6. Peraturan …..
-2-
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
(1) Selain penghasilan yang berhak diterima menurut peraturan perundang-
undangan, kepada Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Kementerian, diberikan tunjangan kinerja yang dibayarkan setiap
bulan.
(2) Tunjangan Kinerja bagi Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian
dibayarkan terhitung mulai tanggal ditetapkan Surat Pernyataan
Melaksanakan Tugas oleh pejabat yang berwenang.
Pasal 3
BAB II
HARI, JAM KERJA, PELAKSANAAN TUGAS, DAN PENCATATAN KEHADIRAN
Bagian Kesatu
Hari dan Jam Kerja
Pasal 4
(1) Hari Kerja di lingkungan Kementerian yaitu 5 (lima) hari kerja mulai hari
Senin sampai dengan hari Jumat.
(2) Jumlah jam kerja dalam 5 (lima) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yaitu 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam ditetapkan sebagai berikut:
a. hari Senin sampai dengan hari Kamis : Pukul 07.30 - 16.00
waktu istirahat : Pukul 12.00 - 13.00
b. hari Jumat : Pukul 07.30 - 16.30
waktu istirahat : Pukul 11.30 - 13.00
(3) Pegawai yang menjalani pendidikan dan pelatihan, maka hari dan jam kerja
pegawai tersebut disesuaikan dengan hari dan jam tempat melaksanakan
pendidikan dan pelatihan.
Pasal 5
(1) Toleransi mengenai jam keterlambatan kerja adalah 30 (tiga puluh) menit yang
diperhitungkan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (2).
(2) Kekurangan jumlah jam kerja efektif karena keterlambatan, wajib diganti
langsung pada hari kerja keterlambatan tersebut selama 30 (tiga puluh) menit
yang diperhitungkan dari jam kerja efektif kehadiran pegawai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2).
(3) Pegawai yang tidak mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dianggap pulang kerja sebelum waktunya.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Tugas
Pasal 6
Bagian Ketiga
Pencatatan dan Pelaporan Kehadiran
Pasal 7
(1) Pegawai wajib masuk dan pulang kerja sesuai ketentuan jam kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dengan mencatatkan kehadiran
pada mesin pencatat elektronik.
(2) Pencatatan kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sebanyak 2 (dua) kali yaitu pada waktu masuk kerja dan pada waktu
pulang kerja.
Pasal 8
(1) Pegawai yang karena tugas kedinasan tidak dapat melakukan pencatatan
kedatangan dan/atau kepulangan kerja dengan menggunakan mesin pencatat
kehadiran, wajib menyampaikan Surat Perintah dari pimpinan unit kerjanya,
sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Surat Perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan sebelum
atau sesudah melaksanakan tugas kedinasan.
(3) Dalam hal Pejabat eselon I dan Pejabat eselon II karena tugas kedinasan tidak
dapat melakukan pencatatan kedatangan atau kepulangan kerja dengan
menggunakan mesin pencatat kehadiran, wajib menyampaikan Surat
Keterangan yang ditandatangani yang bersangkutan, sesuai dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Surat Perintah dan Surat Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (3) disampaikan kepada Pejabat eselon III atau Pejabat yang bertugas
menangani kepegawaian pada unit organisasi/satuan kerja yang
bersangkutan.
Pasal 9
Pegawai yang telah mendapatkan ijin cuti, wajib menyampaikan surat ijin cuti
kepada Pejabat eselon III atau Pejabat yang bertanggung jawab menangani
kepegawaian pada unit organisasi/satuan kerja yang bersangkutan, paling lambat
1 (satu) hari sebelum melaksanakan cuti.
Pasal 10
Pasal 11 …..
-6-
Pasal 11
(1) Pegawai yang tidak masuk kerja karena sakit, wajib memberitahukan kepada
pimpinan unit kerjanya dan menyampaikan surat keterangan sakit dari
dokter, paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya.
(2) Surat keterangan sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada Pejabat eselon III atau Pejabat yang bertanggung jawab menangani
kepegawaian pada unit organisasi/satuan kerja yang bersangkutan.
Pasal 12
(1) Pegawai yang tidak masuk kerja karena keperluan penting atau mendesak,
dapat mengajukan permohonan cuti karena alasan penting atau cuti tahunan,
paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya kepada atasan langsung untuk
diteruskan kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti.
(2) Surat ijin cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Pejabat eselon III atau Pejabat yang bertanggung jawab menangani
kepegawaian pada unit organisasi/satuan kerja yang bersangkutan, paling
lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya.
Pasal 13
(1) Pegawai yang terlambat masuk kerja atau pulang sebelum waktunya karena
keperluan penting atau mendesak, dapat mengajukan permohonan ijin kepada
pimpinan unit kerjanya, untuk selanjutnya dibuatkan Surat Keterangan
sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Surat Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Pejabat eselon III atau Pejabat yang bertanggung jawab menangani
kepegawaian pada unit organisasi/satuan kerja yang bersangkutan, paling
lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya.
Pasal 14
(1) Pencatatan kehadiran pegawai dilakukan setiap bulan oleh pejabat yang
menangani fungsi kepegawaian pada unit kerja eselon I dan eselon II, serta
Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian.
(2) Pejabat yang menangani fungsi kepegawaian pada unit kerja eselon I dan
eselon II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan laporan
rekapitulasi kehadiran pegawai kepada Biro Umum.
(3) Pejabat yang menangani fungsi kepegawaian pada Unit Pelaksana Teknis (UPT)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan laporan rekapitulasi
kehadiran pegawai kepada Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (UPT).
(4) Rekapitulasi kehadiran pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) disampaikan paling lambat setiap tanggal 6 (enam) pada bulan berikutnya
atau hari kerja berikutnya apabila tanggal 6 jatuh pada hari libur, dengan
tembusan kepada Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian.
Bagian Kelima
Mesin Pencatat Kehadiran Tidak Berfungsi
Pasal 15
BAB III
PELANGGARAN JAM KERJA
Pasal 16
(4) Surat izin/pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat sesuai
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(5) Surat izin/pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
disampaikan kepada pejabat yang menangani daftar hadir paling lambat
3 (tiga) hari kerja setelah tanggal ketidakhadiran, keterlambatan masuk kerja,
pulang sebelum waktunya, tidak berada di tempat tugas, dan/atau tidak
mengisi daftar hadir.
(6) Surat izin/pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang
disampaikan lebih dari 3 (tiga) hari kerja dinyatakan tidak berlaku dan
dianggap melanggar jam kerja.
Pasal 17
(1) Pegawai yang melanggar ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (1) apabila:
a. tidak masuk kerja 1 (satu) hari dihitung sebagai 1 (satu) hari tidak masuk
kerja;
b. terlambat masuk kerja dan/atau pulang sebelum waktunya dihitung
berdasarkan jumlah waktu keterlambatan/pulang sebelum waktunya
sesuai ketentuan mengenai hari dan jam kerja;
c. tidak berada di tempat tugas dihitung berdasarkan jumlah waktu
ketidakberadaan pegawai di tempat tugas, yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari atasan langsung sesuai format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini;
d. tidak mengisi daftar hadir masuk kerja dan/atau pulang kerja
jugadihitung sebagai keterlambatan masuk kerja atau pulang sebelum
waktunya.
(2) Penghitungan jumlah waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
huruf c, dan huruf d dilakukan dengan konversi 7,5 jam (tujuh koma lima)
jam sama dengan 1 (satu) hari tidak masuk kerja.
(3) Terhadap pegawai yang melanggar ketentuan jam kerja dan telah memenuhi
akumulasi 5 (lima) hari tidak masuk kerja atau lebih, pejabat yang berwenang
pada satuan kerja masing-masing wajib menjalankan prosedur penjatuhan
hukuman disiplin dan pembinaan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Setiap hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tembusannya disampaikan kepada:
a. atasan langsung dari pejabat yang berwenang; dan
b. Kepala Biro Hukum dan Kepegawaian.
BAB IV …..
-9-
BAB IV
BESARAN PEMBAYARAN DAN
PENGURANGAN TUNJANGAN KINERJA
Pasal 18
Pasal 19
(1) Besaran tunjangan kinerja bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dibayarkan
sebesar 80% (delapan puluh persen) dari jumlah Tunjangan Kinerja pada
jabatan yang akan didudukinya.
(2) Besaran tunjangan kinerja bagi pegawai yang dibebaskan dari jabatan karena
melaksanakan tugas belajar dibayarkan sebesar 75% (tujuh puluh lima
persen) dari jumlah Tunjangan Kinerja yang diterima dalam jabatannya.
(3) Besaran Tunjangan Kinerja bagi pegawai yang menduduki jabatan fungsional
tertentu yang merangkap jabatan struktural di lingkungan Kementerian,
hanya diberikan satu tunjangan jabatan struktural atau fungsional tertentu
yang menguntungkan bagi yang bersangkutan.
Pasal 20
(1) Pegawai yang diangkat sebagai pejabat fungsional dosen dan mendapat
tunjangan profesi, maka tunjangan kinerja dibayarkan sebesar selisih antara
tunjangan kinerja pada kelas jabatannya dengan tunjangan profesi pada
jenjangnya.
(2) Apabila tunjangan profesi yang diterima lebih besar daripada tunjangan
kinerja pada kelas jabatannya, maka yang dibayarkan adalah tunjangan
profesi.
(3) Apabila tunjangan profesi yang diterima lebih kecil daripada tunjangan kinerja
pada kelas jabatannya, maka yang dibayarkan adalah selisih tunjangan
profesi dengan tunjangan kinerja pada kelas jabatannya.
(4) Bagi dosen yang belum mendapatkan sertifikasi dibayarkan sebesar selisih
dari yang seharusnya diterima pada kelas jabatan sertifikasi selaku dosen
dengan tunjangan kinerja pada kelas jabatannya.
Pasal 21 …..
-10-
Pasal 21
(1) Besaran tunjangan kinerja bagi pegawai yang dibebaskan sementara dari
jabatan fungsional tertentu dikarenakan tidak dapat mengumpulkan angka
kredit sesuai ketentuan dibayarkan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
Tunjangan Kinerja yang diterima dalam jabatannya.
(2) Tunjangan Kinerja bagi pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dibayarkan secara utuh terhitung mulai tanggal keputusan pengangkatan
kembali dalam jabatan fungsional yang bersangkutan.
Pasal 22
Pasal 23
(1) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf a, diberlakukan
pengurangan tunjangan kinerja sebesar 4 % (empat persen) untuk setiap 1
(satu) hari.
(2) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b, diberlakukan
pengurangan tunjangan kinerja sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf c dan 4huruf d,
diberlakukan pengurangan tunjangan kinerja sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 24
(1) Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 ayat (1) huruf e, dikenakan pengurangan tunjangan kinerja berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai disiplin pegawai.
(2) Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. hukuman disiplin ringan;
b. hukuman disiplin sedang; atau
c. hukuman disiplin berat.
(3) Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dikenakan pengurangan tunjangan kinerja dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. sebesar 20% (dua puluh persen) selama 1 (satu) bulan, jika pegawai
dijatuhi hukuman disiplin berupa teguran lisan;
b. sebesar 30% (tiga puluh persen) selama 2 (dua) bulan, jika pegawai
dijatuhi hukuman disiplin berupa teguran tertulis; dan
c. sebesar 40% (empat puluh persen) selama 3 (tiga) bulan, jika pegawai
dijatuhi hukuman disiplin berupa pernyataan tidak puas secara tertulis.
(4) Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dikenakan pengurangan tunjangan kinerja dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. sebesar 40% (empat puluh persen) selama 6 (enam) bulan, jika pegawai
dijatuhi hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan gaji berkala
selama 1 (satu) tahun;
b. sebesar 50% (lima puluh persen) selama 8 (delapan) bulan, jika pegawai
dijatuhi hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan pangkat selama 1
(satu) tahun; dan
c. sebesar 60% (enam puluh persen) selama 10 (sepuluh) bulan, jika pegawai
dijatuhi hukuman disiplin berupa penurunan pangkat setingkat lebih
rendah selama 1 (satu) tahun.
(5) Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c dikenakan pengurangan tunjangan kinerja dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. sebesar 60% (enam puluh persen) selama 12 (dua belas) bulan, jika
pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa penurunan pangkat setingkat
lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
b. sebesar 70% (tujuh puluh persen) selama 12 (dua belas) bulan, jika
pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa pemindahan dalam rangka
penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
c. sebesar 80% (delapan puluh persen) selama 12 (dua belas) bulan, jika
pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa pembebasan dari jabatan; dan
d. sebesar 100% (seratus persen), jika pegawai dijatuhi hukuman disiplin
berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau
pemberhentian tidak dengan hormat dan mengajukan banding
administratif.
(6) Pengurangan tunjangan kinerja bagi pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin
ringan, sedang, atau berat berlaku sejak ditetapkan keputusan penjatuhan
hukuman disiplin.
Pasal 25 …..
-12-
Pasal 25
(1) Pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara dari jabatan karena
terkena kasus hukum dan/atau dilakukan penahanan oleh pihak yang
berwajib sementara tidak diberikan tunjangan kinerja terhitung sejak
ditetapkannya keputusan pemberhentian sementara dari jabatan negeri.
(2) Apabila pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan tidak
bersalah dalam putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum
tetap,tunjangan kinerja pegawai yang dihentikan dapat dibayarkan kembali
pada bulan berikutnya.
Pasal 26
(1) Pegawai yang melaksanakan cuti tahunan, cuti besar, dan cuti alasan penting,
tunjangan kinerja dibayarkan dengan persentase sebagai berikut:
a. pegawai yang mengambil cuti tahunan, tunjangan kinerja dibayarkan
sebesar 100% (seratus persen);
b. pegawai yang mengambil cuti besar, tunjangan kinerja dibayarkan
sebagai berikut:
1. bulan pertama sebesar 50% (lima puluh persen);
2. bulan kedua sebesar 25% (dua puluh lima persen); dan
3. bulan ketiga sebesar 10% (sepuluh persen).
c. pegawai yang mengambil cuti alasan penting, tunjangan kinerja
dibayarkan sebagai berikut:
1. bulan pertama sebesar 50% (lima puluh persen); dan
2. bulan kedua sebesar 25% (dua puluh lima persen).
(2) Pegawai yang melaksanakan cuti bersalin, tunjangan kinerja dibayarkan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pegawai yang mengambil cuti bersalin untuk melaksanakan persalinan
anak pertama sampai dengan kedua, tunjangan kinerja dibayarkan
sebesar 100% (seratus persen);
b. pegawai yang mengambil cuti bersalin untuk melaksanakan persalinan
anak ketiga dan seterusnya, tunjangan kinerja dibayarkan sebagaiberikut:
1. bulan pertama sebesar 60% (enam puluh persen);
2. bulan kedua sebesar 30% (tiga puluh persen); dan
3. bulan ketiga sebesar 20% (dua puluh persen).
(3) Pegawai yang melaksanakan cuti sakit, tunjangan kinerja dibayarkan dengan
persentase sebagai berikut:
a. sakit selama 1 (satu) hari sampai dengan 2 (dua) hari sebesar 100%
(seratus persen);
b. sakit selama 3 (tiga) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari sebesar
75% (tujuh puluh lima persen);
c. sakit selama 15 (lima belas) hari sampai dengan 30 (tiga puluh) hari
sebesar 50% (lima puluh persen);
d. sakit selama 1 (satu) bulan sampai dengan 2 (dua) bulan sebesar 30%
(tiga puluh persen);
e. sakit …..
-13-
e. sakit lebih dari 2 (dua) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan sebesar 20 %
(dua puluh persen); atau
f. sakit lebih dari 6 (enam) bulan sampai dengan 18 (delapan belas) bulan
sebesar 10% (sepuluh persen).
BAB V
PEMBAYARAN TUNJANGAN KINERJA
Pasal 26
(1) Pembayaran tunjangan kinerja dilaksanakan setiap tanggal 20 (dua puluh)
pada bulan berikutnya oleh unit organisasi di masing-masing satuan kerja
yang bertugas menangani pembayaran Tunjangan Kinerja.
(2) Dalam hal tanggal 20 (dua puluh) jatuh pada hari libur, pembayaran
tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibayarkan
pada 1 (satu) hari kerja sebelum atau sesudah tanggal 20 (dua puluh).
(3) Tunjangan Kinerja diberikan terhitung mulai tanggal pegawai yang
bersangkutan telah secara nyata melaksanakan tugas/jabatan/pekerjaan,
sekurang-kurangnya selama satu bulan terhitung mulai tanggal 1 (satu).
Pasal 27
(1) Pejabat eselon III atau Pejabat yang bertanggung jawab menangani
kepegawaian pada unit organisasi/satuan kerja masing-masing menyusun
kelengkapan administrasi pembayaran tunjangan kinerja berdasarkan
Rekapitulasi Daftar Hadir Pegawai (RDHP).
(2) Kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
dari unit kerja kepada unit organisasi di masing-masing satuan kerja yang
bertugas menangani pembayaran Tunjangan Kinerja paling lambat tanggal 15
(lima belas) bulan berikutnya.
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 28
(1) Hukuman disiplin yang dijatuhkan sebelum berlaku Peraturan Menteri ini
dinyatakan tetap berlaku.
(2) Pegawai yang sedang menjalani pemberhentian sementara dari jabatan negeri
dan sampai dengan mulai berlakunya Peraturan Menteri ini masih dalam
status pemberhentian sementara dari jabatan negeri, diberlakukan
pengurangan tunjangan kinerja sesuai ketentuan Peraturan Menteri ini.
(3) Pegawai yang sedang menjalani cuti sakit, cuti bersalin, cuti karena alasan
penting sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini dan pada saat berlakunya
Peraturan Menteri ini masih menjalani cuti dimaksud, kepadanya
diberlakukan pengurangan tunjangan kinerja sesuai ketentuan sebelumnya.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Desember 2013
ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Desember 2013
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM.73/KP.403/MPEK/2013
TENTANG
PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN
KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF
SURAT PERINTAH
Nomor :
Menimbang : Surat/surat undangan dari ……….. nomor ………..
tanggal……………………..
MEMBERIKAN PERINTAH:
Dikeluarkan di Jakarta
pada tanggal
Pimpinan Unit kerja
Nama Jelas
NIP
Tembusan:
Pejabat eselon III atau pejabat yang menangani kepegawaian
ttd.
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM.73/KP.403/MPEK/2013
TENTANG
PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN
KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF
SURAT KETERANGAN
ttd.
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM.73/KP.403/MPEK/2013
TENTANG
PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN
KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, kami:
Nama :
NIP :
Pangkat/Gol. :
Jabatan :
Unit Organisasi :
Dengan ini menerangkan bahwa:
Nama :
NIP :
Pangkat/Gol. :
Jabatan :
Unit Organisasi :
telah tidak berada di tempat kerja/tugas tanpa alasan yang sah/ tanpa ijin pada
hari…….tanggal….. antara pukul….s/d……..
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk diketahui
dan dipergunakan sebagaima mestinya.
………………, ………………….., 20….
Tanda tangan Atasan langsung
Nama jelas
NIP
Tembusan:
1.Pejabat Eselon II bersangkutan;
2.Pejabat III atau pejabat yang menangani kepegawaian.
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM.73/KP.403/MPEK/2013
TENTANG
PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN
KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF
……………..,………….., 20….
Tanda tangan Pejabat
yang menangani kepegawaian
Nama Jelas
NIP
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM.73/KP.403/MPEK/2013
TENTANG
PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN
KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF
Hormat kami,
Tanda tangan
Nama Jelas
NIP.
*) Coret yang tidak perlu
MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
LAMPIRAN VI
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM.73/KP.403/MPEK/2013
TENTANG
PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN
KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF
ttd.
LAMPIRAN VII
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM.73/KP.403/MPEK/2013
TENTANG
PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN
KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF
ttd.
LAMPIRAN VIII
PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM.73/KP.403/MPEK/2013
TENTANG
PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN
KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF
ttd.