Anda di halaman 1dari 8

Terjemahan

Soal open-ended
Berbagai peneliti telah menemukan bahwa mengerjakan soal atau masalah yang
memiliki banyak kemungkinan penyelesaian berkontribusi terhadap pembelajaran. Peneliti
memasukkan pekerjaan tersebut kedalam penyelidikan (Wiliam, 1998), bidang permasalahan
(Pehkonen, 1997), dan pendekatan terbuka (Nohda & Emori,1997). Christiansen and Walther
(1986) mengemukakan bahwa masalah dengan tujuan terbuka (yang memiliki banyak
kemungkinan penyelesaian) dapat melibatkan siswa dalam melakukan ekplorasi produktif.
Dan Middleton (1995) berpendapat bahwa masalah open-ended mampu meningkatkan
motivasi melalui peningkatan kontrol emosi siswa. ada banyak jenis masalah open-ended
dan berikut ini hanya dua jenis yang diuraikan: penyelidikan, dan konten khusus soal open-
ended.

Penyelidikan
Contoh Berikut merupakan contoh dari jenis penyelidikan masalah yang sesuai, oleh
penulis pada artikel ini, yang digarap oleh beberapa peneliti yang direferensikan diatas.
Gambar 6.3
“kumpulkan beberapa bola olahraga, seperti bola basket, bola basbol, bola tenis meja, dan
bola tenis, deskripsikan bola-bola tersebut!”

Maksud dari masalah ini adalah siswa akan menentukan properti (seperti dimensi, massa, dan
tekstur) dari bola yang akan mereka amati. Dan kemudian mereka akan menemukan strategi
untuk menggambarkan masing-masing bola dan membandingkan karakteristik setiap bola
tersebut. Hal ini akan menuntun siswa untuk membuat suatu pilihan, mendeskripsikan,
mengukur, mencatat, menjelaskan, dan membenarkan. Sementara beberapa kegiatan
matematis yang dilakukan dijelaskan pada bagian 2.
Masalah tentang bola olahraga ini (gambar 6.3) juga mirip dengan “masalah yang
kaya” yang telah dikemukakan dalam penyelidikan lintas disiplin oleh departemen
pendidikan dan pelatihan, Queesland (2011). Berikut adalah gambaran dari pembelajaran
yang melibatkan masalah yang kaya. Pelabelan Pi di langit. Telah dijelaskan oleh guru
sebagai berikut:
“siswa akan menunjukkan sebuah pemahaman dimana berbagai pendekatan matematis yang
berbeda digunakan untuk merangkai dan menjawab pertanyaan tentang astronomi oleh
budaya dari tiga zaman sejarah yang berbeda. Untuk setiap budaya, mereka akan fokus dalam
satu pertanyaan, serta cara-cara bagaimana budaya yang digunakan atau dikembangkan oleh
matematika untuk merangkai dan menjawab pertanyaan.” (Department of Education and
Training, Queensland, 2011, p. 2)

Sementara masalah semacam itu menyajikan sebuah pilihan kaleidoskop, yang


memiliki potensi untuk memungkinkan pembelajaran yang cukup kreatif, hal itu cukup sulit
bagi guru untuk mengimplentasikan dan cukup sulit pula bagi siswa untuk memahami. Ada
sejumlah tantangan bagi guru dan siswa dalam mencoba untuk menyelesaikan penyelidikan
masalah tersebut. Pertama, ada informasi luar yang substansial yang harus diselesaikan.
Kedua, karena tugas seperti itu memiliki beberapa perbedaan elemen matematis, begitu sulit
bagi guru untuk menyelaraskan masalah open-ended dengan kurikulum yang telah tersusun
dan telah dipadatkan. Ketiga, begitu sulit bagi siswa untuk mengetahui apa yang dimaksud
dalam mempelajarinya. akhirnya, kurangnya kejelasan dalam memahami membuat tugas
pembelajaran menjadi sulit. Sementara ada laporan dari guru dalam melaksanakan masalah
open-ended secara efektif. Seringkali dalam perkumpulan lintas disiplin budaya, memahami
dan melaksanakan masalah open-ended juga menimbulkan tantangan. Yang menjelaskan
terbatasnya kecerdasan mereka oleh para guru.

Isi khusus masalah open-ended


Pendekatan serupa, yang mempertahankan sebagian banyak manfaat yang terkait
dengan penyelidikan semacam itu. Tapi yang lebih mudah dikelola bagi siswa dan guru,
adalah masalah open-ended. Peran masalah matematis selaras dengan susunan kurikulum dan
topik khusus, salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah dengan cara menjelaskannya
sebagai isi khusus masalah open-ended. Beberapa contoh masalah tersebut adalah sebagai
berikut:
Gambar 6.4
a. gambarkan beberapa huruf alfabet pada kertas persegi sehingga setiap huruf memiliki
luas 10 satuan persegi.
b. kebun sayur yang memiliki bentuk huruf L dan memiliki luas 1 hektar. Apa saja
kemungkinan kelilingnya?
c. pada kertas persegi, gambarlah jajar genjang yang berbeda sebanyak-banyaknya yang
anda bisa dengan luas 12 satuan persegi.
Masing-masing tugas ini membahas aspek tertentu dari kurikulum, secara berurutan mulai
dari menghitung luas sebagai perhitungan kuadrat untuk memperoleh bentuk gabungan.
Untuk mengembangkan sebuah peraturan umum dalam menghitung luas. Masing-masing
memiliki banyak kemungkinan penyelesaian dan strategi penyelesaian serta solusi yang
dikehendaki dan mengikuti diskusi kelas serta menciptakan harapan bahwa siswa akan
menjelaskan apa yang telah mereka lakukan dan mendasari kemampuan berpikir mereka.
Misalnya, pada kasus masalah kedua, karena hal itu tidak perlu dipecahkan oleh
pengunaan tugas rutin yang biasa diajarkan, siswa mampu membuat pilihan pada ukuran
bagian “L” dan untuk itu diharapkan menjadi perangsang untuk menjelaskan pilihan-pilihan
tersebut. Penjelasan-penjelasan tersebut memberikan wawasan penting bagi guru didalam
arus berpikir siswa. Masalah dapat dipecahkan bagi sebagian besar siswa karena mereka
dapat menjawab masalah dengan membangun pengetahuan dan pemahaman mereka. pada
contoh pertama diatas beberapa siswa mungkin menjawab dengan gambar yang sederhana
seperti huruf (L.C.T), sedangkan yang lain menggunakan huruf-huruf yang lebih sulit yang
memerlukan banyak setengah persegi seperti huruf (Z, K, R). Masalah-masalah ini menarik
bagi siswa karena mereka memilih tingkatan/level pada apa yang mereka inginkan. Masalah-
masalah tersebut mengenalkan berbagai jenis perbedaan pemikiran dan cara berpikir karena
ada banyak kemungkinan cara penyelesaian, karena jawaban dapat direpresentasikan dengan
berbagai cara.
Ada sejumlah persoalan pedagogik yang harus dipertimbangkan terkait dengan
pengajaran masalah open-ended. Salah satu Keunggulan pedagogik dari masalah-masalah
tersebut adalah bahwa siswa yang mengalami kesulitan dapat dengan mudah menyesuaikan
diri. Dan dapat memberikan pengayaan lebih lanjut bagi siswa yang selesai dengan cepat,
seperti yang akan didiskusikan pada bagian 7. Keuntungan lainnya yaitu mudah merancang
pembelajaran yang difasilitasi oleh guru dalam kegiatan kelompok. Persoalan selanjutnya
yakni suasana ruang kelas perlu diatur sehingga siswa merasa bebas untuk mengusulkan ide
mereka pada kemungkinan pilihan. Persoalan ini akan didiskusikan lebih lanjut pada bagian
berikutnya.
Untuk ilustrasi selanjutnya yakni menjelaskan strategi masalah open-ended yang
berkontribusi pada pembelajaran. Selanjutnya diskusi dihadapkan pada persoalan yang sering
timbul, terutama ketika bekerja dengan siswa yang duduk di kelas smp, pada gambar 6.4c
(perbedaan gambar jajar genjang yang ditentukan luasnya). Pada kelas percobaan, siswa yang
mengerjakan masalah ini didorong untuk bertanya terkait pemahaman konsep mereka.
Pertanyaan yang biasa mereka tanyakan tentang :
 apakah persegi panjang dan persegi juga termasuk jajar genjang. Ini Menuntun diskusi
kelas dari inklusivitas dan lemahnya definisi
 jajar genjang mana yang dapat menyuguhkan kesamaan dan perbedaan (yaitu, apakah
sebuah jajar genjang dengan alas 4 dan tinggi 3 sama dengan alas 3 dan tinggi 4, jika
sudutnya sama), pertanyaan ini memberi kesempatan untuk berdiskusi tentang konsep
transformasi, dan kekongruenan)
 apakah hanya ada dua jajar genjang dengan alas 4 dan tinggi 3. Kebanyakan siswa
mampu menemukan bentuk dengan alas 4 dan dengan sisi sepanjang diagonal persegi
pada kertas. Dan dengan mendorong, siswa juga menemukan persegi panjang. Tapi
banyak yang merasa kesulitan menemukan yang lain. Pada diskusi ini memberikan
pembahasan utama bahwa luas jajar genjang ditentukan oleh alas dan tinggi, dan
bukan oleh sudut dalam atau panjang sisi. Oleh karena itu, jajar genjang seperti itu
bisa terbentuk.

Konsep-konsep ini adalah ide-ide matematika yang sangat penting, diperincikan dalam
banyak kurikulum matematika australia, dengan menggunakan masalah-masalah open-ended,
guru dapat memfasilitasi diskusi dari berbagai macam gagasan, sehingga memberi siswa
kesempatan untuk memperkuat penjelasan konsep dan kemahiran dalam penalaran
matematis, model pedagogi ini merupakan penerapan konsep matematika dan prosesnya,
yang sebagaimana dinyatakan pada bagian 4, akan menjadi penting bagi siswa dalam
mengikuti pembelajaran. setiap persoalan kunci matematis ini timbul sebagai hasil eksplorasi
siswa, dengan demikian tugas-tugas tersebut memungkinkan guru menegaskan setiap lima
kegiatan matematis yang dijelaskan oleh Kilpatrick et al. (2001), dan di analisis pada bagian
2 tinjauan makalah ini.

kendala pada penggunaan masalah open-ended


Langkah pertama dalam mengatasi kendala adalah kesadaran siswa. Salah satu
kendala utama yang dialami guru ketika menggunakan masalah tersebut adalah banyak siswa
yang menghindari mengambil resiko dan tidak mengambil tantangan yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Dan guru harus terlibat aktif dan ikut serta dalam pembelajaran,
bagaimana cara menghindari hal ini.
Desforges and Cockburn (1987), contohnya, laporan pada mata pelajaran yang rinci di
SD di wilayah Inggris. Disana mendapati sekelompok guru dan siswa saling mengurangi
tingkat resiko bagi para siswa. Desforges dan Cockburn mengemukakan bahwa guru
terkadang harus menghindari memberi tantangan persoalan bagi siswa yang menyerah
dengan mengurangi ketergantuangan pada masalah. Stein et al. (1996), pada studi rinci
berbasis ruang kelas, penerapan masalah open-ended, guru juga harus memperhatikan
kelemahan masalah open-ended ini untuk mengurangi tingkat kemampuan yang menuntut
masalah harus diselesaikan bagi beberapa siswa. Tzur (2008) mengungkapkan bahwa guru
harus memodifikasi masalah pada tahap perencanaan untuk mengantisipasi jika ada siswa
yang tidak mampu mengikuti menyelesaikan masalah tanpa bantuan yang cukup. Dan juga
harus melihat siswa yang tidak bisa menjawab sebagaimana jawaban yang diharapkan (lihat
juga Charalambous, 2008). penting bagi guru untuk menyadari kecenderungan ini dan
mencatatnya, untuk mengembangkan strategi bagaimana mengatasi kecenderungan ini.
Setelah mengenal peran guru dalam menciptakan suasana belajar yang optimal untuk
setiap siswa, tahap selanjutnya adalah membentuk budaya kelas yang membangun
kebersamaan dalam kelompok, mendorong upaya dan dukungan dari kesalahan. Dan tidak
hanya sabar tapi juga memahami perbedaan, budaya kelas seperti itu dapat dibentuk melalui
norma-norma yang tegas.
Cobb and McClain (1999) menggunakan istilah “norma matematis” untuk
menggambarkan tugas matematis dan kemungkinan caranya, kegiatan matematika yang mana
harus menjadi nilai dalam pembelajaran, dan semua hasil yang siswa sumbangkan untuk
pembelajaran dalam kelas, melengkapi pengertian norma matematik ini yaitu konsep norma-
norma sosio matematis, yang meliputi cara komunikasi, jenis tanggapan yang dihargai dan
harapan tentang pengambilan resiko dan menoleransi atas kesalahan orang lain. Salah satu
peran guru yaitu menetapkan norma-norma yang dijalankan dalam kelas sehingga jenis
penggunaan masalah open-ended dapat dijelaskan pada bagian ini, bukan menumbangkan
dengan sengaja atau tidak disengaja oleh tindakan beberapa siswa. prasyarat yang diperlukan
untuk menerapkan jenis pembelajaran berdasarkan masalah representasional, kontekstual, dan
open-ended yang telah dijelaskan diatas adalah akan membentuk budaya kelas yang sesuai.
Ringkasan

Masalah open-ended
pendekatan terbuka (Nohda & Emori,1997). Christiansen and Walther (1986)
mengemukakan bahwa masalah dengan tujuan terbuka (yang memiliki banyak kemungkinan
penyelesaian) dapat melibatkan siswa dalam melakukan ekplorasi produktif. Dan Middleton
(1995) mengusulkan bahwa tugas mampu meningkatkan motivasi melalui peningkatan
kontrol emosi siswa . ada banyak jenis masalah open-ended dan berikut ini hanya dua jenis
yang diuraikan: penyelidikan, dan isi khusus masalah open-ended.
Penyelidikan
Contoh Berikut merupakan contoh dari jenis tugas penyelidikan yang sesuai, oleh
penulis pada artikel ini, dikerjakan oleh beberapa peneliti yang direferensikan diatas.
Gambar 6.3
“kumpulkan beberapa bola olahraga, seperti bola basket, bola basbol, bola tenis meja, dan
bola tenis, deskripsikan bola-bola tersebut!”

Maksud dari masalah ini adalah siswa akan menentukan properti (seperti dimensi,
massa, dan tekstur) dari bola yang akan mereka amati. Dan kemudian mereka menemukan
cara untuk menggambarkan masing-masing bola-bola dan membandingkan karakteristik
bola-bola tersebut. Hal ini akan menuntut Siswa untuk membuat suatu pilihan,
mendeskripsikan, mengukur, mencatat, menjelaskan, dan membenarkan.
Isi khusus masalah open-ended
Pendekatan yang serupa, yang mempertahankan sebagian banyak manfaat yang
terkait dengan penyelidikan semacam itu. Tapi lebih mudah dikelola bagi siswa dan guru,
adalah masalah open-ended. Peran masalah matematis yang selaras dengan susunan
kurikulum dan topik khusus, salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah dengan apa yang
dijelaskan sebagai isi khusus masalah open-ended. Beberapa contoh masalah tersebut sebagai
berikut:
Gambar 6.4
d. gambarkan beberapa huruf alfabet pada kertas persegi sehingga setiap huruf memiliki
luas 10 satuan persegi.
e. kebun sayur yang memiliki bentuk huruf L dan memiliki luas 1 hektar. Apa saja
kemungkinan kelilingnya?
f. pada kertas persegi, gambarlah jajar genjang yang berbeda sebanyak-banyaknya yang
anda bisa dengan luas 12 satuan persegi.

Masing-masing masalah ini membahas aspek tertentu dari kurikulum, secara berurutan mulai
dari menghitung luas sebagai perhitungan kuadrat untuk memperoleh bentuk gabungan.
Untuk mengembangkan sebuah peraturan umum untuk menghitung luas. Masing-masing
memiliki banyak kemungkinan penyelesaian dan strategi penyelesaian serta solusi yang
dikehendaki dan mengikuti diskusi kelas serta menciptakan harapan bahwa siswa akan
menjelaskan apa yang telah mereka lakukan dan mendasari kemampuan berpikir mereka.
pada kasus masalah kedua, karena hal itu tidak perlu dipecahkan oleh pengunaan
tugas rutin yang biasa diajarkan, siswa mampu membuat pilihan pada ukuran bagian “L” dan
untuk itu diharapkan menjadi perangsang untuk menjelaskan pilihan-pilihan tersebut.
Penjelasan-penjelasan tersebut memberikan wawasan penting bagi guru didalam arus berpikir
siswa.
Untuk ilustrasi selanjutnya yakni menjelaskan strategi masalah-masalah open-ended
yang berkontribusi pada pembelajaran. Selanjutnya diskusi dihadapkan pada persoalan yang
sering timbul, terutama ketika bekerja dengan siswa yang duduk di kelas smp, pada gambar
6.4c (perbedaan gambar jajar genjang yang ditentukan luasnya). Pada kelas percobaan, siswa
yang mengerjakan tugas ini telah didorong untuk bertanya terkait pemahaman konsep
mereka. Pertanyaan yang biasa mereka tanyakan tentang :
 apakah persegi panjang dan persegi juga termasuk jajar genjang. Ini Menuntun diskusi
kelas dari inklusivitas dan lemahnya definisi
 jajar genjang mana yang dapat menyuguhkan kesamaan dan perbedaan (yaitu, apakah
sebuah jajar genjang dengan alas 4 dan tinggi 3 sama dengan alas 3 dan tinggi 4, jika
sudutnya sama), pertanyaan ini memberi kesempatan untuk berdiskusi tentang konsep
transformasi, dan kekongruenan)
 apakah hanya ada dua jajar genjang dengan alas 4 dan tinggi 3. Kebanyakan siswa
mampu menemukan bentuk dengan alas 4 dan dengan sisi sepanjang diagonal persegi
pada kertas. Dan dengan mendorong, siswa juga menemukan persegi panjang. Tapi
banyak yang merasa kesulitan menemukan yang lain. Pada diskusi ini memberikan
pembahasan utama bahwa luas jajar genjang ditentukan oleh alas dan tinggi, dan
bukan oleh sudut dalam atau panjang sisi. Oleh karena itu, jajar genjang seperti itu
bisa terbentuk.

kendala pada penggunaan masalah open-ended


Langkah pertama dalam mengatasi kendala adalah kesadaran siswa. Salah satu
kendala utama yang dialami guru ketika menggunakan masalah tersebut adalah banyak siswa
yang menghindari mengambil resiko dan tidak mengambil tantangan yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Dan guru harus terlibat bagaimana cara menghindari hal ini.
Desforges and Cockburn (1987), contohnya, laporan pada pelajaran terperinci di SD
di wilayah Inggris. Disana mendapati sekelompok guru dan siswa saling mengurangi tingkat
resiko bagi para siswa. Desforges dan Cockburn mengemukakan bahwa guru kadang-kadang
menghindari memberi tantangan persoalan bagi siswa yang menyerah dengan mengurangi
ketergantuangan pada masalah.

Anda mungkin juga menyukai