PENDAHULUAN
Berdasarkan pengertian motivasi tersebut, sudah sangat jelas bahwa motivasi dalam
proses belajar sangat penting. Karena yang dibicarakan adalah proses belajar, maka manfaat
motivasi tidak hanya dirasakan oleh siswa, namun juga oleh seorang guru. Melalui pengetahuan
tentang motivasi, seorang guru dapat mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas,
bahakan dapat juga membantu sisiwa untuk meningkatkan motivasinya. Mengingat pentingnya
pengetahuan akan motivasi, maka pembahasan mengenai motivasi belajar dirasa perlu untuk
diangkat.
BAB II
ISI
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman 1992:73-74) motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan. Pendapat tersebut menunjukkan dalam pengertian motivasi terdapat tiga
elemen penting, yaitu motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu,
motivasi ditandai dengan munculnya feeling, afeksi seseorang, motivasi akan dirangasang karena
adanya tujuan.
Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah
kegiatan belajar, sehingga tujuan dapat tercapai.
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya.Kekuatan mental itu berupa
keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita.Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah
atau tinggi.Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang
mendorongterjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar.Motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku
belajar.Dalam motivasi terkandung adanya pengarahan sikap dan perilaku belajar individu.
(Koeswara, 1989:Siagian, 1989 :Schein : Biggs &Teller, 1987).
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu; (i) kebutuhan, (ii) dorongan , (iii)
tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki
dan yang ia harapkan.
1. Kebutuhan fisiologis
2. Kebutuhan akan perasaan aman
3. Kebutuhan sosial
4. Kebutuhan akan penghargaan diri
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Dari segi dorongan, menurut Hull dorongan atau motivasi berkembang untuk kebutuhan
organisme.Di samping itu juga merupakan sistem yang memungkinkan organisme dapat
dipelihara kelangsungan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan penyebab
munculnya dorongan, dan dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan
keseimbangan fisiologis organisme. Tingkah laku organisme terjadi disebabkan oleh respons dari
organisme, kekuatan, dorongan organisme, dan penguatan kedua hal tersebut.Hull memang
menekankan dorongan sebagai motivasi penggerak utama perilaku, tetapi kemudian juga tidak
sepenuhnya menolak adanya pengaruh faktor-faktor eksternal.Dalam hal ini insentif (hadiah atau
hukuman) mempengaruhi intensitas dan kualitas tingkah laku organisme.
Dari segi tujuan, maka tujuan merupakan pemberi arah pada perilaku.Secara psikologis,
tujuan merupakan titik akhir “sementara” pencapaian kebutuhan.Jika tujuan tercapai, maka
kebutuhan terpenuhi untuk “sementara”.Jika kebutuhan terpenuhi, maka orang menjadi puas dan
dorongan mental untuk berbuat “terhenti sementara”
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya
motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain,
bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar akan dapat mencapai prestasi belajar yang baik.
Bagi siswa, pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:
Motivasi belajar juga harus diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pengalaman
tentang motivasi belajar pada siswa adalah sebagai berikut :
1. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai
berhasil; membangkitkan, bila siswa tak bersemangat; meningkatkan, bila semangat
belajarnya timbul-tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai
tujuan belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan atau pemicu semangat dapat
digunakan untuk mengobarkan semangat belajar.
2. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas beraneka ragam; ada yang
acuh tak acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain, disamping yang
bersemangat belajar, ada yang berhasil dan tidak berhasil. Dengan beraneka ragamnya
motivasi belajar tersebut, maka guru dapat menggunakan bermacam-macam strategi
mengajar belajar.
3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam
peran seperi sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat,
pemberi hadiah, atau pendidik. Peran pedagogis tersebut mungkin saja sesuai dengan
perilaku siswa.
4. Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Tugas guru adalah
membuat siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada
”mengubah” siswa tidak berminat menjadi semangat belajar. “Mengubah” siswa cerdas
yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar.
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar.
Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar.
Sebaliknya, seseorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan
perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar
memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya, setelah siswa tersebut dengan
senag hati membaca buku-buku pelajaran agar ia memperoleh nilai rapor yang baik, seperti
sebelum sakit. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohnai siswa berpengaruh pada motivasi
belajar.
Guru adalah pendidik professional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan
siswa. Interaksi efektif pergaulannya sekitar lima jam sehari. Intensitas pergaulan tersebut
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa.
Guru adalah pendidik yang berkembang. Tugas profesionalnya mengharuskan dia belajar
sepanjang hayat.Belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan masyarakat dan lingkungan
sekitar sekolah yang juga dibangun. Guru tidak sendirian dalam belajar sepanjang hayat.
Lingkungan sosial guru, lingkungan budaya guru, dan kehidupan guru perlu diperhatikan oleh
guru.Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan memilih yang baik.Partisipasi dan teladan
memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan siswa.
Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar. Beberapa prinsip belajar
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu, guru perlu
menjelaskan tujuan belajar hierarkis.
2. Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang
menantangnya, oleh karena itu peletakan urutan masalah yang menantang harus disusun
guru dengan baik.
3. Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental
siswa dalam program kegiatan tertentu, oleh karena itu, disamping mengajarkan bahan
secara terpisah-pisah, guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam pengajaran unit.
4. Mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling menantang.
5. Memberitahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah kegiatan belajar,
sehingga tujuan dapat tercapai.Dalam motivasi terkandung adanya pengarahan sikap dan
perilaku belajari individu.
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya
motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain,
bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar akan dapat mencapai prestasi belajar yang baik.
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan sesuai dengan
kondisi fisiologis, dan kematangan psikologis. Oleh karena itu ada beberapa unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar, yaitu: cita-cita atau aspirasi, kemampuan siswa, kondisi siswa,
kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, dan upaya guru
dalam membelajarka siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Monks FJ, Knoers AMP, Siti Rahayu Haditono. 1989. Psikologi Perkembangan,
Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru
Setiap manusia memiliki cara menyerap dan mengolah informasi yang diterimanya dengan cara
yang berbeda satu sama lainnya, ini sangat tergantung pada gaya belajarnya. Karena gaya belajar
setiap orang tidaklah sama, hal ini sangat tergantung pada faktor yang mempengaruhi individu
itu sendiri baik secara internal maupun eksternal.
Gaya belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dan sangat menentukan bagi siapapun
dalam melaksanakan tugas belajarnya baik di rumah, di masyarakat, terutama di sekolah.
Siapapun dapat belajar dengan lebih mudah, ketika ia menemukan gaya belajar yang cocok
dengan dirinya sendiri.
Sebagai seorang guru, kita harus dapat memahami masing-masing gaya belajar siswa kita, agar
gaya mengajar kita betul-betul serasi. Tidak jarang kegagalan siswa di sekolah bukan karena
kebodohannya, bisa jadi karena ketidak serasian gaya belajar antara guru dan siswanya.
Jika guru menyadari bahwa setiap siswa memiliki cara yang berbeda dalam menyerap dan
mempelajari informasi. Tentu guru akan mengajar dengan berbagai cara yang berbeda atau
mengajar dengan cara-cara yang lain dari metode mengajar yang standar. Dengan gaya mengajar
yang berbeda-beda tentu sangat membantu bagi siswa dalam memahami informasi atau materi
pelajaran yang disampaikan.
Sesungguhnya gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi. Kebanyakan kita belajar dengan banyak gaya,
namun biasanya kita lebih menyukai satu cara dari pada berbagai cara yang ada.
Dalam teori perkembangan konvergensi dari William Stern dijelaskan bahwa perkembangan
pribadi manusia itu dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal bawaan (herediter)
dan faktor eksternal (lingkungan) dimana individu itu berada. Kedua faktor ini satu sama lainnya
saling mempengaruhi terhadap pembentukan kepribadian.
Sehubungan dengan itu, maka dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan, agar bisa
mencapai kualitas yang optimal harus memperhatikan kedua hal tersebut di atas yaitu keserasian
antara faktor internal dan eksternal. Sejalan dengan teori konvergensi, seorang guru harus bisa
mengetahui karakter siswanya dan berusaha untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang
sesuai dengan sifat dan tingkat kematangan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Oleh karena
itu diperlukan suatu konsep gaya belajar yang akomodatif terhadap kepentingan tersebut.
Rita Dunn, seorang pelopor gaya belajar banyak menemukan variabel yang mempengaruhi cara
belajar seseorang yaitu: mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan.
Misalnya: ada sebagian orang dapat belajar dengan baik jika cahaya terang, sedang sebagian
yang lain dengan cahaya suram. Dan ada yang senang bila belajar secara berkelompok, sedang
yang lain senang memilih figur otoriter, seperti orangtua, atau guru, dan yang lain lagi senang
dan lebih efektif bila belajar secara sendiri. Juga ada yang belajar dengan mendengar musik
sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak dapat konsentrasi, kecuali dalam suasana sepi.
Bahkan ada yang belajar dengan lingkungan yang teratur dan rapi, tetapi lebih suka menggelar
segala sesuatunya agar semua terlihat (Bobbi Deporter, 2004).
Michael Grinder, pengarang Righting Education Conveyor Belt, mencatat ada tiga modalitas
belajar yaitu Visual, Auditorial dan Kinestik. Modalitas belajar visual yaitu belajar dengan cara
melihat (menggunakan mata), modalitas belajar auditorial yaitu belajar dengan cara mendengar
(menggunkan telinga), sedangkan modalitas kinestik yaitu belajar dengan cara bergerak, bekerja
dan menyentuh (menggunakan tangan).
Sebelum proses pembelajaran, sebaiknya langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang
guru adalah mengenali modalitas seseorang siswa apakah sebagai modalitas visual, auditorial
atau kinestik. Orang visual belajar akan lebih baik melalui apa yang mereka lihat, pelajar
auditorial akan lebih mengerti melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestik belajar lewat
gerak dan sentuhan. Walaupun masing-masing dari mereka belajar dengan menggunakan ketiga
modalitas ini, pada tahapan tertentu kebanyakan akan lebih cenderung pada salah satu diantara
ketiganya.
Untuk dapat mengenali dengan baik, berikut ini diuraikan ciri-ciri perilaku yang cocok dengan
modalitas belajar seseorang:
1. Orang Visual
f. Mengeja dengan baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka
3. Orang Kinestik
School Pekanbaru | Sekolah di Pekanbaru > Psychology > Peran Orang Tua dalam
Mengoptimalkan Kemampuan Belajar Anak
Selain faktor guru, orang tua juga sangat memainkan peranan yang sangat penting dalam
mengoptimalkan kemampuan belajar anak. Ini dikarenakan di sekolah waktunya terbatas. Guru
di sekolah mempunyai peranan berganda di kelas, selain ia harus mengajar materi pelajaran,
memeriksa tugas sekolah Dan pada waktu yang bersamaan ia harus bisa mengawasi anak-anak
didiknya yang ada dikelas yang mempunyai latar belakang kemampuan yang berbeda-beda.
Sehingga guru tidak akan mampu menyediakan waktu khusus untuk anak didiknya yang
mengalami kendala dalam pelajaran tertentu.
Apalagi bila jumlah siswanya banyak, sehingga kita tidak bisa menuntut lebih banyak. Hal ini
sangat terasa selama saya bekerja bila manghadapi anak kesulitan dalam belajar bila tidak
adanya kerjasama oleh kedua belah pihak, baik pihak sekolah dan pihak orang tua, akan semakin
sulit untuk membantu anak dalam mengoptimalkan kemampuan belajar si anak tersebut. Oleh
karena itu peranan dirumah sangat membantu memajukan perkembangan belajar anak.
Seperti yang sudah dibahas di edisi Tribun sebelumnya, sudah dipaparkan secara panjang lebar
bahwa aspek pemahaman materi pelajaran sangat penting yang harus dikuasai oleh anak. Karena
mengingat suatu pelajaran belum memastikan anak tersebut paham akan pelajarannya tersebut.
Oleh itu, pengulangan materi sangat disarankan untuk memastikan bahwa si anak tersebut benar-
benar menguasai pelajaran tersebut, dan dengan sistem pengulangan akan memberi Kesempatan
pada anak untuk lebih memahami serta menyerap informasi dengan lebih baik lagi.
Gunakan sistem point reward dalam belajar, dimana anak akan diberikan point bagi anak- anak
usia diatas 9 tahun dan bintang bagi anak-anak usia dibawah 6 tahun. Point atau bintang dapat di
tukar menjadi hadiah yang sudah dijanjikan oleh kedua orang tua. Hadiah yang diberikan bukan
berupa mainan namun aktifitas yang disukai oleh si anak tersebut. Seperti jalan ke Mall, mandi
bola, Time Zone, Water Boom, dan lain-lain. Selain itu, orang tua juga harus membuat atau
menerapkan schedule atau jadwal belajar anak dari usia dini, sehingga hal tersebut menjadi suatu
kebiasaan dalam kehidupan anak.
Bila pola tersebut sudah menjadi kebiasaan atau rutinitas dalam kehidupan harian anak, maka
biasanya anak-anak tidak mengalami kendala atau kesulitan untuk memulai belajar. Namun Ada
beberapa point yang harus diingat oleh para orang tua bila kita mau anak tidak mengalami
kesulitan dalam memulai belajarnya dirumah, maka suasana belajar beserta proses belajar
mengajar juga harus menyenangkan. Bagaimana cara menciptakan suasana belajar dan proses
belajar yang menyenangkan sudah kita pupas secara mendalam di beberapa edisi Tribun yang
lalu.
Dalam menerapkan jadwal belajar supaya efektif dengan anak, sebaiknya kita harus
menyesuaikan dengan kondisi dengan anak. Caranya kita harus mengobservasi atau memantau
konsdisi serta kebiasaan anak dalam sehari-hari. Setelah mendapat data atau hasil yang jelas
maka kita bisa menetatpkan jadwal belajar yang tepat pada anak.
Hasil pemerhatian kita selama ini harus menunjukan konsistensi kondisi sang anak. Salah satu
contoh si anak selalu susah memulai belajar bila sedang menonton program favoritnya di layar
televisi. Maka jadwal belajarnya kita majukan 2 jam sebelum acara program televisinya mulai.
Dan kita harus menginformasikan pada si anak bahwa dia boleh menonton program
kesayanganya bila ia sudah belajar. Beri konsekuensi pada si anak secara konsisten. Bila selama
proses belajar anak lambat mengerjakan tugas pelajaranya maka konsekuensinya jam nontonya
berkurang. Artinya semakin lambat ia diperbolehkan untuk menonton film kesayanganya. Bila
anak tidak mau belajar maka tidak acara televisi diperkenankan oleh anak untuk nonton. Jangan
Sekali Kali menggunakan waktu dalam belajar. Karena bila kita menggunakan waktu maka anak
dapat memanipulasikan keadaan.
atar Belakang
Seorang pendidik bukan hanya sekedar menyampaikan materi didalam kelas sesuai dengan
kurikulum yang berlaku, namun pendidik mengembang tugas terhadap perkembangan peserta
didik, baik perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tidak semua peserta didik mampu
berkembang sesuai dengan fase perkembangannya dengan baik tanpa adanya masalah yang
mampu mempengaruhi perkembangannya. Maka dari itulah dengan adanya kajian ini kami
berharap pendidik mampu berperan dengna baik dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.
Mencerdaskan anak bangsa dan mendidik serta membimbing anak bangsa kepada perilaku yang
arif dan bijaksana.
B. Perumusan masalah
a. Mengenal masalah-masalah anak
b. Contoh-contoh perilaku yang sering terjadi pada anak-anak yang dapat menyebabkan siswa
bermasalah
c. Mengatasi gangguan kesulitan belajar gangguan dalam proses belajar
d. Kecakapan dasar yang diberikan oleh sekolah dasar ( SD) kepada anak
C. Tujuan
Pendidik mampu mengerti perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik
Pendidik mampu mengambil keputusan dengan benar untuk membantu peserta didik yang
terhambat perkembangannya karena adanya perilaku peserta didik yang menyebabkan masalah
baginya
Agar peserta didik mampu berkembang dengan baik sesuai dengan fase-fase perkembangannya
BAB 2
PEMBAHSAN
A. Mengenal masalah-masalah anak
Menurut tinjauan, apapun yang namanya anak seharusnya dapat menikmati kehidupan dimasa
anak-anak dengan sebaik-baiknya. Mereka harus dapat memenuhi kebutuhan bermainnya, kasih
sayang orangtua, dan pendidikannya dengan sempurna. Karena pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan tersebut sangat berpengaruh terhadap masa depan anak tersebut.
Namun, ternyata banyak anak yang mempunyai masa depan cukup lebih rumit dan pelik,
sehingga sangat mengganggu terhadap belajarnya. Bahkan lebih parah lagi anak-anak tersebut
terkadang sulit untuk bersosialisasi sehngga memaksa para guru untuk mengirimnya ke lembaga
yang hanya mendidik anak-anak bermasalah(nakal).
Jadi di suatu sekolah terdaspat anak yang bermasalah, seharusnya guru dapat memberikan
bimbingan dan penyuluhan kepadanya sehingga anak dapat menyelesaikan masalahnya dengan
baik dan mensosialisasikan kembali dengan teman-temannya.
Masalah-masalah yang menimpa anak-anak sangat kompleks. Karena jika dilihat dari sudut
pandang disiplin ilmu masalah tersebut sangat beragam, katakanlah kita dapat melihat dari sudut
psikologi, sosiologi dan ilmu ekonomi.
a. Menurut tinjauan psikologi
Menyangkut problem psikologi anak yaitu: suatu masalah yang diakibatkan oleh tekanan-
tekanan mental. Diantara masalah tersebut sering muncul adalah : (1) anak suka membadut diri
didalam kelas hal ini menunjukkan anaks sangat membutuhkan perhatian baik dari teman-teman
atau gurunya.(2) anak suka menyakiti temannya hal ini dapat diakibatkan karena anak kurang
mendapatkan perhatian, merasa super dikelasnya, atau hidup dalam lingkungan yang keras.(3)
anak suka diam dan melamun, masalah ini dapat diakibatkan oleh rasa takut, masalah keluarga
dirumah atau pun masalah pergaulan dengan teman-temannya.
b. Menurut tinjauan sosiologis
Yaitu masalah yang diakibatkan oleh problem sosial anak-anak. Diantara masalah tersebut, yang
sering muncul adalah : (1) anak suka mencuri barang-barang milik temannya dan milik sekolah,
hal ini lebih banyak diakibatkan oleh hubungan pergaulan anak dan bukan akibat problem
ekonominya.(2)anak suka berkelahi, hubingan anak-anak dengan teman-temannya diluar juga
mengakibatkan anak suka berkelahi. Hal ini disebabkan oleh karena anak-anak suka
berkelompok-kelompok, untuk mempertahankan gengsi kelompok anak sering berkelahi dengan
kelompok lain atau dengan temna lainnya. (3) problem seks pada anak-anak, misalnya anak suka
mengintip temannya dan mempermainkan alat kelamin temannya, anak suka bergaul dengan
orang yang lebih dewasa atau anak suka melihat film dan gambar porno.
c. Menurut tinjauan ekonomi
yaitu problem yang dihadapi anak akibat benturan ekonomi keluarganya. Problem yang biasa
terjadi anatara lain: (1) anak suka mengantuk, akibat banyaknya pekerjaan yang ditimpakan
kepadanya. (2) banyak tugas yang tidak dikerjakan, hal ini mungkin karena anak terlalu payah
(3) anak suka membolos, anak terlalu banyak memikirkan pekerjaan dirumah untuk membantu
orangtuanya.
Mencari jalan pemecahan
Dari banyak masalah yang sudah penulis tuturkan diatas jika dianalisis dengan seksama
“timbulnya anak bermasal” sebenarnya bersalah dari dalam “ rumah “ anak itu sendiri. Artinya,
keadaan semua itu muncul akibat dari sosialisasi anak diperkenalkan oleh keluarga.
Keterkaitan anak dengan denga orang tua pertama yang hadir dalam kehidupan sangat besar
sekali. Ibu, bapak, dan anggota keluarga lain mempunyai andil besar terhadap sosialisasi anak.
Terutama dengan tokoh ibu, anak sangat terikat sekali karena kontak sosial antara anak dengan
ibunya dimulai sejak dini, saat anak dalam kandungan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa
pengalaman seorang ibu fisik atau psikisnya semasa ia ia mengandung, berpengaruh terhadap
perkembangan anak yang dikandungannya pada masa-masa selanjutnya.
Sebenarnya betapa besar peran orang tua dalam pendidikan ini sudah ditegaskan melaui ayat Al-
Quran maupun hadist. Diantaranya ayat dan hadis tersebut adalah QS.AT.Tahrim ayat 6 “ hai
orang-orang yang beriman periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar.” Dan sabda
rosululloh SAW “ Tidak lah anak yang dilahirkan itu kecuali membaca fitrah, maka kedua
orangtuanyalah yang akan menjadikan anak tersebt yahudi, nasrani atau majusi.(HR.Muslim)
Namun demikian, orang tua jangan sampai terlalu banyak kehilangan kontak dengan anak-
anaknya. Luangkan waktu sebagian untuk bersantai dengan anak-anaknya sehingga mereka tidak
merasa mendapatkan perhatian dari orangtuanya.
Selain itu juga keluarga harus memperhatikan nilai-nilai moral dan spiritual kehidupan mereka,
maka dengan sendirinya kontrol keluarga semakin ketat dengan sendririnya. Berbagai masalah
yang muncul akan mudah terselesaikan, karena agama banyak memberi alternatif pemecahan
masalah dalam kehidupan sosial. Perhatian dan konsentrasi keluarga mudah dikendalikan.
B. Contoh-contoh perilaku
Yang sering terjadi
Pada anak-anak
Yang dapat menyebabkan siswa bermasalah
1. Anak Suka Iri
Banyak faktor yang mnyebabkan anak mengalami kesukarannya dalam belajar, baik secara fisik,
psikis, maupun sosial. Begitu pula ciri atau gejalanya sangat banyak salah satunya, anak
kesulitan menangkap pelajaran atau menulis. Dalam kasusu ini, dapat dikatakan anak tersebut
mengalami kesukaran belajar. Anak semacam ini butuh perhatian dan perlakuan khusus. Tentu
bukan bermaksud memanjakannya, karena justru akan membuatnya tergantung. Ini untuk
membantu anak mengatasi masalah kesukuran dalam belajarnya.
Bagi anak yang mengalami gangguan, memberikan perhatian yang lebih akan membantu
mengurangi gangguan, memberikan perhatian yang lebih akan membantu mengurangi gangguan,
asal masih dalam batas kewajaran. Manfaat lainnya, pengajaran khusus ini dapat memantaunya
secara lebih akurat dan konyinyu.
Mengganti-ganti pengajar malah membuat anak jadi bingung karena perbedaan perlakuan
pengajaran dan sistem dalam belajar. Tentu saja harus dipilih pengajran yang cocok dan mampu
mendekatinya. Pada saat pengajaran, usahakan anak selalu konsentrasi penuh. Sebab bisa jadi ia
lambat dalam menangkap pelajaran karena tidak konsentrasi. Berikan penghargaan dalam bentuk
pujian atau lainnya.
2. Si Kecil Suka Berbohong
Daftar alasan kebohongan anak :
o Bohong agar dipuji
Umumnya ini dilakukan oleh anak yang haus pujian, peran guru sebaiknya harus sering memuji
dan menghargai prestasi serta apa yang dilakukan. Dengan demikian, si kecil tak perlu
berbohong hanya untuk mendapatkan pujian anda.
o Takut dan malu karena dihukum
Apakah hukuman anda terlalu berat ? atau kritikan anda terlau pedas sampai anak malu
dan merasa sangatbersalah ? jika ya mungkin inii yang menjadikan anak suka berbohong. Ia
takut hukuman dan kritikan anda, jika mengatakan sesuatu apa adanya. Nah, kurangi saja taraf
hukuman yang anda berikan. Sesuaikan dengan usia dan tingkat kesalahan yang dibuat si kecil.
Jangan lupa memuji jika ia berbuat jujur.
o Kalau anda terlalu menuntut terlalu tinggi
Bila gagal melakukan tugas, sering kali anak berbohong dan berkata ia dapat menyelesaikan
semuanya dengan baik. Ini umum terjadi kalau tuntutan orangtua terlalu tinggi dan tak sesuai
dengan kemampuan anak. Perhatikanlah anak didik anda, apakah kebohongannya didasari oleh
rasa takut dimusuhi setelah gagal melakukan tugas??? Kalau ya sebaiknya anda mengurangi
harapan dan tuntutan yang kelewat tinggi itu.
o Ingin mendapatkan sesuatu
“Irna belum sempat makan cokelat , udah jatuh ke tanah, kotor “ lapor Irna pada ibunya,
agar diberi cokelat lain. Ini merupakan cerita bohong untuk mendapatkan sesuatu yang
diinginkan. Tingkah laku ini timbul karena anak tidak tahu cara yang lebih baik dan jujur. Untuk
mengatasinya, latih anak mendapatkan apa yang ia inginkan dengan cara baik dan jujur.
o Kompak dengan temannya
Kompak dengan teman penting bagi anak, terutama pada usia sekolah. Alasan ini tak
jarang membuat anak berbohong, misalnya untuk menutupi kelakuan teman yang buruk.
Apa yang harus anda lakukan? Anda harus lebih aktif mencari informasi tentang kebenaran
cerita anak. Bisa anda tanyakan kepada teman. Sesudah itu bicarakan hal ini dengan anak, ajak ia
bicara jujur.
o Rasa benci yang membara
Ada anak berbohong karena rasa benci dalam dirinya. Rasa bencinya ini membuatnya
tidak ragu memfitnah teman yang tak disukai. Kasus berbohong karena rasa benci ini tergolong
paling parah, dan orang tua disarankan agar segera menghubungi ahli.
Bagaimana cara mengatasinya?????
Maka bila anak melakukan kebohongan, betapun kecilnya, orang tua perlu segera bertindak
meluruskannya. Tapi bagaimana mengatasi kekebohongan itu?
Berikan suri tauladan yang baik kepada anak
Mengajak anak untuk lebih terbuka
Menanamkan kejujuran
Tepati janji
Disiplin
Diberi ganjaran bila berbohong
3. Anak Suka Berkata Kotor
Seruan anak yang sering kali membuat orang dewasa yang ada disekelilingnya kesal dan malu
biasanya berupa kata-kata kasar dan omongan kotor. Entah saat ia menyerukan kata-kata
berkonotasi seksual, atau kata-kata cemoohan, siapapun tidak suka. Reaksi orang dewasa
disekitarnya, memang bermacam-macam. Ada yang langsung bereaksi keras, ada pula yang
malah tidak mengacuhkannya. Akibatnya, reaksi anak berbeda-beda. Ada yang terus
melakukannya, ada pula yang lambat laun berhenti, karena sadar oranglain membenci kata-kata
yang diucapkannya itu.
Ada banyak sebab mengapa balita anda mulai berani menyerukan ujaran-ujaran yangb tiddak
sopan, baik sebagai kalimat berkonotasi seksual, makian maupun ejekan. Yang jelas dimasa
anak-anak sedang mengalmi identifikasi. Dengna mneyebut kata-kata yang membuat kening
orangtuanya berkerut, dirinya merasa punya kekuatan untuk melepaskan diri dari orang tuanya
tersebut. Cara lain adalah dengan melontarkan kata yang berkonotasi seksual. Pertanyaan anak
tentang seks yang diikuti dengan kata-kata kotor sebenarnya merupakan tanda anak meminta
orang tua menjelaskan hal tersebut.
Sayangnya tidak semua orang tua dan guru mampu mengerti dan memahami akan kebutuhan
mental anak. Sehingga para orang tua cenderung menunjukkan reaksi seperti marah, terkejut,
atau melabel anak sebagai “anak nakal”. Pada kenyataannya semua itu tidak efektif
menghentikan kebiasaaan baru anak. Bahkan cara ini cenderung mendorong anak untuk menguji
sampai sejauh mana orang tua “memagari” dirinya.
4. Anak Susah Belajar
Pada usia anak-anak ( 6 tahun ) biasanya susah sekali disuruh belajar. Guru harus mengetahui
karakteristik anak usia anak-anak. Pada usianya masih tergolong dalam usia pra sekolah atau usia
bermain. Melalui bermain anak bisa memperoleh kesenangan dan mempelajari bermcam-macam
hal, sehinga sangat dianjurkan untuk mengisi kegiatan bermain mereka secara terarah. Yaitu
yang melibatkan aktivitas fisik seperti berlari, melompot, memanjat, meniti dan kegiatan bermain
yang lebih banyak melibatkan aktivitas mental, dimana anak perlu menggunakan akal / pikiran,
kreativitas dan imajinasinya.
Rentang perhatian anak biasanya masih pendek, dia tidak tahan duduk lebih dari 30 menit. Kalau
anak didik kita sulit duduk diam, maka bisa dicari alternatif dengan memberi tugas yang dapat
diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat. Kalau ia terlalu aktif, perlu dikonsultasikan ke
psikolog dan neurolog untuk diamati apakah ada gangguan organis.
Dalam proses berfikir, untuk memahami sesuatu, anak perlu diberi penjelasan secara kongkret.
Sesuatu yang bisa ia lihat sendiri secara nyata, bukan hanya dengan membayangkan. Hal-hal
yang bisa dia alami / rasakan sendiri akan lebih mudah dimengerti dan dipahami, ketimbang
penjelasan-penjelasan yang abstrak sifatnya.
Anak juga perlu terampil dalam menggunakan tangannya untuk melakukan gerakan-gerakan
yangnhalus dan lebih terkendali sebagai persiapan menulis. Untuk melatihnya, bisa diberi
kegiatan mewarnai gambar, menysun balok, menngambar apa saja seprti rumah, orang atau yang
lainnya. Karena dengan demikian anak dapat belajar mengoordinasi mata dan tangannya.
Jadi guru dan para orang tua dapat melatih anak giat belajar melaui kegiatan bermain sambil
belajar, tidak melulu pada kegiatan menulis, membaca, menghitung, dikte yang sifatnya
akademis. Menghitung, misalnya bisa dilakukan dengan menyuruh anak menebak mana yang
lebih banyak dan mana yang lebih sedikit, berapa banyak kue yang dia dapat, berapa sisa kue
yang ada setelah dikurangi jumlahnya.
Ada data yang kurang mengenai anak, yaitu bagaimana kemampuannya untuk mengingat atau
memahami apa yang diberikan, apakah daya tangkapnya cepat atau lambat. Keadaan ini bisa
mempengaruhi minat belajar anak.
5. Anak Malas Mengerjakan PR
Seringkali PR menjadi momok (menakutkan) bagi anak. Bisa dimaklumi sebab, disekolah anak
harus menyelesaikan berbagai pelajaran, dan setelah pulang sekolah, mereka masih harus
menghadapi setumpuk PR. Asal kita ketahui khususnya guru dan para orang tua tahu kiatnya,
masalah PR mudah diatasi. Diantaranya :
o Tumbuhkan motivasi
Agar anak tidak malas mengerjakan PR, ia harus mnegerti dulu apa fungsi serta manfdaat
mengerjakan PR. Caranya, tanamkan pengertian bahwa PR dapat membantu atau menambah
nilai raport. Dengan mengerjakan PR, anak terlatih menyelesaikan soal-soal yang ada serta
terbiasa belajar bersungguh-sungguh. Tanyalah anak apakah ia mengalami kesulitan dalam
mengerjakan PR. Bila ia bantulah anak. Caranya kita perlu membekali diri dengan berbagai
pengetahuan, dengan demikan bila anak mendapatkan kesulitan, maka ia bisa bertanya pada kita.
Keikutasertakan kita dalam memotivasi anak segara menyelesaikan Prnya.
o Beri hukuman dan pujian
Tentu ada sebabnya mengapa anak malas mengerjakan PR. Mungkin ia tidak suka pada pelajaran
tersebut atau tidak menguasai pelajaran itu sehingga ia malas mengerjakan PR. Dalam hal ini,
tentu saja peranan kita sangat penting. Karenanya selain menemani dan memotivasinya untuk
rajin membuat PR, kita juga perlu juga mencari penyebab keengganan anak mengerjakan PR.
Berilah hukuman yang sifatnya mendidik bila anak malas mengerjakan PR. Bantulah ia kalau
memang tidak menguasi materi pelajarannya. Hukumlah dia misalnya dengan tidak memberi
uang saku atau tidak memperbolehkan nonton acara TV kesayangannya nonton sebelum
tugasnya selesai.
Bagaimanapun anak harus tahu kewajiban dan sanksi yang akan diterimanya bila ia melanggar
kewajiban itu. Tapi anak pun perlu mendapatkan pujian bila ia berhasil menyelesaikan Prnya
dengan benar. Pujian akan menumbuhkan rasa percaya diri bahwa ia mampu bila bersungguh-
sungguh mengerjakan PR. Pujian akan memacunya untuk lebih giat belajar.
o Bentuk kelompok kerja
Salah satu yang dapat memacu anak mengerjakan PR adalah dengan mencarikannya teman
belajar bersama. Atau dapat pula kita minta anak untuk membentuk kelompok belajar. Adanya
teman yang dapat diajak bertukar akan merangsang anak untuk menyelesaikan soal-soal yang
sulit.
6. Anak Bandel
Pola asuh didalam keluarga kita nampaknya cenderung permisif atau membolehkan. Akibatnya,
anak tidak beljar bagaimana tingkah laku yang baik dan buruk. Padahal disiplin dan teladan dari
orang tua amat diperlukan . melalui disiplin orang tua mengajarkan anak tentang tingkah laku
yang dapat diterima lingkungan, bertanggungjwab, dan sadar bahwa tingkah laku yang
ditampilkan mempunyai konsekuensinya. Untuk itu ada baiknya bila keluarga mengurangi sikap
permisif tersebut. Anak yang selalu dituruti kemauannya, tanpa melihat apakah hali itu memang
perlu atau tidak, akan membuat mereka kurang toleran terhadap kegagalan yang kelak dapat
mempengaruhi penyesuain dirinya.
Untuk itu orang uta harus bersikap tegas. Yaitu dengan pemberian sanksi tanpa memukul si anaj.
Misalnya saja dengan tidak memperkenankan anak melakukan hal-hal yang ia senangi, seperti
meninton tv atau bermain. Untuk melakukan sanksi itu, tentu perlu kerja sama bapak ( suami )
atau nenek kakek sehingga anak tidak bingung karena adanya aturan yang berbeda antara orang
tua dan kakek nenek. Pemberian sanksi sebaiknya juga diimbangi dengan dorongan dan
bimbingan orang tua, seperti bersama-sam membereskan mainannya. Begitu pula dengan pujian.
Jangan ragu memuji anak begitu terlihat ia mau melakukan kewajibannya meskipun hal itu
belum sempurna dilakukannya.
7. Anak Stres Karena Masalah Sosialnya
Stres merupakan respons fisiologi terhadap lingkungan yang disebabkan oleh kecemasan.”pada
anak-anak pun,hormon stres mengangkut gula kedalam aliran darah,meningkatkan energi dan
meningkatkan aktivitas otak serta membiarkan otak memproses berbagai informasi.otak
berfungsi pada tingkat yang lebih untuk terus menerus siap siaga,”ujar megan
r.gunnar,PhD,dosen perkembangan anak di universitas minnesota,minneapolis,amerika.
Menanggulangi informasi yang begitu banyak,tentu menguras energi baik fisik maupun mental
anak.biasanyasetelah dapat mengatasi stresnya,anak mulai rewel,menangis atau menjadi mudah
tersinggung.ini suatu pertanda bahwa ia butuh istirahat.kalau orang tua atau pengasuh anak
menanggapi dengan cara menenangkan,sistem respons stres diotak akan meredakan aliran
hormon stres dan anak menjadi tenang.bila cara meredakan stres semacam ini dilakukan secara
konsisten,otak anak akan menangkap pola itu dan anak dapat menolong dirinya sendiri untuk
menenangkan diri.
a. Proses yang menyakitkan
Menerima aturan-aturan kelompok tidaklah mudah.bagi anak yang baru masuk taman kanak-
kanak (TK),menjadi salah satu anak dari dua bersaudara di rumah sangatlah berbeda dengan
menjadi salah satu anak diantara dua puluh anak lain di dalam kelas.
Sejak anak masuk TK,yakinkah anak bahwa ia juga harus punya waktu dalam satu hari untuk
‘mendinginkan diri’.waktu khusus ini untuk mengistirahatkannya dari keharusan untuk
memenuhi kebutuhan orang lain.karna memang ketrampilan itulah yang diharapkan dimiliki
anak agar proses bersosialisasibisa berlangsung mulus.membaca,menggambar atau
mendengarkan music dapat meredakan kelelahan akibat kebersamaannya dengan orang lain
selama beberapa waktu.tidak ada salahnya kita juga menyarankan si 5 tahun agar ia mau
menunjukan kesedihan atau kemarahan saat ia mulai stress.
b. Tanggapan yang simpatik
Apapun penyebab stres, luangkan waktu setiap hari untuk mengobrol dan bermain dengan anak.
Dengarkan keluh kesahnya dengan penuh simpati. Cara ini akan mengurangi stresnya. Kita
sebagai calon pendidik dan para orangtua harus lebih bersabar karena kadang-kadang anak usia
ini masih terbatas kemampuan untuk menjelaskan apa yang dipikirkan dan dirasakannya,
sementara imajinasinya sangat aktif.
Kecemasan pada anak-anak bisa sangat ekstrem karena mereka memikirkan segala sesuatunya
secara mendalam. Bila stres sudah tak dapat diatasi oleh anak, misalnya mulai mengganggu pola
tidurnya, anak menjadi murung, atau tidak mau berteman, segera bawa anak kepada orang yang
lebih ahli agar dapat segera dibantu.
Kita tak perlu cemas berlebihan dalam menangani anak didik kita atau anak kita dalam kondisi
stres karena dalam batas-batasan tertentu stres merupakan hal yang normal dalam kehidupan
anak. Bahkan stres dapat membangun suasana yang dapat membantu proses pertumbuhan emosi
si kecil.
8. Anak Merasa Tertekan
Kita sering mendengar bagaimana stres itu menimbulkan ketegangan pada kesehatan mental dan
fisik kita. Stres bukan semata-mata kemarahan yang muncul karena situasi tertentu. Stres juga
bukan sekedar frustasi atau kekhawatiran biasa, yang mengalami pasang surut hari demi hari.
Stres adalah sesuatu yang terjadi ketika ada tekanan kuat, pada saat kita tidak punya sama sekali
atau hanya memiliki sedikit kontrol, membangun seluruh kekuatan tanpa bantuan,
mengakibatkan luluhnya mental. Semua komkponen dalam diri kita tersangkut : intesitas
perasaan, perluasaannya dan perasaan tak tertolong untuk mengendalikan emosi.
Dalam kehidupan anak stres merupakan hal yang wajar. Stres dapat membantu si kecil
meningkatkan keterampilan emosinya, karena setiap kali ia mampu menguasai situasi, ia belajar
keterampilan emosi yang penting. Tetapi disatu sisi, terlalu banyak stres yang tidak berkurang
sangat tidak sehat bagi anak, yang hanya punya sedikit kemampuan psikis dan fisik untuk
mengatasi tekanan yang sudah menumpuk.
a. Kurangnya pemahaman
Anak memang perlu dibatasi perilakunya. Namun, sikecil bisa saja meras frustasi dengan
batasan-batasan yang diterapkan. Tentu tidak mudak mudah bagi kita(orang tua dan guru)
mengabulkan semua permintaan anak, bahkan ada kemungkinan kita dapat menjawab “tidak”
dengan nada tinggi. Mendengar kata tidak hampir selalu memicu anak untuk marah dan
mengamuk (menangis).
Rasa ingin tahu, ingin menentukan sendiri dan kurang pengendalian diri dapat memunculkan
stres yang cukup besar dalam kehidupan anak. Apalagi anak sulit memahami apa yang dapat dan
tidak dapat dilakukannya, serta apa yang bisa dan tidak bisa dia peroleh. Karena
ketidakpahamanny, anak kerap merasa kesal dan terkekang. Akibatnya bisa saja anak akan
merasa frustasi sehingga bukan tidak mungkin, menyebabkan stres.
b. Bisa diantisipasi
Untuk menolongnyua, kenali sumber stres dan waktu dimana ia tampak sangat rentan. Apakah
waktu ia mulai lapar, atau ketika ia mulai lelah ? anda bisa mengantisipasi reaksinya. Kita pun
bisa turun tangan bila perlu. Misalnya, dengan mengatakan “ kamu cape ya. Baloknya disusun
kok jatuh-jatuh terus, yuk kita istirahat dulu”. Selain itu adalah ha-hal yang berhubungan dengan
mengabulkan permintaan anak. Benar bahwa anak tidak boleh selalu dituruti kemauannya.
Artinya keinginan anak memang tidak terbatas. Namun, ada cara untuk membatasinya, tanpa
anak meras dikalahkan. “ aku mau coklatnya 4 ! nggak mau 2. Ujar sikecil. Kita bisa mengatakan
“ boleh nanti kita beli coklat 4 tapi kamu makannya sehari 1 saja ya “ oke (ujar sikecil). Dengan
menetapkan pembatasan dengan kesepakatan seperti itu dapa menyebabkan anak runtuh. Kita
sudah membantunya mampu mengendalikan perasaannya.
9. Anak memberontak
Penyebabnya :
Perbedaan sikap kedua orang tua
Orang tua bertindak tidak adil
Orang tua menuntut secara berlebihan
Orang tua bersikap kaku
Anak merasa mendapatkan tugas yang banyak
Orang tua melindungi secara berlebuhan
Anak mengalami keletihan
C. Mengatasi Gangguan
Kesulitan Belajar
Gangguan Dalam Proses Belajar
Gangguan belajar ( Learning Disorder) adalah kekurangan yang tidak tampak secara lahiriah.
Ketidakmampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan
orang yang normal lainnya. LD adalah keterbelakangan yang mempernbgaruhi kemampuan
seseorang untuk menafsirkan apa yang mereka lihat dan dengar. LD juga merupakan
ketidakmampuan dalam mengubungkan berbagai informasi yang berasal dari berbagai bagian
otak mereka. Kelemahan ini tampak dalam beberapa hal, seperti kesulitan dalam berbicara dan
menuliskan sesuatu, koordinasi dan pengendalian diri atau perhatian. Kesulitan-kesulitan ini
tampak ketika mereka melakukan kegiatan-kegiatan sekolah dan menghambat proses belajar
seperti belajar membaca, atatu berhitung yang seharusnya mereka lakukan.
Faktor Genetik
Fakta yang memperlihatkan bahwa keterlambatan belajar cenderung terjadi pada anggota
keluarga tertentu, mendorong para ahli untuk mencoba mengaitkan keterlambatan belajar ini
dengan faktor genetik. Sebagai contoh, anak-anak yang memiliki kelemahan dalam membaca,
dan demikian pula halnya dengan kesulitan dalam memedukan berbagai bunyi bahasa dan kata
sehingga menjadi kesatuan makna, kebanyakan memiliki orangtua yang juga mengalami masalah
serupa. Kendati demikian, kesulitan belajar yang dialami orang tua sedikit berbeda dengan yang
dialami anaknya. Orangtua yang menderita kelemahan dalam menulis kemungkinan memiliki
anak yang mengalami kesulitan dalam mengepresikan gagasan atau idenya dengan bahasa yang
baik dan benar. Inilah alasan mengapa kesulitan belajar tampaknya tidak diturunkan secara
langsung. Apa yang mungkin diturunkan adalah disfungsi otak yang dapat mengarah pada
kesulitan belajar.
Barang kali terdapat penjelasan alternatif tentang mengapa LD seolah-olah diturunkan dalam
suatu keluarga. Beberapa wujud kesulitan belajar juga dipengaruhi lingkungan keluarga. Sebagai
contoh, orangtua mengalami kesulitan dalam berbahasa barangkali akan berbicara lebih sedikit
kepada anaknya, atau bahasa yang digunakan orangtua kepada anaknya itu juga tidak benar.
Dalam kasus semacam ini, sang anak telah memiliki teladan yang salah dalam hal berbahasa
dengan benar. Itulah sebabnya mengapa sang anak tampak mengalami kesulitan berbahasa.
Tembakau, Alkohol, dan Penggunaan Obat-obatan lainnya
Obat-obatan yang dikonsumsi seorang ibu dapat memberi dampak langsung pada janin yang
dikandungnya. Penelitian memperlihatkan bahwa seorang ibu yang merokok, mengonsumsi
alkohol, atau obat-obatan terlarang selama kehamilannya, kemungkinan akan memberikan
pengaruh buruk pada bayi yang dikandungnya. Oleh karenanya, untuk mencegah terjadinya
dampak negatif pada bayi selama dalam kandungan ini, pusat kesehatan amerika serikat
mendukug upaya penyadaran masyarakat akan dampak buruk alkohol , minuman keras, dan
obat-obatan terlarang lainnya.
Masalah selama kehamilan dan kelahiran
Kemungkinan yang menjadi penyebab lain dari kesulitan belajar adalah jugga menyangkut
komplikasi selama kehamilan. Dalam beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh seorang ibu
bereaksi terhadap janin dan menyerang seolah-olah ia adalah infeksi penyakit yang menyerang
sang ibu. Permasalahan semacam ini mungkin menyebabkan sel-sel otak baru terposisikan pada
bagian yang salah dalam otak. Selain itu, selama proses kelahiran, tali pusat mengalami
pembelitan sehingga menghambat aliran oksigen ke janin. Hal ini pada gilirannya melemahkan
fungsi otak dan menyebabkan LD.
Racun dilingkungan sekitar anak-anak
Selama setahun setelah sang bayi dilahirkan, sel-sel otak baru dan jaringan saraf masih terus
berkembang. Sel-sel ini juga rentan terhadap kerusakan.
Pada peneliti juga meneliti racun-racun yang terdapat diseputar anak-anak dimana racun ini
berpotensi menyebabkan kesulitan belajar dan merusak pertumbuhan sareta berfungsinya otak
seorang anak. Kadnium dan timah hitam, yang banyak ditemukan dilingkungan sekitar kita,
menjadi fokus utama penelitian saraf. Kadnium yang digunakan dalam proses pembuatan produk
baja, dapat dengan mudah ditemukan dalam tanah dan makanan yang kita makan. Timah hitam
banyak tergantung dalam cat, bahan bakar, dan juga pipa air. Penelitian terhadap binatang, yang
disponsori oleh Lembaga Kesehatan Nasional menunjukkan adanya hubungan antara timah
hitam dan kesulitan belajar. Tikus yang terkontaminasi oleh timah hitam, mengalami perubahan
pada gelombang otaknya, sehingga memperlambat kemampuan belajarnya. Masalah dalam
belajar ini berlangsung selama beberapa minggu dan berakhir ketika tikus itu tidak
terkontaminasi timah hitam.
PENDAHULUAN
Setelah mengetahui apa pengertian bimbingan dan konseling (peyuluhan). Seorang konselor
harus mengetahui langkah-langkah bimbingan dan konseling, dalam arti mengetahui cara apa saja yang
dilewati seorang konselor menghadapi siswa yang bermasalah.
Bedasarkan paragraph di atas, dalam pembahasan makalah ini, kami membahas mengenai
langakah-langkah bimbingan dan konseling. Pembahasan ini akan meliputi :
A. Mengidentifikasi kebutuhan, tantangan, dan masalah peserta didik
B. Menganalisis kebutuhan, tantangan, dan masalah dan latar belakang peserta didik.
C. Mengetahui pemberian layanan bimbingan.
PEMBAHASAN
A. Mengidentifikasi kebutuhan, tantangan, dan masalah peserta didik
Menurut Dewa Ketut dan Desak Made, langkah-langkah Mengidentifikasi kebutuhan, tantangan,
dan masalah peserta didik di sekolah terlebih dahulu diadakan Langkah Analisis, Langkah Sintesis dan
selanjutnya diadakan Langkah Diagnosis, dan Prognosis. (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,:
30). Sedangkan menurut Syahril dan Riska, menyatakan terlebih dahulu diadakan; Identifikasi Kasus, dan
Diagnosis.
1. Langkah Analisis
Menurut Dewa Ketut dan Desak Made. Langkah Analisis “adalah langkah memahami kehidupan
individu siswa, yaitu dengan cara mengumpulkan dari berbagai sumber. Dengan arti lain analisis
merupakan kegiatan pengumpulan data tentang siswa yang berkenaan dengan bakat, minat, motif,
kesehatan fisik yang dapat menghambat atau mendukung penyesuaian diri siswa. Alat-alat untuk
keperluan analisis ini antara lain berupa; Tes prestasi belajar, Kartu pribadi siswa, Pedomana
wawancara, Riwayat hidup, Catatan anekdot, Tes psikologis/Inventori, Daftar cek masalah, Angket,
Sosiometri, dan Daftar cek.” (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, : 30).
2. Langkah Sintesis
Menurut Dewa Ketut dan Desak Made “Sintesis adalah langkah menghubungkan dan
merangkum data. Ini berarti bahwa dalam langkah sintesis peyuluhan mengorganisasian dan
merangkum data sehingga tampak dengan jelas gejala-gejala atau keluhan-keluhan siswa. Rangkuman
data ini haruslah dibuat berdasarkan data yang diperoleh dalam langkah analisis.” (Dewa Ketut Sukardi
dan Desak Made Sumiati, : 31).
3. Identifikasi Kasus
Tingkah laku seorang peserta didik yang harus dipahami oleh guru. Jikalau tingkah laku murid itu
tidak seperti biasanya di dalam kelas. Maka guru harus mencari tahu apa permasalahan yang di hadapi
peserta didik. Dengan kata lain juga disebut dengan istilah identifikasi kasus. Menurut Syahril dan Riska,
1987 “identifikasi kasus yaitu usaha menemukan/menentukan siswa yang perlu mendapat bimbingan.
Cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan ini adalah dengan jalan analisis hasil belajar, analisis
karya tulis, pengisian DPM, observasi, sosiometri, dan sebagainya. (Syahril dan Riska, 1987:86).
Artinya pada langkah ini, guru mengenali gejala-gejala awal suatu masalah yang dihadapi siswa.
Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan
memperhatikan gejala-gejala yang nampak, itulah yang disebut identifikasi kasus, kemudian dianalisis
dan selanjutnya dievaluasi.
Di dalam situs massofa.wordpress, 2008 menceritakan seorang siswa; “Benin seorang siswa
yang mempunyai prestasi belajar yang bagus, untuk semua mata pelajaran ia memperoleh nilai diatas
rata-rata kelas. Dia juga disenangi teman-teman maupun guru karena pandai bergaul, tidak sombong,
dan baik hati. Sudah dua bulan ini Benin berubah menjadi agak pendiam, prestasi belajarnyapun mulai
menurun. Sebagai guru Bimbingan Konseling, ibu Heni mengadakan pertemuan dengan guru untuk
mengamati Benin. Dari hasil laporan dan pegamatan yang dilakukan oleh beberapa orang guru, ibu Heni
kemudian melakukan evaluasi berdasarkan masalah Benin dengan gejala yang nampak. Selanjutnya
dapat diperkirakan jenis dan sifat masalah yang dihadapi Benin tersebut. Karena dalam pengamatan
terlihat prestasi belajar Benin menurun, maka dapat diperkirakan Benin sedang mengalami masalah
‘kurang menguasai materi pelajaran’. Perkiraan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan langkah
selanjutnya yaitu diagnosis.” (wordpress.com, 2008).
4. Diagnosis
Setelah mengadakan identifikasi kasus atau dengan arti kata memperkirakan apa yang terjadi
pada peserta didik, maka diadakan analisis masalah yang dihadapi peserta didik atau dengan kata lain
menetapkan “masalah” yang berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya
masalah, atau disebut dengan “diagnosis.”
Di dalam situs wikipedia, “diagnosis adalah identifikasi mengenai sesuatu. Diagnosis digunakan
dalam medis, ilmu pengetahuan, teknik, bisnis, dll.” (wikipedia.com). Sedangkan menurut Dewa Ketut
dan Desak Made, Diagnosis adalah langkah menemukan masalahnya atau mengindentifikasi masalah.
(Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,: 31). Selanjutnya Dewa Ketut dan Desak Made
menjelaskan “langkah ini mencakup proses interpretasi data dalam kaitannya dengan gejala-gejala
masalah, kekuatan dan kelemahan siswa. Dalam proses penafsiran data dalam hubungannya dengan
penyebab masalah, peyuluhan haruslah menentukan penyebab masalah yang paling mendekati
kebenaran atau menghubungkan sebab akibat yang paling logis dan rasional.” (Dewa Ketut Sukardi dan
Desak Made Sumiati,:31).
Dijelaskan oleh Syahril dan Riska Langkah diagnosis atau langkah yang kedua ini (dalam
bukunya) adalah “untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitan serta latar belakang masalah yang dihadapi
seseorang. Berdasarkan langkah kedua inilah kita dapat menetapkan apa kira-kira masalah seseorang
serta apa penyebab dari masalah tersebut.” (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86). Selanjut Syahril dan
Riska menjelaskan “Cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan ini adalah dengan jalan analisis
hasil belajar, analisis karya tulis, sosiometri, DPM, PSKB, angket, wawancara, observasi, pertemuan
kasus, dan sebagainya.
Artinya dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang
menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul. Dalam situs massofa.wordpress,
2008 masih menceritakan kasus Benin tadi. “Pada kasus Benin, dilakukan pengumpulan informasi dari
berbagai pihak. Yaitu dari orang tua, teman dekat, guru dan juga Benin sendiri. Dari informasi yang
terkumpul, kemudian dilakukan analisis maupun sistesis dan dilanjutkan dengan menelaah keterkaitan
informasi latar belakang dengan gejala yang nampak. Dari informasi yang didapat, Benin terlihat menjadi
pendiam dan prestasi belajarnya menurun. Dari informasi keluarga di dapat keterangan bahwa kedua
orang tua Benin telah bercerai. Berdasarkan analisis dan sistesis, kemudian diperkirakan jenis dan
bentuk masalah yang ada pada diri Benin yaitu karena orang tuanya telah bercerai menyebabkan Benin
menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun, maka Benin sedang mengalami masalah
pribadi.”(wordpress.com, 2008).
Setelah melakukan semua yang berdasarkan di atas, maka seorang konselor melakukan
Prognosis, Pemecahan masalah, penilaian (evaluasi), dan tindak lanjut (follow-up).
1. Prognosis
Menurut Sayhril dan Riska. “Prognosis merupakan usaha untuk menelaah/mengkaji masalah
yang dialami seseorang, termasuk kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul jika masalah itu
dibantu, serta memperkirakan teknik atau jenis bantuan yang akan diberikan kepada orang yang
mengalami masalah tersebut.” (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86). Atau dengan kata lain menurut
Dewa ketut dan Desak Made Prognosis adalah “suatu langkah mengenai alternatif bantuan yang dapat
atau mungkin diberikan kepada siswa sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana yang
ditemukan dalam langkah diagnosis. (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,:32).
Menurut Syahril dan Riska, “langkah ini berupa usaha untuk melaksanakan bantuan ataupun
bimbingan kepada seseorang yang bermasalah, sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan pada
langkah yang ketiga (Prognosis). Usaha pemecahan ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk bantuan,
antara lain layanan individual, layanan kelompok, pengajaran perbaikan, pemberian pengajaran dan
sebagainya. (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86-87).
3. Penilaian (evaluasi)
Menurut Syahril dan Riska, “Yaitu berupa usaha untuk melihat/meninjau kembali hasil bantuan
yang telah dilaksanakan. Langkah ini dapat dilakukan dengan melihat hasil belajar siswa yang
bersangkutan, observasi tingkah laku sehari-hari dan sebagainya. (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:87).
Syahril dan Riska, “Yaitu berupa usaha untuk mengambil tindakan seperlunya yang akan
dilaksanakan sehubungan dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. (Syahril dan Riska Ahmad,
1987:87).
Diringkas dari buku Pengantar Bimbingan dan Konseling karangan Drs. Syahril dan Dra. Riska
Ahmad, halaman 87-98.
1. Pendahuluan
Pemberian bantuan yang diberikan secara individual lebih dikenal dengan istilah konseling
(penyuluhan). Dalam konseling orang yang bermasalah (klien), dibantu secara individual.
2. Syarat Formal
Pendidikan : Seorang konselor hendaknya seseorang yang telah memperoleh gelar sarjana.
Pengalaman : Seorang konselor hendaknya telah mempunyai pengalaman mengajar atau melaksanakan konseling
selama dua tahun
3. Syarat Kepribadian
-Bakat persekolahan yang cukup baik.-Minat yang cukup besar untuk bekerja dengan orang lain.-
Memiliki kedewasaan emosional. Dan sebagainya.
Menurut Prayitno (1981) yang dikutip oleh Syahril dan Riska, “keterampilan dimiliki konselor
dalam hubunganya dengan konseling adalah :
*Mampu membina keakraban (report) dengan kliennya. *Mampu merasakan apa yang menjadi
perasaan klien (empati). *Mampu menjadi pendengar yang baik.
4. Pendekatan Konseling.
1. Pendahuluan
Dalam hal ini masalah setiap siswa dipecahkan melalui situasi kelompok.
2. Jenis Kelompok
mpok Tugas : Yaitu kelompok yang berdasarkan adanya suatu tugas yang akan dilaksanakan/diselesaikan.
mpok bebas : Kelompok yang pada waktu terbentuknya, belum mempunyai tugas yang akan diselesaikan dalam hal ini,
anggota bersama pimpinan kelompok merumuskan bersama apa-apa yang akan dikerjakan.
3. Anggota Kelompok
4. Pemimbing Kelompok
Peranannya : Merangsang diawalinya kegiatan-kegiatan kelompok dalam membantu terselenggaranya kegiatan secara
baik dan menilai proses dinamika kelompok.
c. Mampu membantu anggota dalam mengatasi berbagai masalah anggota kelompok, seperti rasa
khawatir, rasa malu, dan sebagainya.
a. Berkumpulnya sejumlah orang yang akan menjadi anggota kelompok (tahap awal).
b. Pelibatan anggota dalam kehidupan suatu kelompok (tahap pembentukan), missalnya dengan saling
memperkenalkan diri termasuk pemimpin kelompok.
c. Tahap peralihan.
e. Pengakhiran kegiatan.
*Hubungan yang dinamis. *Tujuan bersama. *Hubungan besarnya kelompok dengan sifat kegiatan
kelompok. *Itikat dan sikap terhadap orang lain.*Kemampuan mandiri.
1. Pendahuluan
Remedial Teaching : usaha pemberian bantuan terhadap seseorang siswa yang mengalami
masalah atau kesulitan dalam belajar.
2. Langkah-Langkahnya
a. Penelaahan terhadap status siswa dalam hubungannya dengan materi pelajaran. Untuk mencapai tujuan
langkah ini, ada 3 hal yang perlu dilaksanakan; 1)Tujuan-tujuan khusus yang diharapkan siswa yang
bersangkutan pada saat kesuliatan itu tampak. 2)Teknik-teknik apa yang dapat dipergunakan.
3)Menemukan perbedaan antara tujuan yang diharapkan dengan perbuatan nyata yang telah dimiliki
siswa
b. Perkiraan terhadap sebab-sebab kesulitan belajar yang di alami siswa tersebut. Ada 3 hal pokok yang
perlu dilakukan sehubungan dengan langkah ini yaitu: 1)Mengetahui serta menyusun berbagai
kemungkinan yang beralasan tentang faktor yang mungkin merupakan sebab kesulitan belajar siswa.
2)Menilai dan menentukan alasan yang paling tepat atau yang paling mendekati kenyataan. 3)Menarik
kesimpulan tentang sebab-sebab itu.
c. Pemecahan kesulitan belajar. Langkah ini meliputu 3 hal; 1)Menentukan teknik yang dapat digunakan
untuk membantu memecahkan kesulitan belajar. 2)Memilih teknik penilaian yang paling tepat
digunakan untuk menilai sejauh mana keberhasilan pemecahan kesulitan tersebut. 3)Menelaah hasil
penilaian tersebut terhadap cara pemecahan kesulitan belajar yang telah dilakukan.
1. Pengertian
Pengayaan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada siswa yang cepat dalam
belajar. Siswa cepat belajar adalah siswa yang cepat dalam menerima pelajaran yang diberikan
kepadanya.
2. Jenis Pengayaan
a. Penyediaan bahan bacaan yang ada sangkut pautnya dengan topik yang sedang dipelajari.
b. Penyediaan mata pelajaran pilihan di luar mata pelajaran wajib.
c. Penyediaan labor, work shorp, dan sebagainya.
d. Penyediaan program pengajaran individual.
2. Langkah-Langkahnya
1. Menemukan siswa yang perlu memperoleh program pengayaan.
2. Memberikan informasi kepada sekolah misalnya oleh konselor pendidikan sehubungan dengan siswa
yang cepat belajar.
3. Pemberian bantuan (jenis-jenis pengayaan) sesuai dengan kebutuhan siswa yang bersangkutan serta
program pengayaan yang disediakan sekolah.
V. PEMBERIAN INFORMASI
1. Pendahuluan
Pemberian informasi merupakan sejenis bantuan terhadap masalah yang diperkirakan akan
dialami oleh seorang/sekelompok siswa.
a. Kehidupan sekolah yang sedang mereka tempati misalnya tentang kurikulum sekolah, jurusan-jurusan
yang ada di sekolah, peraturan-peraturan sekolah dan sebagainya.
b. Kehidupan sekolah/perguruan tinggi yang mungkin dimasuki siswa; misalnya tentang kehidupan di
perguruan tinggi, syarat-syarat memasuki perguruan tinggi, fakultas/jurusan yang tersedia.
b. Memberikan bantuan atau informasi sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.
Setiap guru dalam proses belajar dan mengajar di dalam kelas, minimal mengetahui ilmu
tentang konselor termasuk itu mengetahui langkah-langkah bimbingan dan konseling (penyuluhan), agar
proses belajar dan mengajar berjalan dengan baik dan cita-cita bangsa ini pun tercapai. Walaupun guru
tersebut bukan lulusan dari bimbingan dan konseling. Minimal mengetahui cara mengatasi siswa yang
bermasalah dalam kelas ketika jam pelajarannya.
Demikianlah makalah yang kami susun ini, semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi
kita semua, terutama bagi kita calon pendidik yang nantinya akan terjun ke dunia pendidikan.
Kritik dan saran kami harapkan dari pembaca agar ke depan dalam penyusunan makalah lebih
baik dari yang sekarang ini.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah, Jakarta:
Rineka Cipta
Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Padang: Angkasa raya padang, 1987
Pakde sofa, “Langkah-langkah dalam Memberikan Bimbingan Konseling di Sekolah”,
http://massofa.wordpress.com, 30 Oktober 2008
Saat ini secara pribadi saya berpendapat dari apa yang saya lihat dan saya alami di lingkungan
tempat saya tinggal dan juga di beberapa tempat yang sering saya lalui, cukup banyak anak-anak
usia sekolah yang seharusnya mendapatkan pembagian waktu sehari-hari yang sesuai dengan
kebutuhannya ternyata tidak mendapatkan perhatian penuh dari orang tua mereka. Ada waktu
dimana mereka seharusnya istirahat siang (tidur siang), belajar di Madrasah atau TPA, ikut les
tambahan belajar, ternyata sebagian besar banyak mereka lalui untuk bermain di jalan,
nongkrong di dekat gang rumah mereka sambil sibuk dengan telepon genggam. Demikian juga
saat malam hari, hal ini juga banyak saya temukan dimana anak-anak sibuk nongkrong sambil
merokok, berlari-lari, atau pacaran.
Jika ini menjadi suatu kenyataan yang hadir di masyarakat dalam ruang lingkup yang lebih luas
secara dominan dan menjadi sesuatu yang tidak penting bagi orang tua dan warga masyarakat
(tidak adanya perhatian mereka terhadap anak-anak mereka), maka jangan pernah menyalahkan
anak atau lingkungan ketika terjadi banyak hal-hal negatif di sekitar kita. Lalu bagaimana peran
orang tua terhadap anak mereka, apa yang seharusnya mereka lakukan untuk mendidik anak
mereka agar menjadi anak yang memiliki ilmu, berperilaku baik, dan berguna bagi keluarga,
masyarakat dan negara?
2. Anak dalam perkembangannya tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, karena itu perlu
adanya adaptasi di lingkungan sekolah dan di lingkungan tempat tinggal. Anak yang terlalu
banyak beraktivitas di dalam rumah dan jarang bergaul di lingkungan sejak kecil, akan
mengalami beberapa sikap yang dapat mempengaruhi pergaulannya; seperti sikap ingin menang
sendiri, ingin menguasai, dan tidak mau berbagi dengan teman-teman sebayanya. Karena
kurangnya interaksi dengan lingkungan sejak dini yang menyebabkan anak terlambat
mendapatkan pelajaran bagaimana kebiasaan bermain dan bergaul yang baik dengan teman-
teman yang sebaya misalnya.
3. Ajarkan kepada anak tentang sikap tanggung jawab dengan melatih diri mereka untuk selalu
berkata dan berbuat yang baik dalam setiap tindakan. Karena dari sanalah muncul sikap jujur
dari seorang anak. Inilah yang pada akhirnya membentuk karakter seorang anak menjadi anak
yang disiplin dalam menjalankan setiap aktivitas di dalam kehidupannya
4. Berikan perhatian lebih kepada anak dengan memberikan contoh bagaimana cara bergaul yang
baik dalam suatu lingkungan yang tidak baik. Ini sangat penting agar anak tidak mudah
terpengaruh atau terbawa cara bergaul yang tidak baik. Proteksi dari orang tua dan masyarakat
akan hal ini sangat menentukan kelangsungan kehidupan anak dalam lingkungan yang tidak
baik. Karena kondisi lingkungan yang tidak baik itu dapat terjadi dimana saja. Maka perlu
pengawasan lebih dari orang tua dan masyarakat terhadap model pergaulan yang mengarah
kepada tindakan kriminal dan di sendiri juga merugikan masyarakat.