Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang [..........] yang tercangkup dalam Akhlak dan
Tasawuf. Dan juga penulis berterima kasih kepada Bapak [........] selaku Dosen
mata kuliah Akhlak dan Tasawuf yang telah memberikan bimbingan berupa
materi kepada penulis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. TARBIYAH DZATIYAH
B. HALAQAH TARBAWIYAH
A. Kesimpulan ................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian tarbiyah dzatiyah?
2. Apa saja sarana tarbiyah dzatiyah?
3. Apa manfaat tarbiyah dzatiyah?
4. Apa saja aspek-aspek tarbiyah dzatiyah?
5. Apa pengertian halaqah tarbawiyah?
6. Apa saja sarana halaqah tarbawiyah?
7. Apa manfaat halaqah tarbawiyah?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. TARBIYAH DZATIYAH
2
Kemudian tentang kewajiban-kewajiab kita, sholat, puasa zakat,
mentaati orang tua, hubungan sosial kita (hablum minan nas),
kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan yan pernah kita
lakukan.
Kita melakukan spekulasi dengan pertanyaan-pertanya tentang
apa yang telah kita lakukan selama ini, guna untuk meminimalisir,
bahkan meninggalkan segala perbuatan buruk yang telah kita lakukan
selama ini dan mengggantinya dengan perbuatan baik dan amalan-
amalan sholeh.
b) Taubat dari Segala Dosa
Taubat adalah menyesali seluruh perbuatan dosa, baik kecil
maupun besar yang telah kita lakukan dan merjanji dengan sepenuh
hati untuk tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut. Dalam al-qur’an
diterang bahwa taubat yang bebenar hakiki telah dilakukan oleh
seorang hamba yang bernama Nasyuha, itu makanya kalau taubat
yang benar-benar itu disebut taubat nasyuhah.
Taubat ini merupakan salah satu cara untuk mentarbiyah diri.
Setelah kita melakukan muhasabah (introspeksi), karena kita telah
menyadari bahwa betapa sering kita melakukan perbuatan dosa, maka
kita menyesali perbuatan dosa yang telah kita lakukan tersebut dan
berjanji sepenuh hati untuk tidak melakukannya lagi.
Allah sangat menyukai orang-orang yang bertaubat. Dalam
hadits yang diriwayatka oleh Abu Al Mudhaffar As Sam’ani
dikatakan bahwa “tidak ada sesuatu yang lebih baik bagi Allah dari
pada seorang pemuda yang taubat.
c) Mencari Ilmu Dan Memperluas Wawasan
Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan
muslimah, sebab tanpa ilmu umat islam akan buta dalam menjalani
ibadah, dan ibadah yang dikerjakan tanpa ilmu maka hasilnya (pahala)
akan tertolak. Bagai mana mungkin seorang muslim bisa membedakan
3
haram, halal, wajib, sunah dan mubah tanpa menuntut ilmu.
Bagaimana mentarbiyah diri sendiri tanpa ilmu?
d) Mengerjakan Amalan-Amalan Iman
Mengerjakan amalan-amalan iman merupaka sarana penting
juga dalam mentarbiyah diri. Kita melatih diri kita sejauh mana
keikhlasan kita untuk melakukan amalan-amalan iman (ibadah)
kepada Allah Swt. Dengan amalan-amalan imanlah kita bisa menutupi
perbuatan-perbuatan dosa yang pernah kita lakukan dahulu. Dapun
amalan-amalan iman yang bisa kita lakukan yaitu memaksimalkan
ibadah-ibadah wajib, membiasakan melakukan amalan-amalan sunat
(sholat sunat, puasa sunat dan lain-lain) secara kontinyu, berdzikir,
baca Al-qur’an dan lain-lan.
e) Memperhatikan Aspek Akhlak (Moral)
Biasanya orang yang religius, sudah melakukan muhasabah,
sudah berilmu dan berwawasan yang luas dan rutin mengerjakan
amalan-amalan iman, implementasinya dalam kehidupan sosial
(hablum minan nas) biasanya ia mampu menjadi teladan bagi individu
lain. Prilakunya dalam kehidupan sosial tidak akan betentangan
dengan akhlak maupun moral, artinya kalau seseorang mempunyai
tinggkat religiusitas yang tinggi akan terceminkan dalam prilakunya
keseharian.
Sarana mentarbiyah diri dengan cara memperhatikan aspek
akhlak ini, akan menuntut kita untuk tampil selalu baik, karena prilaku
kita akan dibatasi oleh nilai-nilai akhlak dan moral.
4
dilakukan dengan ilmu dan penuh keikhlasan tentunya maka
ganjarannya adalah Ridho dan sorganya Allah Swt.
b) Kebahagiaan dan Ketentraman
Banyak orang yang beranggapan bahwa kebahagiaan dan
ketentraman itu diukur dengan harta kekayaan, istri yang cantik dan
lain-lain yang bersifat materil. Namun sebernarnya kebahagiaan yang
hakiki itu adalah berada dalam agama dan menjalankan nilai-nilai
agama secara maksimal.
c) Terjaga dari Keburukan
Setelah kita memuhasabah diri dan melakukan taubatan nasuhah
secara otomatis kita akan terhindar dari perbuatan-perbuatan buruk,
karena pola tingkah laku kita akan dibatasi oleh nilai-nilai religiusitas
(akhlak) dan moral.
d) Jiwa Merasa Aman
Setelah kita mentarbiyah diri, melakukan muhasabah, taubat,
berilmu dan melakukan amalan-amalan iman tentunya jiwa kita akan
merasa aman, karena kita terhidar dari perbuatan buruk, maksiat dan
otomatis kita merasa tidak punya musuh. Mungkin teman-teman bisa
melakukan komparasi bagaimana rasanya tidak sholat satu bulan
misalnya, dengan melakukan sholat secara khusuk selama satu bulan,
yang jelas diri saya pribadi merasakan bagaiman rasanya jiwa ini
setelah melakukan sholat pikiran fresh dan perasaan terasa nyaman.
e) Dicintai dan Diterima Allah
Allah swt menjanjikan barangsiapa memperbaiki dan
mentarbiyah dirinya untuk beriman, bertaqwa dan beramal sholeh, ia
mendapat kan cinta Allah swt.
5
2) Tidak cukup dengan amalan wajib kerana amalan wajib itu hanya
melayakkan kita untuk menjadi muslim sahaja.
3) Perlu sentiasa ikhlas hanya semata-mata Allah.
4) Perlu peka dan cermat serta perhatikan perubahan rohani.
b. Pemikiran (Fikriah)
1) Jangan biarkan fikiran terhad pada halaqah-halaqah tertentu
sahaja.
2) Perlu cari pelbagai sumber ilmu untuk berfikir.
3) Perlu juga mencari ruang dan peluang menghadiri kajian
ilmiah (pengurusan, kaunseling dll).
4) Perlu rajin membaca buku mahupun bahan bacaan lain yang
bermanfaat setiap hari untuk mengembangkan pemikiran.
c. Material/Kebendaan
1) Islam menuntut juga kepada kebendaan. Jadi perlu juga berusaha
mendapatkannya.
2) Tapi jangan sampai kekayaan merosakkan kita.
3) Jadikan harta sebagai tool untuk memajukan agama Allah.
4) kata-kata Imam Hasan Al-Banna: setiap dari kita perlu ada bisnes
sendiri walaupun kecil-kecilan supaya tidak bergantung pada
orang lain.
B. HALAQAH TARBAWIYAH
Saat ini halaqah menjadi sebuah alternatif pendidikan keislaman
yang masif dan merakyat. Tanpa melihat latar belakang pendidikan,
ekonomi, sosial atau budaya pesertanya. Bahkan tanpa melihat apakah
seseorang yang ingin mengikuti halaqah tersebut memiliki latar belakang
pendidikan agama Islam atau tidak. Sehingga Halaqah telah menjadi
sebuah wadah pendidikan Islam (tarbiyah Islamiyah) yang semakin
inklusif. Yang terpenting adalah halaqah dirasakan sangat bermanfaat bagi
pengembangan pribadi (self development) para pesertanya. Halaqah yang
6
berlangsung secara rutin dengan peserta yang tetap berlangsung dengan
semangat kebersamaan (ukhuwah Islamiyah). Dengan nuansa semacam
itu, peserta belajar bukan hanya tentang nilai-nilai Islam, tapi juga belajar
untuk bekerjasama, saling memimpin dan dipimpin, belajar disiplin
terhadap aturan yang mereka buat bersama, belajar berdiskusi,
menyampaikan ide, belajar mengambil keputusan dan juga belajar
berkomunikasi. Semua itu akan membentuk kematangan pribadi para
pesertanya.
7
2. Manfaat Halaqah Tarbawiyah
a. Tertanamnya keyakinan keimanan kuat kepada aqidah dan kebenaran
islam.
b. Terbentuknya akhlakul karimah secara nyata dalam wujud perbuatan
baik dalam ruang lingkup individu, keluarga dan masyarakat termasuk
dalam lingkungan kampus.
c. Terciptanya ruh uhkuwah dalam kehidupan sosial.
d. Optimalisasi amal untuk mendakwah keislaman, khususnya melalui
qodwah dan tasawuf.
e. Terpeliharanya kepribadian dan amal dari berbagai pengaruh yang
merusak dan melemahkan.
f. Mengkoreksi dan memprbaiki berbagai bentuk kesalahan dan
penyimpangan melalui mauidzoh khasanah dan tausiyah.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
9
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
10
11