Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
PERSALINAN SUNGSANG

A. DEFINISI

Persalinan sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang membujur dalam
uterus dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana bokong atau kaki akan dilahirkan
terlebih dahulu daripada anggota badan lainnya.

B. PREVALENSI

Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak sungsang
berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari
persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang
terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan yang terjadi pada kehamilan
aterm.2,3 Sebagai contoh, 3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai
1999 di Parkland Hospital merupakan letak sungsang.

C. PATOFISIOLOGI

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam
uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak,
sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat
menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala
berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti
mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:
• Presentasi bokong (frank breech) (50-70%). Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua
sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau
kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.

• Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%). Pada presentasi bokong kaki
sempurna disamping bokong dapat diraba kaki.

• Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling ) ( 10-
30%). Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping
bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling
rendah adalah satu atau dua kaki.

D. ETIOLOGI

Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya adalah:

1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan
kepala anak relatif besar

2. Hidramnion karena anak mudah bergerak.

3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.

4. Panggul sempit

5. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan
bentuk pintu atas panggul.

Faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya letak sungsang selain umur kehamilan
termasuk diantaranya relaksasi uterus berkaitan dengan multiparitas, multi fetus, persalinan
sungsang sebelumnya, kelainan uterus dan tumor pelvis. Plasenta yang terletak di daerah kornu
fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan
di daerah fundus.
Fianu dan Vaclavinkova (1978) menemukan prevalensi lebih tinggi pada implantasi
plasenta di daerah kornual-fundal pada letak lintang (73 %) dari presentasi vertex (5 %) dengan
sonografi. Frekuensi terjadinya letak sungsang juga meningkat dengan adanya plesenta previa,
tetapi hanya sejumlah kecil letak sungsang yang berhubungan dengan plasenta previa. Tidak ada
hubungan yang kuat antara letak sungsang dengan pelvis yang menyempit (panggul sempit).1

E. JENIS PIMPINAN PERSALINAN SUNGSANG

1. Persalinan pervaginam

Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan


pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:

a) Persalinan spontan (spontaneous breech). Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu
sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht.

b) Manual aid (partial breech axtraction; assisted breech delivery). Janin dilahirkan sebagian
dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.

c) Ekstraksi sungsang (total breech extraction). Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai
tenaga penolong.

2. Persalinan per abdominam ( seksio sesarea)

A. Prosedur Pertolongan Persalinan Spontan

Tahapan

1. Tahap pertama: fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusat (skapula depan
).disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan bokong, yaitu bagian yang
tidak begitu berbahaya.

2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut. Disebut
fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk pintu atas panggul, sehingga
kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali
pusat segera dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir, janin dapat bernafas lewat mulut.

3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir. Disebut
fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), ke
dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara
perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan intra kranial (adanya ruptur
tentorium serebelli).

Teknik

1. Sebelum melakukan persalinan, penolong harus memperhatikan sekali lagi persiapan


untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran janin harus selalu
disediakan cunam Piper.

2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva. Ketika timbul his
ibu disuruh mengejan dengan merangkul kedua pangkal paha. Pada waktu bokong mulai
membuka vulva (crowning) disuntikkan 2-5 unit oksitosin intra muskulus. Pemberian
oksitosin ini adalah untuk merangsang kontraksi rahim sehingga fase cepat dapat
diselesaikan dalam 2 his berikutnya.

3. Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir,
bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang
paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.

4. Pada setiap his ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak sangat
tegang, tali pusat dikendorkan lebih dahulu.

5. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan
rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti
gerakan ini tanpa melakukan tarikan sehingga gerakan tersebut hanya disesuaikan dengan
gaya berat badan janin. Bersamaan dengan dimulainya gerakan hiperlordosis ini, seorang
asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan sumbu panggul.
Maksud ekspresi Kristeller ini adalah:

a. Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase cepat dapat segera diselesaikan.

b. Menjaga agar posisi kepala janin tetap dalam posisi fleksi.

c. Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus dengan kepala janin
sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.

6. Dengan melakukan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir tali pusat, perut, bahu
dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.

7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu. Seorang asisten segera menghisap lendir dan
bersamaan dengan itu penolong memotong tali pusat.

8. Keuntungan

a. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga mengurangi bahaya
infeksi.

b. Cara ini adalah cara yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga
mengurangi trauma pada janin.

9. Kerugian

a. 5-10% persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, sehingga tidak semua


persalinan letak sungsang dapat dipimpin dengan cara Bracht.

b. Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan terutama dalam keadaan panggul


sempit, janin besar, jalan lahir kaku misalnya pada primigravida, adanya lengan
menjungkit atau menunjuk.

B. Prosedur Manual Ai1

Indikasi :
1. Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, misalnya bila terjadi kemacetan baik pada
waktu melahirkan bahu atau kepala.

2. Dari semula memang hendak melakukan pertolongan secara manual aid. Di Negara Amerika
sebagian besar ahli kebidanan cenderung untuk melahirkan letak sungsang secara manual aid,
karena mereka menganggap bahwa sejak pusar lahir adalah fase yang sangat berbahaya bagi
janin, karena pada saat itulah kepala masuk ke dalam pintu atas panggul, dan kemungkinan
besar tali pusat terjepit diantara kepala janin dan pintu atas panggul.

Tahapan

1. Tahap pertama, lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.

2. Tahap kedua, lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong. Cara atau teknik
untuk melahirkan bahu dan lengan adalah secara:

a. Klasik ( Deventer )

b. Mueller

c. Louvset

3. Tahap ketiga, lahirnya kepala.

Kepala dapat dilahirkan dengan cara:

a. Mauriceau

b. Najouks

c. Wigan Martin-Winckel

d. Prague terbalik

e. Cunam Piper

C. Prosedur Ekstraksi sungsang

Teknik Ekstraksi Kaki :


1. Setelah persiapan selesai, tangan yang searah dengan bagian-bagian kecil janindimasukkan
secara obstetrik ke dalam jalan lahir, sedang tangan yang lain membuka labia. Tangan
yang di dalam mencari kaki depan dengan menelusuri bokong, pangkal paha sampai
lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah
menjadi fleksi. Tangan yang di luar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki
bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun
keluar dari vagina sampai batas lutut.

2. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan di
belakang betis sejajar sumbu panjang betis, dan jari-jari lain di depan betis. Dengan
pegangan ini, kaki janin ditarik curam ke bawah sampai pangkal paha lahir.

3. Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi muingkin dengan kedua ibu jari di
belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan paha.

4. Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokanter depan lahir. Kemudian pangkal
paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas sehingga trokanter belakang lahir.
Bila kedua trokanter telah lahir berarti bokong telah lahir.

5. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dahulu, maka yang akan lahir lebih
dulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal
paha ditarik terus curam ke bawah.

6. Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan
femuro-pelviks. Dengan pegangan ini badan janin ditarik curam ke bawah sampai pusar
lahir. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara persalinan yang
sama seperti pada manual aid.1,5,6

Teknik Ekstraksi Bokong

1. Ekstraksi bokong dikerjakan bila jenis letak sungsang adalah letak bokong murni (frank
breech), dan bokong sudah berada di dasar panggul, sehingga sukar untuk menurunkan
kaki.
2. Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan ke
dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini,
pelipatan paha dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan ini,
maka tangan penolong yang lain mencengkeram pergelangan tangan tadi, dan turut
menarik curam ke bawah.

3. Bila dengan tarikan ini trokanter depan mulai tampak di bawah simfisis, maka jari
telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam ke bawah
sampai bokong lahir.

4. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks, kemudian janin dapat
dilahirkan dengan cara manual aid (bedah kebidanan).

F. Penyulit persalinan pervaginam

1. Sufokasi.

2. Asfiksia fetalis.

3. Kerusakan jaringan otak.

4. Fraktur pada tulang-tulang janin.

Kerusakkan pada tulang janin dapat berupa:

a. Fraktur tulang-tulang kepala.

b. Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang menjungkit (extended).

c. Fraktur klavikula ketika melahirkan bahu yang lebar.

d. Paralisis brakialis

e. Fraktur femur.

f. Dislokasi bahu.

g. Dislokasi panggul terutama pada waktu melahirkan tungkai yang sangat ekstensi
(fleksi maksimal).
h. Hematoma otot-otot.

D. Prosedur persalinan sungsang per abdominal

1. Persalinan letak sungsang dengan seksio sesarea sudah tentu merupakan cara yang terbaik
ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang pervaginam,
memberi trauma yang sangat berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya akan tampak baik pada
waktu persalinan maupun baru di kemudian hari.

2. Namun hal ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan per abdominal.
Untuk melakukan penilaian apakah letak sungsang dapat melahirkan per vaginam atau harus
per abdominam kadang-kadang sukar.

3. Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus dilahirkan per
abdominal, misalnya:

a. Primigravida tua.

b. Nilai sosial janin tinggi (high social value baby).

c. Riwayat persalinan yang buruk (bad obstetric history).

d. Janin besar, lebih dari 3,5 kg-4 kg.

e. Dicurigai adanya kesempitan panggul.

f. Prematuritas.

Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai l
ebih tepat apakah persalinan dapat dilahirkan per vaginam atau per abdominam.

H. KOMPLIKASI

Pada letak sungsang yang persisten, meningkatnya komplikasi berikut harus diantisipasi:

1. Morbiditas dan mortalitas perinatal dari persalinan yang sulit.


2. Berat badan lahir yang rendah pada persalinan preterm, hambatan pertumbuhan, atau
keduanya.

3. Prolaps tali pusat.

4. Placenta previa.

5. Kelainan fetus, neonatus, dan bayi.

6. Anomali uterus dan tumor.

7. Múltiple fetos

8. Intervensi operatif, khususnya seksio sesarea.


BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. E
DENGAN PERSALINAN SUNGSANG

Hari/Tanggal Pengkajian : Senin, 17 Januari 2011


Jam : 09.00 WIB
Tempat : Lab. AKBID MANNA

I. Pengkajian

A. Data Subjektif

1. Biodata Ibu Suami

Nama : Ny. E Tn. H

Umur : 37 Tahun 38 Tahun

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : IRT Swasta

Suku/Bangsa : Serawai/Indonesia Serawai/Indonesia

Alamat : Jl. Kutau Jl. Kutau

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan ingin melahirkan dan perutnya terasa mules, nyeri


pinggang menjalar ke perut bagian bawah dan keluar lendir bercampur
darah dari kemaluannya sejak pukul 02.00 Wib.

3. Riwayat Kesehatan

Sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit


jantung, hipertensi, DM, asma

Lalu : Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit


jantung, hipertensi, DM, asma
Keluarga : Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit DM, jantung, asma, TBC dan tidak
ada riwayat keturunan kembar.

4. Riwayat Menstruasi

Menarche : 14 Tahun

Siklus : 28 hari

Lama : 4-6 hari

Banyaknya : 2x ganti pembalut

Gangguan : Tidak ada

HPHT : 10-04-2010

TP : 17-01-2011

UH : 40 minggu

5. Riwayat Perkawinan

Status : Kawin syah

Suami ke : 1 (satu)

Jumlah Anak : 3 (tiga)

6. Riwayat Kehamilan Sekarang

G4P3Ao

Trimester I : PP test (+), ANC 2x, penolong : bidan, tempat :


BPS, keluhan tidak ada

Trimester II : ANC 2x, penolong : bidan, tempat : BPS, TT1, 1x, keluhan
tidak ada

Trimester III : ANC 2x, penolong : bidan, tempat : BPS, TT2, 1x, keluhan
tidak ada
7. Riwayat Kontrasepsi

Alkon yang pernah digunakan : KB Suntik

Lama pemakaian : 2 Tahun

Gangguan : Tidak ada

Rencana alkon : KB suntik

8. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No Ket
UH ANC TT JP Pnlg Pnyl T4 JK BB Lkts Pnyl

1 Aterm 6x 2x spntn bdn - klinik ♂ 3000 ada - hdp

2 Aterm 6x 2x spntn bdn - klinik ♂ 3000 ada -

3 Aterm 6x 2x spntn bdn - klinik ♀ 2600 ada -

4 I N I

9. Riwayat Obstetri Ginekologi

Penyakit kelamin : Tidak ada

Tumor : Tidak ada

Kanker : Tidak ada

10. Riwayat Psiko, Sosial, Spritual

Psiko : Ibu mengatakan ibu, suami dan keluarga sangat


mengharapkan kelahiran bayinya.

Sosial : Ibu mengatakan hubungan ibu dengan suami, keluarga


dan masyarakat baik
Spiritual : Ibu mengatakan menjalankan ibadahnya sesuai dengan
kayakinannya masing-masing.

11. Kebutuhan Sehari-hari

No Kebutuhan Saat Hamil Menjelang Persalinan


a. Nutrisi
 Makan
Frekuensi 3x/hari 1x/hari
Jenis Nasi, ikan, sayur, telur Nasi, ikan, sayur, telur
Porsi 1 piring sedang 1 piring
Keluhan Tidak ada Tidak ada
 Minum
Jenis Air putih + susu Air putih + teh
Jumlah 7-9 gls/hari 2 gls/hari
Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. Eliminasi
 BAK
Frekuensi 3-5x/hari 1x
Keluhan Tidak ada Tidak ada
 BAB
Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Konsistensi Lembek Lembek
Keluhan Tidak ada Tidak ada
c. Istirahat tidur
 Siang ± 2 jam ± 2 jam
Keluhan Tidak ada Tidak ada
 Malam ± 8 jam ± 6 jam
Keluhan Tidak ada Tidak ada

d. Personal Hygine
Mandi 2 x/hari 2 x/hari
Keramas 3 x/hari 3 x/hari
Gosok gigi 2 x/hari 2 x/hari
Ganti pakaian 2x/hari jika lembab 2x/hari jika lembab
dalam
e. Akltivitas seks
Frekuensi 3 x/minggu 1x/minggu
Keluhan Tidak ada Tidak ada
f. Aktivitas sehari-
hari
Jenis IRT IRT
Keluhan Tidak ada Tidak ada

B. Daya Objektif

1. Pemeriksaan Umum

KU : Baik

Kesadaran : CM

TD : 120/80 mmHg

RR : 20x/menit

Pols : 80 x/ menit

Lila : 24 cm

BB : 56 Kg

TB : 158 cm

Suhu : 36,50 C

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Bersih, warna rambut hitam, distribusi merata, kerontokan


tidak ada, nyeri tekan dan benjolan tidak ada, kelainan
tidak ada

Muka : Bersih, warna tidak pucat, cloasmagravidarum ada,


oedema tidak ada, kelainan tidak ada

Mata : Simetris, bersih, conjungtiva an anemis, sklera an ikterik,


reaksi pupil (+), kelainan tidak ada
Hidung : Bersih, polip tidak ada, pengeluaran cairan tidak ada,
kelainan tidak ada

Mulut : Bersih, bibir lembab, sariawan dan caries tidak ada, radang
tonsil tidak ada, stomatitis tidak ada, kelainan tidak ada

Telinga : Simetris, bersih, pengeluaran cairan/ serumen tidak ada,


pendengaran baik, kelainan tidak ada

Leher : Bersih, pembesaran vena jugularis, kelenjar tyroid tidak


ada, kelainan tidak ada

Payudara : Simetris, bersih, papila mamae menonjol, areola mamae


hyperpigmentasi, nodule axilla tidak ada, colostrum ada,
kelainan tidak ada

Abdomen : Bersih, bekas operasi tidak ada, pembesaran tidak sesuai


dengan UH, linea alba dan striae gravidarum ada, kelainan
tidak ada

Palpasi

Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px (33 cm), pada fundus teraba bulat,
keras dan melenting

Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba panjang, datar dan ada
tahanan seperti papan.

Bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil janin.

Leopold III : Bagian terendah perut ibu teraba bundar, lunak dan tidak
melenting.

Leopold IV : divergen

Auskultasi

DJJ : (+)

PM : 3 jari diatas pusat sebelah kanan perut ibu

Sifat : Kuat dan teratur


Frekuensi : 120x/menit

TBJ : 33-12 x 155 = 3255

His : 3x dalam 10 menit lamanya 40-45 detik

Genitalia : Varises dan oedema tidak ada, pengeluaran lendir


bercampur darah ada, flour albus tidak ada, kelainan tidak
ada.

PD : Jam 08.00 Wib

Portio tidak teraba lagi, pendataran servik 100 %,


pembukaan 10 cm, ketuban (-), warna air ketuban jernih,
jumlah ± 50 cc, presentasi bokong, penunjuk os sakrum,
penurunan di hodge 4.

Ekstremitas :

- Atas : Simetris, bersih, oedema tidak ada, ujung jari kuku tidak
pucat, kelainan tidak ada

- Bawah : Simetris, bersih, varises dan oedema tidak ada, ujung jari
kuku tidak pucat, kelainan tidak ada

II. Interpretasi Data

1. Diagnosa

Ny. E, umur 37 tahun, G4P3A0, UH 40 minggu, janin tunggal hidup intra uteri,
presentasi bokong, jalan lahir baik, KU ibu dan janin baik dengan inpartu kala
II.

DS : Ibu mengatakan ingin melahirkan dan perutnya terasa mules, nyeri


pinggang menjalar ke perut bagian bawah dan keluar lendir
bercampur darah dari kemaluannya sejak pukul 02.00 Wib

DO : KU : Baik

Kesadaran : CM
TD : 120/80 mmHg

RR : 20x/menit

Pols : 80 x/ menit

Lila : 24 cm

BB : 56 Kg

TB : 158 cm

Suhu : 36,50 C

Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px (33 cm), pada fundus


teraba bulat, keras dan melenting

Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba panjang, datar dan


ada tahanan seperti papan.

Bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil


janin.

Leopold III : Bagian terendah perut ibu teraba bundar, lunak


dan tidak melenting.

Leopold IV : divergen

DJJ : (+)

PM : 3 jari diatas pusat sebelah kanan perut ibu

Sifat : Kuat dan teratur

Frekuensi : 120x/menit

TBJ : 33-12 x 155 = 3255

His : 3x dalam 10 menit lamanya 40-45 detik

Genitalia : Varises dan oedema tidak ada, pengeluaran


lendir bercampur darah ada, flour albus tidak
ada, kelainan tidak ada

PD : Jam 08.00 Wib


Portio tidak teraba lagi, pendataran servik 100 %,
pembukaan 10 cm, ketuban (-), warna air
ketuban jernih, jumlah ± 50 cc, presentasi

2. Masalah

Kelainan letak

3. Kebutuhan

 Penkes tentang persalinan sungsang

 Support mental

 Pemenuhan nutrisi.

III. MASALAH POTENSIAL

Ibu : Perdarahan, trauma jalan lahir, infeksi

Bayi : After coming head, Asfiksia

IV. TINDAKAN SEGERA

Pertolongan persalinan sungsang.

V. Intervensi

1. Jelaskan pada ibu ibu bahwa ibu akan segera melahirkan

2. Atur posisi ibu

3. Anjurkan pada keluarga untuk mendampingi ibu pada saat bersalin

4. Dekatkan partus set

5. Lakukan pertolongan persalinan sungsang.

VI. Implementasi

1. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu akan segera melahirkan


2. Mengatur posisi ibu dalam posisi litotomi dan bokong ibu berada di ujung
tempat tidur

3. Menganjurkan pada keluarga untuk mendampingi ibu agar memberi support


mental pada ibu

4. Mendekatkan alat-alat partus set dan cunam dan pasang alas bokong

5. Melakukan pertolongan persalinan sungsang yaitu melahirkan bayi dengan


cara bracht Setelah bokong membuka vulva suntikkan oksitosin 2-5 unit IM,
segera setelah bokong lahir bokong dicekam secara bracht dengan ibu jari
berada di sepanjang paha dan ke empat jari berada di krista iliaka, setelah
adanya his ibu dipimpin mengedan, setelah TP lahir regangkan. Setelah
angulus scapula inferior berada di bawah simpisis suruh asisten melakukan
ekspresi kristeller, ikuti gaya berat janin sehingga punggung janin mendekati
perut ibu. Lakukan hiperlordosis sehingga lahirlah berturut-turut mulai dari
dagu, mulut, hidung, mata dan lahirlah kepala secara keseluruhan. sedangkan
dengan melahirkan dengan cara klasik yaitu mengeluarkan bahu belakang
terlebih dahulu yaitu pergelengan kaki dipegang dengan tangan kanan
kemudian tangan kiri menelusuri skapula, humerus, fosa cubiti, tangan
menjadi bidai seolah-olah bayi mengusap muka, maka lahirlah bahu belakang
dan untuk melahirkan bahu depan pegang pergelangan kaki janin dengan
tangan kiri kemudian curam kebawah dan tangan kanan menelusuri skapula,
humerus, fosa cubiti, tangan menjadi bidai seolah-olah bayi mengusap muka,
sehingga lahirlah kedua bahu atau punggung bayi.

Sedangkan cara Muller mengeluarkan bahu depan, pegang secara femero


pelvik tarik curam kebawah kaitkan tangan kita untuk melahirkan bahu depan,
elevasikan keatas maka lahir juga bahu belakang.

Cara Lovset Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang kepala
setelah bokong dan kaki lahir bayi dengan kedua tangan memutar bayi 180
derajat dengan lengan bayi yang terjungkit kearah penunjuk jari tangan yang
nuchal dan memutar kembali 180 derajat kearah yang berlawanan kearah
kiri/kanan beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan lahir.

Mouricceu yaitu melahirkan kepala. Janin seperti menunggang kuda, jari


tengah masuk kedalam mulut bayi dan jari manis dan telunjuk berada di
maksila, sedangkan tangan kiri berada di tengkuk, tarik curam kebawah
setelah suboksiput berada di bawah simpisis lakukan hiperlordosis. Lahirlah
kepala secara keseluruhan.

Ekstraksi kaki dilakukan apabila kala II tidak maju atau terjadi gawat pada ibu
dan mengharuskan bayi segera dilahirkan, caranya tangan kiri membuka vulva
dan tangan kanan masuk secara obstetric menelusuri bokong pangkal paha
sampai lutut kemudian melakukan abduksi, fleksi dan menuntut kaki bayi
hingga keluar vagina sampai lutut, kedua tangan penolong memegang betis
sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan betis, kaki curam kebawah
sampai pangkal paha lahir, pegangan kita pindahkan setinggi mungkin lalu
curam kebawah sampai trokanter lahir, setelah trokanter lahir untuk
melahirkan trokanter belakang, kita elevasikan keatas apabila trokanter lahir
maka bokong lahir dan untuk melahirkan punggung kita lakukan dengan cara
klasik atau muller.

Sedangkan ekstraksi bokong yaitu dengan cara jari telunjuk penolong yang
searah bagian kecil janin dimasukkan kedalam jalan lahir 2 jari kemudian
diletakkan di paha bagian depan dengan jari ini lipat paha atau krista illiaka
dikait dan ditarik curam kebawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan ini maka
tangan lain penolong mencekam pergelangan tadi dan turut menarik curam
kebawah, bila dengan tarikan trokhantor depan mulai tampak dibawah
simfisis, maka jari telunjuk penolong lain mengkait lipatan paha ditarik curam
kebawah sampai bokong lahir, setelah bokong lahir bayi dilahirkan secara
klasik atau Muller dan untuk mengeluarkan kepala dengan Marriceau, jika
Marriceau kepala tidak dapat lahir, maka kita lakukan dengan cara cunam
piper yaitu dengan cara tangan dan badan bayi dibungkus kain steril, diangkat
keatas, cunam piper dipasang melintang terhadap panggul dan kepala
kemudian ditarik curam kebawah dan keatas, maka lahirlah bayi seluruhnya
pukul 08.30 Wib.

Nilai dan keringkan bayi. Lalu selimuti.

Melakukan palpasi, untuk mengetahui apakah ada bayi ke-2/ tidak, jika tidak
ada suntikkan oksitosin kemudian lakukan pemotongan dan pengikatan tali
pusat.

Lakukan Inisiasi Menyusui Dini atau skint to skint kepada ibunya.

VII Evaluasi

1. Bayi lahir spontan, jam 08.30 Wib, BB 2600 gram, PB 53 cm, LK 34 cm, LD 33
cm, JK ♀

2. Tali pusat sudah dipotong

3. KU ibu dan bayinya baik

4. Tanda-tanda pelepasan plasenta sudah ada yaitu tali pusat memanjang, uterus
membulat, keluar darah sekonyong-konyong.

Kala III. Jam 08.45 Wib

I. Pengkajian

DS : Ibu mengatakan masih merasa mules pada perutnya

DO : KU baik, kontraksi uterus baik, TP memanjang, keluar darah secara tiba-


tiba dan uterus membulat.

II. Interpretasi Data

a. Diagnosa
Ny. E, umur 37 tahun, P4A0, KU ibu baik dengan Inpartu Kala III.

DS : Ibu mengatakan masih merasa mules pada perutnya

DO : KU baik, kontraksi uterus baik, TP memanjang, keluar darah secara


tiba-tiba dan uterus membulat.

b. Masalah

Tidak ada.

c. Kebutuhan

Manajemen Aktif Kala III

III. Masalah Potensial

Tidak ada.

IV. Tindakan Segera

Tidak ada

V. Intervensi

a. Lakukan PTT

b. Melahirkan plasenta

c. Lakukan masase fundus

d. Cek kelengkapan plasenta

e. Periksa adanya laserasi jalan lahir dan periksa kelengkapan plasenta.

VI Implementasi

a. Lihat tanda pelepasan plasenta bila TP memanjang dan keluar darah


sekonyong-konyong, maka lahirkan plasenta dengan cara melakukan PTT
dengan cara pindahkan klem dengan jarak 5-10 cm depan vulva. Jika plasenta
masuk ke dalam berarti plasenta belum lepas, tapi jika plasenta diam dan
memanjang berarti plsenta sudah lepas.
b. Melahirkan plasenta yaitu regangkan TP dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri berada di supra simpisis secara dorsocranial, tarik curam kebawah,
keatas dan sejajar lantai setelah nampak di vulva cengkram dengan kedua
tangan. Putar searah jarum jam, plasenta lahir lengkap dan spontan.

c. Melakukan masase fundus dan mengajarkan pada ibu cara menilai kontraksi
dan masase bila uterus membulat dan keras berarti kontraksi baik dan masase
dengan menggunakan 3 jari dengan gerakan melingkar

d. Mengecek kelengkapan plasenta dan keutuhan plasenta

e. Mengecek laserasi jalan lahir untuk mengetahui ada atau tidaknya robekan.

VII. Evaluasi

a. Ibu mengatakan merasa lega karena proses persalinan berjalan lancar.

b. KU ibu baik dengan TD : 110/70 mmHg, Pols 80x/menit, RR 20x/menit, temp


360c, kontraksi baik, perdarahan ± 200 cc, blass kosong.

c. TFU 2 jari bawah pusat, plasenta lahir lengkap dan selaput ketuban utuh,
panjang TP ± 45 cm, kotiledon lengkap, diameter 16 cm, tebal 2 cm

d. Keadaan jalan lahir baik, tidak ada robekan jalan lahir.

Kala IV : Pukul : 09.00 Wib

I. Pengkajian

DS : Ibu mengatakan lega setelah plasenta lahir

DO : KU ibu baik, kes : CM, TD 110/70 mmHg, Pols : 80x/menit, RR : 20x/menit,


S : 36,40C. TFU 3 jari dibawah pusat, bulat keras, blass kosong, perdarahan
50 cc.

II. Interpretasi Data

1. Diagnosa

Ny. E, umur 37 tahun, P4A0, KU ibu baik, dengan Kala IV


DS : Ibu mengatakan lega setelah plasenta lahir

DO : KU ibu baik, kes : CM, TD 110/70 mmHg, Pols : 80x/menit, RR :


20x/menit, S : 36,40C. TFU 3 jari dibawah pusat, bulat keras, blass
kosong, perdarahan 50 cc.

2. Masalah

Tidak ada

3. Kebutuhan

Pengawasan Kala IV

III. Masalah Potensial

Tidak ada

IV. Tindakan Segera

Tidak ada

V. Intervensi

1. Observasi TTV, perdarahan, kontraksi uterus, TFU dan blass

2. Bersihkan ibu, kenakan pakaian ibu

3. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi

4. Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup

5. Anjurkan pada ibu untuk melakukan inisiasi dini

6. Ajarkan perawatan TP dan menilai kontraksi yang baik.

7. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas

8. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya pada bayi

9. Anjurkan pada ibu untuk bonding attachment

10. Anjurkan pada ibu untuk mobilisasi 2 jam kemudian


11. Jelaskan pada ibu KB pasca persalinan

12. Anjurkan pada ibu untuk imunisasi anaknya

13. Lengkapi partograf dan dokumentasi.

VI. Implementasi

1. Mengobservasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus, blass dan perdarahan setiap


15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua

2. Membersihkan ibu dari darah, cairan ketuban kemudian mengenakan pakaian


ibu dengan pakaian kering dan bersih serta membersihkan tempat tidur dan
alat untuk menghindari kuman dan menjaga kenyamanan ibu

3. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi yang


mengandung karbohidrat seperti nasi, sayur-sayuran hijau, ikan, telur, tempe
dan lain-lain agar tenaga ibu pulih kembali

4. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup agar tenaga yang terpakai
pada saat proses persalinan dapat kembali pulih

5. Menganjurkan untuk inisiasi dini yaitu menyusui bayinya sesegera dan


sesering mungkin untuk merangsang produksi ASI dan merangsang involusi
uterus.

6. Mengajarkan pada ibu perawatan tali pusat dengan menggunakan kassa steril
yang kering dan mengajarkan ibu untuk menilai kontraksi yang baik dan
apabila uterus terasa lembek ibu harus menghubungi bidan.

7. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu merasakan nyeri kepala
yang hebat, penglihatan berkunang-kunang, suhu tubuh meningkat,
perdarahan lebih dari normalah atau berdarah.

8. Memberitahu kepada ibu tanda-tanda bahaya pada bayi seperti ikterik,


kebiruan, bayi rewel, hipotermi, malas menyusui, dan TP tampak merah
9. Menganjurkan pada ibu untuk bonding attachment dengan skin to skin agar
terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi

10. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan mobilisasi dini 2 jam kemudian yaitu
dengan cara miring ke kiri dan kanan

11. Menjelaskan pada ibu tentang KB pasca persalinan yaitu KB yang mantap
misalnya AKDR/AKBK agar tidak terjadi/guna menjarakkan kelahiran pada
anak berikutnya

12. Menganjurkan pada ibu untuk mengimunisasikan anaknya agar kebal dari
penyakit

13. Melengkapi partograf dan melakukan dokumentasi.

VII. Evaluasi

1. KU ibu baik, kes : CM, TD 110/70 mmHg, Pols : 80x/menit, RR : 20x/menit, S :


36,40C. TFU 3 jari dibawah pusat, bulat keras, blass kosong, perdarahan dalam
batas normal, kontraksi uterus baik selama 2 jam PP

2. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan ditandai dengan ibu mampu


mengulangi kembali 8 dari 13 penjelasan yang diberikan oleh bidan.
SOAP IBU PERSALINAN PADA NY. E
DENGAN PERSALINAN SUNGSANG

Hari/Tanggal : Senin, 17 Januari 2011


Jam : 09.00 Wib
Tempat : Lab. Akbid Manna

S : - Ibu mengatakan nama Ny. E, umur 37 tahun

- Ibu mengatakan ini hamil anak ke-4 dan tidak pernah keguguran

- Ibu mengatakan menstruasi terakhir tanggal 10 April 2010

- Ibu mengatakan hamil 9 bulan

- Ibu mengatakan kehamilan ini terasa berbeda dengan kehamilan yang ketiga

- Ibu mengatakan sering merasa sesak

- Ibu merasakan pergerakan janinnya kuat dan tidak merasa nyeri saat
bergerak

- Ibu mengatakan perutnya merasa mules, nyeri pinggang menjalar ke perut


bagian bawah dan keluar lendir bercampur darah dari kemaluannya sejak
02.00 Wib
- Ibu mengatakan anak ketiga lahir normal, ditolong bidan JK ♀, BB 2600 gram

- Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit DM, jantung, hipertensi


dan asma

- Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita DM, jantung,
hipertensi, asma dan tidak ada keturunan kembar.

O : Pemeriksaan Umum

KU : Baik

Kesadaran : CM

TD : 120/80 mmHg

RR : 20x/menit

Pols : 80 x/ menit

Lila : 24 cm

BB : 56 Kg

TB : 158 cm

Suhu : 36,50 C

TP : 17-01-2011

UH : 40 minggu

Pemeriksaan Fisik :

Muka : Bersih, warna tidak pucat, cloasmagravidarum ada, oedema tidak


ada, kelainan tidak ada

Mata : Simetris, bersih, conjungtiva an anemis, sklera an ikterik, reaksi


pupil (+), kelainan tidak ada

Payudara : Simetris, bersih, papila mamae menonjol, areola mamae


hyperpigmentasi, nodule axilla tidak ada, colostrum ada,
kelainan tidak ada
Abdomen : Bersih, bekas operasi tidak ada, pembesaran tidak sesuai dengan
UH, linea alba dan striae gravidarum ada, kelainan tidak ada

Palpasi

Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px (33 cm), pada fundus teraba bulat, keras
dan tidak melenting melenting

Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba panjang, datar dan ada tahanan
seperti papan.

Bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil janin.

Leopold III : Bagian terendah perut ibu tidak teraba bundar, lunak dan tidak
melenting.

Leopold IV : divergen

Auskultasi

DJJ : (+)

PM : 3 jari diatas pusat sebelah kanan perut ibu

Sifat : Kuat dan teratur

Frekuensi : 120x/menit

TBJ : 33-12 x 155 = 3255

His : 4x dalam 10 menit lamanya 40 detik,

Genitalia : Varises dan oedema tidak ada, pengeluaran lendir bercampur


darah ada, flour albus tidak ada, kelainan tidak ada.

PD : Jam 08.00 Wib

Portio tidak teraba lagi, pendataran servik 100%, pembukaan 10


cm, ketuban (-), presentasi bokong, penunjuk os sakrum,
penurunan di hodge IV.
Ekstremitas :

- Atas : Simetris, bersih, oedema tidak ada, ujung jari kuku tidak pucat,
kelainan tidak ada

- Bawah : Simetris, bersih, varises dan oedema tidak ada, ujung jari kuku
tidak pucat, kelainan tidak ada

A : Ny. E, umur 37 tahun G4P3A0 dengan UH 40 minggu, janin tunggal hidup intra
uterin, persentasi bokong, keadaan jalan lahir baik, KU ibu dan janin baik
dengan inpartu kala II

Masalah : Kelainan letak

Kebutuhan : Support mental, atur posisi dan pemenuhan nutrisi

Masalah Potensial : Ibu : Perdarahan

Janin: After coming head, Asfiksia

Tindakan segera : Pertolongan persalinan sungsang

P : 1. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu akan segera melahirkan

2. Mengatur posisi ibu dalam posisi litotomi dan bokong ibu berada di ujung
tempat tidur

3. Menganjurkan pada keluarga untuk mendampingi ibu agar memberi


support mental pada ibu

4. Mendekatkan alat-alat partus set dan cunam dan pasang alas bokong

5. Melakukan pertolongan persalinan sungsang yaitu melahirkan bayi dengan


cara bracht Setelah bokong membuka vulva suntikkan oksitosin 2-5 unit IM,
segera setelah bokong lahir bokong dicekam secara bracht dengan ibu jari
berada di sepanjang paha dan ke empat jari berada di krista iliaka, setelah
adanya his ibu dipimpin mengedan, setelah TP lahir regangkan. Setelah
angulus scapula inferior berada di bawah simpisis suruh asisten melakukan
ekspresi kristeller, ikuti gaya berat janin sehingga punggung janin
mendekati perut ibu. Lakukan hiperlordosis sehingga lahirlah berturut-turut
mulai dari dagu, mulut, hidung, mata dan lahirlah kepala secara
keseluruhan. sedangkan dengan melahirkan dengan cara klasik yaitu
mengeluarkan bahu belakang terlebih dahulu yaitu pergelengan kaki
dipegang dengan tangan kanan kemudian tangan kiri menelusuri skapula,
humerus, fosa cubiti, tangan menjadi bidai seolah-olah bayi mengusap
muka, maka lahirlah bahu belakang dan untuk melahirkan bahu depan
pegang pergelangan kaki janin dengan tangan kiri kemudian curam
kebawah dan tangan kanan menelusuri skapula, humerus, fosa cubiti,
tangan menjadi bidai seolah-olah bayi mengusap muka, sehingga lahirlah
kedua bahu atau punggung bayi.

Sedangkan cara Muller mengeluarkan bahu depan, pegang secara femero


pelvik tarik curam kebawah kaitkan tangan kita untuk melahirkan bahu
depan, elevasikan keatas maka lahir juga bahu belakang.

Cara Lovset Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang
kepala setelah bokong dan kaki lahir bayi dengan kedua tangan memutar
bayi 180 derajat dengan lengan bayi yang terjungkit kearah penunjuk jari
tangan yang nuchal dan memutar kembali 180 derajat kearah yang
berlawanan kearah kiri/kanan beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan
lahir.

Mouricceu yaitu melahirkan kepala. Janin seperti menunggang kuda, jari


tengah masuk kedalam mulut bayi dan jari manis dan telunjuk berada di
maksila, sedangkan tangan kiri berada di tengkuk, tarik curam kebawah
setelah suboksiput berada di bawah simpisis lakukan hiperlordosis. Lahirlah
kepala secara keseluruhan.

Ekstraksi kaki dilakukan apabila kala II tidak maju atau terjadi gawat pada
ibu dan mengharuskan bayi segera dilahirkan, caranya tangan kiri membuka
vulva dan tangan kanan masuk secara obstetric menelusuri bokong pangkal
paha sampai lutut kemudian melakukan abduksi, fleksi dan menuntut kaki
bayi hingga keluar vagina sampai lutut, kedua tangan penolong memegang
betis sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan betis, kaki curam
kebawah sampai pangkal paha lahir, pegangan kita pindahkan setinggi
mungkin lalu curam kebawah sampai trokanter lahir, setelah trokanter lahir
untuk melahirkan trokanter belakang, kita elevasikan keatas apabila
trokanter lahir maka bokong lahir dan untuk melahirkan punggung kita
lakukan dengan cara klasik atau muller.

Sedangkan ekstraksi bokong yaitu dengan cara jari telunjuk penolong yang
searah bagian kecil janin dimasukkan kedalam jalan lahir 2 jari kemudian
diletakkan di paha bagian depan dengan jari ini lipat paha atau krista illiaka
dikait dan ditarik curam kebawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan ini
maka tangan lain penolong mencekam pergelangan tadi dan turut menarik
curam kebawah, bila dengan tarikan trokhantor depan mulai tampak
dibawah simfisis, maka jari telunjuk penolong lain mengkait lipatan paha
ditarik curam kebawah sampai bokong lahir, setelah bokong lahir bayi
dilahirkan secara klasik atau Muller dan untuk mengeluarkan kepala dengan
Marriceau, jika Marriceau kepala tidak dapat lahir, maka kita lakukan
dengan cara cunam piper yaitu dengan cara tangan dan badan bayi
dibungkus kain steril, diangkat keatas, cunam piper dipasang melintang
terhadap panggul dan kepala kemudian ditarik curam kebawah dan keatas,
maka lahirlah bayi seluruhnya pukul 08.30 Wib.

Nilai dan keringkan bayi. Lalu selimuti.

Melakukan palpasi, untuk mengetahui apakah ada bayi ke-2/ tidak, jika
tidak ada suntikkan oksitosin kemudian lakukan pemotongan dan
pengikatan tali pusat.

Lakukan Inisiasi Menyusui Dini atau skint to skint kepada ibunya.


Kala III : Pukul : 08.45 Wib

S : - Ibu mengatakan lega dan gembira karena ia dan bayinya selamat

- Ibu mengatakan masih terasa mules-mules sedikit.

O : KU : Baik, kontraksi uterus baik, TP memanjang, keluar darah secara tiba-tiba


dan uterus membulat.

A : Ny. E, umur 37 tahun P4A0, KU ibu baik dengan inpartu Kala III

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : Manajemen aktif kala III

Masalah Potensial : Tidak ada

Tindakan segera : Tidak ada.

P : 1. Lihat tanda pelepasan plasenta bila TP memanjang dan keluar darah


sekonyong-konyong, maka lahirkan plasenta dengan cara melakukan PTT
dengan cara pindahkan klem dengan jarak 5-10 cm depan vulva. Jika
plasenta masuk ke dalam berarti plasenta belum lepas, tapi jika plasenta
diam dan memanjang berarti plsenta sudah lepas.

2. Melahirkan plasenta yaitu regangkan TP dengan tangan kanan, sementara


tangan kiri berada di supra simpisis secara dorsocranial, tarik curam
kebawah, keatas dan sejajar lantai setelah nampak di vulva cengkram
dengan kedua tangan. Putar searah jarum jam, plasenta lahir lengkap dan
spontan.

3. Melakukan masase fundus dan mengajarkan pada ibu cara menilai kontraksi
dan masase bila uterus membulat dan keras berarti kontraksi baik dan
masase dengan menggunakan 3 jari dengan gerakan melingkar

4. Mengecek kelengkapan plasenta dan keutuhan plasenta

5. Mengecek laserasi jalan lahir untuk mengetahui ada atau tidaknya robekan.
Kala IV : Pukul : 09.00 Wib

S : - Ibu mengatakan lega setelah plasenta lahir

- Ibu mengatakan lega karena proses persalinan berjalan lancar.

O : KU : Baik

Kesadaran : Compos mentis

TD : 110/70 mmhg

Pols : 80 x/mnt

RR : 20 x/mnt

Temp : 36,40 C

TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, blass kosong, pengeluaran


darah 50 cc.

A : Ny. E, umur 37 tahun P4A0, KU ibu baik dengan inpartu Kala IV

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan : Penkes dan Penanganan Masa Nifas

Masalah Potensial : Tidak ada

Tindakan segera : Tidak ada.

P : 1. Mengobservasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus, blass dan perdarahan


setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)

2. Membersihkan ibu dari darah, cairan ketuban kemudian mengenakan


pakaian ibu dengan pakaian kering dan bersih serta membersihkan tempat
tidur dan alat untuk menghindari kuman dan menjaga kenyamanan ibu.
(Ibu sudah dibersihkan dan sudah mengenakan pakaian bersih)
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi yang
mengandung karbohidrat seperti nasi, sayur-sayuran hijau, ikan, telur,
tempe dan lain-lain agar tenaga ibu pulih kembali. (Ibu mau mengkonsumsi
makanan bergizi)

4. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup agar tenaga yang
terpakai pada saat proses persalinan dapat kembali pulih. (Ibu mau
mengikuti anjuran bidan)

5. Menganjurkan untuk inisiasi dini yaitu menyusui bayinya sesegera dan


sesering mungkin untuk merangsang produksi ASI dan merangsang
involusi uterus. (Ibu mau menyusui bayinya)

6. Mengajarkan pada ibu perawatan tali pusat dengan menggunakan kassa


steril yang kering dan mengajarkan ibu untuk menilai kontraksi yang baik
dan apabila uterus terasa lembek ibu harus menghubungi bidan. (Ibu mau
mengikuti semua yang telah diajarkan bidan tentang perawatan tali pusat)

7. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas yaitu merasakan nyeri


kepala yang hebat, penglihatan berkunang-kunang, suhu tubuh meningkat,
perdarahan lebih dari normalah atau berdarah. (ibu mengerti tentang tanda-
tanda bahaya masa nifas)

8. Memberitahu kepada ibu tanda-tanda bahaya pada bayi seperti ikterik,


kebiruan, bayi rewel, hipotermi, malas menyusui, dan TP tampak merah.
(Ibu mengerti tanda bahaya pada bayi)

9. Menganjurkan pada ibu untuk bonding attachment dengan skin to skin agar
terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi. (Ibu mau mengikuti
anjuran bidan tentang bonding attachment)

10. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan mobilisasi dini 2 jam kemudian
yaitu dengan cara miring ke kiri dan kanan. (Ibu mau mengikutinya)
11. Menjelaskan pada ibu tentang KB pasca persalinan yaitu KB yang mantap
misalnya AKDR/AKBK agar tidak terjadi/guna menjarakkan kelahiran
pada anak berikutnya. (Ibu mau menggunakan KB)

12. Menganjurkan pada ibu untuk mengimunisasikan anaknya agar kebal dari
penyakit. (Ibu akan mengimunisasikan anaknya)

13. Melengkapi partograf dan melakukan dokumentasi. (Partograf telah diisi).


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................... 1

C. Manfaat ................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ 3

A. Pengertian ............................................................................ 3

B. Diagnosa ............................................................................... 5

C. Etiologi .................................................................................. 7

D. Mekanisme Persalinan ....................................................... 8

E. Patofisiologi ......................................................................... 11

F. Prognosis .............................................................................. 12

G. Sebab-sebab Kematian Anak Pada Letak Sungsang ...... 12

H. Penanganan .......................................................................... 13

BAB III ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. E DENGAN PERSALINAN


SUNGSANG .............................................................................. 19

BAB IV PENUTUP .................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAK

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Ujian Laboratorium PERSALINAN SUNGSANG
ini tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini saya sebagai penulis makalah ini menyadari bahwa
makalah yang saya buat ini masih jauh dari kesempurnaan dan untuk itu saya
harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini
selanjutnya.

Demikianlah makalah ini saya buat, sehingga makalah ini bisa bermanfaat bagi
kita semua dan saya sendiri sebagai penulis. Amin.

Manna, Januari 2011

Penulis

ii

Anda mungkin juga menyukai