Pembimbing :
Drg. Anny Rufaida, Sp.KG
Disusun Oleh :
Achmad Irfan
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Mu penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini yang berjudul:“ Manifestasi
Penyakit Diabetes Mellitus di Rongga Mulut”.
Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis,
masih banyak kekurang tepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang
membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
A. Diabetes melitus tipe I
Dalam tipe ini, tubuh tidak dapat memproduksi insulin, sehingga tergantung
pada insulin. diabetes mellitus tipe 1 ini dapat muncul pada masa kanak-kanak dan
remaja. Tipe ini dapat muncul pada umur yang lebih tua yang disebabkan karena
kerusakan pankreas oleh karena alcohol, penyakit, operasi pankreas atau kegagalan
progresif dari sel beta pankreas.
B. Komplikasi Kronis 14
a. Diabetik retinopati
Rusaknya pembuluh darah pada retina yang merupakan jaringan sensitif
cahaya di belakang mata yaitu berperan mengartikan cahaya kedalam impuls elektrik
yang diinterpretasikan sebagai penglihatan oleh otak.
5
b. Katarak
Katarak adalah kristalisasi lensa yang opak sebagai hasil dari pengaburan
penglihatan normal. Penderita diabetes dua kali lebih besar terkena katarak
dibandingkan dengan yang non diabetes. Katarak cenderung berkembang pada usia
pertengahan.
c. Glaucoma
Penyakit ini timbul ketika terjadi peningkatan tekanan cairan didalam mata yang
memicu terjadinya kerusakan saraf mata secara progresif. Penderita orang dengan
diabetes 2 kali lebih besar keyakinan terkena glaucoma dibandingkan dengan yang
non diabetes.
d. Diabetic neuropati
Kerusakan saraf dengan karakteristik sakit dan kelemahan pada kaki sehingga
kehilangan atau penurunan sensasi di kaki, dan pada beberapa kasus terjadi pada
tangan. Tanda awal dari penyakit ini adalah kekakuan, sakit, atau perasaan geli pada
kaki dan tangan.
e. Diabetik nefropati
Merupakan stadium akhir dari penyakit ginjal. Setelah mengidap diabetes
selama 15 tahun, satu sampai tiga orang penderita tipe 1 diabetes mellitus
berkembang menjadi penyakit ginjal. Diabetes merusak pembuluh darah kecil
di ginjal sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyaring kotoran yang
kemudian diekresikan melalu urin. Penderita dengan gangguan ginjal harus melakukan
transplantasi ginjal atau cuci darah.
f. Stroke
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama, merokok, dan tingginya
tingkat kolesterol LDL yang tinggi adalah sebagai penyebab lainnya.
g. Penyakit kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular adalah komplikasi yang biasa terlihat pada penderita
diabetes. Arterosklerosis adalah terpenting dari semua komplikasi kronis karena
merupakan 80 % dari penyebab kematian penderita diabetes.
h. Penyakit vaskular perifer
Penyakit ini 4 kali lebih besar dibanding yang non diabetes. Disebabkan oleh
ulser yang tidak dirawat, sakit, dan amputasi pada orang dengan atau tanpa diabetes.
6
2.1.3.2 Etiopatogenesis
Diabetes mellitus tipe II juga disebut sebagai Non-Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM), Pada diabetes mellitus tipe II, insulin diproduksi, tetapi
tidak dapat digunakannya secara adekuat, terutama pada pasien yang mengalami
resistensi insulin. Pada beberapa kasus, biasanya insulin diproduksi cukup banyak,
hanya kemudian menjadi masalah ketika sel-sel tubuh seperti sel lemak dan sel otot
kurang peka terhadap insulin.
Diabetes mellitus tipe II dapat disebabkan berkurangnya insulin yang dihasilkan
dari beta sel dan merupakan faktor utama diabetes mellitus tipe II yang pada akhirnya
memerlukan terapi insulin. Hati pada pasien diabetes mellitus akan terus memproduksi
7
glukosa melalui proses yang disebut glukoneogenesis meskipun kadar glukosa sudah
meningkat.10
Pada keadaan diabetes mellitus tipe II, jumlah insulin bisa normal, bahkan
lebih banyak, tetapi jumlah reseptor insulin dipermukaan sel kurang. Pada
diabetes mellitus tipe II juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi
kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di
samping penyebab di atas, diabetes mellitus juga bisa terjadi akibat gangguan
transport glukosa di dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk
metabolisme energi.
Keluhan Klasik :
o Penurunan berat badan (BB)
o Poliuria
o Polidipsia
o Polifagia
Keluhan lain
o Gangguan saraf tepi / kesemutan
o Gangguan penglihatan
o Gatal / Bisul
o Gangguan Ereksi
o Keput ihan
2.1.3.4 Diagnosa
Diagnosis diabetes mellitus dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika
keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus. Kedua, dengan
pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh
pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis diabetes
mellitus. Ketiga dengan Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Meskipun TTGO
dengan beban 75g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan
glukosa plasma puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk
dilakuka n berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan.7
Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, atau penderita yang tidak
mau berkerjasama akan timbul manifestasi oral yang berupa xerostomia, sindroma
mulut terbakar, meningkatnya insidensi dan keparahan penyakit
periodontal, perubahan flora rongga mulut yang didominasi oleh jamur
kandida albikans dan luka bekas pencabutan gigi yang tidak sembuh-sembuh.
Pasien yang mengetahui dirinya menderita diabetes mellitus harus diketahui
jenis diabetes yang dideritanya, perawatan yang pernah dilakukan, kontrol yang
memadai pada diabetesnya. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, pasien dapat
dikelompokkan ke dalam kategori kelompok resiko spesifik, yaitu11 :
9
2.2 Hubungan Diabetes Mellitus dengan Kesehatan Gigi dan Rongga Mulut
Pada Diabetes Melitus dengan kondisi kebersihan mulut yang jelek dan adanya
angiopati diabetik menyebabkan suplai oksigen berkurang sehingga bakteri anaerob mudah
berkembang. Karies gigi terjadi oleh karena bakteri-bakteri tertentu yang mempunyai sifat
membentuk asam, sehingga pH rendah dapat menyebabkan pelarutan progresif mineral
enamel secara perlahan dan membentuk fokus perlubangan.4
Pasien dengan Diabetes Mellitus lama yang tidak terkontrol akan berpengaruh
pada karies gigi, karena bertambahnya karbohidrat yang dapat difermentasikan di dalam
saliva penderita dan merupakan medium yang sesuai untuk pembentukan asam sehingga
memudahkan terjadinya karies.
10
Karena di mulut ada jutaan bakteri yang dibutuhkan (flora normal). Tetapi ada bakteri-
bakteri tertentu yang disebut bakteri periodonpatik, karena bakteri ini khas terdapat pada
jaringan periodontal atau disebut bakteri gram negatif yang anaerob (bakteri yang mampu
hidup tanpa oksigen).
Penderita Diabetes Melitus bila mengalami periodontitis lebih parah daripada orang
yang sehat, dikarenakan daya tahan tubuh penderita Diabetes Melitus lebih rendah
dibandingkan orang sehat. Sel-sel pertahanan tubuh (monocyt, neutrophil, dan
makrofag) juga fungsinya melemah.4
Pada saat mulut mengalami periodontitis sel-sel pertahanan tubuh akan mengeluarkan
TNF-alfa (Tumor Necrosis Factor). Menurut lembaga kesehatan AS, Mayo Clinic, protein ini
berfungsi memobilisasi sel darah putih untuk melawan infeksi dan antigen lainnya.
Sayangnya, hal ini mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Karena tubuh jadi
tidak mampu memanfaatkan insulin yang diproduksi pankreas.
11
tersebut diakibatkan berkurangnya jumlah air liur, sehingga terjadi penumpukan sisa makanan
yang melekat pada permukaan gigi dan mengakibatkan gusi menjadi infeksi dan mudah
berdarah.3
E. Infeksi Jamur
Penderita diabetes yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk memerangi infeksi
sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah. Apalagi penderita diabetes yang
merokok, risiko terjadinya infeksi jamur jauh lebih besar.
Oral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang disebabkan oleh
jamur, sejumlah kecil jamur candida ada di dalam mulut. Pada penderita Diabetes Melitus
kronis dimana tubuh rentan terhadap infeksi sehingga sering menggunakan
antibiotik dapat mengganggu keseimbangan bakteri di dalam mulut yang mengakibatkan
jamur candida berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkant thrush. ditandai dengan
adanya lapisan putih kekuningan pada lidah, tonsil maupun kerongkongan.
F. Karies Gigi
Diabetes Mellitus bisa merupakan faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya
dan jumlah dari karies. Keadaan tersebut diperkirakan karena pada diabetes aliran
cairan darah mengandung banyak glukosa yang berperan sebagai substrat kariogenik.2
Karies gigi dapat terjadi karena interaksi dari 4 faktor yaitu gigi, substrat , bakteri dan
waktu. Pada penderita Diabetes Melitus telah diketahui bahwa jumlah air liur
13
berkurang sehingga makanan melekat pada permukaan gigi, dan bila yang melekat adalah
makanan dari golongan karbohidrat bercampur dengan bakteri yang ada pada
permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman didalam
mulut menurun, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lubang atau caries gigi.
2.1.4 Tatalaksana
Diabetes mellitus bukan merupakan penyakit yang dapat disembuhkan, dan terapi
yang dilakukan adalah dengan tujuan untuk menormalkan kadar gula darah, untuk mencegah
terjadinya komplikasi dari penyakit diabetes mellitus tersebut.
Pengelolaan diabetes mellitus tipe II ini dimulai dengan13,14:
Terapi insulin
o Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi basal dan sekresi prandial.
Terapi insulin diupayakan mampu meniru pola sekresi insulin yang
fisiologis.
o Terapi insulin dapat diberikan secara tunggal (satu macam) berupa :
insulin kerja cepat (rapid insulin), kerja pendek (short acting), kerja
menengah (intermediate acting), kerja panjang (long acting) atau insulin
campuran tetap (premixed insulin).
o Terapi insulin tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan respons individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah harian.
Terapi Kombinasi.
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan
OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula
diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO
dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinik di mana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai dipilih, terapi dengan kombinasi tiga OHO. Untuk
kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah kombinasi OHO dan
insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada
malam hari menjelang tidur.
Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali
glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin
kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian
dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan
harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih
tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan dan diberikan insulin saja.
5,7,12,14
15
Diabetes mellitus tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan
perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdaya penyandang diabetes
memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan
mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai
keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprenhensif dan upaya
peningkatan motivasi. 5,7,12,14
Kegiatan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes mellitus tipe II. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa
latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-
malasan.5,7,12,14
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kerjasama antara dokter dan dokter gigi amat diperlukan dalam menangani
penderita diabetes mellitus khususnya dalam merencanakan perawatan penyakit
mulut dan penyakit sistemiknya untuk mencegah komplikasi akut atau kronis.
Diabetes mellitus bukan suatu hambatan untuk setiap tindakan perawatan dalam
kedokteran gigi, sebaiknya dokter gigi mengetahui kadar glukosa darah pasien
sebelum melanjutkan prosedur dental.
DAFTAR PUSTAKA
5. Diana W.Guthrie and Richard A. Gutrie, The Diabetes Sourcebook.5th ed. New York:
McGraw Hill Co, 2004: 7-19
6. Robert, P.Langlais, Graig S. Miller , Kelainan Rongga Mulut, Hipokrates 1992
7. Konsensus Pengelolaaln dan Pencegahan Diabets Melitus Tipe 2 di
Indonesia,2006.Available at http://www.scribd.com/doc/5060272/Konsensus-
Penge lolaaln-dan- Pencegahan-Diabets-Melit us-Tipe -2-di-Indonesia-2006.html. 20-8-
2010
8. Ship JA. Diabetes and oral health. JADA. 2003; 134: 4-10
9. Bricker SL, Langlais RP, et al. Oral diagnosis, oral medicine, and treatment
11. Sonis ST. Fazio RC. Fang L. Principles and practice of oral medicine. 2ndedition.
WB Saunders. Phyladelphia. 1995 : 131-145
12. Inzucchi S. Porte Jr D. Sherwin RS. Baron A. The Diabetes Mellitus Manual.6th ed.
The McGraw-Hill Companies, Inc. 2005.
13. http: //www.diabetesmellitus-information.com/diabetes-causes.htm
14. 25. Sidartawan Soegondo, et al. penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. UI Press. Jakarta 2004