Analisa Kondisi Atmosfer Pada Kejadian Cuaca Ekstrem Hujan Es
Analisa Kondisi Atmosfer Pada Kejadian Cuaca Ekstrem Hujan Es
Akhmad Fadholi
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Indonesia
Intisari: Hujan es (hail ) merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrim yang akhir-akhir ini sering terjadi di beberapa
wilayah di Indonesia. Bentuk dari presipitasi yang berupa tetes-tetes air yang disertai butiran-butiran es kecil membuat
masyarakat membuat daya tarik tersendiri bagi masyarakat awam. Sesuai dengan peraturan Kepala BMKG tentang
Prosedur Standar Operasional Pelaksanaan Peringatan Dini, Pelaporan, dan desiminasi Informasi Cuaca Ekstrim, setiap
kejadian cuaca ekstrim harus dilakukan analisa baik sementara maupun lengkap. Dalam penulisan ini, penulis mencoba
memberikan beberapa teknik analisa untuk menganalisa kejadian cuaca ekstrem hujan es. Teknik yang digunakan adalah
teknik analisa kondisi cuaca permukaan, teknik analisa data radiosonde, dan teknik analisa citra radar. Ketiga teknik
analisa tersebut dinilai sanagat responsif untuk analisa kejadian cuaca ekstrem hujan es. Analisa kondisi cuaca permukaan
merupakan langkah awal yang dilakukan dalam rangka menyelidiki gejala-gejala pendukung terjadinya hujan es. Analisa
data upper air dari radiosonde berperan sebagai pemberi informasi tentang profil udara atas sehingga didapatkan nilai-
nilai indeks indicator cuaca signifikan. Sedangkan analisa data citra radar merupakan langkah untuk mengetahui kondisi
liputan uap air yang berpotensi menjadi awan dalam area tertentu.
Kata kunci: teknik analisa, cuaca ekstrem, hujan es
E-mail: akhmad.fadholi@bmkg.go.id
c 2012 SIMETRI 1216-74
Fadholi/Analisa Kondisi Atmosfer pada . . . SIMETRI Vol.1 No.2(D) Sept’12
1216-75
Fadholi/Analisa Kondisi Atmosfer pada . . . SIMETRI Vol.1 No.2(D) Sept’12
penurunan adiabat kering, besarnya laju penurunan berdasarkan skala thermometer bola kering yang ter-
adiabat jenuh tergantung pada suhu atau ketinggian. pasang salam sangkar meteorologi dengan tinggi ±1.2
Hal ini disebabkan oleh karena massa udara yang meter. Suhu udara ini merupakan salah satu data
suhunya lebih tinggi dapat menampung uap air se- mentah untuk menentukan perkiraan maupun analisa
hingga pada saat kondensasi melepaskan banyak ba- cuaca.
hang laten, yang berarti pula pada suhu yang lebih Series data suhu permukaan yang panjang meru-
tinggi laju penurunan adiabat jenuh lebih kecil dari- pakan suatu deret angka yang jika diinput pada grafik
pada suhu yang lebih rendah. Meskipun demikian maka akan membentuk pola berulang. Dari pola-pola
untuk troposfer bagian bawah dan menengah nilai itulah sebenarnya baik observer maupun forecaster
gs sebesar 0,0049◦ C/m dapat dipakai untuk berbagai bisa memperkirakan atau menganalisa suatu kejadian
keperluan [4] . cuaca. Contoh yang mudah dipahami, suhu udara per-
mukaan pasti akan mengalami kenaikan ketika siang
2.3 Dasar Hukum Analisa Cuaca Ekstrim hari dan akan menurun secara perlahan dan terus
menerus sampai esok hari berikutnya (Gambar 1).
Ruang lingkup prosedur standar operasional pelak-
sanaan peringatan dini, pelaporan, dan desiminasi
informasi cuaca ekstrim, meliputi prediksi cuaca,
peringatan dini cuaca ekstrim, respon cepat, dan ana-
lisa. Analisa cuaca ekstrim terdiri dari analisa semen-
tara dan analisa lengkap. Analsis sementara harus di-
lakukan untuk mengidentifikasi perilaku gejala mete-
orology hasil pengolahan data pada saat kejadian dan
disampaikan selambat-lambatnya 6 jam setelah dike-
tahui adanya kejadian di lingkungan UPT atau di luar
lingkungan UPT sedangkan analisa lengkap harus di-
lakukan untuk mengidentifikasi perilaku gejala mete-
orology hasil pengolahan data pada saat kejadian dan
setelah kejadian dan disampaikan selambat-lambatnya Gambar 1: Contoh grafik suhu udara permukaan harian
24 jam setelah diketahui adanya kejadian (Peraturan
Kepala BKG, No:009 Tahun 2010). Dalam kondisi hari biasa tanpa fenomena cuaca
yang mengakibatkan presipitasi bisa dipastikan seperti
3 PEMBAHASAN itu.
Namun, ketika pada suatu hari grafik menunjukkan
Pembahasan dilakukan dengan menjelaskan tentang pola pergerakan yang berbeda maka bisa dipastikan
ketiga teknik yang telah disebutkan di atas serta sub- ada fenomena cuaca signifikan yang terjadi seperti
sub bagian masing-masing teknik. pada Gambar 2. Grafik suhu udara permukaan seperti
itu dapat dipastikan mempunyai fenomena cuaca yang
3.1 Analisa Kondisi Cuaca Permukaan signifikan antara lain hujan lebat disertai guntur atau
angin kencang yang berasal dari awan cumulonimbus.
Pada teknik analisa kondisi cuaca permukaan kita
mengenal beberapa unsur cuaca yang sangat famil-
iar baik di kalangan observer maupun forecaster an-
tara lain, suhu, angin, kelembaban, awan, endapan,
tekanan udara, dan sebagainya. Namun pada penje-
lasan teknik analisa kondisi cuaca permukaan kali ini,
penulis mengambil tiga unsur cuaca yang dijadikan
sebagai unsur teknik analisa, yaitu suhu udara per-
mukaan, kelembaban, dan tekanan udara.
1216-76
Fadholi/Analisa Kondisi Atmosfer pada . . . SIMETRI Vol.1 No.2(D) Sept’12
1216-77
Fadholi/Analisa Kondisi Atmosfer pada . . . SIMETRI Vol.1 No.2(D) Sept’12
Tabel 1: Indeks LI
LI Kondisi Atmosfer
> 10 Atmosfer stabil, langit clear
>2 Cuaca Tidak Signifikan
0-2 Kemunfkinan shower atau TS
−2 - 0 Kemungkinan TS
(−4) - (−2) Kemungkinan Badai TS
< (−4) Kemungkinan badai TS bahkan Tornado
1216-78
Fadholi/Analisa Kondisi Atmosfer pada . . . SIMETRI Vol.1 No.2(D) Sept’12
• Pengukuran Angin
Convective Available Potential Energy
(CAPE) • Mendeteksi Turbulensi dan wind shear
CAPE adalah area dimana suhu parcel udara lebih • Severe storm nowcasting
panas dari pada lingkungannya. Area tersebut me-
nunjukkan jumlah energy yang tersedia untuk parcel • Mendeteksi Hail
udara bergerak naik ke atas. CAPE dinyatakan dalam
satuan Joules/Kilogram (J/Kg). Adapun formulanya • Menentukan Lokasi dari melting level
sebagai berikut:
• Mendeteksi Mesocyclone and Microburst
T vparcel − T venv
Z
CAP E = zf zn g dz (6) • Wind soundings in stratiform precipitation
T venv
dengan Zn = Ketinggian lapisan LfcEL, Zf = Keting- • Analisa Struktur Hurricane
gian lapisan Lfc, T vparcel = Virtual temperature parsel
udara, T venv = Virtual temperature lingkungan, g = 4 PENUTUP
Gaya gravitasi bumi (9.8 m/s2 )
Pada Area dengan nilai positif yang lebih besar, 4.1 Kesimpulan
maka semakin besar pula nilai CAPE, ketidakstabi-
lan dan potensi konvektif yang lebih besar. Tabel 5 Berdasarkan penjelasan beberapa teknik analisa cuaca
menunjukan gambaran umum korelasi antara CAPE kejadian cuaca ekstrim berupa hujan es di atas, maka
dan stabilitas. penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1216-79
Fadholi/Analisa Kondisi Atmosfer pada . . . SIMETRI Vol.1 No.2(D) Sept’12
4.2 Saran
REFERENSI
[1] AWS/TR-79/006, 1979, The Used of The SKEW T, LOG
P Diagram in Analysis and Forecasting, Air Weather
Service
[2] Barry, R.G. and R.J. Chorley, 1998, Atmosphere, Weather
and Climate, London: Seventh Edition, Rooutledge Ltd.,
409 pp
[3] Byers, H.R., 1974, General Meteorology, New york:
McGraw-Hill Book Company Inc. London
[4] Prawirowardoyo, S., 1996, Meteorologi, Institut Teknologi
Bandung, Bandung
[5] Tjasyono, B.H.K., 2004, Klimatologi, Institut Teknologi
Bandung, Bandung
[6] Zakir, A., 2008, Modul Praktis Analisa dan Prakiraan
Cuaca, Pusat Pendidikan dan Latihan Meteorologi dan
Gambar 7: Geofisika, Jakarta
1216-80