1.2. Mastektomi
Sebelum pembedahan, dkter menyusun rencana tentang insisi yang akan
dibuat sehingga pengangkatan tumor dan ndus yang terkena maksimal. Pada saat
yang bersamaan, upaya juga dilakukan untuk menghindari terbentuknya jaringan
parut yang akan tampak dan restriktif. Sasaran pengobatan adalah untuk
mempertahankan atau memulihkan fungsi normal tangan, lengan, soket bahu
pada tempat yang sakit setelah pembedahan. Flap kulit dan jaringan ditangani
dengan sangat hati-hati untuk memastikan viabilitas, hemostasis, dann drainase
yang sesuai. Jika direncanakan pembedahan rekontrusif, dilakukan konsultasi
dengan ahli bedah plastik sebelum mastektomi dilakukan.
Setelah tumor diangkat, titik perdarahan diligasi dan kulit ditutup di atas
dinding dada. Tandur kulit dilakukan jika flap kulit terlalu kecil untuk menutup
luka. Balutan yang tak- melekat (Adaptic) mungkin dipasang dan ditutupi
dengan balutan tekanan. Dua buah drainase dipasang pada aksila dan di bawah
flap kulit superior dan alat penghisap portable digunakan untuk keperluan
1
drainase. Balutan ditahan di tempatnya dengan menggunakan perban elastik
yang lebar.
Isu-isu Pascaoperatif. Pada periode pascaoperasi, pasien dapat
mengalami baik efek fisik maupun psikolgis. Infeksi atau suatu pengumpulan
cairan serosanguinosa (seroma) dan darah (hematoma) dapat terjadi di tempat
insisi. Selain itu, trauma saraf dengan akibat sensasi phantom payudara dapat
terjadi selama masa pemulihan dan selama beberapa tahun setelah mastektomi.
Kerusakan mobilitas lengan dan bahu serta kekakuan dinding dada dapat terjadi
akibat tergnggunya drainase limfatik dan venosa. Secara psikologis, kehilangan
payudara dapat mengakibatkan perubahan citra tubuh dan konsep diri.
Kekhawatiran psikossial utama termasuk ketidakpastian tentang masa depan,
ketakutan akan kekambuhan, dan dampak kanker payudara serta pengobatannya
pada keluarga dan aktivitas pekerjaan.
2
keletihan adalah normal dan bukan merupakan tanda kekambuhan. Komplikasi
terapi radiasi pada payudara yang jarang terjadi mencakup pneumonitis, fraktur
iga, fibrosis payudara.
1.4. Rekontruksi
Setelah mastektomi, wanita tertentu mungkin memilih untuk menjalani
bedah rekonstruktif, yang memberikan keuntungan psikologis yang cukup besar.
Kelompok-kelompk pendukung memberikan pengajaran dan kelompok sebaya
memberikan dukungan kepada pasien yang merupakan kandidat untuk dan
berminat dalam rekontruksi payudara. Beberapa kekhawatiran yang mungkin
dimiliki leh wanita tentang bedah rekonstruktif adalah biaya, keamanan, dan
waktu.
Dalam hal keamanan, terdapat risiko bedah yang lazim seperti infeksi,
potensial terjadi reaksi terhadap anesthesia, dan potensial risiko terhadap hasil
yang tidak memuaskan secara kosmetik. Bedah rekonstruktif merupakan
kontraindikasi bila pasien mempunyai kanker payudara inflamatori atau yang
sudah bermetastatik sangat jauh. Akhir-akhir ini, kriteria untuk memilih pasien
kanker yang akan menjalani bedah rekontruksi sedang dikembangkan untuk
mengurangi risiko kekambuhan kanker. Saat ini, beberapa praktisi
menganjurkan untuk menunda rekontruksi 1 hingga 2 tahun setelah
menyelesaikan terapi radiasi atau kemoterapi atau 6 bulan setelah pembedahan.
3
meminimalkan resistensi medikasi. Preparat kemoterapeutik yang paling sering
digunakan dalam kombinasi adalah cytoxan (C), methotrexate (M), fluorouracil
(F), adriamycin (A). regimen CMF atau CAF adalah protocol pengobatan yang
umum. Penggunaan yang kurang umum adalah CMFVP (cytoxan, methotrexate,
fluorouracil, vincristine, dan predisone) atau AC (adriamycin dan cytroxan).
Keputusan mengenai protocol kemoterapeutik didasarkan pada usia individual
pasien, status fisik, penyakit, dan apakah pasien ikut serta dalam percobaan
klinik.
Efek samping fisik kemoterapi yang umum dari kemoterapi untuk kanker
payudara mencakup mual, muntah, perubahan rasa kecap, alopesia, mukositis,
dermatitis, keletihan, penambahan berat badan, dan depresi sumsum tulang.
Selain itu, wanita premenstrual yang mendapat kemoterapi dapat mengalami
amenore temporer atau permanen yang mengarah pada sterilitas.
Perawat yang merawat pasien yang mendapat kemoterapi berperan
penting dalam membantu mereka yang mempunyai kesulitan dengan efek
samping pengobatan. Dengan mendorng pasien menggunakan medikasi untuk
membatasi mual, muntah, dan sariawan mulut mengurangi trauma yang dialami
pasien selama kemoterapi. Membantu memberikan daftar took penjual wig pada
wilayah tempat tinggal pasien dan terbiasa dengan penggunaan yang kreatif dari
skraf dan ikat kepala turban untuk meminimalkan ketidaknyamanan pasien
terhadap kernokan rambut akan sangat membantu. Dengan meluangkan waktu
untuk menjelaskan efek samping dan kemungkinan jalan keluar dapat
menghilangkan sebagian ansietas pasien yang merasa tidak nyaman untuk
mengajukan pertayaan-pertanyaan.
Kemoterapi dapat memberikan efek negatif pada harga diri, seksualitas,
dan kesejahteraan pasien. Disertai dengan stress tentang diagnosis yang secara
potensial mengancam jiwa, perubahan-perubahan dalam harga diri, seksualitas,
dan kesejahteraan dapat sangat membebani. Aspek-aspek asuhan keperawatan
utama mencakup komunikasi, memfasilitasi kelompok pendukung, memberikan
dorongan pada pasien untuk mengajukan pertanyaan, dan meningkatkan
hubungan rasa percaya pasien dengan pemberi perawatan kesehatan.
4
1.6. Transplantasi Sumsum Tulang
Karena dosis kemoterapi dan terapi radiasi terbatas oleh tingkat
toksisitasnya terhadap sumsum tulang, transplant sumsum tulang (BMT) kini
banyak dilakukan. Studi menunjukan bahwa BMT otologus telah menginduksi
respons pada 50% sampai 80% pasien, 30% pasien diantaranya mempunyai
respon komplit selama beberapa tahun (Antman & Gale, 1988). Pada awal angka
kematian pada BMT akibat sepsis cukup tinggi. Namun, penggunaan faktor-
faktor pertumbuhan untuk merangsang sumsum tulang akhir-akhir ini telah
mengarah pada penurunan angka kematian. Prosedurnya mencakup
pengangkatan sumsum tulang dari pasien dan memberikan kemoterapi dosis
tinggi. Sumsum tulang pasien yang dipisahkan dari efek kemoterapi, kemudian
diinfuskan kembali melalui intravena. Prosedur yang sangat spesialistik ini
biasanya dlakukan dipusat-pusat spesialisasi, dan persiapan spesifik pasien,
penyuluhan, dan dukungan harus diberikan sepanjang perjalanan pengobatan.
1.7. Modalitas Pengobatan Masa Depan
Studi riset sedang dilakukan untuk mengembangkan preparat
kemterapeutik yang memodifikasi resisten multi-obat dan preparat yang
meningkatkan atau memodifikasi kemoterapi standar. Riset dalam pengobatan
dan pencegahan kanker payudara mencakup area berikut: onkogenes (gen tumor
yang mengontrol pertumbuhan sel), faktor-faktor pertumbuhan (substansi yang
dilepaskan oleh sel-sel kanker untuk membuat lingkungan lebih kondusif untuk
pertumbuhan), dan antibody monkokus (antibody sintetik yang memerangi sel-
sel kanker). Pemodifikasi respn biologis (missal interferon atau substansi lain
yang membantu meningkatkan respon sistem imun tubuh) dapat menjadi metode
pengobatan.