Modul-2 Komponen Moda
Modul-2 Komponen Moda
Komponen Moda
Beberapa peraturan di Indonesia yang berkaitan tentang angkutan umum (mass transit ), yaitu:
Angkutan pribadi, yaitu angkutan yang dimiliki dan dioperasikan oleh dan untuk
keperluan pribadi pemilik dengan menggunakan prasarana baik pribadi juga maupun
prasarana umum.
Angkutan umum, yaitu angkutan yang dimiliki oleh operator yang biasa digunakan untuk
umum dengan persyaratan tertentu.
Tipologi angkutan umum dikelompokkan berdasarkan atas kelompok angkutan massal dan
angkutan individual. Angkutan individu terdiri dari ojek, taksi dan becak. Secara umum ketiga jenis
moda tersebut terdapat di seluruh kota di Indonesia, hanya khusus taksi tidak semua kota tersedia.
Dilihat dari parameter jarak, kecepatan, sifat pelayanan (door-to-door), tarif dan keselamatan, ketiga
moda dibandingkan secara kualitatif, kinerja ojek memiliki keuntungan dari aspek kecepatan dan
ketersediaannya (door-to-door).
Saat ini di hampir semua wilayah perkotaan, telah dilayani oleh ojek. Ojek menjadi masalah
karena tidak memiliki legalitas dalam UU 22/2009 tentang LLAJ namun demikian kebutuhan
masyarakat akan pergerakan yang cepat, door-to-door dan melayani jalan yang sempit memaksa
pengguna jalan menggunakan ojek. Target kedepan: peran taksi akan ditingkatkan hingga menjadi
moda utama angkutan individu di pusat kota dan wilayah perkotaan, khususnya kota metropolitan,
kota besar dan kota menengah. Peran ojek akan dibatasi pada wilayah dimana kebutuhan moda
transportasi belum terlayani, khususnya pada jalan-jalan sempit (rat-run) kawasan perkotaan, tidak
melayani trayek angkutan umum lingkungan (ang-ling), angkutan bus, sistem transit dan BRT.
Target kedepan: peran taksi akan ditingkatkan hingga menjadi moda utama angkutan individu
di pusat kota dan wilayah perkotaan, khususnya kota metropolitan, kota besar dan kota menengah.
Peran ojek akan dibatasi pada wilayah dimana kebutuhan moda transportasi belum terlayani,
khususnya pada jalan-jalan sempit (rat-run) kawasan perkotaan, tidak melayani trayek angkutan
umum lingkungan (ang-ling), angkutan bus, sistem transit dan BRT.
a. Kota Kecil: Angkutan umum terdiri dari Angkutan Kota (Angkot) dan Bus Sedang, Angkutan
Individu: becak dan ojek.
‘13 Sistem Angkutan Umum
2 Ir. Zainal Arifin, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Kota Menengah: Angkutan umum, terdiri dari Bus Besar, Bus Sedang, Angkutan kota
(Angkot) dan bus sedang, Angkutan Individu: becak dan ojek
c. Kota Besar: Angkutan Massal, terdiri dari Sistem Transit, Bus Besar, Bus Sedang
d. Angkutan kota (Angkot) dan Bus Sedang, Angkutan Individu: becak dan ojek
e. Kota Metropolitan: Angkutan Massal, terdiri dari Mass Rapid Transit (MRT), Bus Besar, Bus
Sedang, Angkutan Kota (Angkot) dan Bus Sedang, Angkutan Individu: becak dan ojek.
Tabel 2.1. Karakteristik Angkutan Individu
PARAMETER OJEK TAKSI BECAK
Jarak + ++ -
Kecepatan ++ + -
Door-to-Door ++ + ++
Tarif -- + -
Safety - ++ +
Akses Jalan ++ - +
Sempit Perkotaan
Keterangan :
+ = Makin bertambah
- = Makin berkurang
Gambar 2.2. Tipologi Angkutan Umum
a) Para transit, yaitu tidak ada jadwal yang pasti dan kendaraan dapat berhenti
untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di sepanjangrutenya. Contohnya
adalah angkutan kota atau angkutan pedesaan; dan
b) Mass transit, yaitu jadwal dan tempat hentinya Iebih pasti dan teratur.
Contohnya adalah kereta api.
Vuchic (1981) membagi karakteristik moda angkutan umum menjadi tigamacam, yaitu
sebagai berikut:
1) Karakteristik Right of way (ROW).
Berdasarkan kategori (ROW) Terdiri dari tiga tipe; tipe C, B, dan A. Tingkat
kemudahan suatu moda dalam beroperasi sangat terkait erat dengan tingkat
eksklusifitas prasarana yang tersedia untuknya. Semakin eksklusif prasarana yang
tersedia untuk suatu moda, maka semakin tinggi tingkat kemudahan dalam
merancang karakteristik perjalanannya.
a) Tipe ROW C dikategorikan sebagai moda transportasi yang tidak mampu
mengontrol karakteristik parameter operasionalnya sendiri seperti kecepatan,
waktu tempuh, dan jadwal. Tingkat kemampuan mengontrol sangat tergantung
pada tingkat gangguan dari moda yang lain sehingga performance indicator (PI)
sangat tergantung pada moda lain.
b) Tipe ROW B adalah tipe moda transportasi yang memakai prasarana terpisah
dengan moda lainnya baik dengan curb, , pagar pemisah, atau elevasi yang
berbeda, namun demikian masih menggunakan fasilitas yang sama dengan moda
yang lain di persimpangan. Pada kategori ini moda angkutan umum tetap harus
berhenti di persimpangan bersinyal ketika lampu merah, atau memperlambat
bahkan mungkinharus berhenti pada persimpangan sebidang tanpa pengatur
lampu lalu lintas.
Performance indicator (PI) dari moda angkutan umum pada kategori ROW tipe
B ini masih tergantung pada kondisi prasarana jalan di perkotaan, terutama pada
jumlah simpang baik simpang bersinyal atau yang tidak berpengatur lampulalu
lintas bersinyal. Sekalipun dalam jalur geraknya tidak terganggu, tetapi pada
simpang bersinyal kendaraan tetap harus berhenti di lampu merah.
c) Moda angkutan umum dengan ROW kategori A adalah kondisi angkutan umum
dengan prasarana yang terpisah dengan moda transportasi lainnya baik dalam
penggunaan jalur pergerakannya maupun di persimpangan. Di persimpangan
yang sebidang, kendaraan tetap mendapatkan prioritas dengan pintu hingga
kendaraan lain tidak bisa menerobos. Untuk kategori ROW A, moda
transportasinya dapat mengontrol karakteristik operasionalnya sendiri seperti
kecepatan, waktu tempuh, dan jadwal. Tingkat kemampuan mengontrol
sepenuhnya tergantung pada tingkat karakteristik moda tersebut.
a) Suporting system.
Suporting system yakni kontak antara sarana dan prasarana untuk mentransfer
berat kendaraan. Bentuk yang umum adalah ban karet di atas aspal, beton, atau
permukaan lainnya dan roda baja di atas rel. Bentuk lainnya adalah bodi
kendaraan di atas air (perahu, kapal), dan pesawat di dalam udara.