PENDAHULUAN
1
Pelayanan Kesehatan. Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai
syarat diantaranya; tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar,
mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu (Azwar, 1996).
1.3 Tujuan
1.3.3 Untuk Mengetahui Apa Penilaian Mutu Dan Efektifitas Pelayanan Rumah
Sakit.
Di Indonesia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Bagaimana Pelayanan Rumah Sakit
4
Syarat yang pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan
kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat
berkesinambungan.
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah dapat diterima
oleh masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan kesehatan tersebut
tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
3. Mudah dicapai
Syarat pokok yang ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah
dicapai oleh masyarakat (dari sudut lokasi).
4. Mudah dijangkau
5. Bermutu
5
C. Penilaian Mutu Dan Efektivitas Pelayanan Rumah Sakit
b. Mutu pelayanan
1. Kompetensi teknis;
6
4. Hubungan antar manusia,
adalah interaksi antar petugas dan pasien, manajer dan petugas, dan
antara tim kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antara manusia yang baik
menanamkan kepercayaan dengan cara menghargai, menjaga rahasia, responsif
dan memberikan perhatian, mendengarkan keluhan, dan berkomunikasi secara
efektif juga penting. Hubungan antara manusia yang kurang baik akan
mengurangi efektivitas dan kompetensi teknis pelayanan kesehatan. Pasien
yang diperlakukan kurang baik cenderung mengabaikan saran dan nasehat
petugas kesehatan, atau tidak mau berobat ditempat tersebut.
5. Efesiensi,
6. Kelangsungan pelayanan,
7
diberikan sebelumnya, tidak adanya kelangsungan akan mengurangi efesiensi
dan mutu hubungan antar manusia.
7. Keamanan,
8. Kenyamanan,
Penelitian oleh Lem Berry dan Vielere Zeltham pada awal tahun 1990-an
mengajukan sepuluh mutu pelayanan sebagai dasar untuk memahami mutu dan
efektivitas pelayanan. Kategori adalah sebagai berikut:
8
Ø Kepercayaan (credibility), kepercayaan, kejujuran, reputasi
perusahaan.
Menurut Zeithaml dan Bitner (2000: 81), mutu pelayanan ditentukan oleh
persepsi konsumen dalam dua hal; Pertama, persepsi mutu pelayanan dalam
arti hasil teknis (technical outcome) yang diberikan oleh penyedia jasa. Kedua,
mutu dalam arti hasil dari suatu proses jasa (outcomer process) yang
diwujudkan dalam bentuk bagaimana jasa itu itu diberikan.
9
Ø Manajemen informasi yang mendukung kearah pengambilan
keputusan.
Dari yang telah diuraikan suatu penilaian yang dapat dilihat bahwa
persepsi tentang mutu pelayanan dilahirkan suatu penilaian yang menyeluruh
(global judgment) berdasarkan pengalaman yang diperoleh pasien, antara lain
pengalaman dalam kontak jasa melalui services encounters (moment of truth)
the evidence of service, image and price. Kemudian dibandingkan dengan
pelayanan yang diterimanya. Pengalaman tersebut menjadi pembanding yang
pada akhirnya menentukan tingkat efektivitas dari pelayanan.
Ø Kesejahteraan pasien
10
Ø Kenyamanan dan kondisi kamar
11
Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.
Semua orang ingin merasa dihargai, ingin dilayani, ingin mendapatkan
kedudukan yang sama di mata masyarakat.Akan tetapi sering terdapat
dikotomi dalam upaya pelayanan kesehatan di Indonesia. Sudah begitu banyak
kasus yang menggambarkan betapa suramnya wajah pelayanan kesehatan di
negeri ini. Seolah-olah pelayanan kesehatan yang baik hanya diperuntukkan
bagi mereka yang memiliki dompet tebal. Sementara orang-orang kurang
mampu tidak mendapatkan perlakuan yang adil dan proporsional. Orang-orang
miskin sepertinya tidak boleh sakit.
Tidak dapat dimengerti apa yang membuat adanya jurang pemisah antara
si kaya dan si miskin dalam domain pelayanan kesehatan. Dokter yang ada di
berbagai rumah sakit sering menunjukkan jati dirinya kepada pasien secara
implisit. Bahwa menempuh pendidikan kedokteran itu tidaklah murah. Oleh
sebab itu sebagai buah dari mahalnya pendidikan yang harus ditempuh,
masyarakat harus membayar arti hidup sehat itu dengan nominal yang luar
biasa. Mungkin paradigma awal ketika seseorang memilih jalan hidupnya
sebagai seorang dokter mengalami disorientasi. Pengabdian kepada masyarakat
dan bangsa bukanlah menjadi faktor yang mendominasi keinginan seseorang
menjadi dokter. Ada faktor-faktor komersialisasi yang terkadang melandasi
seseorang dalam menempuh jalur kedokteran sebagai pilihannya. Tulisan ini
bukan dibuat untuk mendiskreditkan seorang dokter, sama sekali tidak. Dokter
adalah pekerjaan yang sangat mulia. Dokter merupakan posisi yang
menjadikan seseorang dapat lebih menghargai kehidupan. Substansinya adalah
dewasa ini gambaran seorang dokter yang terjadi di Indonesia merupakan
sebuah komersialisasi pekerjaan bukan pelayan kesehatan. Seandainya
paradigma-paradigma yang mengalami disorientasi tersebut dapat diluruskan
maka posisi seorang dokter akan kembali pada tingkatan yang mulia.
12
fasilitas hiburan seperti televisi bagi para pegawai rumah sakit. Dengan
demikian kondisi kerja akan jauh lebih kondusif karena konsentrasi tidak akan
terpecah antara urusan pekerjaan dan hiburan. Sementara di Indonesia
keberadaan televisi bagi pegawai rumah sakit adalah sebuah keniscayaan.
Sebenarnya kondisi ini dapat merusak produktivitas kerja. Meskipun selalu ada
pembenaran bahwa profesionalisme selalu dijunjung tinggi dalam menjalani
profesi. Tidak jelas kevalidan wacana tersebut, namun tampaknya melihat
kondisi rumah sakit yang ada di Indonesia dengan pelayanannya, wacana
tersebut ada benarnya terlepas dengan kondisi yang ada pada rumah sakit di
Jepang.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional
yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan
pelayanan kedokteran, asuhan perawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta
pengobatan yang diderita oleh pasien (American Hospital Association, 1974;
dalam Azwar, 1996). Sementara itu, dalam Sistem Kesehatan Nasional (1992)
dinyatakan bahwa rumah sakit mempunyai fungsi utama menyelenggarakan
kesehatan bersifat penyembuhan dan pemulihan penderita serta memberikan
pelayanan yang tidak terbatas pada perawatan di dalam rumah sakit saja, tetapi
memberikan pelayanan rawat jalan, serta perawatan di luar rumah sakit.
Untuk mencapai hasil yang optimal, faktor petugas kesehatan tidak luput dari
hal ini. Seorang petugas kesehatan yang ideal adalah mereka yang memiliki
ability (kemampuan), performance (kinerja), personality (kepribadian), credibility
(kepercayaan) dan maturity (kematangan).
14
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Harapan.
Aksara.
Departemen Kesehatan RI, 1994. Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: ditjen
Yanmed.
Departemen Kesehatan RI, 1999. Dirjen Pelayanan Medik Direktorat RSU dan
Pendidikan. Jakarta.
Jakarta.
http://www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2011/03/05/brk,20110305-
317833,id.html
16