Protobion dianggap sebagai bahan dasar pembentuk sel purba atau disebut
progenot. Progenot merupakan cikal bakal universal semua jenis sel yang ada
sekarang. Progenot berkembang menjadi kelompok sel prokariotik purba seperti
Archaebacteria. Archaebacteria merupakan bakteri yang beradaptasi terhadap
suhu sekitar 100°C, kadar garam tinggi, atau kadar asam tinggi.
Archaebacteria bersifat anaerob, memiliki dinding sel yang tersusun dari berbagai
jenis protein, memiliki pigmen fotosintetik berupa bakteriorodopsin, dan mampu
menghasilkan ATP sendiri. Kelompok sel yang lain, yaitu Eubacteria, merupakan
bakteri yang hidup pada kondisi lingkungan yang tidak seekstrim kondisi tempat
hidup Archaebacteria. Eubacteria ada yang bersifat aerob dan anaerob, memiliki
dinding sel yang tersusun dari peptidoglikan, memiliki pigmen fotosintetik berupa
bakterioklorofil, dan mampu menghasilkan ATP secara lebih efisien karena sistem
transpor elektronnya lebih berkembang.
Sel prokariotik merupakan sel yang memiliki struktur lebih sederhana dibandingkan
dengan sel eukariotik. Oleh karena itu, para ahli menduga bahwa makhluk hidup yang
pertama kali muncul merupakan prokariot.
Pertanyaan yang mungkin kita pikirkan adalah bagaimana munculnya bakteri atau
Cyanobacteria tersebut? Seperti kita ketahui, kehidupan tidak muncul secara
spontan dari materi yang tidak hidup dan tidak berwujud seperti yang ada sekarang
ini. Namun, kondisi bumi sekarang sangat berbeda dengan kondisi bumi saat baru
berusia satu juta tahun. Kondisi atmosfernya berbeda (misalnya kondisi oksigen
yang minimal), banyak petir, aktivitas gunung berapi, hantaman-hantaman meteor,
serta radiasi UV sangat tinggi dibandingkan dengan keadaan bumi saat ini. Oleh
karenanya, lingkungan pada kondisi dulu memungkinkan bermulanya kehidupan ini.
Namun, masih banyak perdebatan mengenai asal-usul kehidupan di bumi.
Bukti-bukti fosil menunjukkan bahwa sel prokariotik yang ada dalam batu-batuan
telah berumur sekitar 3,5 milyar tahun. Umur ini satu hingga dua milyar tahun
selisihnya dengan bukti yang mendukung kemunculan sel eukariotik. Dengan
demikian, disimpulkan bahwa sel prokariotik telah ada terlebih dahulu sebelum sel
eukariotik. Di antara sel prokariotik dan eukariotik juga terdapat berbagai
kesamaan sifat. Kesamaan sifat tersebut misalnya kesamaan kode informasi
genetik, enzim, dan jalur metabolisme.
Sampai dengan sekitar tahun 1970, diyakini bahwa sel- sel eukariotik berevolusi
dari sel-sel prokariotik melalui suatu proses evolusi perlahan-lahan, yaitu organel
pada sel prokariotik perlahan-lahan berkembang menjadi lebih kompleks. Konsep ini
berubah setelah penemuan Lynn Margulis dari Universitas Boston. Margulis
membuktikan teori yang sebelumnya diabaikan, yaitu organel-organel tertentu pada
sel eukariotik, terutama mitokondria dan kloroplas berasal dari sel prokariotik yang
berukuran kecil.
Sel prokariotik tersebut menempati sitoplasma sel inang yang berukuran lebih besar
sehingga terbentuk sel eukariotik. Hipotesis ini disebut sebagai teori
endosimbiotik. Teori endosimbiotik bermakna bahwa sel tunggal yang kompleks
berevolusi dari dua atau lebih sel yang lebih sederhana, yang hidup simbiotik dengan
sel inangnya. .
Nenek moyang sel eukariotik yang pertama diduga merupakan bakteri heterotrof
anaerob. Disebut sebagai bakteri anaerob karena energi bakteri ini berasal dari
perombakan makanan tanpa menggunakan oksigen. Disebut sebagai bakteri
heterotrof karena bakteri ini tidak dapat menyintesis makanannya (senyawa
kompleks) dari prekursor organik (seperti C02 dan H20), dan memerlukan senyawa
kompleks dari lingkungannya.
Sesuai dengan teori endosimbiotik, ada organisme prokariot yang relatif besar,
bersifat anaerob dan heterotrof, yang menelan organisme prokariot yang berukuran
lebih kecil dan bersifat aerob. Prokariot yang berukuran kecil tersebut diduga
merupakan bakteri fotosintetik ungu.
Namun, karena tidak dapat dicerna oleh sitoplasma prokariotik yang lebih besar, sel
prokariot yang lebih kecil tersebut tinggal menetap dan membentuk endosimbion di
dalam tubuh sel inangnya. Saat sel inang bereproduksi, endosimbion juga
bereproduksi. Setelah beberapa generasi, endosimbion kehilangan sifat-sifat yang
tidak dibutuhkannya lagi dan berevolusi menjadi organel mitokondria yang kita kenal
sekarang ini.
Diduga juga bahwa bergabungnya endosimbion lain, terutama Cyanobacteria,
menyebabkan organisme eukariot heterotrof yang ada pada masa awal berubah
menjadi organisme autotrof fotosintetik sekarang, yaitu alga dan tumbuhan hijau.
Penggabungan kloroplas merupakan tahap terakhir dalam proses endosimbiotik
karena semua organisme 1 eukariot memiliki mitokondria, namun hanya Algae
(ganggang) dan tanaman yang memiliki kloroplas.
Bagaimana sel eukariotik sederhana berevolusi menjadi tumbuhan dan hewan?
Berikut akan diuraikan tahapannya.
Evolusi Tumbuhan
Evolusi Hewan
Hewan berevolusi dari Protista (kelompok ganggang) berflagel menjadi organisme
kelompok Protozoa, seperti Trypanosoma dan Protozoa bersilia.
Pada evolusi hewan, yang terjadi selanjutnya adalah perubahan hewan bersel satu
menjadi hewan bersel banyak (multiseluler). Hewan bersel banyak ini diperkirakan
pada mulanya berbentuk bola berongga yang terdiri dari satu lapis sel (blastea).
Beberapa hewan invertebrata laut melakukan adaptasi untuk dapat hidup di darat.
Adaptasi yang dilakukan berupa penyesuaian alat pemapasan untuk menghirup
oksigen dari udara, dan alat gerak agar dapat bergerak di darat. Perhatikan bagan
evolusi hewan pada gambar berikut