Anda di halaman 1dari 16

THE IASB AND ASBJ CONCEPTUAL FRAMEWORK: SAME OBJECTIVE, DIFFERENT FINANCIAL

PERFORMANCE CONCEPT

INTRODUCTION

Paper ini mengomentari Conceptual Framework (CF) IASB dan ASBJ. Motivasi paper ini adalah baik IASB
CF 2010 maupun Discussion Paper (DP) IASB 2013 tidak menjelaskan secara detail bagaimana konsep
kinerja keuangan tertentu yg menjadi pondasi CF IASB dapat mengarahkan ke standar pelaporan
keuangan dan informasi akuntansi keuangan yang dapat memenuhi tujuan umum pelapoan keuangan.
Paper ini membandingkan CF IASB 2010 dengan CF DP ASBJ 2006. Keduanya dikembangkan dari CF
FASB, tapi terlepas dari tujuan pelaporan keuangan yang sama, keduanya memiliki perbedaan dalam
konsep kinerja keuangan yang dipakai.

Setelah mengidentifikasi dan membandingkan konsep kinerja keuangan kedua CF serta dampaknya
terhadap keseluruhan masing-masing CF, kemudian akan dibahas argument yang mendasari ASBJ
menggnakan konsep tersebut. Tujuannya adalah untuk menstimulasi debat akademik internasional
mengenai bagaimana konsep kinerja keuangan yang berbeda dianggap paling baik dalam memenuhi
tujuan pelaporan keuangan yang sama. Konsep kinerja keuangan (financial performance concept)
merujuk pada logika dan prinsip yang mendasari definisi, pengakuan, pegukuran, presentasi, dan
pengungkapan elemen laporan keuangan. Terdapat dua pandangan dalam laporan keuangan, yaitu
artikulasi dan non-artikulasi. CF IASB 2010 dan CF ASBJ 2006 menggunakan articulated view.

CF IASB 2010 mengadopsi konsep kinerja keuangan “all-inclusive realizable changes in net assets”,
artinya konsep tersebut mengakui perubahan asset dan liabilitas sebagai income atau expenses ketika
dapat direalisasi. Sedangkan, CF DP ASBJ 2006 mengadopsi konsep “released-from-risk net income” yang
artinya perubahan asset dan liabilitas diakui sebagai revenue/gain dan expense/loss di lap L/R, baik
ketika sudah direlisasikan melalui penerimaan atau pembayaran kas atau asset yang dikonversi menjadi
kas, atau dibebaskan dari risiko (released-from-risk) yang berasal dari invstasi investasi keuangan pada
sebuah asset yang mana exit price sama dengan entry price.

CONTEXTS, STATUSES, AND STRUSTURE

Context & Status of 2010 IASB Framework

IASC didirikan 1973 oleh 14 badan akuntansi di 7 negara. Di tahun-tahun awal, IASC mengambil
keputusan lebih bersifat pragmatis daripada berdasarkan konsep sehingga beberapa standar yang
dihasilkannya tidak konsisten secara teoritis. Setelah FASB menyelesaikan mebuat CF, IASC membuat CF
sendiri tahun 1989 bernama Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statement
yang sangat mirip dengan SFAC No 1, 2, 3, 5.

Tahun 2001, IASB adopsi CF 1989 tanpa review kritis terhadap dasar filosofis dan teoritisnya. Okt 2004,
IASB dan FASB mulai joint project, menghasilkan 2010 IASB CF Chap 1 dan 3. Tahun 2012, IASB
mengumumkan akan merevisi Chp 4 dan Jul 2013 menerbitkan DP (IASB 2013). ED diharapkan terbit di
awal tahun 2015.
Context & Status of 2006 ASBJ Framework DP

Sampai tahun 2001, penyusun standar akuntansi di Jepang adalah BADC. 1998 berdiri Financial
Supervisor Agency kemudian berubah jadi Financial Services Agency (FSA) tahun 2000 yang
bertanggungjawab memastikan stabilitas sistem keu jepang dan regulasi serta transparansi pasar
keuangan dan pasar modal jepang. 26 juli 2002, FSAF berdiri dan ASBJ menjadi salah satu bagiannya.
Sejak saat itu ASBJ jadi penyusun standar akuntansi sektor privat.

203 ASBJ buat Concepts Working Group dan mulai membuat draft CF. Full draft DP pertama terbit 22
Juni 2004 dan direvisi sept 2004. Tahun 2005 IASB & ASBJ melakukan meeting utk konvergensi std akt
keu, dan 2006 FASB & ASBJ melakukan hal yg sama. Des 2006, ASBJ memilih menerbitkan CF lagi dalam
bentuk DP bukan ED. ASBJ memilih untuk menerbitkan DP karena dipercaya akan lebih berkembang
melalui partisipasi diskusi internasional, terutam dengan IASB dan FASB. Meskipun statusnya unofficial,
ASBJ CF DP memiliki dampak terhadap std akt jepang.

Structures of the Framework

CF ASBJ 2006 megikuti struktur CF IASC 1989/CF IASB 2001 karena menurut ASBJ akan memfasilitasi
komunikasi dan pemahaman bersama. CF IASB 2010 memiliki struktur agak berbeda, tapi juga terdiri
dari introduction dan ada 4 chp. Chp 2 CF IASB masih belum memiliki isi, sedangkan chp 4 adalah
peninggalan dari CF IASC 1989/CF IASB 2001. Perbedaan CF IASB dan ASBJ dapat dilihat pada Tabel 1.

CONTRASTING THE FINANCIAL PERFORMANCE CONCEPTS USED IN BOTH FRAMEWORKS

Berdasarkan CF IASB 2010, OB1 maka langkah-langkah dalam membuat draft CF: 1) membuat tujuan
umum pelaporan keuangan, 2) membangun framework sehingga informasi pelaporan keuangan yang
dihasilkan berikut konsep dan prinsip yang terbaik sehingga dapat memenuhi tujuan pelaporan
keuangan. IASB dan ASBJ Working Group sudah menentukan tujuan pelaporan keuangan dengan alasan
historis dan politis. Setelah itu, IASB dan ASBJ membangun framework masing-masing dengan logika dan
argument yang berbeda pada definisi, pengakuan, pengukuran, elemen lap keu, dan karakteristik
kualitatif yang dapat memenuhi tujuan pelaporan keu-nya.

The Objective og General Purpose Financial Reporting

Ide tujuan pelaporan keu kedua CF adalah untuk menyediakan informasi yang berguna untuk investor
ketika membuat keputusan tentang penyediaan sumber daya kepada entitas, atau keputusan utk buy,
hold, sell sekuritas di pasar sekunder. Asumsi kedua CF adalah seluruh investor membuat keputusan ini
berdasarkan penilaian waktu, risiko, dan jumlah future cash flow yang diharapkan untuk mereka terima
dalam bentuk dividen, atau dalam bentuk realized or realizable capital gains, atau kombinasi keduanya.

Untuk memenuhi tujuan tsb, ada informasi yang dibutuhkan pengguna LK yaitu informasi terkait
pelaporan posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas untuk membantu mereka menilai prospek arus
kas masuk bersih entitas di masa depan dan mengestimasi nilai dari entitas. Namun, CF tersebut tidak
sependapat mengenai bagaimana mereka mendefinisikan, melakukan pengakuan, pengukuran dan
menyajikan elemen LK, dan apakah LK seharusnya diartikulasikan untuk menghasilkan laporan keuangan
yang dapat memenuhi tujuan pelaporan keuangan dengan paling baik.

The Qualitative Characteristics of Decision-Useful Information

Dapat dilihat di Tabel 2. Kedua CF setuju jika relevance adalah 1 dari 2 kualitas penting dari informasi LK.
CF IASB 2010 menyatakan informasi harus relevan dan penting untuk memengaruhi keputusan investor,
untuk itu informasi harus punya nilai prediktif, confirmatory atau keduanya. Disisi lain, CF ASBJ
menyatakan bahwa informasi yang relevan itu harus memiliki nilai informasi dan dapat memuaskan
kebutuhan user.

Di CF IASB 2010, reliability digantikan oleh faithful representation, yang artinya pengukuran harus
complete, neutral dan free from error. Verifiability bersama comparability, timeliness dan
understandability jadi enhancing characteristics. Bahkan pada CF DP IASB 2013 dikatakan bahwa
verifiability itu diinginkan namun tidak esensial.

Di sisi lain, kualitas fundamental CF DP ASBJ 2006 yang kedua adalah reliability yang didukung oleh
neutrality, verifiability, dan representational faithfulness. CF ASBJ ini menekankan pentingnya
verifiability dalam membuat LK, khususnya dalam pengukuran L/R, harus berdasarkan pada fakta yang
tidak terpengaruh oleh penilaian subjektif dari orang yang membuat pengukuran.

(The Elements and their Definitions)

Pada Ch 1 di Framework IASB 2010 mendefinisikan entity’s financial position sebagai


economic resorces dan claims terhadap economic resorces, di mana net assets sama dengan
equity, dan financial performance didefinisikan sebagai perubahan terhadap resources dan claims
(IASB 2010, OB12). Bab 4 mendefinisikan aset, liabilities, dan equity (IASB 2010, 4.4) dan
menurunkan definisi income dan expense (IASB 2010, 4.25) dari definisi assets dan liabilities.
Perubahan yang diusulkan untuk definisi, recognition, dan measurement dari unsur-unsur laporan
keuangan dalam IASB DP 2013 bukan merupakan pertimbangan ulang yang mendasar dari
konsep financial position dan financial performance.
TABLE 2
Comparison of the Qualitative Characteristics of Useful Information

Karena IASB menganggap income dan expense item sebagai peningkatan atau penurunan
economic benefits yang berasal dari perubahan assets dan liabilities (IASB 2013, 2,45),
Framework IASB 2010, tidak membuat perbedaan antara revenues dan gains atau antara
expenses dan losses (Lihat IASB 2010, 4,29 dan 4,30). Lebih lanjut, income dan expenses
mencakup baik realized dan unrealized gains dan losses (IASB 2010, 4,31 dan 4,35).

IASB: Income dan expense sebagi peningkatan dan penurunan manfaat ekonomik yang berasal
dari perubahan aset (income, revenue, gain, (expense, lose) tidak dibedakan).

ASBJ: mementingkan informasi profit untuk memprediksi future cashflow. Definisi aset,
liabilitas, net aset, comperhensif income sama kaya IASB. Tapi yang beda ASBJ membedakan
Net Aset dan owners equity

Di sisi lain, Framework DP ASBJ 2006 relatif lebih mementingkan profit information atas
informasi tentang stock of the entity’s investment untuk memprediksi future cash flows dan
memperkirakan nilai entitas (ASBJ 2006, Ch.1, paragraf 3)). Framework ASBJ 2006
mendefinisikan assets, liabilities, net assets, dan comprehensive income serupa dengan definisi
IASB (ASBJ 2006, Ch. 3, paragraf 4–6 dan 8). Namun, Framework ASBJ 2006 membedakan
antara net assets dan owners’ equity. Dimana owners’ equity sebagai komponen net assets yang
dapat diatribusikan kepada entity’s owners’ (pemegang saham mayoritas dari perusahaan induk)
(ASBJ 2006, Ch. 3, paragraf 7). Bagian dari net assets selain dari owners’ equity, antara lain:

 Bagian yang berasal dari direct transaction dengan pemegang saham minoritas;
 Bagian dari retained earnings yang dibebaskan dari risiko yang diberikan kepada
pemegang saham minoritas dari anak perusahaan;
 Bagian yang berasal dari direct transaction dengan option holders yang dapat menjadi
pemilik di masa depan; dan
 Bagian yang terdiri dari item dalam comprehensive income lainnya (OCI) (ASBJ 2006,
Bab 3, paragraf 20).

Net Income didefinisikan sebagai bagian dari comprehensive income yang telah dilepaskan
dari risiko dan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas pelaporan. Ini hanyalah net
income (selanjutnya disebut net income yang dibebaskan dari risiko) yang menghasilkan
perubahan dalam owner equity (ASBJ 2006, Ch.3, paragraf 9). Net Income yang dibebaskan dari
risiko sama dengan (total revenues/gains less total expense/losses) dikurangi minority interests’
share (ASBJ 2006, Ch.3, paragraf 11). Framework DP ASBJ 2006 kemudian menjelaskan
hubungan antara comprehensive income dan net income (ASBJ 2006, Ch.3, paragraf 12), dan
akhirnya mendefinisikan revenues/gains dan expenses/losses sebagai items yang menghasilkan
peningkatan atau penurunan net income yang telah terlepas dari risiko (ASBJ 2006, Ch. 3,
paragraf 13–16). Untuk definisi formal, lihat Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.

TABLE 3
Elements of the Balance Sheet in the Two Frameworks
Conceptual Framework ASBJ 2006 Conceptual Framework IASB 2010
(Chapter 3) (Chapter 4)
Assets: Sumber daya ekonomi yang Assets:: Sumber daya ekonomi yang
dikendalikan oleh entitas pelaporan sebagai dikendalikan oleh entitas sebagai hasil dari
hasil dari transaksi atau acara sebelumnya transaksi atau acara sebelumnya dan dari
(para. 4) mana manfaat masa depan diharapkan
mengalir ke entitas (4.4a)
Liabilities: Obligation atau setara mereka Liabilities: Obligation saat ini dari entitas
untuk menyerahkan atau mentransfer yang timbul pada peristiwa masa lalu,
sumber daya ekonomi yang dikendalikan penyelesaian yang diharapkan menghasilkan
entitas pelaporan sebagai akibat dari arus keluar dari entitas sumber daya yang
transaksi atau acara sebelumnya (para. 5) mewujudkan manfaat ekonomi (4.4b)
Net assets: Perbedaan antara total Assets Net assets: Net assets = equity (4.4c)
dan total Liabilities (para. 6) equity adalah residual interest dalam aset
entitas setelah dikurangi semua Liabilities
Owners’ equity: Komponen net assets yang equity dapat sub-diklasifikasikan (4.20)
dapat disumbangkan kepada pemegang
saham yang merupakan pemilik entitas
pelaporan (dalam kasus laporan keuangan
konsolidasian pemegang saham perusahaan
induk) (para. 7)

IASB: Recognition and Measurement

IASB mengadopsi pendekatan balance sheet untuk penentuan income. Ini berarti bahwa
pengakuan atas elemen kinerja keuangan mengikuti dari pengakuan (dan pengukuran) dari
perubahan sumber daya (aset) dan klaim (liabilities) dalam laporan posisi keuangan.

Item yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui dalam laporan keuangan jika: (a)
besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang terkait dengan item akan mengalir atau
dari entitas; dan (b) item memiliki cost atau vaue yang dapat diukur dengan reliabilitas. (IASB
2010, 4.38)
TABLE 4
Elements of the Income Statement in the Two Frameworks
Conceptual Framework ASBJ 2006 Conceptual Framework IASB 2010
(Chapter 3) (Chapter 4)
Revenues and gains: Peningkatan net income: Peningkatan manfaat ekonomi
income dan bagian dari pendapatan selama periode akuntansi dalam bentuk arus
minoritas yang terkait dengan peningkatan masuk atau peningkatan aset selain dari
aset atau penurunan liabilities yang telah yang terkait dengan kontribusi dari peserta
dibebaskan dari risiko (paragraf 13). ekuitas (4,25). Penghasilan termasuk
revenue dan gains.
Expenses and losses: Penurunan net income expenses: Penurunan manfaat ekonomi
dan bagian laba minoritas atas laba yang selama periode akuntansi dalam bentuk arus
terkait dengan penurunan aset atau keluar atau menipisnya aset atau timbulnya
peningkatan liabilitas yang telah dibebaskan liabilitas yang mengakibatkan penurunan
dari risiko (paragraf 15). ekuitas, selain yang terkait dengan distribusi
kepada para peserta ekuitas (4,25).

Pengakuan income dapat terjadi bersamaan dengan pengakuan peningkatan assets atau
penurunan liabilitas ’(IASB 2010, 4.47). Dalam Framework IASB 2010, pengakuan atas
kenaikan atau penurunan aset dan liabilitas akan 'terbatas pada item yang dapat diukur secara
reliabel dan memiliki tingkat kepastian yang cukup' (IASB 2010, 4,48). Namun, DP IASB 2013
membahas ketidakpastian hanya berkenaan dengan aset dan liabilitas (bukan income dan
expense), dan mengusulkan untuk menghapus referensi ke probabilitas dari definisi dan
pengakuan aset dan lianilitas (IASB 2013, para. 2.35).

TABLE 5
Net Income and Comprehensive Income in the Framework DP ASBJ 2006
Conceptual Framework ASBJ 2006 (Chapter 3)
Comprehensive Income (CI): Perubahan dalam net assets selama periode tertentu yang
tidak dihasilkan dari transaksi langsung dengan pemegang saham entitas (yang merupakan
pemilik entitas pelaporan), pemegang saham minoritas anak perusahaan, dan pemegang
opsi yang dapat menjadi hal-hal di atas di masa depan (para. 8)
Net Assets (NI): Bagian dari perubahan dalam net assets selama periode tertentu yang
dihasilkan dari transaksi atau peristiwa (kecuali untuk transaksi langsung dengan
pemegang saham entitas, pemegang saham minoritas anak perusahaan, dan pemegang opsi
yang dapat menjadi salah satu dari yang disebutkan di atas dalam masa depan) yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas pelaporan sebagai hasil dari investasi entitas yang
telah dibebaskan dari risiko. NI hanya akan memengaruhi komponen ekuitas pemilik net
assets (para. 9). Batasan dasar sehubungan dengan pengukuran pendapatan: total laba
bersih selama masa hidup entitas harus sama dengan total arus kas bersih (para. 10). NI
membutuhkan penyesuaian untuk bagian yang dapat diatribusikan kepada kepentingan
minoritas (para. 11).

Framework IASB 2010 menunjukkan bahwa pengukuran suatu item harus dapat
diandalkan agar dapat diakui dalam laporan keuangan (IASB 2010, 4.41). Ini menyatakan bahwa
sebagian besar entitas mengadopsi historical cost dalam kombinasi dengan basis pengukuran
lainnya (IASB 2010, 4.56). Namun, itu tidak menunjukkan mana dari empat basis pengukuran
(IASB 2010, 4,55) yang harus digunakan selain dari biaya saat ini jika entitas memilih konsep
fisik pemeliharaan modal daripada konsep keuangan pemeliharaan modal (IASB 2010, 4,61).
Dalam prakteknya, IASB sejauh ini telah mendekati pengukuran dan capital maintenance dalam
pengaturan standar berdasarkan kasus per kasus. Akibatnya, Standar Pelaporan Keuangan
Internasional (IFRS) menampilkan atribut pengukuran campuran berdasarkan prinsip yang tidak
dinyatakan. Bagian pengukuran dalam DP 2013 dimaksudkan untuk mengatasi masalah ini
dengan memberikan panduan tentang cara mengidentifikasi pengukuran yang tepat.

DP IASB 2013 menyatakan:

Pandangan awal IASB adalah bahwa tujuan pengukuran adalah untuk berkontribusi pada
representasi dari informasi yang relevan tentang sumber daya entitas, klaim terhadap
entitas, dan perubahan dalam sumber daya dan klaim, dan tentang seberapa efisien dan
efektif manajemen dan pengaturan entitas dewan memberhentikan tanggung jawab
mereka untuk menggunakan sumber daya entitas. (IASB 2013, 6.10)

DP IASB 2013 mengusulkan untuk memasukkan dalam panduan Conteptual Framework yang
direvisi tentang bagaimana mengidentifikasi pengukuran yang tepat untuk pengukuran awal aset
dan liabilitas, untuk pengukuran asset dan liabilitas berikutnya (IASB 2013, 6,55).

ASBJ: Recognition and Measurement

Secara konseptual, Framework DP ASBJ 2006 membedakan antara investasi bisnis dan
investasi keuangan dan antara aset keuangan dan aset non finansial. Investasi bisnis
dimaksudkan untuk menambah nilai melalui beberapa jenis proses transformasi atau melalui
pembelian grosir dan penjualan ritel. Investasi bisnis baik dalam aset non finansial maupun
finansial secara umum terlepas dari risiko net income ketika hasil investasi oleh suatu entitas
pelaporan telah direalisasikan sebagai penerimaan kas atau dilepaskan dari risiko melalui
penerimaan aset lain yang konversinya ke dalam kas tidak tunduk pada risiko tidak terwujud
pada jumlah yang diakui dalam laporan keuangan (ASBJ 2006, Bab 3, paragraf 23 dan Bab 4,
paragraf 56-58).

Investasi keuangan ditujukan untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan harga


pasar suatu aset. Hasil investasi keuangan (sebagai lawan investasi bisnis) dalam aset keuangan
dilepaskan dari risiko ketika aset diperdagangkan di pasar di mana harga masuk aset sama
dengan harga keluarnya terlepas dari siapa yang menjual atau membeli aset (Saito 2011, 111–
112). Dalam hal investasi dalam sekuritas setara kas dan sebagian besar sekuritas perdagangan,
kenaikan atau penurunan harga pasar merupakan keuntungan atau kerugian faktual dan harus
diakui seperti itu dalam laporan kinerja keuangan. Dalam kasus investasi keuangan dalam aset
non finansial seperti properti investasi, harga keluar tidak akan sama dengan harga masuk dan
net income yang dibebaskan dari risiko hanya akan dihasilkan setelah menerima uang tunai atau
aset yang setara.

Revenue dan gains menghasilkan peningkatan net income yang dibebaskan dari risiko.
Jumlah tersebut sesuai dengan peningkatan aset dan penurunan liabilitas yang telah dilepaskan
dari risiko (ASBJ 2006, Bab 3, paragraf 13) dalam salah satu dari tiga cara yang dijelaskan di
atas. Expenses dan losses menghasilkan penurunan net assets yang dibebaskan dari risiko.
Jumlah tersebut sesuai dengan penurunan aset dan peningkatan liabilitas yang telah dilepaskan
dari risiko (ASBJ 2006, Bab 3, paragraf 15).

Mirip dengan deskripsi FASB tentang hubungan antara earnings dan cash dalam SFAC
No. 1 (FASB 1978, CON 1, para. 46), Framework DP ASBJ 2006 menetapkan kendala dasar
pada pengakuan dan pengukuran revenues/gains dan expenses/losses, yaitu bahwa total net assets
yang dilepaskan dari risiko selama masa hidup entitas harus sama dengan total net cah inflow
selama masa hidup entitas (ASBJ 2006, Ch.3, paragraf 10). Dikombinasikan dengan kondisi
bahwa hanya net income yang dibebaskan dari risiko yang menghasilkan perubahan dalam
owners’ equity (ASBJ 2006, Bab 3, paragraf 9), ini berarti bahwa Framework DP ASBJ 2006
mendukung artikulasi antara pelepasan risiko dari net income (ukuran utama kinerja keuangan)
dan shareholders’ equity (bagian dari aktiva bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas).

Framework DP ASBJ 2006 menjelaskan metode pengukuran untuk aset dan liabilitas
dengan mengacu pada tujuan pelaporan keuangan. Ini juga menjelaskan metode pengukuran
yang tidak benar-benar digunakan dalam standar akuntansi Jepang pada saat framework ini
dikeluarkan (ASBJ 2006, Bab 4, Pendahuluan). Basis pengukuran dianggap bermakna sejauh
mereka memberikan informasi tentang kepastian cash inflow atau return yang terkait dengan
investasi dalam aset tertentu atau cash outflow untuk menyelesaikan liabilitas — yaitu,
kontribusi potensial untuk net income yang dibebaskan dari risiko yang dihasilkan oleh item
tersebut.

Untuk pengukuran aset, Framework DP ASBJ 2006 membedakan antara aset yang
dimiliki sebagai investasi bisnis dan aset yang dimiliki sebagai investasi keuangan. Untuk aset
yang dimiliki sebagai investasi bisnis, fungsi pengukuran terutama sebagai alat untuk
mengalokasikan expenses/losses yang disebabkan oleh penggunaan aset daripada sebagai alat
untuk mengukur nilainya (ASBJ 2006, Bab 4, paragraf 8-10). Oleh karena itu, framework ASBJ
menyarankan biaya diamortisasi.
Untuk aset yang dimiliki sebagai investasi keuangan (yang dimaksudkan untuk
menghasilkan gains dari perubahan harga pasar dari aset), Framework DP ASBJ 2006
membedakan antara aset dengan harga masuk sama dengan harga keluar dan harga entri tidak
sama dengan harga keluar (ASBJ 2006, Bab 4, paragraf 11). Ketika harga masuk sama dengan
harga keluar, aset investasi keuangan harus diukur dan diukur kembali secara berkala pada
harga pasar yang teramati (ASBJ 2006, Bab 4, paragraf 12-14). Ketika harga masuk tidak
sama dengan harga keluar, aset investasi keuangan harus diukur pada biaya penggantian. Bila
perlu, itu dapat diukur pada net realizable value.

Untuk aset yang perlu diukur pada nilai diskonto dan di mana future cash flow dan
tingkat diskonto terus direvisi, Framework DP ASBJ 2006 menjelaskan nilai dalam penggunaan
dan fair value (ketika tidak ada harga pasar yang dapat diamati (ASBJ 2006, Chap. 4, para. 19-
23) framework ASBJ juga menjelaskan jumlah penyelesaian di masa depan dan jumlah
berdasarkan net assets dari investee.

Untuk liabilitas, Framework DP ASBJ 2006 menjelaskan jumlah setoran dan penerimaan
kas (ASBJ 2006, Bab 4, paragraf 30–33). Ini menggambarkan harga pasar untuk liabilitas untuk
item di pasar di mana jumlah keluar sama dengan jumlah masuk (ASBJ 2006, Bab 4, paragraf
43). Untuk liabilitas yang perlu diukur pada nilai diskonto dan di mana future cash flow dan
tingkat diskonto terus direvisi, Framework DP ASBJ 2006 menggambarkan nilai diskon
menggunakan tingkat bebas risiko dan nilai diskon menggunakan tingkat risiko yang disesuaikan
(ASBJ 2006). ,Ch.4, paragraf 35–38). Ini juga menjelaskan kasus di mana hanya future cash flow
yang direvisi atau kasus di mana tidak ada revisi.
The thinking behind ABJS released From Risk Concept of Financial Performance

Klo IASB: konsep kinerja keuangan “all-inclusive realizable changes in net assets”,
Klo ABJS konsepnya released From Risk Concept of Financial Performance

ASBJ framework DP 2016 dikembangkan saat sejumlah perusahaan di negara anglo


menunjukkan prefrensi yang jelas untuk mengungkapkan income comperhensif dan net income
sebagai suatu point yang penting.

Prefensi yang dibuat oleh anglo memiliki perbedaan dengan praktik yang ada di negara jepang.

Akibatnya ketika mengembangkan ASBJ framework DP konsep working grup dimulai


dengan membandingkan antara relevansi nilai dari net income yang direalisasikan dengan
pendapatan income komperhensif.

Baik literature jepang dan anglo keduanya saling mengungkpakan bahwa pendapatan
komperhensif tidak lebih bermanfaat untuk keputusan invetsasi dibandingkan net income
realisasian.

ASBJ berargumen bahwa selama bukti income realisasian itu bermanfaat, tidak ada alasan untuk
menggantinya karena tidak ada yang tahu bagaimana ekspektasi dan sikap seorang investor ynag
dapat berubah yang berada dibawah aturan tentang income konperhensif dimana didasarkan pada
laba bersih yang diguankan.

Working grup berusaha untuk memahami keinginan investor mengenai apa yang dibutuhka
untuk memprediksi sifat apa dalam laba bersih realisasi yang membuatnya berguna dan relevan
dibadingkan income comperhenssif.

Berdasarkan pada literature anglo, mereka melihat pada pengestimasian economic income
dimasa yang akan datang kemudian mengembangkan konsep laba bersih dalam akuntansi untuk
sekuritas trading.
TABEL 6

Exchange transactions Biaya yang dihasilkan dari transaksi pertukaran diukur dengan
pertimbangan yang dibayarkan oleh pihak ketiga dalam pertukaran
untuk barang atau jasa
Changes in market price Kerugian akibat perubahan yang tidak menguntungkan dalam harga
pasar suatu aset atau liabilitas (paragraf 49) yang dapat diselesaikan
kapan saja dan bahwa manajemen entitas bermaksud untuk tujuan
keuangan / spekulatif daripada tujuan bisnis normal (para. 45) dapat
diakui sebagai biaya dalam laporan laba rugi (paragraf 49).
Partial execution of Dalam kasus kontrak untuk terus menyediakan barang atau jasa,
contracts pelaporan. Entitas dapat mengenali dan mengukur biaya secara
proporsional dengan pelaksanaan kontrak selama periode tersebut
(paragraf 50).
Usage Aset yang ingin digunakan oleh manajemen entitas untuk bisnis
normal
tujuan biasanya akan berkurang nilainya sesuai dengan
penggunaannya
dan / atau penipisan. Pengeluaran harus diakui yang mewakili yang
sebenarnya
penggunaan atau penipisan aset dan diukur berdasarkan penurunan
dalam nilai aset dalam neraca (paragraf 51).

Ketika penggunaan aktual sulit diukur, alokasi biaya sistematis


diterapkan berdasarkan perkiraan umur manfaat, nilai sisa, dan
tingkat penggunaan. Akan diperlukan penyesuaian untuk kesalahan
yang signifikan (paragraf 52).

Memperkirakan Penghasilan Ex Ante

Dalam decision usefull framework, investor diasumsikan membentuk ekspektasi tentang pendapatan
masa depan entitas, arus kas, dan harga saham sebagian berdasarkan informasi pelaporan keuangan.

Berikut deskripsi penilaian Beaver (1989, 87-101) di pasar yang tidak sempurna atau tidak lengkap,
Obinata (2002, 379) menjelaskan prosesnya sebagai berikut. Investor menggunakan pendapatan saat
ini untuk memprediksi pendapatan masa depan entitas, atas dasar mereka memperkirakan arus kas
masa depan entitas.

Kemudian mereka menggunakan taksiran arus kas masa depan untuk memperkirakan nilai pasar
masa depan dari saham entitas.

Bagi investor, tujuan utamanya adalah untuk meramalkan penerimaan kas masa depan (dividen) yang
diharapkan dan keuntungan modal yang terkait dengan investasi uang tunai mereka.

Mereka menginvestasikan uang mereka dengan mengetahui bahwa mereka mengambil risiko dari arus
kas masa depan yang diharapkan mereka tidak terwujud (Saito 2007, 6). (mereka menggunakan arus kas
untuk memprediksi deviden masa depan atas investasi mereka).

Investor menggunakan pendapatan yang dilaporkan saat ini sebagai masukan untuk memprediksi
pendapatan ekonomi atau pendapatan pendapatan yang diharapkan dari entitas.

Hicks (1946, 178) mendefinisikan pendapatan ex ante sebagai pendapatan permanen. Dia
mendefinisikan pendapatan ex post sebagai penghasilan termasuk pendapatan permanen + dan rejeki-
tak-terduga (lihat juga, Edwards dan Bell 1961, 32), tetapi menyatakan bahwa '' pendapatan yang
relevan dengan perilaku harus selalu mengecualikan keuntungan tak terduga; jika terjadi, mereka harus
dianggap sebagai pemeliharaan income untuk minggu-minggu mendatang ’(oleh minat mereka) (Hicks
1946, 179).
Namun, seperti yang dikemukakan oleh Kaldor (1969, 168–169), di bawah ketidakpastian '' tidak ada
pendapatan exante dan post exante dapat diukur secara obyektif, atau disimpulkan dari harga pasar. ''

Kenapa?

Dengan kata lain, pendapatan yang menengah atau panjang- istilah investor memprediksi akan menjadi
pendapatan permanen yang mempertahankan modal utuh sehingga akan mampu menghasilkan aliran
pendapatan standar ke masa depan, tetapi ini subjektif dan tidak dapat diukur secara obyektif

Dalam literatur kualitas laba, bukti empiris menunjukkan bahwa nilai-relevansi komponen pendapatan
yang dilaporkan secara positif terkait dengan kekambuhan mereka (Barker 2004). Properti statistik dari
pendapatan yang dilaporkan (atau komponen pendapatan) seperti persistensi dan variabilitas
menunjukkan sejauh mana pendapatan yang dilaporkan bersifat permanen atau sementara (Linsmeier
et al.1997, 124).

Oleh karena itu, pendapatan yang dilaporkan atau unsur-unsur pendapatan yang menunjukkan
ketekunan yang lebih besar dan variabilitas yang lebih sedikit dianggap memiliki kualitas yang lebih
tinggi dan lebih berguna untuk memprediksi pendapatan masa depan.

Barker (2004, 161) menunjuk pada model penilaian pendapatan residual Ohlson (1995) di mana tingkat
persistensi pendapatan abnormal menentukan bobot yang diterapkan pada nilai buku dan variabel
pendapatan abnormal dalam model, dan Feltham dan Ohlson (1995) yang membuat perbedaan antara
aset operasi dan aset keuangan di mana yang terakhir menghasilkan nol laba abnormal
definisi. Karena laba bersih yang diwujudkan memiliki tingkat ketekunan yang lebih tinggi, ini adalah
ukuran yang lebih baik dari pendapatan berkelanjutan entitas daripada pendapatan komprehensif.

Seperti Bromwich, Macve, dan Sunder (2010, 357-361), Fukui (2007, 76) berpendapat bahwa
menggunakan pendekatan aset-kewajiban berbasis saham untuk menentukan pendapatan pelaporan
mendekati Hicks (1946,173-1775). Income No. 1 ( diekspresikan dalam bentuk nilai modal). Dengan kata
lain, ini mengukur pendapatan komprehensif entitas.

Di sisi lain, menggunakan pendekatan biaya-pendapatan berbasis aliran untuk menentukan income
pelaporan mendekati pendapatannya No. 2 (dinyatakan dalam bentuk pendapatan yang bisa
dipertahankan atau permanen). Intinya, ini mencoba mengukur pendapatan berkelanjutan entitas.

Fukui (2007, 76) menyatakan bahwa suku bunga dan biaya modal tidak stabil, dan menunjukkan bahwa
pendekatan pendapatan-biaya lebih tepat untuk menentukan pendapatan yang berkelanjutan.

Umpan Balik Fungsi Reality Net Income Ex Post

Niat subyektif (Edwards dan Bell, 1961, Bab 2) adalah alasan mengapa orang berinvestasi. Ini muncul
karena '' investor menghargai investasi atau entitas yang bersangkutan lebih tinggi daripada pasar
menghargai sumber daya yang mendasarinya. . . Ini secara bertahap berkurang nilainya karena diubah
menjadi nilai pasar, karena realisasi akhirnya dari manfaat yang diantisipasi sebelumnya ’(Lee 1985,
122).

Para investor merumuskan perkiraan awal mereka tentang niat baik subyektif (yang setara dengan nilai
ekonomi subyektif dari aset dikurangi harga pasar dari aset) dari investasi mereka dalam suatu entitas
dengan cara yang dijelaskan di bagian sebelumnya. '' Proses peramalan membutuhkan tidak hanya
melihat ke depan, tetapi juga belajar dari ketidakakuratan prakiraan sebelumnya ’(Barker 2004, 162).
Untuk ini Tujuannya, investor perlu menentukan sampai sejauh mana perkiraan awal mereka atas niat
baik subyektif telah direalisasikan sebagai pos pendapatan.

Pendekatan akuntansi dari pendapatan berkelanjutan yang dihasilkan oleh operasi bisnis entitas dan
pemahaman tentang sumber pendapatan berkelanjutan membantu investor menyesuaikan ekspektasi
mereka. Non-operasional, non-berulang, dan eksternal didorong item (yaitu, komponen sementara) dari
pendapatan komprehensif memberikan nilai umpan balik terbatas karena mereka tidak menantang
asumsi awalnya dibuat (Barker 2004, 163) dalam perkiraan ex ante dari goodwill subjektif terkait dengan
investasi. Laba bersih yang direalisasi melakukan fungsi umpan balik ini lebih baik daripada pendapatan
komprehensif karena tidak termasuk rejeki-tak-terduga.

Bukti empiris dan argumen teoritis yang diuraikan di atas mendukung pilihan Kelompok Kerja Konsep
yang mendukung laba bersih yang direalisasikan sebagai konsep kinerja keuangan utama. Namun,
Kelompok Kerja Konsep kemudian dihadapkan pada masalah bahwa versi konsep realisasi yang ketat
tidak mengakomodasi nilai pasar untuk perdagangan sekuritas.

Realisasi Menjadi Dirilis-Dari-Risiko

Karena standar akuntansi Jepang, seperti standar akuntansi FASB, diperlukan pengukuran setara kas dan
sekuritas perdagangan dengan harga pasar mereka dan penyertaan perbedaan penilaian mereka dalam
laba bersih.

Di satu sisi, konsep realisasi berbasis transaksi di mana transaksi diwujudkan dengan pertukaran uang
tunai atau ketika penjualan telah terjadi terlalu sempit. Di sisi lain, Tsujiyama (1991, Bab 7) mengkritik
apa yang ia sebut '‘konsep yang dapat direalisasikan’ yang terkait dengan pendekatan asetliabilitas
dan pengukuran nilai saat ini. Mengakui perubahan harga pasar aset atau kewajiban sebagai laba bersih
hanya ketika diukur dengan tingkat kepastian yang tidak ditentukan akan memperkenalkan terlalu
banyak subjektivitas dan risiko ke dalam pengukuran kinerja.

Dengan demikian, Kelompok Kerja Konsep mengembangkan konsep realised from risik performance
yang membedakan antara apa yang disebut '‘investasi bisnis’ dan ‘investasi keuangan’. Investasi bisnis
membawa goodwill memiliki sifat subjektif karena dibuat dengan tujuan menghasilkan laba dari
penjualan. Investasi keuangan dibuat dengan tujuan menghasilkan keuntungan modal karena
perubahan yang menguntungkan dalam harga pasar dari waktu ke waktu (yaitu, spekulasi) atau untuk
tujuan menginvestasikan surplus kas dalam sekuritas kas yang sangat likuid dan berisiko rendah.
Investasi dalam aset keuangan menghasilkan arus kas yang sama terlepas dari siapa pun yang
memegangnya dan karenanya tidak memiliki itikad baik (Saito 1999, 171–173) meskipun mereka dapat
dibuat atas dasar niat baik subyektif harapan.

Investasi bisnis dalam aset operasi dan keuangan harus diperhitungkan menggunakan biaya historis
(atau lebih rendah dari biaya atau pasar). Investasi keuangan dapat diukur pada harga pasar mereka,
tetapi hanya perubahan dalam harga pasar dari investasi keuangan dalam aset keuangan (yaitu, aset-
aset yang tidak membawa itikad baik karena mereka tidak dapat menghasilkan pengembalian abnormal)
mungkin
diakui sebagai laba atau rugi yang direalisasi. Sebagai contoh, investasi surplus kas dalam setara kas
akan menghasilkan arus kas yang sama terlepas dari siapa yang memegangnya, sehingga tidak ada niat
baik subyektif. Dalam hal ini, harga pasar benar-benar harga konsensus dan tidak ada perbedaan antara
harga keluar dan masuk, terlepas dari kemungkinan biaya transaksi. Oleh karena itu, nilai pasar dari
investasi keuangan dalam aset keuangan hampir pasti akan direalisasikan dan penilaian pada harga
pasar dianggap membawa risiko bisnis yang dapat diabaikan (Saito 1999, 171).

Kasus setara kas dan sekuritas perdagangan adalah di mana konsep realisasi menjadi konsep yang
terlepas dari risiko. Meskipun arus kas yang terkait dengan investasi dalam ekuivalen kas dan sekuritas
perdagangan belum, secara tegas, telah direalisasikan, mereka biasanya tidak dianggap berisiko.

Need recycle for OCI

Saat ini, akan jelas bahwa Kelompok Kerja Konsep mengadopsi pendekatan atribut campuran di mana
laba bersih yang dibebaskan dari risiko adalah konsep utama dari kinerja dan pendapatan komprehensif
melakukan peran sekunder. Sebuah konsekuensi wajar dari pilihan ini adalah bahwa perlu untuk
mereklasifikasi elemen OCI ke dalam laba bersih yang dibebaskan dari risiko setelah mereka terlepas
dari risiko (Tsujiyama 2002, 361–365).

Batasan pengukuran pendapatan dasar mengatakan bahwa jumlah laba bersih yang dibebaskan dari
risiko selama masa hidup entitas harus sama dengan jumlah arus kas bersih selama masa hidup entitas
(ASBJ 2006, paragraf 10). Tanpa itu, laba bersih untuk periode dan kenaikan atau penurunan bersih
dalam posisi kas yang ditunjukkan dalam laporan arus kas tidak dapat direkonsiliasi, dan laporan laba
rugi dan laporan arus kas tidak akan mengartikulasikan. Sebagai akibatnya, total laba bersih selama
masa hidup entitas tidak akan sama dengan total arus kas selama masa hidup entitas (Kawamura 2011,
200; Tsujiyama 2002).

SUMMARY AND CONCLUSION

Baik IASB dan ASBJ Frameworks merumuskan tujuan pelaporan keuangan tujuan umum dengan
mengacu pada keputusan alokasi sumber daya oleh investor dan pengguna lain dan kebutuhan mereka
untuk memprediksi arus kas masa depan.

Namun, Kerangka IASB 2010 (dan 2013 IASB DP) mengadopsi sebuah konsep kinerja keuangan apabila
perubahan dalam aset dan liabilitas diakui ketika aset tersebut dapat direalisasi (yaitu, dapat diukur dan
layak dipastikan). Di sisi lain, 2006 ASBJ Framework DP didasarkan pada konsep laba bersih yang dirilis
dari risiko kinerja keuangan.

Penghasilan dari investasi bisnis ditentukan atas dasar transaksional dan keuntungan dan kerugian
yang belum direalisasi dari investasi keuangan hanya diakui ketika mereka telah dibebaskan dari
risiko. Ini berarti bahwa perubahan dalam aset dan liabilitas diakui dalam laba rugi ketika aset tersebut
direalisasikan melalui penerimaan atau pembayaran kas atau aset yang dapat dikonversi menjadi uang
tunai, atau dibebaskan dari risiko berdasarkan berasal dari investasi keuangan dalam aset yang harga
keluar sama dengan harga masuk.

Komentar ini menunjukkan bahwa ASBJ memilih laba bersih yang dibebaskan dari risiko sebagai konsep
kinerja keuangan utama yang mendasari 2006 ASBJ Conceptual Framework DP karena ASBJ percaya
bahwa pendekatan terbaik berkelanjutan (atau permanen) pendapatan, yang, dalam kombinasi dengan
dilepaskan- dari risiko ekuitas pemegang saham, terbaik memenuhi tujuan pelaporan keuangan tujuan
umum.

Kerangka IASB 2010 mengambil pendekatan bahwa kinerja keuangan adalah perbedaan antara
perubahan aset yang dapat direalisasi dan perubahan liabilitas selama periode pelaporan.

DP 2013 IASB mengambil pandangan bahwa kinerja keuangan adalah memiliki masalah pada definisi,
pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur pernyataan kinerja keuangan, dan karenanya tidak
memberikan prinsip yang jelas untuk mana transaksi diklasifikasikan sebagai laba atau rugi atau
penghasilan komprehensif, atau untuk reklasifikasi item-item penghasilan komprehensif lain ke laba
rugi.

Akan sangat membantu jika IASB mengklarifikasi, seperti yang telah dilakukan ASBJ, logika yang
menghubungkan tujuan pelaporan keuangan tujuan umum dan konsep kinerja keuangan yang
mendasari Kerangka Kerja IASB.

Setelah diskusi ini dengan konstituennya di berbagai lingkungan kelembagaan yang berbeda akan
membantu IASB untuk membangun kerangka kerja konseptual internasional yang benar-benar.
Akhirnya, kami berharap bahwa komentar ini akan membantu menghasilkan minat baru dalam teori
akuntansi tentang penentuan kinerja keuangan dan posisi keuangan.

Anda mungkin juga menyukai