkas dari buku Pengantar Bimbingan dan Konseling karangan Drs. Syahril dan Dra. Riska
Ahmad, halaman 87-98.

I. LAYANAN INDIVIDUAL (PERORANGAN)

1. Pendahuluan

Pemberian bantuan yang diberikan secara individual lebih dikenal dengan istilah konseling
(penyuluhan). Dalam konseling orang yang bermasalah (klien), dibantu secara individual.

2. Syarat Formal

Pendidikan : Seorang konselor hendaknya seseorang yang telah memperoleh gelar sarjana.
Pengalaman : Seorang konselor hendaknya telah mempunyai pengalaman mengajar atau melaksanakan konseling
selama dua tahun

3. Syarat Kepribadian

-Bakat persekolahan yang cukup baik.-Minat yang cukup besar untuk bekerja dengan orang lain.-
Memiliki kedewasaan emosional. Dan sebagainya.

Menurut Prayitno (1981) yang dikutip oleh Syahril dan Riska, “keterampilan dimiliki konselor
dalam hubunganya dengan konseling adalah :

*Mampu membina keakraban (report) dengan kliennya. *Mampu merasakan apa yang menjadi
perasaan klien (empati). *Mampu menjadi pendengar yang baik.

4. Pendekatan Konseling.

Secara umum 3 macam pendekatan dalam konseling itu:

1.Non directive (teknik tidak langsung), 2.Directive konseling, dan 3.Konseling .

II. LAYANAN KELOMPOK (BIMBINGAN KELOMPOK)

1. Pendahuluan

Dalam hal ini masalah setiap siswa dipecahkan melalui situasi kelompok.

2. Jenis Kelompok

mpok Tugas : Yaitu kelompok yang berdasarkan adanya suatu tugas yang akan dilaksanakan/diselesaikan.

mpok bebas : Kelompok yang pada waktu terbentuknya, belum mempunyai tugas yang akan diselesaikan dalam hal ini,
anggota bersama pimpinan kelompok merumuskan bersama apa-apa yang akan dikerjakan.

3. Anggota Kelompok

*Membantu terbinanya keakraban dalam kelompok.*Mencurahkan segenap perasaan dalam


melibatkan diri dalam kelompok.*Berusaha agar setiap yang dilakukan untuk membantu tercapainya
tujuan bersama.*Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan
baik.*Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kelompok.*Mampu
berkomunikasi secara terbuka.*Berusaha membantu anggota lain.*Memberikan kesempatan kepada
anggota lain untuk juga memainkan peranannya. Dan *Menyadari pentingnya kegiatan kelompok.

4. Pemimbing Kelompok

Peranannya : Merangsang diawalinya kegiatan-kegiatan kelompok dalam membantu terselenggaranya kegiatan secara
baik dan menilai proses dinamika kelompok.

Tipe pemimpin yang disenangi :

a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok.

b. Menaruh perhatian terhadap segala yang terjadi dalam kelompok.

c. Mampu membantu anggota dalam mengatasi berbagai masalah anggota kelompok, seperti rasa
khawatir, rasa malu, dan sebagainya.

5. Langkah-Langkah Bimbingan Kelompok

a. Berkumpulnya sejumlah orang yang akan menjadi anggota kelompok (tahap awal).

b. Pelibatan anggota dalam kehidupan suatu kelompok (tahap pembentukan), missalnya dengan saling
memperkenalkan diri termasuk pemimpin kelompok.

c. Tahap peralihan.

d. Pelaksanaan kegiatan. dan

e. Pengakhiran kegiatan.

6. Penilaian Terhadap Bimbingan Kelompok

Berhasil tidaknya kehidupan sebuah kelompok tergantung pada :

*Hubungan yang dinamis. *Tujuan bersama. *Hubungan besarnya kelompok dengan sifat kegiatan
kelompok. *Itikat dan sikap terhadap orang lain.*Kemampuan mandiri.

III. PENGAJARAN PERBAIKAN

1. Pendahuluan
Remedial Teaching : usaha pemberian bantuan terhadap seseorang siswa yang mengalami
masalah atau kesulitan dalam belajar.

2. Langkah-Langkahnya

a. Penelaahan terhadap status siswa dalam hubungannya dengan materi pelajaran. Untuk mencapai tujuan
langkah ini, ada 3 hal yang perlu dilaksanakan; 1)Tujuan-tujuan khusus yang diharapkan siswa yang
bersangkutan pada saat kesuliatan itu tampak. 2)Teknik-teknik apa yang dapat dipergunakan.
3)Menemukan perbedaan antara tujuan yang diharapkan dengan perbuatan nyata yang telah dimiliki
siswa

b. Perkiraan terhadap sebab-sebab kesulitan belajar yang di alami siswa tersebut. Ada 3 hal pokok yang
perlu dilakukan sehubungan dengan langkah ini yaitu: 1)Mengetahui serta menyusun berbagai
kemungkinan yang beralasan tentang faktor yang mungkin merupakan sebab kesulitan belajar siswa.
2)Menilai dan menentukan alasan yang paling tepat atau yang paling mendekati kenyataan. 3)Menarik
kesimpulan tentang sebab-sebab itu.

c. Pemecahan kesulitan belajar. Langkah ini meliputu 3 hal; 1)Menentukan teknik yang dapat digunakan
untuk membantu memecahkan kesulitan belajar. 2)Memilih teknik penilaian yang paling tepat
digunakan untuk menilai sejauh mana keberhasilan pemecahan kesulitan tersebut. 3)Menelaah hasil
penilaian tersebut terhadap cara pemecahan kesulitan belajar yang telah dilakukan.

IV. PEMBERIAN PENGAYAAN

1. Pengertian

Pengayaan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada siswa yang cepat dalam
belajar. Siswa cepat belajar adalah siswa yang cepat dalam menerima pelajaran yang diberikan
kepadanya.

2. Jenis Pengayaan

a. Penyediaan bahan bacaan yang ada sangkut pautnya dengan topik yang sedang dipelajari.
b. Penyediaan mata pelajaran pilihan di luar mata pelajaran wajib.
c. Penyediaan labor, work shorp, dan sebagainya.
d. Penyediaan program pengajaran individual.
2. Langkah-Langkahnya
1. Menemukan siswa yang perlu memperoleh program pengayaan.

2. Memberikan informasi kepada sekolah misalnya oleh konselor pendidikan sehubungan dengan siswa
yang cepat belajar.

3. Pemberian bantuan (jenis-jenis pengayaan) sesuai dengan kebutuhan siswa yang bersangkutan serta
program pengayaan yang disediakan sekolah.

V. PEMBERIAN INFORMASI

1. Pendahuluan

Pemberian informasi merupakan sejenis bantuan terhadap masalah yang diperkirakan akan
dialami oleh seorang/sekelompok siswa.

Informasi yang akan diberikan meliputi:

a. Kehidupan sekolah yang sedang mereka tempati misalnya tentang kurikulum sekolah, jurusan-jurusan
yang ada di sekolah, peraturan-peraturan sekolah dan sebagainya.

b. Kehidupan sekolah/perguruan tinggi yang mungkin dimasuki siswa; misalnya tentang kehidupan di
perguruan tinggi, syarat-syarat memasuki perguruan tinggi, fakultas/jurusan yang tersedia.

2. Langkah-Langkah Pemberian Informasi

a. Menemukan masalah-masalah serta penyebab-penyebab masalah yang memerlukan pemberian


informasi, misalnya adanya kenyataan bahwa banyak diantara siswa yang mengeluh karena mereka
merasa jurusan yang mereka pilih tidak sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan serta cita-cita
hidup mereka.

b. Memberikan bantuan atau informasi sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.

KESIMPULAN DAN PENUTUP


Dalam buku Dewa ketut dan Desak Made menjelaskan, mengenai seorang konselor yang
menyikapi keseluruhan masalah-masalah atau keluhan-keluhan yang di hadapi siswa-siswa
(berkelompok) di sekolah. Sedangkan dalam buku Syahril dan Riska Ahmad, seorang konselor yang
menyikapi seorang siswa (individu) yang mulai bermasalah, namun dalam pembahasan mengenai teknik
pemberian layanan bimbingan tidak terlepas dari seorang konselor yang menyikapi keluhan-keluhan
semua siswa (kelompok).

Setiap guru dalam proses belajar dan mengajar di dalam kelas, minimal mengetahui ilmu
tentang konselor termasuk itu mengetahui langkah-langkah bimbingan dan konseling (penyuluhan), agar
proses belajar dan mengajar berjalan dengan baik dan cita-cita bangsa ini pun tercapai. Walaupun guru
tersebut bukan lulusan dari bimbingan dan konseling. Minimal mengetahui cara mengatasi siswa yang
bermasalah dalam kelas ketika jam pelajarannya.

Demikianlah makalah yang kami susun ini, semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi
kita semua, terutama bagi kita calon pendidik yang nantinya akan terjun ke dunia pendidikan.

Kritik dan saran kami harapkan dari pembaca agar ke depan dalam penyusunan makalah lebih
baik dari yang sekarang ini.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Diagnosis, Dalam situs http://id.wikipedia.org/wiki/Diagnosis, dikunjungi 22 Februari 2011

Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah, Jakarta:
Rineka Cipta

Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Padang: Angkasa raya padang, 1987
Pakde sofa, “Langkah-langkah dalam Memberikan Bimbingan Konseling di Sekolah”,
http://massofa.wordpress.com, 30 Oktober 2008

Saat ini secara pribadi saya berpendapat dari apa yang saya lihat dan saya alami di lingkungan
tempat saya tinggal dan juga di beberapa tempat yang sering saya lalui, cukup banyak anak-anak
usia sekolah yang seharusnya mendapatkan pembagian waktu sehari-hari yang sesuai dengan
kebutuhannya ternyata tidak mendapatkan perhatian penuh dari orang tua mereka. Ada waktu
dimana mereka seharusnya istirahat siang (tidur siang), belajar di Madrasah atau TPA, ikut les
tambahan belajar, ternyata sebagian besar banyak mereka lalui untuk bermain di jalan,
nongkrong di dekat gang rumah mereka sambil sibuk dengan telepon genggam. Demikian juga
saat malam hari, hal ini juga banyak saya temukan dimana anak-anak sibuk nongkrong sambil
merokok, berlari-lari, atau pacaran.

Jika ini menjadi suatu kenyataan yang hadir di masyarakat dalam ruang lingkup yang lebih luas
secara dominan dan menjadi sesuatu yang tidak penting bagi orang tua dan warga masyarakat
(tidak adanya perhatian mereka terhadap anak-anak mereka), maka jangan pernah menyalahkan
anak atau lingkungan ketika terjadi banyak hal-hal negatif di sekitar kita. Lalu bagaimana peran
orang tua terhadap anak mereka, apa yang seharusnya mereka lakukan untuk mendidik anak
mereka agar menjadi anak yang memiliki ilmu, berperilaku baik, dan berguna bagi keluarga,
masyarakat dan negara?

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian kita bersama:

1. Anak punya hak untuk mendapatkan pendidikan di rumah (keluarga), di lingkungan


masyarakat, dan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Maka berikanlah pembagian
waktu kepada anak mulai mereka bangun pagi hingga mereka istirahat (tidur malam) untuk
aktivitas hari esok; jadwal istirhat siang, bermain atau olah raga di sore hari, waktu ibadah,
waktu mereka belajar, dan waktu mereka sudah harus istirahat (tidur malam)

2. Anak dalam perkembangannya tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, karena itu perlu
adanya adaptasi di lingkungan sekolah dan di lingkungan tempat tinggal. Anak yang terlalu
banyak beraktivitas di dalam rumah dan jarang bergaul di lingkungan sejak kecil, akan
mengalami beberapa sikap yang dapat mempengaruhi pergaulannya; seperti sikap ingin menang
sendiri, ingin menguasai, dan tidak mau berbagi dengan teman-teman sebayanya. Karena
kurangnya interaksi dengan lingkungan sejak dini yang menyebabkan anak terlambat
mendapatkan pelajaran bagaimana kebiasaan bermain dan bergaul yang baik dengan teman-
teman yang sebaya misalnya.

3. Ajarkan kepada anak tentang sikap tanggung jawab dengan melatih diri mereka untuk selalu
berkata dan berbuat yang baik dalam setiap tindakan. Karena dari sanalah muncul sikap jujur
dari seorang anak. Inilah yang pada akhirnya membentuk karakter seorang anak menjadi anak
yang disiplin dalam menjalankan setiap aktivitas di dalam kehidupannya

4. Berikan perhatian lebih kepada anak dengan memberikan contoh bagaimana cara bergaul yang
baik dalam suatu lingkungan yang tidak baik. Ini sangat penting agar anak tidak mudah
terpengaruh atau terbawa cara bergaul yang tidak baik. Proteksi dari orang tua dan masyarakat
akan hal ini sangat menentukan kelangsungan kehidupan anak dalam lingkungan yang tidak
baik. Karena kondisi lingkungan yang tidak baik itu dapat terjadi dimana saja. Maka perlu
pengawasan lebih dari orang tua dan masyarakat terhadap model pergaulan yang mengarah
kepada tindakan kriminal dan di sendiri juga merugikan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai