Anda di halaman 1dari 17

ANATOMI DAN FISIOLOGI

USUS BESAR

MAKALAH

oleh

KELOMPOK 5

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014
ANATOMI DAN FISIOLOGI

USUS BESAR

MAKALAH

diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik IA


Pembina Mata Kuliah : Ns, Nur Widayati, S. Kep.,M.N

Oleh:
Dina Amalia (122310101037)
Wahyu Dini Candra Susila (122310101043)
Dwi Nida Dzusturia (122310101045)
Alfun Hidayatulloh (122310101047)
Armita Iriana Hasanah (122310101051)
Riski Dafianto (122310101052)
Kezia Shinta Pratiwi (122310101057)
Sandhi Indrayana (122310101060)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014

ii
PRAKATA

Puji syukur kepada Allah Swt bahwa telah terselesaikan makalah yang berjudul
Anatomi dan Fisiologi Usus Besar. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas
mata kuliah Keperawatan Klinik IIIA.
Tak lupa Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
Kami dalam penyelesaian makalah ini. Utamanya kepada dosen pengajar yaitu Ns.
Nur Widayati, S.Kep.,M.N Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
para pembaca.
Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangatlah jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan dari
semua pembaca demi kesempurnaan pada pembuatan makalah selanjutnya.

Jember, Februari 2014 Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................... ii
PRAKATA ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN ................................................................. 3
2.1 Anatomi Usus Besar............................................... 3
2.2 Fisiologi Usus Besar .............................................. 6
BAB 3. PENUTUP........................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ............................................................ 12
3.2 Saran....................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 13

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam
manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencerna menjadi zat-zat
gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses dari tubuh.
Pencernaan merupakan proses dimana nutrisi diperoleh dari makanan yang kita
makan. Berbagai nutrisi seperti protein, lemak dan karbohidrat tidak dapat
berasimilasi ke dalam aliran darah dalam bentuk molekul kompleks mereka.
Mereka perlu dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga
mereka dapat diserap oleh darah dan kemudian diangkut ke berbagai bagian
tubuh. Misalnya, protein perlu dipecah menjadi asam amino, karbohidrat menjadi
polisakarida dan monosakarida, lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Hal ini
dilakukan oleh berbagai enzim pencernaan. Nutrisi yang yang diperoleh
kemudian diserap ke dalam aliran darah dan mencapai sel-sel di seluruh tubuh.
Ada berbagai organ sistem pencernaan yang memiliki fungsi tertentu untuk
melakukan, salah satunya yaitu usus besar.

Usus besar dimulai di mana usus kecil berakhir dan ini terjadi di
kawasan tepat di bawah pinggang di sisi kanan tubuh manusia. Secara struktural,
usus besar terdiri dari dua bagian – sekum dan kolon. Sekum bergabung usus
ke ileum, bagian terakhir dari usus kecil. Sekum kemudian berlanjut ke
kolon asendens yang naik melalui sisi kanan perut. Usus Ascending berjalan
horizontal melalui rongga perut. Di sini dikenal sebagai usus besar melintang.
Usus Melintang akhirnya turun di sisi kiri perut sebagai usus descending. Yang
usus menurun berakhir pada rektum dan anus yang merupakan bagian
terakhir dari saluran pencernaan.
2

Fungsi utama dari usus besar dalam pencernaan adalah untuk menyerap
garam dan air dari makanan yang diteruskan ke usus dari usus kecil. Hal ini
membantu dalam menjaga keseimbangan cairan darah. Materi yang mencapai
usus besar adalah tinja sebagai mayoritas pencernaan dan penyerapan nutrisi
yang diperoleh oleh aksi berbagai enzim pencernaan telah selesai di usus kecil.
Oleh karena penyerapan air dan garam dari kotoran di usus besar membuatnya
lebih padat.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana anatomi usus besar?
1.2.2 Bagaimana fisiologi usus besar?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Untuk mengetahui anatomi usus besar.
1.3.2 Untuk mengetahui fisiologi usus besar.
3

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Usus Besar


Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5
kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalisani. Usus besar
merupakan sambungan dari usus halus dan dimulai di katup ileokik atau
ileosekal, yaitu tempat sisa makanan. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar
daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat
anus diameternya semakin kecil. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar
adalah selaput lendir, lapisan otot yang memanjang, dan jaringan ikat.
Ukurannya lebih besar daripada usus halus, mukosanya lebih halus daripada
usus halus dan tidak memiliki vili. Serabut otot longitudinal pada dinding berotot
tersusun dalam tiga jalur yang member rupa berkerut-kerut dan berlubang-
lubang. Taenia coli yang menarik kolon menjadi kantong-kantong besar
yang disebut dengan haustra. Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu
katup antara usus halus dan usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk
merespon gelombang peristaltik sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml
masuk dan total aliran sebanyak 500 ml/hari.

Gambar 2.1 Anatomi Kolon dan Rektum


4

Bagian-bagian usus besar terdiri dari :


a. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area
katup ileosekal apendiks. Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan
menempel pada otot iliopsoas. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan
apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum merupakan bagian yang
berdilatasi, yang ujung bawahnya buntu, tetapi bagian atasnya
menyambung dengan kolon asenden dan tempat perpotongannya
merupakan tempat ileum terbuka ke dalam sekum, yakni melalui katup
ileosekum. Katup ini merupakan sfingter dan mencegah isi sekum masuk
kembali ke dalam ileum. Apendiks vermiform adalah saluran sempit yang
ujungnya buntu dan terbuka dari sekum kira-kira 2 cm di bawah katup
ileosekum. Biasanya, panjangnya 20 cm dan dapat menempati berbagai
posisi dalam abdomen. Lapisan submukosa apendiks berisi sejumlah
jaringan limfoid.
b. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon
memiliki tiga bagian, yaitu:

Gambar 2.2 Bagian Kolon


5

1. Kolon ascenden : merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati


di sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura
hepatika.
2. Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di bawah hati
dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya
memutar ke bawah fleksura splenik.
3. Kolon desenden: merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen.
Panjangnya sekitar 25 cm dan berjalan ke bawah pada sisi kiri
abdomen ke pintu masuk pelvis minor, dimana ia menjadi kolon
sigmoid.
4. Kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
Berbentuk lengkung yang panjangnya kira-kira 40 cm berada dalam
pelvis minor.
c. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-
13 cm. Struktur rectum serupa dengan yang pada kolon, tetapi dinding
berotot lebih tebal dan membrane mukosanya memuat lipatan-lipatan
membujur yang disebut kolumna Morgagni. Dimulai pada kolon
sigmoid dan berakhir pada saluran anal yang kira-kira 3 cm panjangnya.
Saluran ini berakhir ke dalam anus. Di dalam saluran anus iniserabut otot
sirkular menebal membentuk otot sfingter anus interna. Sel-sel yang
melapisi saluran anus berubah sifatnya; epithelium bergaris menggantikan
sel-sel silinder. Sfingter eksterna menjaga saluran anus dan orifisium
supaya tertutup.

\
6

2.2 Fisiologi Usus Besar

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan


proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi
air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon
sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah
dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon mengabsorpsi air, natrium,
khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta mengeluarkan kalium dan
bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air dan elektrolit
serta mencegah dehidrasi.
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon
kanan dan meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang
paling umum, mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun
oleh antikolinergik, meningkat oleh makanan, kolinergik.
Sepertiga berat feses kering adalah bakteri; 10¹¹-10¹²/gram dimana bakteri
Anaerob lebih banyak dari bakteri aerob. Bacteroides paling umum, Escherichia
coli berikutnya. Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, dan
produksi intralumen. Bakteri membentuk hidrogen dan metan dari protein dan
karbohidrat yang tidak tercerna. Fungsi kolon dapat diringkas sebagai berikut,
1. Absorbsi air, garam, dan glukosa
2. Sekresi musin oleh kelenjar di dalam lapisan dalam.
3. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon di dalam tumbuh-
tumbuhan, buah-buahan dan sayuran hijau, dan penyiapan sisa protein
yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna eksresi.
4. Defekasi. Rectum biasanya kosong sampai menjelang defekasi.
Seorang yang mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan
membuang air besar pada kira-kira waktu yang sama setiap hari. Hal ini
disebabkan refleks gastro-kolika, yang biasanya bekerja sesudah makna
pagi (sarapan).
7

Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai


maka peristaltic didalam usus terangsang, merambat ke kolon, dan sisa
makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum,
mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rectum; serentak
peristaltic keras terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah
perineum (kerampang). Tekanan intra-abdominal bertambah dengan
penutupan glottis dn kontraksi diafragma dan otot abdominal; sfingter
anus mengendor, dan kerjana berakhir

Gambar 2.3 Fisiologi Kolon

Setengah bagian proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan setengah


distal kolon berhubungan dengan penyimpanan oleh karena itu gerakan kolon
sangat lambat. Tapi gerakannya masih seperti usus halus yang dibagi menjadi
gerakan mencampur dan mendorong. Tahapan-tahapan yang terjadi pada kolon
sebagai berikut.
8

a. Gerakan Mencampur “Haustrasi”


Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada kolon,
2.5cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen hingga
hampir tersumbat. Saat yang sama, otot longitudinal kolon (taenia koli) akan
berkontraksi. Kontraksi gabungan tadi menyebabkan bagian usus yang tidak
terangsang menonjol keluar (haustrasi). Setiap haustrasi mencapai intensitas
puncak dalam waktu 30 detik, kemudian menghilang 60 detik berikutnya,
kadang juga lambat terutama sekum dan kolon asendens sehingga sedikit isi
hasil dari dorongan ke depan. Oleh karena itu bahan feses dalam usus besar
secara lambat diaduk dan dicampur sehingga bahan feses secara
bertahap bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan serta
zat terlarut secara progresif diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses
yang dikeluarkan tiap hari.
b. Gerakan Mendorong “Pergerakan Massa”
Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi
haustra yang lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam
keadaan lumpur setengah padat. Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan
massa mengambil alih peran pendorongan untuk beberapa menit menjadi
satu waktu, kebanyakan 1-3 x/hari gerakan. Selain itu, kolon mempunyai
kripta lieberkuhn tapi tidak ber-vili. menghasilkan mucus (sel epitelnya
jarang mengandung enzim). Mucus mengandung ion bikarbonat yang
diatur oleh rangsangan taktil , langsung dari sel epitel dan oleh refleks saraf
setempat terhadap sel mucus Krista lieberkuhn. Rangsangan n. pelvikus dari
medulla spinalis yang membawa persarafan parasimpatis ke separuh
sampai dua pertiga bagian distal kolon.
Mucus juga berperan dalam melindungi dinding kolon terhadap
ekskoriasi, tapi selain itu menyediakan media yang lengket untuk saling
melekatkan bahan feses. Lebih lanjut, mucus melindungi dinding usus dari
aktivitas bakteri yang berlangsung dalam feses, ion bikarbonat yang disekresi
ditukar dengan ion klorida sehingga menyediakan ion bikarbonat alkalis
yang menetralkan asam dalam feses.
9

Mengenai ekskresi cairan, sedikit cairan yang dikeluarkan melalui


feses (100 ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari
pada pasien diare berat.
c. Absorpsi dalam Usus Besar
Sekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal,
sebagian besar air dan elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di dalam
kolon dan sekitar 100 ml diekskresikan bersama feses. Sebagian besar
absorpsi di pertengahan kolon proksimal (kolon pengabsorpsi), sedang
bagian distal sebagai tempat penyimpanan feses sampai akhirnya
dikeluarkan pada waktu yang tepat (kolon penyimpanan)
1) Absorbsi dan Sekresi Elektrolit dan Air.
Mukosa usus besar mirip seperti usus halus, mempunyai
kemampuan absorpsi aktif natrium yang tinggi dan klorida juga ikut
terabsorpsi. Ditambah taut epitel di usus besar lebih erat dibanding usus
halus sehingga mencegah difusi kembali ion tersebut, apalagi
ketika aldosteron teraktivasi. Absorbsi ion natrium dan ion klorida
menciptakan gradien osmotic di sepanjang mukosa usus besar yang
kemudian menyebabkan absorbsi air. Dalam waktu bersamaan usus besar
juga menyekresikan ion bikarbonat (seperti penjelasan diatas) membantu
menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri didalam usus besar
2) Kemampuan Absorpsi Maksimal Usus Besar
Usus besar dapat mengabsorbsi maksimal 5-8 L cairan dan elektrolit
tiap hari sehingga bila jumlah cairan masuk ke katup ileosekal
melebihi atau melalui sekresi usus besar melebihi jumlah ini akan terjadi
diare.
3) Kerja Bakteri dalam kolon.
Banyak bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara
normal pada kolon pengabsorpsi. Bakteri ini mampu mencerna
selulosa
(berguna sebagai tambahan nutrisi), vitamin (K, B₁₂, tiamin, riboflavin,
dan bermacam gas yang menyebabkan flatus di dalam kolon, khususnya

CO₂, H₂, CH₄).


10

4) Komposisi feses.
Normalnya terdiri dari 3⁄₄ air dan 1⁄₄ padatan (30% bakteri, 10-20%
lemak, 10-20% anorganik, 2-3% protein, 30% serat makan yang
tak
tercerna dan unsur kering dari pencernaan (pigmen empedu, sel
epitel terlepas). Warna coklat dari feses disebabkan oleh sterkobilin dan
urobilin yang berasal dari bilirubin yang merupakan hasil kerja bakteri.
Apabila empedu tidak dapat masuk usus, warna tinja menjadi putih (tinja
akolik). Asam organic yang terbantuk dari karbohidrat oleh bakteri
merupakan penyebab tinja menjadi asam (pH 5.0-7.0). Bau feses
disebabkan produk kerja bakteri (indol, merkaptan, skatol, hydrogen
sulfide). Komposisi tinja relatif tidak terpengaruh oleh variasi dalam
makanan karena sebagian besar fraksi massa feses bukan berasal dari
makanan. Hal ini merupakan penyebab mengapa selama kelaparan
jangka panjang tetap dikeluarkan feses dalam jumlah bermakna.
d. Defekasi
Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya
sfingter yang lemah 20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon
sigmoid dan rectum serta sudut tajam yang menambah resistensi
pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke rectum, kontraksi rectum
dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi. Pendorongan
massa yang terus menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari
1) sfingter ani interni;
2) sfingter ani eksternus.
Refleks Defekasi. Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat
tekanan rectum mencapai 18mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka
sfingter ani internus dan eksternus melemas danisi feses terdorong
keluar. Satu dari refleks defekasi adalah refleks intrinsic (diperantarai sistem
saraf enteric dalam dinding rectum. Ketika feses masuk rectum, distensi
dinding rectum menimbulkan sinyal aferen menyebar melalui pleksus
mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic dalam kolon
descendens, sigmoid, rectum, mendorong feses ke arah anus.
11

Ketika gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni


direlaksasi oleh sinyal penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani
eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi secara volunter sehingga terjadi
defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu rectum teregang.
Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus
tercapai, defekasi volunter dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan
sfingter eksternus dan mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan).
Dengan demikian defekasi merupakan suatu reflex spinal yang dengan sadar
dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter eksternus tetap
berkontraksi atau melemaskan sfingter dan megontraksikan otot abdomen.
Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai
relfeks defekasi, sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi
parasimpatis (segmen sacral medulla spinalis). Bila ujung saraf dalam rectum
terangsang, sinyal akan dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian
secara refleks kembali ke kolon descendens, sigmoid, rectum, dan anus
melalui serabut parasimpatis n. pelvikus. Sinyal parasimpatis ini sangat
memperkuat gelombang peristaltic dan merelaksasi sfingter ani internus.
Sehingga mengubah refleks defekasi intrinsic menjadi proses defekasi yang
kuat.
Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek
lain, seperti mengambil napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot
dinding abdomen mendorong isi feses dari kolon turun ke bawah dan saat
bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik keluar cincin anus
mengeluarkan feses.
12

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ
dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencerna menjadi zat-
zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses dari tubuh.
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalisani. Usus besar
merupakan sambungan dari usus halus dan dimulai di katup ileokik atau
ileosekal, yaitu tempat sisa makanan. Usus besar mempunyai berbagai fungsi
yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang
paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir
lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir
yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi
berlangsung. Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai
pendek serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat.

3.2 Saran

Dengan mempelajari makalah mengenai usus besar(kolon) diharapkan


mahasiswa keperawatan agar lebih giat mencari serta mempelajari mengenai
usus besar. Dalam mekalah ini semoga dapat menambah pengetahuan
mengenai atatomi dan fisiologi lebih rinci lagi. Usus besar sagatlah rentan
dengan berbagai masalah kesehatan, dengan makalah ini diharapkan dapat
mengetahui kemungkinan patofisiologi yang nuncul di usus besar.
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Anderson, Paul D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia: Latihan dan
Panduan Belajar. Jakarta: EGC
Ganong W. F. 19.. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta: EGC
Gibson, John. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Ed. 2.
Jakarta: EGC
Guyton A. C, Hall J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
EGC.

Hegner & Esther.2003.Asisten Keperawatan:Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan Ed 8.Jakarta :EGC

Lauralee Sherwood. 1996. Buku Ajar Fisiologi Manusia Edisi 2.Jakarta:EGC

Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.


Gramedia Pustaka Utama

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta. EGC

Watson, Roger. 2002. Anatomi Fisiologi untuk Perawat. Ed. 10. Jakarta:

EGC
Internet:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24995/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada 12 Ferbruari 2014.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34591/3/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada 12 Ferbruari 2014.

http://www.scribd.co m/doc/92115355/Anatomi-Dan-Fisio logi-


Usus- Besar#download . Diakses pada 12 Ferbruari 2014.

Anda mungkin juga menyukai