Knowles (1975, disitasi oleh O’Shea, 2003) mendefinisikan SDL adalah sesuatu
proses dimana seseorang memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain,
untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya
sendiri, mengidentifikasi sumber–sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi
belajar yang sesuai dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. O’Shea, E. (2003)
Self-directed learning in nurse education: a review of literature. Journal of Advanced
Nursing, 43 (1), pp. 62-70. Self-directed Learning adalah sesuatu proses dimana seseorang
memiliki inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk menganalisis kebutuhan
belajar. (O’Shea, 2003)
Merriam dan Caffarella (1991) mendefinisikan SDL adalah sesuatu metode belajar di
mana pelajar mempunyai tanggung jawab yang utama dalam perencanaan,
pelaksanakan dan penilaian hasil belajar.
kemampuan untuk berinisiatif dalam mengatur (regulate), mengelola dan mengontrol
proses belajarnya untuk mengatasi berbagai masalah dalam belajar dengan
mempergunakan berbagai alternatif atau strategi belajar (Jarvis, 1990). Dalam
(Darmayanti, 1993)
suatu proses di mana individu: berinisiatif belajar dengan atau tanpa bantuan orang
lain; mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajar;
mengidentifikasi sumber belajar yang dapat digunakannya; memilih dan
menerapkan strategi belajar, dan mengevaluasi hasil belajarnya. Lowry (ERIC
Digest No 93, 1989) Lowry, C. M. (2000). Supporting and Facilitating Self-Directed
Learning. ERIC Digest No 93,1989-00-00
proses belajar di mana individu memiliki rasa tanggung jawab dalam: merancang
belajarnya, dan menerapkan, serta mengevaluasi proses belajarnya. Wongsri,
Cantwell, Archer (2002) Wongsri,N., Cantwell, R.H., Archer, J. (2002). The Validation of
Measures of Self-Efficacy, Motivation and self-Regulated Learning among Thai tertiary
Students. Paper presented at the Annual Conference of the Australian Association for
Research in Education, Brisbane, December 2002
Refleksi diri
Refleksi adalah pemikiran, ide, atau opini yang dihasilkan dari kegiatan meditasi.
Refleksi juga didefinisikan sebagai proses untuk mengevaluasi pengalaman sebagai
proses internal pembelajar yang digunakan untuk memperbaiki pemahaman
terhadap pengalaman yang pada gilirannya akan membuat pembelajar untuk
merubah pandangannya (Pediatrics, 2005). Definisi pdf:Dra. Endang Lestari,
MPd.M.PdKed Pediatrics, 2005. The Reflective Practitioner: Reaching for Excellence
in Practice.Journal Peditrics vol. 116 No. 6 December 2005, pp 1546-1552.
Refleksi memberikan kebiasaan kepada dokter untuk melihat kembali apa yang telah
dilakukannya kepada pasien,menganalisis tindakan tersebut untuk meningkatkan
skill dan kemampuan merawat pasien (Pediatrics, 2005). Manfaat pdf:Dra. Endang
Lestari, MPd.M.PdKed Pediatrics, 2005. The Reflective Practitioner: Reaching for
Excellence in Practice.Journal Peditrics vol. 116 No. 6 December 2005, pp 1546-
1552.
Menurut Mezirow (dalam Sutherland, 1997), refleksi tidak hanya berhenti berfikir
untuk menyelesaikan masalah atau menyusun rencana berdasarkan pengetahuan
yang sudah dimiliki sebelumnya, akan tetapi refleksi mengharuskan pembelajar
untuk mengkritisi proses, isi dan premis yang mendasari pengalaman sebagai upaya
untuk memperbaiki pemahaman atas pengalaman atau keputusan yang diambilnya.
Menurut Mezirow dengan melakukan refleksi terhadap tiga elemen tersebut (prose,
isi dan premis) akan menyebabkan perubahan prilaku. Pdf:Dra. Endang Lestari,
MPd.M.PdKed Mezirow, Jack. 1997. Cognitive Process: Contemporary Paradigms of
Learning.Adult Learning: a Reader. Edited by Sutherland, Peter. London:Kogan
Page.
Collaborative Learning
Pikiran seseorang akan dipengaruhi oleh konteks di mana dia hidup dan berada. Misalnya
seorang anak yang sehari-harinya hidup di kota ketika diminta untuk mengambilkan telur
akan menuju ke lemari es (kulkas). Lain halnya dengan seorang anak yang sehari-harinya
hidup di desa pertanian akan menuju ke kandang ayam. Respon kedua anak tersebut
berbeda sebab mereka memiliki konteks yang berbeda. Dalam konteks kota, pikiran anak
akan tertuju pada lemari es (kulkas) ketika berpikir tentang telur sedangkan dalam konteks
desa pertanian pikiran anak tertuju pada kandang ayam ketika berpikir tentang telur.
Berdasarkan uraian tersebut di datas, konteks berarti hal-hal yang berkaitan dengan ide-ide
atau pengetahuan awal seseorang yang diperoleh dari berbagai pengalamannya sehari-hari.
Oleh karena itu, kontekstual berarti berkaitan dengan atau bersifat konteks. Dengan
mengaitkan materi pelajaran (instructional content) dengan konteks kehidupan dan
kebutuhan siswa akan meningkatkan motivasi belajarnya serta akan menjadikan proses
belajar mengajar lebih efisien dan efektif. Pendekatan belajar ini disebut pendekatan
kontekstual (contextual teaching and learning). Proses belajar kontekstual terjadi dalam
situasi kompleks dan hal ini berbeda dengan pendekatan behaviorist yang lebih menekankan
pada latihan.
kulub ;2009