Anda di halaman 1dari 39

PROSES PENGEMASAN EMBER UBUR UBUR ASIN

DI PT. CITRA HASIL SAMUDERA PALEMBANG


SUMATERA SELATAN

(TUGAS AKHIR MAHASISWA)


Oleh
Tini Apriyanti
16733506

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


PDD POLINELA KABUPATEN BANYUASIN
BANYUASIN
2018

PROSES PENGEMASAN EMBER UBUR UBUR ASIN


DI PT. CITRA HASIL SAMUDERA PALEMBANG
SUMATERA SELATAN
Oleh
Tini Apriyanti
167335046

Tugas Akhir Mahasiswa

Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar


Ahli muda (A.Ma.T)
pada
Program Studi Teknologi Pangan

PROGRAM STUDI DI LUAR DOMISILI


POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
KABUPATEN BANYUASIN
BANYUASIN
2018
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Laporan : Proses pengemasan ember


Ubur-ubur Asin di PT. Citra
Hasil Samudera, Palembang
2. Nama Mahasiswa : Tini Apriyanti
3. Nomor Pokok Mahasiswa : 157335046
4. Program Studi : Teknologi Pangan

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Ketua, Dosen Pembimbing Anggota,

Khadimul haramain, S. Pi Guttifera, S. Pi., M.Si

Ketua Program Studi


Teknologi Pangan,

Carli Junicef Vratama, S.Pi

Tanggal ujian : 2 juli 2018


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pangkalan Balai 10 juni 1997

dari pasangan bapak Efendi dan ibu Nila Wati,yang

merupakan anak ke dua dari empat bersaudara. Pada

tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2

BANYUASIN III, kemudian melanjutkan ke sekolah menengah tingkat pertama

di MTS AL-MASRIH BANYUASIN III. Penulis lulus pada tahun 2013, dan

melanjutkan ke sekolah menengah atas di SMA SANUDIN BANYUASIN III.

Diselesaikan pada tahun 2016.

Penulis di terima di PDD-POLINELA Kabupaten Banyuasin merupakan

pendidikan diluar domisili Banyuasin Politeknik negeri Lampung, selesai pada

tahun 2018 dengan gelar ahli muda (A, Ma.T) Jurusan Teknologi Pangan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir tepat pada
waktunya. Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan selama pelaksanaan

PKL (Praktik Kerja Lapangan) yang diselenggarakan di PT. Citra Hasil

Samudera, Palembang. Kegiatan ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan, dari

tanggal 22 Februari sampai dengan 22 April 2018.

Banyak manfaat yang penulis peroleh dari Kerja Praktek ini. Selain untuk

menerapkan ilmu kuliah di kehidupan nyata, penulis juga dapat belajar

bersosialisasi di lingkungan baru dengan berbagai kultur yang ada.

Dalam penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini, penulis medapatkan

banyak petunjuk, dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Ir. S.A. Supriono, M.M, selaku PLT Bupati Banyuasin yang telah

memberikan beasiswa pendidikan.

2. Ir. Joko S.S. Hartono, M.T.A, selaku Direktur Politeknik Negeri Lampung.

3. Zulkarnain, S.H., M.Si, selaku Ketua PDD-POLINELA Kabupaten

Banyuasin.

4. Dr. Sofran Nurozi, M.M (Alm) selaku pendiri PDD-POLINELA Kabupaten

Banyuasin.

5. Carli Junicef Vratama, S.Pi, selaku ketua Program Studi Teknologi Pangan

6. KhadimulHaramainS.Piselaku pembimbing 1 yang telah memberikan

arahan serta bimbingan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

7. Guttifera,S.Pi.,M.Si selaku pembimbing 2 yang telah memberikan arahan

serta bimbingan kepada penulis selama melaksanakan Praktik Kerja

Lapangan maupun saat penyusunan Tugas Akhir.


8. Ayu Kalista, S.Pi.,M. Si selaku penuguji 1 dan Guttifera,S.Pi.,M.Siselaku

penguji 2 yang telah banyak memberikan masukan dan nasihat dalam

penulisan Tugas Akhir.

9. Seluruh Dosen Teknologi Pangan yang sudah memberi pembekalan untuk

Praktek Kerja Lapangan.

10. Kepada semua pihak pegawai di PT. Citra Hasil Samudera, Palembang

atas kesempatan dan masukan yang diberikan kepada penulis untuk dapat

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.

11. Kedua orang tua yang telah banyak memberikan dukungan serta bantuan

dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan.

12. Kepada keluarga Bpk. Erson, Ibu reni , Kak Adi, Mbak Ika, Kak Fikri

serta semua pihak yang telah membantu mengenai fasilitas selama Praktek

Kerja Lapangan.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusuan Tugas Akhir ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, saran serta kritik sangat penulis harapkan guna

memperbaiki karya penulis selanjutnya. Semoga Tugas Akhir ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis maupun bagi semua yang membacanya.

Banyuasin, 2 Juli 2018

DAFTAR ISI

Halaman
LAMPIRAN JUDUL

............................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN

.................................................................................. ii

KATA PENGANTAR

.............................................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP

..................................................................................................

DAFTAR ISI

............................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ....................................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR

................................................................................................ viii

BAB I. PENDAHULUAN

........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Tujuan Praktek Lapangan ..................................................................... 3

1.3 Manfaat ................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

.............................................................................. 4

2.1 Klasifikasi ubur – ubur ( Aurelia Aurita) ................................................ 4

2.2 Ubur – ubur ( Aurelia Aurita) ................................................................. 4


2.3 Morfologi ubur – ubur ( Aurelia Aurita) ................................................. 6

2.4. komposisi kimia ubur – ubur ( Aurelia Aurita) ....................................... 6

2.5. Definisi Pengemasan .............................................................................. 7

2.6. Proses Pengemasan ................................................................................. 9

2.6.1. Klasifikasi kemasan berdasarkan frekuwensi pemakaian .................. 9

2.6.2 Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemasan ................ 9

2.6.3. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekuatan bahan kemasan ...... 10

2.6.4. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan ......................... 10

2.6.5. Klasifikasi kemasan berdasarkan tingkat kesiapan pakai .................. 11

2.7. Ember plastik ........................................................................................... 11

2.8. Plastik polypropylene (PP) ...................................................................... 11

2.9. Jenis – jenis plastik .................................................................................. 12

2.10. Pelabelan dan desain kemasan .............................................................. 15

BAB III METODE PELAKSANAAN

.................................................................... 17

3.1 Waktu dan tempat ............................................................................. 17

3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 17

3.3 Metode pengumpulan data ................................................................. 18

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................

19

4.1. Hasil ........................................................................................................ 19

4.2. Pembahasan ............................................................................................. 19

4.2.1. Bahan Pengemasan Produk ............................................................ 19

4.2.2. Proses Pengemasan ........................................................................ 20


4.2.3. Persiapan Alat Dan Bahan Kemasan ............................................. 20

4.2.4. penimbangan .................................................................................. 20

4.2.5. Pengisian Kemasan ........................................................................ 21

4.2.6. Pelebelan / pengkodean .................................................................. 21

4.2.7. Penyimpanan .................................................................................. 22


BAB V KESIMPULAN ........................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel 1. Jenis-jenis plastik dan kegunaannya ........................................................ 13

2. Alat dan bahan yang digunakan ............................................................................

17
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ubur-ubur (Aurlia aurita) ...................................................................................... 4
2.Diagram Alur proses pengemasan .......................................................................... 19
BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Wilayah indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat baik untuk

berkontribusi dalam pemenuhan gizi masyarakat. Salah satu biota perairan yang

bernilai ekonomis tetapi belum banyak dimanfaatkan diIndonesia adalah ubur-

ubur(Aurelia aurita). Potensi ubur-ubur diIndonesia cukup besar karena negara ini

adalah negara maritim, luar perairan laut Indonesia diperkirakan 5,8 juta km²

dengan garis pantai terpanjang didunia yaitu sepanjang 81. 000 km. Untuk

komoditas ubur-ubur, produksi yang dapat dihasilkan diperkirakan berkisar antara

100 sampai dengan 500 ton/bulan (Murniyati, 2008). Ubur-ubur merupakan

spesies yang termasuk kedalam kelas scyphozoan. Bentuk morfologinya

menyerupai selaput transparan dengan banyak tentakel yang berfungsi untuk

melindungi diri dan menangkap mangsa. Jenis ubur-ubur ini memiliki varietas

yang beraneka warna, mulai dari warna gelap hingga yang bewarna terang (Imre

dan Saghk, 1997).

Ubur-ubur atau Scyphozoa merupakan Coelenterata yang hidup di laut baik

dalam bentuk polip yang melekat di dasar ataupun yang berenang bebas dalam

bentuk medusa. Tubuhnya lunak seperti gelatin, transparan,dan mengandung

banyak air. Bentuk tubuhnya unik sehingga dengan mudah dapat dibedakan dari

jenis koelenterata lainnya. Ubur-ubur ini dikenal sebagai binatang pengganggu di

perairan dekat pantai teruta-ma pada tempat-tempat rekreasi, karena dapat

menyebabkan rasa gatal pada kulit bila tersentuh. Hal ini disebabkan oleh sel-sel

penyengat atau nematosis yang terdapat di dalam jaringan epidermisnya, baik


pada tentakel maupun di bagian lain tubuhnya. Berkembangnya dunia perikanan,

pengolahan binatang laut non ikan sudah banyak digalakkan. Ubur-ubur

merupakan salah satu sumberdaya laut yang dapat diekspor, dan di lain pihak

dapat menambah penghasilan kaum nelayan. Dibeberapa negara di Asia Tenggara,

Jepang, Hongkong dan Korea, ubur-ubur telah dikenal sebagai salah satu bahan

makanan bergizi karena mengandung kadar protein yang cukup tinggi. Di India

terutama di daerah Tamil, ubur-ubur dari marga Rhizostoma dengan nama

populernya "Muttai Chori" ditangkap dalam jumlah besar terutama pada bulan

Januari sampai bulan Juni untuk diolah. Jenis-jenis dari marga ini diameter

medusanya yang berbentuk payung dapat mencapai 80 cm (Chidambaram, 1984).

Industri kemasan di negara-negara maju telah lama berkembang menjadi

perusahaan-perusahaan besar yang bergerak dalam usaha produksi bahan atau

produk pengemas seperti kaleng (American Can Co), karton (Pulp and Paper Co),

plastik (Clearpack), botol plastik PET (Krones), kemasan kotak laminasi

(Tetrapak, Combibloc), gelas, kertas lapis, kertas alumunium dan lain-lain yang

produknya diekspor ke berbagai belahan dunia. Industri lain yang berkaitan

dengan pengemasan adalah industri penutup kemasan seperti penutup botol

(Bericap), industri sealer meachine dan industri pembuat label dan kode pada

kemasan. Pengemasan merupakan bagian akhir dari suatu proses produksi bahan

pangan. Pengemasan juga merupakan salah satu cara untuk menambah rnasa

simpan dan daya produk pangan. Pengemasan dapat membantu mencegah atau

mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran

serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran ( Triyanto etal., 2013).

Pengemasan yang digunakan di PT. Citra Hasil Samudera tersebut merupakan


kemasan yang telah diangap oleh perusahaan merupakan kemasan yang baik

untuk produk yang akan dikemas dan di ekspor keluar negara.

1.2.Tujuan

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah : Untuk mengetahui proses

pengemasan ubur ubur asin (Aurelia aurita )yangada di PT. Citra Hasil Samudera,

Palembang Sumatera Selatan.

1.3 Manfaat

Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Ilmu

pengetahuan serta wawasan mengenai proses pengemasan Ubur-ubur Asin dengan

baik dan benar sesuai dengan ketetapan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan

diperusahaan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Ubur – ubur ( Aurelia aurita)

Klasifikasi Ubur-ubur menurut mukayat. (1989) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Pilum : Cnidaria

Class : Scyphozoa

Ordo : decapoda

Family : Aureliae

Genus : Aurelia

Species : Aurelia aurita

Gambar 2.1. Morfologi ubur-ubur aurelia aurita

Sumber : Storer et al., 1975

2.2. Ubur – ubur ( Aureliaaurita)

Ubur-ubur atau Scyphozoa merupakan Coelenterata yang hidup di laut

baik dalam bentuk polip yang melekat di dasar ataupun yang berenang bebas

dalam bentuk medusa. Tubuhnya lunak seperti gelatin, transparan,dan


mengandung banyak air. Bentuk tubuhnya unik sehingga dengan mudah dapat

dibedakan dari jenis koelenterata lainnya. Ubur-ubur ini dikenal sebagai binatang

pengganggu di perairan dekat pantai terutama pada tempat-tempat rekreasi, karena

dapat menyebabkan rasa gatal pada kulit bila tersentuh. Hal ini disebabkan oleh

sel-sel penyengat atau nematosis yang terdapat di dalam jaringan epidermisnya,

baik pada tentakel maupun di bagian lain tubuhnya. berkembangnya dunia

perikanan, pengolahan binatang laut non ikan sudah banyak digalakkan. Ubur-

ubur merupakan salah satu sumberdaya laut yang dapat diekspor, dan di lain pihak

dapat menambah penghasilan kaum nelayan. Dibeberapa negara di Asia Tenggara,

Jepang, Hongkong, dan Korea, ubur-ubur telah dikenal sebagai salah satu bahan

makanan bergizi karena mengandung kadar protein yang cukup tinggi. Di India

terutama di daerah Tamil, ubur-ubur dari marga Rhizostoma dengan nama

populernya "Muttai Chori" ditangkap dalam jumlah besar terutama pada bulan

Januari sampai bulan Juni untuk diolah. Jenis-jenis dari marga ini diameter

medusanya yang berbentuk payung dapat mencapai 80 cm (Chidambaram, 1984).

Ubur-ubur merupakan karnivora yang hidup dilaut dan jenisnya amat

beragam, dari yang berukuran yang amat kecil hingga yang berukuran raksasa.

Diperkirakan ada sekitar 200 spesies ubur-ubur yang hidup dilautan khususnya

wilayah Indonesia (Murniyati, 2008). Ubur-ubur juga dimanfaatkan sebagai bahan

makananyang bernilai tinggi, dengan rasa yang enak dan tidak berbau anyir

(Syukur, 1996).

2.3. Morfologi ubur – ubur (Aurelia aurita)

Secara garis besar bentuk tubuh Scyphomedusae dibagi atas bentuk

payung dan lengan atau kaki-kaki yang menggantung bebas. Tekstur tubuh seperti
gelatin dan mengandung banyak air. Bentuk payung bervariasi, ada yang seperti

lonceng atau genta, seperti kubah, terompet atau juga seperti kubus, dan bentuk-

bentuk ini dapat di bagi menjadi empat bagian yang sama atau tetramerus simetri.

Ukuran atau diameter payung berkisar antara beberapa cm sampai 50 cm bahkan

beberapa jenis dapat mencapai 2 m, dan merupakan koelenterata terbesar. Bentuk

payung sebelah luar atau sebagai atap disebut exumbrella, sebaliknya sebelah

dalam yaitu cekungannya disebut subumbrella. Disekeliling tepi payung terdapat

suatu bentuk lekukan-lekukan kecil seperti kurva, disebut lappet, yang disokong

oleh tentakel dan badan-badan saraf. Dari bagian tengah subumbrella muncul

suatu bagian tubuh yang posisinya menggantung, pendek dan berbentuk saluran

persegi empat disebut manubrium.

2.4. Komposisi kimia ubur – ubur ( Aurelia aurita)

Ubur–ubur memiliki kandungan gizi yang tinggi, yaitu protein, asam

amino, asam lemak, vitamin dan mineral. Selain itu kandungan gizi yang khas

pada ubur–ubur adalah asam amino merupakan senyawa organik yang memiliki

gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya –NH2) gugus karoksil

memberikan sifat asam, sedangkan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam

bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik; cenderung menjadi asam pada

larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam (Murniyati, 2009) menyatakan

bahwa ubur-ubur dapat digunakan sebagai obat dan dipercaya dapat

menyembuhkan arthritis, tekanan darah tinggi, sakit maag, melembutkan kulit,

dan meningkatkan fungsi pencernaan.


2.5. Definisi Pengemasan

Pengemasan merupakan salah satu cara pengawetan karena dapat

memperpanjang umur simpan dan tidak menurunkan kualitas bahan. Pengemasan

disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, dan merupakan salah

satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengemasan dapat

memperpanjang umur simpan bahan. Pengemasan adalah wadah atau

pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya

kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas ataudibungkusnya. Menurut

(Sutardi dan Tranggono, 1990), selain untuk mewadahi ataumembungkus pangan,

kemasan pangan juga mempunyai berbagai fungsi lain, diantaranya untuk

menjaga pangan tetap bersih serta mencegah terjadinya kontaminasi

mikroorganisme; menjaga produk dari kerusakan fisik; menjaga produk dari

kerusakan kimiawi mempermudah pengangkutan dan distrisbusi; mempermudah

penyimpanan; memberikan informasi mengenai produk pangan dan instruksi lain

pada label; menyeragamkan volume atau berat produk dan membuat tampilan

produk lebih menarik sekaligus menjadi media promosi.

Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan

melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan,

diangkut dan dipasarkan.

Secara umum fungsi pengemasan pada bahan pangan adalah :

1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen,

agar produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran.
2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar

ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari

kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.

3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai

alat komunikasi daninformasi kepada konsumen melalui label yang

terdapat pada kemasan.

4. Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh buruk dari

produk di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk

yang berbau tajam, atau produk berbahayaseperti air keras, gas beracun

dan produk yang dapat menularkan warna, maka denganmengemas produk

ini dapat melindungi produk-produk lain di sekitarnya.

5. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap

dan syrup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan

kemasan botol plastik.

6. Menambah daya tarik calon pembeli.

7. Sarana informasi dan iklan.

8. Memberi kenyamanan bagi pemakai.

2.6. Proses Pengemasan

Kemasan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara yaitu :

2.6.1. Klasifikasi kemasan berdasarkan frekuwensi pemakaian :

A. Kemasan sekali pakai (disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang

setelah dipakai.Contoh bungkus plastik untuk es, permen, bungkus dari

daun-daunan, karton dus minuman sari buah, kaleng hermetis.


B. Kemasan yang dapat dipakai berulangkali (multitrip), contoh : botol

minuman, botol kecap, botol sirup. Penggunaan kemasan secara berulang

berhubungan dengan tingkat kontaminasi, sehingga kebersihannya harus

diperhatikan.

C. Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh

konsumen (semi disposable),tapi digunakan untuk kepentingan lain oleh

konsumen, misalnya botol untuk tempat air minum dirumah, kaleng susu

untuk tempat gula, kaleng biskuit untuk tempat kerupuk, wadah jam untuk

merica dan lain-lain. Penggunaan kemasan untuk kepentingan lain ini

berhubungan dengan tingkat toksikasi.

2.6.2 Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak

produk dengan kemasan) :

A. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau

membungkus bahan pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman,

bungkus tempe.

B. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi

kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah

susu dalam kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus, keranjang

tempe dan sebagainya.

C. Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah

kemasan primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk

pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah dibungkus,

dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan

setelah itu ke dalam peti kemas.


2.6.3. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekauan bahan kemasan :
A. Kemasan fleksibel yaitu bahan kemasan yang mudah dilenturkan tanpa

adanya retak atau patah. Misalnya plastik, kertas dan foil.

B. Kemasan kaku yaitu bahan kemas yang bersifat keras, kaku, tidak tahan

lenturan, patah bila dibengkokkan relatif lebih tebal dari kemasan

fleksibel. Misalnya kayu, gelas dan logam.

C. Kemasan semi kaku/semi fleksibel yaitu bahan kemas yan memiliki sifat-

sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya botol plastik

(susu, kecap, saus), dan wadah bahan yang berbentuk pasta.

2.6.4. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap

lingkungan :

A. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) yaitu kemasan yang secara

sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga selama

masih hermetis wadah ini tidak dapat dilalui oleh bakteri, kapang, ragi dan

debu. Misalnya kaleng, botol gelas yang ditutup secara hermetis. Kemasan

hermetis dapat juga memberikan bau dari wadah itu sendiri, misalnya

kaleng yang tidak berenamel.

B. Kemasan tahan cahaya yaitu wadah yang tidak bersifat transparan,

misalnya kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan

pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan

hasil fermentasi, karena cahaya dapat mengaktifkan reaksi kimia dan

aktivitas enzim.

C. Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan untuk bahan yang memerlukan
proses pemanasan, pasteurisasi dan sterilisasi. Umumnya terbuat dari
logam dan gelas
2.6.5. Klasifikasi kemasan berdasarkan tingkat kesiapan pakai (perakitan) :
A. Wadah siap pakai yaitu bahan kemasan yang siap untuk diisi dengan
bentuk yang telah sempurna. Contoh : botol, wadah kaleng dan
sebagainya.
B. Wadah siap dirakit atau wadah lipatan yaitu kemasan yang masih

memerlukan tahapperakitan sebelum diisi. Misalnya kaleng dalam bentuk

lembaran (flat) dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil

atau plastik. Keuntungan penggunaan wadah siap dirakit ini adalah

penghematan ruang dan kebebasan dalam menentukan ukuran.

2.7. Ember plastik


Ember plastik merupakanbahanbakusampingan (sebagai bahan baku

skunder) yangdigunakanuntukmempacking body merah, jari, kaki, dandaunubur-

ubur. Ember plastik yang digunakan yaitu ember yang bermuat bahan baku yang

mencapai sampai dengan 18 kg.

2.8. Plastik polypropylene (PP)


Plastik Polipropilen adalah polimer dari propilen dan termasuk jenis

plastik olefin dan merupakan polimer dari propilen dengan sifat utama ringan dan

mudah dibentuk, kekuatan tarik lebih mudah dari pada polietilen, tidak mudah

sobek sehingga mudah untuk penanganan dan distribusi, tahan terhadap asam kuat

basah dan minyak seta pada suhu tingi akan berreaksi dengan benzene dan asam

nitrat (syarief etal., 1989 ). Plastik polypropilene(PP) sebagai lapisan primer yang

digunakan untuk mengemas produk ubur-ubur asin di PT.Citra Hasil Samudera.

Plastik PP(polypropilene) yang digunakan sebagai lapisan primer untuk

pengemasan body merah, kakiubur ubur,daun ubur-ubur,dan jari ubur-ubur yang


memiliki ukuran 50 x 70 kg. Sifat-sifat dan penggunaannya sangat mirip dengan

polietilen, yaitu :

1. Ringan, mudah dibentuk

2. tembus pandang dan jernih dalam bentuk film, tapi tidak transparan dalam

bentuk kemasan kaku

3. Lebih kuat dari PE. Pada suhu rendah akan rapuh, dalam bentuk murninya

mudah pecah pada suhu -30 ᵒC sehingga perlu ditambahkan PE atau bahan

lain untuk memperbaiki ketahanan terhadap benturan. Tidak dapat

digunakan untuk kemasan beku.

4. Lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga mudah dalam

penanganan dan distribusi.

5. Daya tembus (permeabilitasnya) terhadap uap air rendah, permeabilitas

terhadap gas sedang, dan tidak baik untuk bahan pangan yang mudah

rusak oleh oksigen.

6. Tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 150ᵒC, sehingga dapat dipakai

untuk mensterilkan bahan pangan.

7. Mempunyai titik lebur yang tinggi, sehingga sulit untuk dibentuk menjadi
kantung dengan sifat kelim panas yang baik.
8. Polipropilen juga tahan lemak, asam kuat dan basa, sehingga baik untuk

kemasan minyak dan sari buah. Pada suhu kamar tidak terpengaruh oleh

pelarut kecuali oleh HCl.

9. Pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzen, siklen, toluen, terpentin

dan asam nitrat kuat.


2.9. Jenis – jenis plastik

Plastik merupakan bahan organik yang mempunyai kemampuan untuk

dibentuk ke berbagai bentuk, apabila terpapar panas dan tekanan. plastik dapat

berbentuk batangan, lembaran, atau blok, bila dalam bentuk produk dapat berupa

botol, pembungkus makanan, pipa, peralatan makan, dan lain-lain.Komposisi dan

material plastik adalah polymer dan zat additive lainnya. polymer tersusun dari

monomer -monomer yang terikat oleh rantai ikatan kimia (waste management

information, 2004).

Tabel 1. Jenis kemasan plastik dan kegunaannya


No Jenis Plastik Kegunaannya
kode
1 PET (Polyethylene PET transparan, jernih, kuat, dan memiliki
Terephthalate) sistem perlindungan yang baik terhadap air,
udara dan kelembaban. Plastik nomor daur ulang
satu ini biasanya dipergunakan sebagai botol
minuman dan kemasan plastik. Itulah sebabnya
mengapa rasa air di dalam botol yang disinari
matahari langsung menjadi tidak enak, ini sangat
membahayakan kesehatan. Contoh plastik nomor
daur ulang satu adalah botol air mineral, botol
jus, botol softdrink, botol salad dressing, selai
kacang, jeli, selai buah, acar.
2 HDPE (High- HDPE dapat digunakan untuk membuat berbagai
density macam tipe botol. Botol-botol yang tidak diberi
Polyethylene) pigmen bersifat tembus cahaya, kaku, dan cocok
untuk mengemas produk yang memiliki umur
pendek seperti susu. Karena HDPE memiliki
ketahan kimiawi yang bagus, plastik tipe ini
dapat digunakan untuk mengemas deterjen.
3 PVC atau V Plastik nomor daur ulang tiga ini memiliki
(Polyvinyl karakter fisik yang stabil dan tahan terhadap
Chloride) bahan kimia, pengaruh cuaca, aliran, dan sifat
elektrik. Bahan ini paling sulit untuk didaur
ulang dan biasa digunakan untuk pipa dan
kontruksi bangunan.

4 LDPE (Low density Plastik nomor daur ulang empat ini memiliki
Polyethylene) massa jenis rendah dengan tekstur yang lembek
dan lentur. Biasa dipakai pada barang-barang
yang memerlukan fleksibilitas. Plastik ini hampir
tidak dapat dihancurkan. Namun tetap baik
untuk tempat makanan. Contoh plastik nomor
daur ulang empat adalah squeezable bottles
(pada botol mustard, madu)

5 PP (Polypropylene) Plastik dengan nomor daur ulang lima ini


merupakan memiliki daya tahan yang baik
terhadap bahan kimia, kuat, dan meiliki titik
leleh yang tinggi sehingga cocok untuk produk
yang berhubungan dengan makanan dan
minuman seperti tempat menyimpan makanan,
botol minum, tempat obat dan botol minum
untuk bayi. Plastik ini dapat kita isi ulang.
Biasanya didaur ulang menjadi casing baterai,
sapu, sikat, dll.

6 PS (Polystyrene) Plastik dengan nomor daur ulang enam ini biasa


dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam,
tempat minum sekali pakai, tempat CD, karton
tempat telor, dll. Pemakaian bahan ini sangat
dihindari untuk mengemas makanan, karena
bahan styrine dapat masuk ke dalam makanan
ketika makanan tersebut bersentuhan.

7 OTHER atau O Plastik dengan nomor daur ulang tujuh ini


Plastik lainnya selain terbuat dari resin yang tidak termasuk enam
dari no. 1 hingga 6 golongan yang lainnya, atau terbuat dari lebih
dari satu jenis resin dan digunakan dalam
kombinasi multi-layer.

Sumber : Anies H. 2002

2.10. Pelebelan dan desain kemasan

Desain kemasan makanan dan minuman berfungsi untuk melindungi

produk makanan atau minuman berdasarkan sifat dari produk itu sendiri. Sebagai

contohnya, kemasan untuk susu, tentunya berbeda dengan kemasan untuk air

mineral. Karenasusu memiliki umur yang terbatas dan harus terlindung dengan

baik, supaya produk dapat dikonsumsi tanpa rusak atau basi. Lain halnya dengan

air mineral yang memiliki umur lebih panjang dan membutuhkan kemasan yang

tahan terhadap udara atau air, karena apabila tidak terlindung dengan baik, akan

mempengaruhi kemurnian air mineral tersebut.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Label pangan

adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan,

kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukan

kedalam kemasan, ditempelkan pada pelabelan, atau merupakan bagian kemasan

pangan, yang selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut Label.

Informasi yang diberikan pada saat pemberian label harus sesuai dengan yang

telah ditentukan tidak boleh menyesatkan pada label kemasan khususnya untuk
kemasan makanan dan minuman, sekurang–kurangnya dicantumkan hal –hal

sebagai berikut ( Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan ) yaitu :

(a) nama produk, (b) nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukan

pangan kedalam wilayah indonesia, (c) berat bersih produk, (d) daftar bahan yang

digunakan (e) tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa pada produk (f) keterangan

halal.

Keterangan-keterangan lain yang dapat dicantumkan pada tabel kemasan

adalah nomor pendaftaran, kode produksi serta petunjuk atau cara penggunaan,

petunjuk atau cara penyimpanan, nilai gizi serta tulisan atau pernyataan khusus,

nomor pendaftaran untuk produk dalam negri diberi kode MD, sedangkan produk

luar negri yang diberi kode MI, kode produk meliputi tanggal produksi dan angka

atau huruf lain yang mencirikan batch produksi Petunjuk atau cara penggunaan

diperlukan untuk makanan yang perlu penanganan khusus sebelum digunakan,

sedangkan petunjuk penyimpanan di perlukan untuk makanan yang memerlukan

cara penyimpanan khusus, misalnya harus di simpan pda suhu ruang, suhu dingin,

dan suhu beku. Nilai gizi diharuskan dicantumkan bagi makanan dengan nilai gizi

yang difortifikasi, makanan diet atau makanan lain yang diterapkan oleh menteri

kesehatan (Julianti dan Nurminah, 2007).


BAB III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Penulisan tugas akhir ini berdasarkan kegiatan praktek kerja lapangan

yang dilaksanakan pada tanggal 22 febuari – 22 april 2018 di pt Citra Hasil

Samudera Di Jl. Sultan Machmud Badaruddin II Km. 11,5 Sukarami, palembang

Sumatera Selatan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk pengemasan ubur ubur asin (Aurelia

aurita ) dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat – alat yang digunakan pada pengemasan ubur-ubur asin (Aurelia
aurita )
No Alat Fungsi
1 Ember plastik Sebagai kemasan sekunder atau tersier yang
melindungi kemasan setelah kemasan primer
2 Plastik pp Sebagai primer yang bersentuhan langsung
(polypropylene) dengan produk
3 Tali / karet Untuk mengikat kemasan
4 Spidol Untuk membuat kemasan label atau merek
kemasan
5 Cat pilok Untuk membuat kode kemasan
6 Tiner Untuk menghapus label atau kode yang salah
pada kemasan
7 Ubur – ubur asin Produk yang akan dikemas
Sumber :PT CHS (2018)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan dalam mengumpulkan data dengan cara :


1. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan secara langsung melihat

dan mendatangi suatu lingkungan perusahaan yang diteliti, hal ini

ditujukan untuk memperoleh data yang jelas mengenai perusahaan.

2. Wawancara yaitu kegiatan tanya jawab langsung dengan pihak terkait

(Perusahaan) dan karyawan lainnya yang bersangkutan dengan data-data

yang dibutuhkan dalam penulisan laporan.


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pengemasan ubur – ubur asin (Aurelia aurita ) adalah sebagai berikut :

Persiapan alat dan bahan kemasan

Ubur – ubur asin dimasukan kedalam


kemasan ember yang dilapisi plastik pp
(polypropilene)

Kemasan diikat dengan menggunakan karet

Pelabelan

Disimpan di suhu ruang 25-27 ᵒC

Distribusi

Gambar 1. Hasil Pengemasan Ubur-ubur Asin

4.2. Pembahasan

4.2.1 Bahan Pengemasan Produk

Proses pengemasan ubur – ubur asin (Aurelia aurita ) di pt Citra Hasil

Samudera Di Jl. Sultan Machmud Badaruddin II Km. 11,5 Sukarami, palembang

Sumatera Selatan menggunakan bahan pengemasan yang terdiri dari kemasan

primer. Kemasan primer yang digunakan yaitu kemasan plastik pp


(polypropilene). Plastik pp (polypropilene) mempunyai ciri – ciri mudah dibentuk

ringan(densitas 0.9 g/cm3 ). Tembus pandang dan jernih lebih kaku dari PE dan

tidak mudah sobek sehingga mudah dalam penangananpadasaatpengemasan.

Proses pengemasan ubur ubur asin yang menggunakan kemasan ember

bonitex dan plastik pp (polypropilene) akan menggunakan tali atau karet dan

pukul yang terbuat dari karet untuk mengikat kemasan plastik pp (polypropilene)

supaya kemasan plastik bisa kuat dan tahan lama saat berada dalam ember bonitex

(kemasan sekunder) fungsinya agar kemasan tidak mengalami kerusakan saat

disimpan pada suhu ruang.

4.2.2. Proses Pengemasan

Proses pengemasan yang berlangsung di pt Citra Hasil Samudera Di Jl.

Sultan Machmud Badaruddin II Km. 11,5 Sukarami, palembang Sumatera

selatanyaitu alat dan bahan pengemasan yang telah disiapkan seperti ember

bonitex, plastik pp (polypropilene), tali atau karet, timbangan, cat pilok, dan

spidol.

4.2.3. Persiapan Alat dan Bahan Kemasan

Alat dan bahan yang digunakan untuk proses pengemasan ubur-ubur

asin(Aurelia Aurita ) adalah ember bonitex, plastik pp (polypropilene), tali atau

karet, timbangan, cat pilok, dan spidol. Bahan yang digunakan dalam kemasan

ember bonitex yaitu ubur – ubur asin (body merah, kaki, daun, dan jari) yang telah

disiapkan dan alat dan bahan yang digunakan merupakan ketentuan dari

perusahaan (PT. CHS 2018)


4.2.4. Penimbangan

Penimbangan merupakan suatu proses menyesuaikan atau meratakan berat

produk agar tidak terjadi perselisihan antara berat yang satu dengan berat yang

lain. Penimbangan dilakukan ketika bahan telah dilakukan penirisan atau tahap

sebelum dilakukan penimbangan guna penirisan agar tidak terjadi penyusutan

berat yang disebabkan adanya air yang masih mengalir pada saat ditimbang.

Proses penimbangan dilakukan sebelum pengemasan dan sesudah pengemasan.

Penimbangan yang dilakukan sebelum pengemasan yaitu penimbangan air garam

berserta ember dengan berat 4 kg dan penimbangan ubur ubur asin dengan berat

18 kg yang akan dimasukan dalam kemasan ember yang di lapisi plastik pp

(polypropilene), penimbangan setelah pengemasan dengan berat 24 kg/ember.

4.2.5. Pengisian Kemasan

Ubur – ubur asin yang sudah di tiriskan sesuai dengan bahan yang akan

dilakukan pengemasan seperti body merah dilakukan penirisan selama 4 sampai 5

jam, penirisan dilakukan bertujuan untuk pada saat penimbangan tidak terjadi

kesalahan. sedangkan pada daun, jari dan kaki tidak dilakukan penirisan karena

apabila sudah disortir langsung dilakukan pengemasan.kemudian ubur – ubur

tersebut dimasukan kedalam ember yang telah berisi air garam dengan berat 4 kg

termasuk ember, setelah ubur ubur asin tersebut dimasukan dan disusun dengan

rapi agar tidak terjadi kerusakan pada saat smpai dibayer. Pengemasan ubur –

ubur berlapis 2 kali garam pertama bagian tengah (1 kg) dan kedua bagian atasnya

(1 kg) proses penambahan garam dan air garam tersebut supaya mengawetkan dan

menjaga kualitas mutu produk sampai ke bayer hingga mencapai 100% .


4.2.6. Pelebelan / Pengkodean

lebel pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk

gambar, tulisan, kombinasi keduannya,atau bentuk lain yang disertakan pada

pangan dimasukan dalam pelabelan, ditempelkan pada saat pengemasan atau

pengkodean merupakan bagian kemasan pangan. Ubur-ubur yang sudah

dimasukan dalam kemasan ember plastik dan kemasan plastik pp ( polypropilene

), kemudian diikat dengan menggunakan karet, ditutup dengan menggunakan palu

karet akan ditulis label diatas tutup ember,tujuan pelabelan adalah sebagai nama

produk, informasi produk dan gambar produk. Label juga dapat menjadi daya

tarik untuk konsumen dengan kemasan yang menarik.

4.2.7 Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan dengan tujuan untuk menghindarkan produk dari

paparan langsung sinar matahari dan hujan. Karena sifat ubur-ubur adalah

salahsatu hewan perairan yang rentan terhadap kerusakan oleh sebab itu diberikan

campuran garam selain dapat membuang lendir juga bisa mengawetkan produk

sampai kebayer dengan adanya kualitas kadar garam 25%. meskipun kemasan

yang digunakan cukup tebal namun tetap tembus kedalam sehingga jika produk

tersebut terkena paparan sinar matahari dan menyebabkan kemunduran kualitas

mutunya. Penggudangan kaki kemasan ember diruangan terbuka dengan suhu

ruang berkisar 25 Sampai 27 ᵒC dan biasanya digudang tersebut paling lama 2

sampai 6 bulan.
BAB V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penulisan tugas akhir adalah sebagai berikut : proses

pengemasan meliputi : persiapan alat dan bahan, penimbangan, pengisian

kemasan, pengikatan, pelabelan, penyimpanan, dan pendistribusian. Bahan yang

digunakan pada produk yaitu ember plastik,kemasan plastik pp ( polypropilene )

yang memiliki ciri – ciri transparan, mudah dibentuk, ringan tembus pandang dan

jernih, lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga mudah dalam

penanganan dan distribusi, daya tembus ( permeabilitasnya ) tahap uap air rendah,

permeabilitas terhadap gas sedang dan tidak baik untuk bahan pangan yang

mudah rusak oleh oksigen. Pengemasan merupakan suatu wadah atau tempat

untuk mengemas suatu bahan yaang dapat mencegah atau mengurangi kerusakan,

melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik

seperti gesekan, benturan dan getaran. Produk yang di kemas menggunakan

kemasan ember yaitu, body merah,kaki ubur-ubur, daun ubur-ubur, jari ubur-

ubur,produk ini di ekspor ke Jepang dan Cina.


DAFTAR PUSTAKA

Santoso J, Nurjanah, Irawan A. 2013. Kandungan Asam amino,Taurin,Mineral


makro-mikro dan Vitamin B12 Ubur-ubur ( aurelia aurita ) Segar dan
Kering. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Vol.16.No.2

Murniyati, 2009.Ubur-ubur komoditas perikanan yang mapan.Foodreview


Indonesia. IV(8):30-32.

Triyanto,Prasetiyono, dan S. Mukodiningsih. 2013.Pengaruh Bahan Pengemas


dan Lama Simpan terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Wafer Pakan
komplit Berbasis limbah Agroindustri. Animal Agriculture Journal, 2.
(1) : 400-409.

Nugraha, M.F., A. Wahyudi, dan I. Gunardi. 2013. Pembuatan Fuel dari Liquid
hasil Pilorisis Plastik Polipropilen Melalui Proses Reforming dengan
Katalis NiO/Γ-Al2O3.Jurnal Teknik Pomits, 2(2) : 299-302.

Anies H. 2002. Bahaya sampah plastik bagi kesehatan. Terdapat pada


http://www.prn2.usm.my/mainsite/bulletin/2002/penawar40.html

Chidambaram, L. 1984. Export oriented processing of Indian jelly fish (Muttai


chori, TAMIL) by Indonesian method at Pondicherry region. Mar.
Fish. Infor. Serv. 60 : 11–13.

Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan


Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan
dan Gizi, IPB.
1. Alat dan Bahan di pt Citra Hasil Samudera

Body Merah Daun, Kaki, Dan Jari

EMBER PLASTIK PLASTIK PP


(POLYPROPILENE)

KARET GELANG CAT PYLOX


THINNER SPIDOL
1. Proses Pengemasan

Penimbangan ember dan air garam pengisian kedalamkemasan

Penambahan garam 1kg pengisian kembali hingga


selesai

Penambahan kembali garam 1 kg pengikatan menggunakan karet


Penutupan dengan cara Penyimpanan disuhu ruang
dipukul menggunakan palu karet

Distribusi

Anda mungkin juga menyukai