“DRYING”
GRUP E
1. Darwati 1631010052
2. Rian Ardiansyah 1631010075
LEMBAR PENGESAHAN
“DRYING”
Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia I Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikanLaporan Resmi Operasi Teknik
Kimia I ini dengan judul “ Drying”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan, perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari literatur
serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2018
di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional
‘VETERAN’ Jawa Timur.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. C. Pujiastuti,MT. selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia Universitas Pembangunan Nasional ‘VETERAN’ Jawa Timur.
2. Ibu Ir. Kindriani Nurma W, MT. pelaku Dosen pembimbing praktium.
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum.
4. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Kami sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan. Maka dari itu, kami selalu mengharapkan kritik dan saran, seluruh
asisten dosen yang turut membantu dalam kesempurnaan laporan ini. Sehingga
penyusun berharap penyusun mengharapkan semua laporan praktikum yang telah
disusun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya jurusan
Teknik Kimia.
Penyusun
DAFTAR ISI
INTISARI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Drying adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga
dapat mengurangi kandungan air atau kandungan zat cair di dalam zat padat
sampai suatu nilai rendah dapat diterima dengan menggunakan panas. Drying
merupakan salah satu proses yang merusak zat padat atau senyawa-senyawa yang
dikeringkan. Dasar dari proses drying adalah penguapan air ke udara karena
terjadi perbedaan suhu oleh kandungan udara dan bahan yang dikeringakan.
Proses drying banyak telah banyak digunakan dalam berbagai jenis industri. Alat
pengering dapat dikelompokkan berdasarkan jenis bahan yang diproses misalnya
bahan padat dan pasta digunakan pengering konveyor, pengering rotary,
pengering flash, dll. Sedangkan pengering zat cair dapat berupa spray dryer, dan
drum dryer.
Pada praktikum drying langkah pertama yang harus dilakukan adalah
dengan menyiapkan bahan yang digunakan. Kemudian potong bahan sesuai
bentuk yang diinginkan. Timbang berat bahan sebagai berat awal. Setelah itu
ukur masing-masing sisinya. Panaskan oven terlebih dahulu sampai suhu yang
ditentukan, lalu masukkan bahan ke dalam oven, diamkan sampai interval waktu
tertentu. Setelah dicapai interval waktu tertentu, ambil bahan dari oven dan hitung
beratnya. Ulangi percobaan sampai didapatkan berat bahan relative konstan.
Percobaan drying ini bertujuan untuk membuat grafik kecepatan
pengeringan versus kadar air dalam padatan, untuk mencari harga koefisien
perpindahan massa H2O dari padatan (Ky) pada periode pengeringan tetap, Dan
untuk membuat grafik tambahan yaitu kadar air dalam padatan versus waktu dan
kecepatan pengeringan versus waktu. dengan melakukan percobaan ini praktikan
diharapkan agar menguasai proses drying. Karena penting dan luasnya
penggunaan proses drying.
I.2 Tujuan
1) untuk membuat grafik kecepatan pengeringan versus kadar air dalam
padatan.
2) untuk mencari harga koefisien perpindahan massa H2O dari padatan (Ky)
pada periode pengeringan tetap.
3) untuk membuat grafik kadar air dalam padatan versus waktu dan
kecepatan pengeringan versus waktu.
I.3 Manfaat
1) agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
drying.
2) agar praktikan dapat mengetahui kecepatan pengeringan bahan.
3) Agar praktikan dapat mengetahui proses perpindahan panas dan
pemisahan molekul air dari bahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.Secara Umum
Proses drying secara umum dapat diartikan sebagai proses menghilangkan
sejumlah air (dalam jumlah sedikit) yang terkandung dalam suatu material.
Sedangkan evaporasi dapat diartikan sebagai proses menghilangkan sejumlah air
(dalam jumlah cukup banyak) yang terkandung dalam suatu material. Dalam
proses evaporasi, air dihilangkan dari material dalam wujud uap pada saat
material tersebut mencapai titik didihnya. Sedangkan dalam proses drying, air
biasanya dihilangkan dalam wujud uap dengan bantuan gas panas.
Udara yang memasuki pengering jarang sekali berada dalam keadaan benar-benar
kering, tetapi selalu mengandung kebasahan dan mempunyai kelembaban relatif
tertentu. Untuk udara yang mempunyai kelembaban tertentu, kandungan
kebasahan di dalam zat padat yang keluar dari pengering tidak bisa kurang dari
kebasahan keseimbangan yang berkaitan dengan kelembaban udara masuk.
Bagian air yang terdapat di dalam zat padat yang basah tidak dapat dikeluarkan
dengan udara masuk, karena udara masuk itu mengandung kelembaban pula, yang
disebut kebasahan keseimbangan (equilibrium moisture). Jadi meskipun telah
mengalami proses drying, bahan tersebut tidak dapat sepenuhnya bebas dari
kandungan air. Air yang dapat dihilangkan hanya sampai pada batasan
equilibrium moisture contentnya. Kandungan air dari produk yang sudah
mengalami proses drying berbeda-beda tergantung dari tipe produk. Sebagai
contoh dried salt mengandung kira-kira 0,5% air, batu bara mengandung kira-kira
4% air, dan sebagian besar produk makanan mengandung kira-kira 5% air.
Metode dan proses drying dapat diklasifikasikan menjadi beberapa cara,
yakni proses batch dan proses kontinu. Proses drying diklasifikasikan sebagai
proses batch, apabila material dimasukkan ke dalam alat drying dan diproses pada
waktu tertentu. Sedangkan dalam proses kontinu, material dimasukkan secara
terus-menerus ke dalam alat drying dan material yang sudah dikeringkan
dipindahkan secara terus-menerus juga.
(Asnafi, 2015)
Pengeringan Alami
suatu wadah dan kontak antara bijian dengan udara pengering lama/berulang kali.
Pada sistem kontinyu, bijian mengalir secara kontinyu dan kontak dengan udara
pengering hanya sekali saat bijian berada pada kolom/zona pengeringan saja.
(Rahayoe, 2017)
Selama proses pengeringan terjadi peristiwa pemindahan panas dan uap air
secara simultan, yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air
yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering
yang biasanya berupa panas. Sebagai akibatnya, terjadi perlambatan laju
kerusakan biji-bijian akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan pangan
(biji-bijian tersebut diolah lebih lanjut.
waktunya, kandungan air lebih tinggi dibanding biji-bijian yang dipanen tepat
waktu.
(Wardanu, 2009)
A. Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering Air
menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah
akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk
(1) pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan
permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air
mudah keluar,
(2) potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana
panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan
mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke
permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari
permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan
bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat
mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan
bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan
memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat
pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu
semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.
D. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara
semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga
kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.
E. Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering
udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi
dan menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi
masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan
kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari
atmosfir
(Tindaon, 2013)
Perbedaan suhu dan bentuk permukaan mempengaruhi proses pengeringan
dimana suhu yang tinggi akan mempercepat proses penguapan air yang berbeda
dalam bahan. Proses penguapan juga dapat
1. Drying test yaitu hubungan antara moisture content suatu bahan vs waktu
pengering pada temperatur, humidity, dan kecepatan pengering tetap. Kandungan
air dari suatu bahan akan menurun karena adanya pengeringan, sedangkan
kandungan air yang hilang akan semakin meningkat seiring dengan penambahan
waktu.
Jika mula-mula bahan sangatlah basah bila dikontakkan dengan udara yang relatif
kering maka akan terjadi penguapan air yang ada pada permukaan bahan tersebut.
. ...................................................................................(1)
Keterangan:
Ms = Massa padatan tanpa air (kg)
A = Luas permukaan kontak antara fluida panas dengan padatan (m2)
dX=Perubahan moisture content dalam jangka waktu dt
dt= Perubahan waktu (detik)
(Irawan, 2011)
Untuk kadar air dalam setiap saat dapat dihitung dari berat bahan pada saat
tersebut (W) dengan rumus:
𝑔𝑟𝐻2𝑂 𝑊𝑖−𝑊𝑘
Xi(𝑔𝑟𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔) = ...................................................................(2)
𝑊𝑘
Keterangan:
Wi = Berat basah (gr)
Wk = Berat kering (gr)
(Tim Dosen OTK 1, 2018)
II.3 Hipotesa
Semakin lama waktu pengeringan, maka kadar air akan semakin berkurang
. Semakin lama waktu pengeringan, maka akan semakin besar kecepatan
pengeringan.
Masukkan bahan ke dalam oven, dan diamkan selama interval yang di tentukan
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1.Bahan
1. Kentang
III.2.Alat
1. Oven
2. Neraca analitik
3. Pisau
4. Penggaris
5. Loyang
6. stopwatch
7. desikator
loyang
III.5.Prosedur
1. menyiapkan bahan yang akan digunakan.
2. Bahan dipotong sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
3. Bahan ditimbang sebagai berat awal.
4. Swtwlah itu ukur masing-masing sisinya.
5. Panaskan oven terlebih dahulu sampai suhu yang ditentukan.
6. Masukkan bahan ke dalam oven, diamkan sampai interval waktu tertentu.
7. Setelah interval waktu tertentu, ambil bahan dari oven dan timbang dan
hitung.
8. Ulangi percobaan pada langkah ke 6 dan 7 sampai didapatkan berat
relative konstan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1.Tabel hasil pengamanatan
Tabel 1 Berat Awal dan Luas Permukaan Bahan
Segitiga 12.6321 18
Balok 12.1372 9
IV.3. Grafik
60 Bola
50
Segitiga
40
30 Balok
20 Prisma
10
0
0 20 40 60 80
Waktu (menit)
0.07
0.06
0.05
Bola
0.04
Segitiga
0.03
Balok
0.02
Prisma
0.01
0
0 20 40 60 80
Waktu (menit)
Pada percobaan ini kadar air yang didapatkan selama proses pengeringan
dalam oven dengan bahan berupa kentang dan interval waktu 10 menit. Untuk
interval waktu ke-10 kadar air dari bahan berbentuk bola, segitiga, balok, dan
prisma berturut-turut adalah 67.32%, 86.55%, 70.29%, dan 61.78%. kecepatan
pengeringan untuk interval waktu ke-10 dengan bahan kentang berbentuk bola,
segitiga, balok, dan prisma segitiga, berturut-turut adalah 0.0715, 0.0269, 0.0490,
dan 0.0162 gr/ cm2 menit. Dari hasil yang di dapatkan dari percobaan dengan
perbandingan antara keempat bentuk kentang yang paling besar percepatan
pengeringan adalah kentang berbentuk prisma dikarenakan luas permukaanya
yang lebih besar dari antara keempat bentuk kentang. Oleh karena itulah
kecepatan pengeringan di pengaruhi oleh luas permukaan, jika luas permukaan
bahan tersebut besar maka semakin besar pula kecepatan pengeringannya.
Begitupun bila semakin kecil luas permukaaan bahan maka percepatan
pengeringannya pun semakin kecil.
Dari praktikum dyring ini dapat ditarik suatu kesimpulan yang sama
terhadap teori yang ada yaitu dengan membuktikan bahwa kentang memiliki
percepatan pengeringan yang tinggi dikarenakan terdapat kandungan kadar air
yang sangat tinggi di dalamnya. Hal ini dapat juga dilihat pada grafik yang
membuktikan semakin lama waktu pengeringan maka kadar air yang terdapat
pada bahan akan semakin kecil, dan kecepatan pengeringan semakin lambat
dikerenakan kadar air semakin sedikit. Selain itu, dari ke empat bentuk kentang
tersebut, bentuk prisma mengalami pengeringan sangat cepat. Hal ini dapat dilihat
pada tabel pengamatan bahwa kadar air pada kentang bentuk prisma lebih cepat
berkurang daripada kadar air pada bentuk yang lain. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa semakin besar luas permukaan suatu bahan maka semakin cepat pula
proses pengeringannya. Sehingga Data dan perhitungan yang didapatkan dari
percobaan ini sesuai dengan teori yang ada.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Perbedaan suhu udara dengan suhu bahan membuat semakin cepat
pengeringan
2. Semakin luas permukaan suatu bahan drying maka akan semakin besar
kecepatan pengeringannya.
3. Semakin lama waktu pengeringan , percepatan pengeringan semakin
sedikit
V.2 Saran
1. Praktikan lebih berhati-hati dan teliti dalam menimbang bahan maupun
mencatat hasil penimbangan.
2. Praktikan lebih cermat dan berkonsentrasi dalam membentuk bahan agar
data yang didapat benar dan meminimalisir kesalahan.
3. Praktikan lebih memahami prosedur dan tujuan dilakukannya praktikum
agar praktikum berjalan dengan lancer.
DAFTAR PUSTAKA
APPENDIX
=67.32%
4. Perhitungan Kecepatan Pengeringan Bola menit ke-10
(𝑤𝑖−𝑤𝑖+1)
N= 𝐴.∆𝑡
10.1832−6.0861
= 5.73𝑥10
= 0.07154gr/cm².min