渀甀渀
䴀愀猀椀
琀愀栀 䐀攀愀
䌀愀栀礀愀
䔀搀椀
渀椀琀
愀 䔀爀
氀愀渀最最愀
䬀愀甀琀
猀愀爀 一愀渀搀愀
䄀礀甀
匀攀瀀琀
椀爀愀 匀愀渀搀爀
愀 䄀氀
洀愀
刀漀猀椀
琀愀 夀甀猀爀
椀渀愀
䄀洀愀氀
椀愀栀
㠀㘀 㘀 㠀㘀 㠀 㠀㘀 ㈀㘀 㠀㘀 㔀㈀ 㠀㘀 㜀㐀 㠀㘀 㤀
倀䔀一䜀䄀一吀
䄀刀
䰀䤀一䜀䬀唀一䜀䄀一
倀䔀匀䤀
匀䤀刀
倀䄀䐀䄀一䜀
䰀䄀䴀唀一
吀 䔀 䰀 唀 䬀 䄀 䴀 䈀 伀 一 䐀 䄀 䰀 䄀 䴀
䐀漀猀攀渀
倀攀渀最愀洀瀀甀㨀
䄀爀椀
礀愀渀椀渀最猀椀栀Ⰰ
匀⸀吀⸀
Ⰰ
䴀⸀ 吀⸀
Ⰰ䴀⸀匀挀㬀
䐀眀椀愀渀愀 一漀瘀椀愀渀琀椀
吀甀昀愀椀氀
Ⰰ
匀⸀吀⸀
Ⰰ
䴀⸀吀⸀
䨀甀爀甀猀愀渀
吀攀欀渀椀欀
匀椀瀀椀氀
搀愀渀
倀攀爀攀渀挀愀渀愀愀渀
倀爀漀最爀愀洀 匀琀甀搀椀
倀攀爀攀渀挀愀渀愀愀渀
圀椀 氀
愀礀愀栀
搀愀渀
䬀漀琀
愀
䤀
渀猀琀椀琀
甀琀
吀攀欀渀漀氀
漀最椀
䬀愀氀
椀洀愀渀琀
愀渀
䈀愀氀
椀欀瀀愀瀀愀渀
㈀
㠀
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penyusunan laporan yang berjudul ”Identifikasi Ekosistem Padang Lamun Teluk
Ambon Dalam” dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen pengajar Pengantar Lingkungan Pesisir. Dalam penyusunan makalah ini penulis
banyak mendapat bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Aryaningsih S.T.,M.T., M.Sc dan Ibu Dwiana Novianti
Tufail, S.T.,M.T. selaku dosen pengajar mata kuliah Pengantar Lingkungan Pesisir yang telah
membimbing dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna, maka
saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah
selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Tim Penyusun
Pengantar Lingkungan Pesisir Ekosistem Padang Lamun Teluk Ambon Dalam | iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Orientasi Wilayah Studi Teluk Ambon Dalam .............................................. 3
Gambar 3.1 Digitasi Teluk Ambon Dalam ................................................................................ 9
Gambar 3.3 Kondisi Eksisting Padang lamun ......................................................................... 11
Gambar 3.4 Peta Persebaran Padang Lamun di Teluk Ambon Dalam .................................... 12
Gambar 3.2 Perubahan Penggunaan Lahan di Sekitar Teluk Ambon pada Tahun 1972, 1987,
2001 dan 2014 .......................................................................................................................... 15
Tabel 3.1 Komposisi jenis, rata-rata kerapatan lamun (ind.m-2) dan persen tutupan (dalam
kurung) yang teramati pada tiap lokasi. ................................................................................... 10
Tabel 4.1 Perbandingan Perbandingan Kondisi Eksisting Padang Lamun dan Tinjauan
Literature .................................................................................................................................. 17
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi jenis, persebaran serta kodisi fisik ekosistem lamun di
perairan Teluk Ambon Dalam
2. Melakukan analisa kerentanan ekosistem lamun di perairan Teluk Ambon Dalam
3. Memberikan rekomendasi agar tercapainya ekosistem padang lamun berkelanjutan di
Teluk Ambon Dalam
1.3 Sasaran
Berikut merupakan sasaran yang digunakan pada metode ini
1. Mengetahui kondisi eksisting daerah pesisir padang lamun Teluk Ambon Dalam
2. Mengetahui potensi dan permasalahan padang lamun Teluk Ambon Dalam
3. Mengetahui faktor kerentanan pada daerah pesisir padang lamun Teluk Ambon Dalam
4. Memberikan rekomendasi terkait arahan pemngembangan daerah pesisir padang
lamun Teluk Ambon Dalam
kepentingan perikanan sebaiknya memilih kadar oksigen tidak kurang dari 5mgl-1.
Tabel 3.1 Komposisi jenis, rata-rata kerapatan lamun (ind.m-2) dan persen tutupan
(dalam kurung) yang teramati pada tiap lokasi.
Lokasi
Suku Jenis
Passo Waiheru Lateri Halong Tanjung Tiram
Cymodoceaceae 514,50 691,03
- - -
Halodule pinifolia (8,63) (11,38)
98,82
Cymodocea rotundata - - - -
(5,94)
berada di lokasi Passo yaitu sebesar 2976,36 ind.m-1 oleh Halophila minor dan terendah ada
di lokasi Tj. Tiram yaitu 18,70 ind.m-1 oleh H. ovalis. Walaupun lokasi Passo memiliki
kerapatan paling besar namun tingkat penutupan oleh kanopinya tidak secara otomatis paling
besar. Rata-rata persen tutupan lamun tertinggi ada di lokasi Tj. Tiram sebesar 59, 93 %
dan terendah ada di lokasi Waiheru se- besar 38,33 %. Lokasi Passo sebagai lokasi dengan
kerapatan terbesar tutupan lamunnya hanya sebesar 41,90%. Berikut merupan gambaran
padang lamun yang ditemukan masing-masing jenisnya di teluk ambon dalam:
3.5 Potensi
Berdasarkan jurnal yang disampaikan oleh (Kuo, 2007), ekosistem padang lamun di
daerah Teluk Ambon Dalam memiliki luasan sebesar 42.6% dari luas ekosistem padang
lamun di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa perairan Teluk Ambon memiliki
karakteristk habitat yang kaya akan sumberdaya pesisir, salah satunya ialah keberadaan
lamun yang cukup beragam dengan 6 spesies tumbuhan lamun dari 4 genus dan 4 famili.
Keberagaman lamun dengan luasan yang besar mengakibatkan besarnya produksi ikan yang
dapat dihasilkan. Menurut data produksi Dinas Perikanan Tingkat I Maluku, produksi ikan
umpan di Teluk Ambon dapat mencapai 1200 ton pada tahun 1970an.
3.6 Masalah
Permasalahan utama yang berada di Teluk Ambon Dalam adalah kerusakan lingkungan
(Asyiawati, 2015).Yang mana kerusakan lingkungan ini disebabkan oleh kegiatan
masyarakat berupa aktivitas perubahan fungsi lahan, serta pembuangan limbah dan sampah
langsung pada perairan teluk. Adapun dari tahun ke tahun penggunaan lahan di sekitar
Gambar 3.4 Perubahan Penggunaan Lahan di Sekitar Teluk Ambon pada Tahun
1972,1987,2001 dan 2014
Sumber : International Conference on Tropical and Coastal Region Eco-Development, 2014
Pada gambar diatas terlihat bahwa dari tahun 1972 hingga tahun 2014 penggunaan lahan
semakin meningkat di Teluk Ambon Dalam. Khusus untuk Kelurahan Halong memiliki
perubahan lahan menjadi markas TNI. Sedangkan untuk wilayah lainnya di sekeliling Teluk
Ambon Dalam didominasi oleh perubahan permukiman (International Conference on
Tropical and Coastal Region Eco-Development, 2014). Adapun dari proses perubahan lahan
itu mengakibatkan peningkatan sedimentasi pada Teluk Ambon Dalam. Dimana pada tahun
1994 luasan sedimentasi yang ada sebesar 102,56 ha kemudian di tahun 2007 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan menjadi menjadi 168,13 ha (International Conference on
Tropical and Coastal Region Eco-Development, 2014).
Tidak hanya perubahan fungsi lahan, kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
kegiatan masyarakat juga berupa pembuangan limbah dan sampah ke perairan teluk. Dilansir
pada media cetak Kompas tanggal 22 April 2018, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan
Persampahan Kota Ambon menyatakan setiap bulannya terdapat setidaknya 8 ton sampah
baik yang mengapung maupun tenggelam di Teluk Ambond Dalam. (Hehamahua,2018)
4.1.1 Sosial
Masyarakat Teluk Ambon Dalam didominasi oleh masyarakat dengan tingkat
pendidikan yang rendah. Hal ini menjadi salah satu dasar dari terciptnya kerentanan
sosial berupa banyaknya masyarakat yang mengganggur terlihat dari angka
pengangguran yaitu sebesar 63%. Adapun rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
menjadikan keterbatasan masyarakat untuk mengakses pekerjaan yang ada. Sehingga
mengharuskan mereka membuka usaha sendiri untuk mencukupi kebutuhan yang ada
dengan menjadi nelayan. Tak hanya keterbatasan mencari pekerjaan, tingkat pendidikan
yang rendah juga menjadikan masyarakat memiliki keterbatasan informasi terkait
pengelolaan pesisir yang dapat menimbulkan kerentanan lainnya.
4.1.2 Ekonomi
Teluk Ambon Dalam memiliki kekayaan alam yang sangat potensial. Hal ini
terbukti dari ketergantungan nelayan setempat yang menggantungkan hidup pada hasil
laut. Namun, seiring berjalannya waktu, daerah Teluk Ambon Dalam mulai tercemar
sampah dan dipenuhi limbah domestik maupun limbah rumah tangga. Misalnya di Sungai
Passo, Wairahu dan Kawasan Pasar Lama, yang mulai terbiasa dengan pemandangan
sampah di permukaan airnya. Keberadaan ekosistem pesisir di sana pun semakin punah,
khususnya padang lamun. Hal ini tentu berdampak pula pada produksi ikan pada tahun
2013 yang bahkan tidak mencapai 10 ton. Sehingga, banyak keluhan dari para nelayan
hingga instansi – instansi terkait perikanan ikan umpan di Teluk Ambon Dalam karena
membuat perekonomian warga bahkan daerah menjadi menurun sangat drastis dengan
melihat kepada tingkat pengangguran yang sebesar 63% dari jumlah seluruh penduduk
pesisirnya.
5.2 Rekomendasi
Setelah diketahui penyebab terancamnya keberlanjutan ekosistem lamun, maka perlu
dilakukan beberapa hal untuk memperbaiki hal tersebut. adapun penulis memberikan
beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Melakukan transplantasi dan rehabilitasi lamun mengingat kerusakan padang lamun yang
telah mencapai 20%. Hal ini dilakukan dengan menggunakan metode seed and seeding,
metode sprig, dan metode plug.
2. Melakukan pengawasan dan pembuatan peraturan perundang-undangan untuk
mengendalikan proses perubahan lahan dan pencemaran yang terjadi di Teluk Ambon
Dalam
3. Melakukan edukasi berupa pelatihan-pelatihan agar dapat mempersiapkan masyarakat
dalam mengelola ekosistem pesisir berkelanjutan.
4. Melakukan kampanye penyadaran masyarakat (Public Awareness) untukdapat menjaga
dan memelihara ekosistem pesisir karena pada dasarnya ketika ekosistem tersebut rusak
maka yang akan terkena dampat langsung adalah mereka yaitu masyarakat pesisir Teluk
Ambon Dalam.