Anda di halaman 1dari 9

Nomor : 440/051/KPTS/414.103.

009/2017
Revisi Ke : 00
Berlaku Tgl:

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS

TENTANG
PELAYANAN KEFARMASIAN
UPTD PUSKESMAS GAJI
Ditetapkan
Kepala UPTD PuskesmasGaji

Drg.NURUL HIKMAH.M.Kes
NIP.19770226 200306 2 006

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TUBAN


UPTD PUSKESMAS GAJI
Jl. Raya Gaji No. 01 Telp (0356) 611074 Kec.
Email:pkmgaji01@gmail.com
Kerek- 62356
Tuban
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS GAJI
NOMOR :…/…./KPTS/…../2017
TENTANGPELAYANAN KEFARMASIAN
UPTD PUSKESMAS GAJI

A.PELAYANAN KEFARMASIAN

1. Obat harus tersedia di puskesmas Gaji sesuai dengan Formularium


Puskesmas Gaji, langkah-langkah yang perlu diperhatikan :
a. Menyusun formularium obat
b. Mendata sisa obat
c. Membuat daftar ketersediaan obat
d. Menghitung stok obat yang kosong/habis
e. Mengevaluasi, menganalisis dan menindaklanjuti
f. Melaporkan ke tim mutu
2. Yang berhak memberi resep adalah Dokter/Dokter Gigi sesuai
dengan kompetisinya dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Ijin Praktik
Dokter/Dokter Gigi di UPTD Puskesmas Gaji
b. Apabila Dokter/Dokter Gigi tidak dapat menjalankan tugasnya
di bidang pengobatan karena sesuatu hal (misal : menghadiri
rapat), maka tugas pengobatan dan pemberian resep
dilimpahkan kewenangan kepada petugas pelayanan kesehatan
yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang farmasi,
yaitu perawat atau bidan yang diberikan wewenang
pendelegasian
3. Yang berhak menyediakan obat adalah Asisten Apoteker (atau yang
sekarang disebut Tenaga Teknis Kefarmasian) sesuai
kompetensinya.Apabila Asisten Apoteker tidak dapat menjalankan
tugas karena sesuatu hal (misal : menghadiri rapat), maka tugas
penyediaan obat dilimpahkan kepada petugas lain.
Pelatihan tersebut meliputi :
a) Mengenal jenis obat dan penggolongannya
b) Cara membaca resep
c) Cara pemakaian dan penyimpanan obat
d) Efek samping obat tertentu
e) Penyampaian informasi dan penyimpanan obat yang baik
f) Cara pelaporan resep harian
4. Pelayanan kefarmasian dilakukan sesuai jam kerja Puskesmas
a)Hari senin-kamis : 07.30-14.00
b)Hari Jum’at : 07.30-11.30
c)Hari sabtu : 07.30-12.00
5. Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat yang
diwujudkan dalam kegiatan :
a. Perencanaan
Tujuan perencanaan obat adalah untuk mendapatkan :
1) Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan
yang mendekati kebutuhan
2) Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
3) Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
b. Permintaan
Tujuan permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan
obat di masing-masing unit pelayanan kesehatan di Puskesmas,
terdiri dari :
1) Permintaan rutin. Dilakukan sesuai dengan jadwal yang
sudah ditentukan oleh Dinas kesehatan Kabupaten melalui
GFK
2) Permintaan Khusus. Dilakukan diluar jadwal distribusi rutin
apabila terjadi kebutuhan meningkat, menghindari
kekosongan obat, adanya KLB, Obat rusak/kadaluwarsa
c. Pengendalian
Tujuan kegiatan pengendalian obat agar tidak terjadi kelebihan
dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar yang
terdiri dari :
1) Pengendalian persediaan, diperlukan pengamatan untuk
terhadap stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa
stok
2) Pengendalian penggunaan, menjaga kualitas pelayanan obat
dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat
3) Penanganan obat hilang, sebagai bukti pertanggungjawaban
Kepala Puskesmas sehingga diketahui ketersediaan obat itu.

Dalam menangani obat hilang, maka langkah langkah yang


harus dilakukan adalah:
a) Petugas pengelola obat menyusun daftar jenis dan
jumlah obat yang hilang untuk dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas
b) Kepala Puskesmas memeriksa dan memastikan
kejadian tersebut kemudian menerbitkan Berita Acara
Obat Hilang
c) Kepala Puskesmas menyampaikan laporan kejadian
tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Tuban disertai Berita Acara Obat Hilang
d) Petugas pengelola obat mencatat jenis dan jumlah
obat yang hilang pada kartu stok
e) Apabila jumlah obat yang tersisa tidak mencukupi
kebutuhan pelayanan, maka petugas pengelola obat
segera mengajukan permintaan obat kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Tuban dengan
menggunakanLPLPO
f) Apabila hilangnya obat karena pencurian, maka
dilaporkan kepada Kepolisian
4) Penanganan obat kadaluwarsa/rusak d lakukan untuk
melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat
rusak / kadaluarsa.
Dalam menangani obat rusak / kadaluwarsa, maka
langkah langkah yang harus dilakukan adalah:
a) Petugas pengelola obat mengumpulkan obat rusak/
kadaluarsa dari sub unit pelayanan, di gudang obat
Puskesmas dan di sub unit external Puskesmas.
b) Obat yang rusak / kadaluwarsa dikurangkan dari
catatan sisa stok pada Kartu Stok oleh petugas
pengelola obat.
c) Petugas pengelola obat melaporkan obat rusak/
kadaluarsa kepada Kepala Puskesmas
d) Kepala Puskesmas mengajukan surat permohonan
saksi untuk kegiatan pemusnahan obat dan perbekalan
farmasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten.
e) Membuat Berita Acara Pemusnahan Obat dan
perbekalan farmasi yang diketahui Kepala Puskesmas
dan saksi dari Dinas Kesehatan Kabupaten.
f) Mengirimkan Berita Acara Pemusnahan Obat dan
perbekalan farmasi dan dokumentasi kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten dan GFK .

5. Upaya menjaga Tidak Terjadinya Pemberian Obat Kadaluarsa di


lakukan dengan system FIFO DAN FEFO

6. Ketersedian obat wajib dievaluasi paling lambat tiap tiga bulan


sekali.
7. Obat kadaluwarsa tidak boleh diberikan kepada pasien
8. Peresepan, pemesanan, dan pengelolaan obat.
a. Peresepan
1. Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat
tertulis dari dokter , dokter gigi,praktisi lainnya yang
mempunyai surat izin praktik di Puskesmas Kepada
pengelola obat di UPTD Puskesmas Gaji untuk menyediakan
atau membuat obat dan menyerahkan nya kepada pasien.
Resep merupakan sarana komunikasi professional antara
dokter, penyedia obat dan pasien (pengguna obat). Isi resep
merupakan refleksi dari proses pengobatan. Untuk itu , agar
obat berhasil,resep harus rasional.
1) Penulis resep harus melakukan penyelarasan obat
(medication reconciliation) sebelum menulis resep.
Penyelarasan obat adalah membandingkan antara daftar
obat yang sedang digunakan pasien dan obat yang akan
diresepkan agar tidak terjadi duplikasi atau terhentinya
terapi suatu obat (omission).
2) Penulis resep harus memperhatikan kemungkinan
adanya kontra indikasi, interaksi obat dan reaksi alergi
3) Resep ditulis secara manual pada blanko lembar resep/
instruksi pengobatan dengan kop Puskesmas unit
Pelayanan tempat pasien dirawat/ berobat
4) Penulisan resep harus dilengkapi/memenuhi hal-hal
sebagai berikut:
- Nama pasien
- Tanggal lahir atau umur pasien (jika tidak dapat
mengingat tanggal lahir)
- Tanggal penulisan resep
- Nama ruang pelayanan

- Tanda R/ pada setiap sediaan


- Penulisan Alergi pasien
- Untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama
generic
- Untuk obat kombinasi ditulis sesuai nama dalam

Formularium, dilengkapi dengan bentuk sediaan obat


(contoh : injeksi, tablet,kapsul, salep), serta
kekuatannya (contoh : 500 mg, 1 gram)
- Jumlah sediaan
- Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap jenis
/ bahan obat dan jumlah bahan obat ( untuk bahan
padat: microgram, milligram, gram ) dan untuk
cairan: tetes , milliliter, liter
- Pencampuran beberapa obat jadi dalam satu sediaan
tidak dianjurkan , kecuali sediaan dalam bentuk
campuran tersebut telah terbukti aman dan efektif
- Aturan pakai ( frekuensi, dosis, rute pemberian )
untuk aturan pakai jika perlu atau p r n atau ‘ pro re
nata “, harus dituliskan dosis maksimal dalam sehari
5) Tulisan harus jelas dan dapat dibaca, menggunakan
istilah dan singkatan yang lazim sehingga tidak disalah
artikan
6) Resep/instruksi pengobatan yang tidak memenuhi
kelengkapan yang ditetapkan,tidak akan dilayani oleh
farmasi.
7) Resep tidak diperbolehkan menggunakan singkatan yang
berpotensi menimbulkan kesalahan interpelasi.
8) Jika resep/instruksi pengobatan tidak dapat dibaca atau
tidak jelas, maka petugas farmasi/petugas obat yang
menemukan resep/pengobatan tersebut harus
menghubungi dokter penulis resep.

b. Penyiapan obat

Dalam proses penyiapan obat oleh petugas farmasi


diperbolehkan memberikan salah satu dari sediaan yang zat
aktifnya sama dan tersedia di Puskesmas dengan terlebih
dahulu memberitahu dokter.
Penyiapan obat harus dilakukan di tempat yang bersih dan
aman sesuai aturan dan standar praktik kefarmasian.

Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang


diresepkan oleh dokter atau praktisi lain yang berizin harus
memahami isi resep dan memperhatikan:
- Nama obat
- Penulisan Alergi pasien
- Jenis dan bentuk sediaan obat
- Nama dan umur pasien
- Dosis
- Cara pemakaian dan aturan pemberian
- Menanyakan kepada penulis resep apabila tulisan tidak
jelas.
- Konsultasi alternative obat kepada penulis resep apabila
obat yang dimaksud tidak tersedia.
- Penggunaan sendok pada saat mengambil obat dari
tempatnya.
- Pemasangan etiket / label obat pada kemasan obat

c. Penyerahan obat
Petugas farmasi yang bertugas menyerahkan obat yang
diresepkan oleh dokter atau praktisi lain yang berizin harus
memperhatikan :

a. Pengecekan akhir pada idensitas pasien dan isi resep.


b. Pemberian obat dilakukan oleh petugas obat.
c. Penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien
dengan bukti tanda tangan penerima obat.
d. Pemberian Informasi tentang cara pemakaian, aturan
pakai dan efek samping obat kepada pasien atau
keluarga pasien.

B. PEMESANAN OBAT

Sumber penyediaan obat di Puskesmas Gaji berasal dari


Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban dan dari JKN .Obat yang
diperkenakan untuk disediakan di Puskesmas Gaji adalah obat
obat yang tercantum dalam DOEN yang telah ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.

Permintaan obat diajukan oleh Kepala UPTD Puskesmas Gaji


Kepada Kepala Dinas Kesehatan Tuban dengan menggunakan
formatLPLPO.

Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi


kebutuhan obat di UPTD Puskesmas Gaji sesuai dengan pola
penyakit yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gaji.

Kegiatan kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat


antara lain:

1. Menentukan jenis permintaan obat.


2. Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan antara lain:
a. Data pemakaian obat periode sebelumnya
b. Sisa Stok
c. LPLPO kamar obat,Polindes.
d. Lembar permintaan dr semua unit pelayanan
3. Menghitung kebutuhan obat dengan cara :
Adapun cara menghitung permintaan obat
adalahdenganrumus sebagai berikut:

PERMINTAAN OBAT : SO - SS

Keterangan :

SO : Stok Optimal

Didapat dari perhitungan rata rata pemakaian obat 3 bulan


terakhir dikalikan 4.

SS : Sisa Stok
C. PENGELOLAAN OBAT

Pengelolaan obat Publik dan Perbekalan Kesehatan meliputi


kegiatan :
1. Perencanaan obat
2. Permintaan obat
3. Penerimaan obat
4. Penyimpanan
5. Distribusi
6. Pencatatan dan Pelaporan
7. Evaluasi Pengelolaan obat

9. Pemberian Obat narkotika dan psikotropika.


a. Peresepan obat narkotika dan psikotropika hanya boleh
dilakukan oleh Dokter yang memiliki SIP di UPTD Puskesmas
Gaji
b. Resep ditulis secara manual pada blangko lembar
resep/instruksi pengobatan dengan kop Puskesmas, Unit
pelayanan tempat pasien berobat
c. Penulisan resep harus lengkap dan jelas, dilengkapi dengan
tulisan dalam huruf latin.
d. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca, menggunakan istilah dan
singkatan yang lazim sehingga tidak disalahartikan.
e. Apabila ada kesalahan penulisan obat di dalam resep maka
resep harus diganti baru lagi dokter.
f. Daftar obat Narkotika dan Psikotropika :
- Kodein 10 mg tablet
- Diasepam 2 mg tablet
- Stesolid 5 mg rektal
- Fenobarbital 30 mg tablet

g. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika.


Tujuannya untuk menjamin mutu, keamanan dan
memudahkan pelayanan serta pengawasan.
Tata cara penyimpanan adalah sebagai berikut :
- Penyimpanan atas dasar FIFO (First In First Out) atau
FEFO (First Expired First Out).
- Dilengkapi dengan kartu stok
- Disimpan di tempat khusus sesuai persyaratan.
1. Persyaratan/ketentuan tempat penyimpanan Narkotika :
a) Dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang
kuat.
b) Harus mempunyai kunci yang kuat dan ganda.
c) Almari dibaut pada tembok atau lantai agar tidak
mudah dipindahkan.
2. Persyaratan/ketentuan tempat penyimpanan
Psikotropika di lemari yang terkunci.
- Kunci tempat penyampaian disimpan oleh Asisten dan
Kepala Pukesmas.
- Kapasitas tempat penyimpanan harus sesuai dengan
kebutuhan.
- Narkotika dan Psikotropika yang rusak/kadaluwarsa
disimpan terpisah dengan penandaan dan dibuatkan
catatan yang jelas.
10. Jika ada obat yang dibawa oleh pasien, maka obat harus
diidentifikasi dan ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dokter.
11. Penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan ketentuan
penyimpanan tiap-tiap obat dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a) Bentuk dan jenis sediaan
b) Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)
c) Mudah/tidaknya meledak/terbakar, dan
d) Narkotika dan Psikotropika disimpan dalam lemari khusus
12. Penyampaian obat pada pasien harus disertai label yang berisi:
nama pasien, umur, nomor resep, aturan pakai, cara pemakaian,
waktu menggunakan, tanggal resep.
13. Pemberian informasi penggunaan obat yang diserahkan kepada
pasien meliputi : arutan pakai, cara pemakaian, waktu
penggunaan, dan cara penyimapan obat di rumah. Pemberian
informasi Obat (PIO) dilakukan secara jelas dan dengan Bahasa
yang mudah dimengerti pasien.
14. Dalam pemberian obat harus memperhatikan ada tidaknya riwayat
alergi, interaksi obat, dan efek samping obat.

Efek samping obat dan KTD harus dicatat dan dipantau dilaporkan.
Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut :

a) Menganalisis laporan efek samping obat.


b) Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat.
c) Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
d) Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat ke tim
mutu untuk ditindak lanjuti dan dicatat di rekam medis
15. Jika terjadi KTD maka farmasi harus melaporkan kepada tim PMKP
dan di tindaklanjuti.
16. Tersedianya Obat-obat emergensi harus tersedia di tempat
pelayanan untuk mengatasi jika terjadi kedaruratan dalam
pelayanan kesehatan.
17. Petugas di unit emergensi bertanggung jawab akan ketersediaan
obat-obat emergensi dan bahan habis pakai tersebut, baik dalam
hal pemesanan maupun keamanannya.
18. Obat emergensi harus disegel, dimonitoring penggunaannya, dan
segera diganti jika digunakan dan disegel kembali oleh petugas
farmasi. Melaporkan hasil monitoring dan menindaklanjuti.
19. Indikator mutu pelayanan kefarmasian guna menjamin pelayanan
waktu tunggu di kamar obat dilakukan pengelolaan pelayanan yang
optimal sesuai dengan situasi dan harapan pasien.
Ditetapkan di Gaji
pada tanggal 2018

KEPALA UPTD PUSKESMAS GAJI,

Drg.NURUL HIKMAH

Anda mungkin juga menyukai