Anda di halaman 1dari 18

Referat

MANIFESTASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS DI


RONGGA MULUT

Pembimbing :
Drg. Anny Rufaida, Sp.KG

Disusun Oleh :
Achmad Irfan

LAB. KESEHATAN GIGI DAN MULUT


RSUD KANJURUHAN KEPANJEN MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISMA
2018
1

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Mu penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini yang berjudul:“ Manifestasi
Penyakit Diabetes Mellitus di Rongga Mulut”.

Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi pembahasan


diabetes mellitus secara umum dan manifestasinya di rongga mulut serta penatalaksanaan .
Dengan selesainya tugas referat ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini.

Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis,
masih banyak kekurang tepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang
membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

` Kepanjen, 9 Juli 2018

Penulis
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Diabetes melitus merupakan penyakit yang kompleks yang berhubungan erat dengan
komponen metabolik dan komponen vaskuler. Komponen metabolik mencakup peningkatan
kadar glukosa darah yang berkaitan dengan perubahan metabolisme lemak dan metabolisme
protein akibat berkurangnya insulin secara relatif ataupun absolut. Sedangkan komponen
vaskuler berhubungan dengan proses terjadinya aterosklerosis dan mikro-angiopati. Penyebab
penyakit ini sangat kompleks karena banyak faktor yang berperan penting dalam hal
terjadinya diabetes melitus, antara lain faktor genetik, faktor lingkungan (seperti infeksi,
trauma, stres, nutrisi dan lain-lain) dan faktor endrokin lainnya (seperti epinefrin, glukagon,
hormon pertumbuhan). Penyakit ini memberikan komplikasi dalam bentuk akut atau kronis
yang menyerang berbagai organ tubuh seperti mata, kulit, ginjal, pembuluh darah termasuk
juga struktur dalam rongga mulut. Hubungan antara diabetes melitus dan perubahan patologis
dalam rongga mulut banyak dibicarakan dalam kepustakaan. Gambaran yang khas penyakit
ini dalam rongga mulut dikemukakan pertama kali pada tahun 1928 oleh William,
yang•menyebutnya sebagai periodontoklasia diabetika dan stomatitis diabetika dengan
ciri-ciri khas berupa tanggalnya gigi geligi dan hipertrofi gingiva. Diabetes mellitus juga
dapat menyebabkan peningkatan insidens karies dentis dan memperberat gingivitis maupun
penyakit periodontal lainnya. Adanya komplikasi diabetes melitus dalam rongga mulut ini
menyebabkan seorang dokter gigi dapat turut berperan serta dalam membantu mendiagnosis
penyakit ini.1

1.2 Rumusan Masalah


Apa saja manifestasi klinis penyakit diabetes mellitus khususnya pada rongga mulut ?
1.3 Tujuan
Mengetahui macam-macam maniestasi klinis penyakit idabetes mellitus khususnya
pada rongga mulut.
1.4 Manfaat
Diharapkan referat ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan
dalam mengenali maniestasi klinis penyakit diabetes mellitus pada rongga mulut.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronik yang ditandai dengan kekurangan
insulin baik relative maupun absolute yang mengakibatkan metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein terganggu. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang paling banyak
dan paling sering dijumpai pada manusia, dimana sebagian dari penderita tersebut tidak
sadar maupun tidak terdiagnosa bahwa telah menderita penyakit tersebut hingga muncul
gejala-gejala yang lebih spesifik.8-9
Klasifikasi diabetes mellitus yang dianjurkan oleh PERKENI (Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia) adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi DM menurut
American Diabetes Association (ADA) 1997 adalah sebagai berikut.7,14

2.1.1 Klasifikasi
A. Diabetes melitus tipe I
Dalam tipe ini, tubuh tidak dapat memproduksi insulin, sehingga tergantung
pada insulin. diabetes mellitus tipe 1 ini dapat muncul pada masa kanak-kanak dan
remaja. Tipe ini dapat muncul pada umur yang lebih tua yang disebabkan karena
kerusakan pankreas oleh karena alcohol, penyakit, operasi pankreas atau kegagalan
progresif dari sel beta pankreas.

B. Diabetes Melitus Tipe II


Dikenal dengan nama Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), yang
disebabkan oleh kombinasi dari pada insufisiensi sel β pankreas dan resistensi insulin
dalam jaringan, terutama didalam otot skeletal dan sel-sel hepar.

C. Diabetes Melitus Tipe Lain


Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik fungsi sel beta, defek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat
kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan
dengan diabetes mellitus.
4

D. Diabetes Melitus Gestasional


Tipe ini timbul pada wanita hamil yang kemudian gejala menghilang setelah
melahirkan bayi biasanya dengan berat badan yang lebih besar dibanding dengan bayi
lain pada umumnya. Wanita yang telah menderita Gestasional Diabetes Mellitus
meningkatkan faktor resiko untuk terjadinya diabetes mellitus tipe II.

2.1.2 Komplikasi Diabetes Mellitus


Komplikasi diabetes mellitus berhubungan dengan terjadinya hiperglikemia dan
perubahan patologis pada sistem pembuluh darah dan sistem saraf perifer.10
Perubahan patologis pada sistem pembuluh darah dan sistem saraf perifer, dapat
berupa microangiopathy dan macroangiopathy. Kedua kelainan pada pembuluh darah
ini merupakan salah satu penyebab yang paling sering dijumpai dalam komplikasi
diabetes mellitus.8
A. Komplikasi Akut 14
a. Hipoglikemia
Dimana kadar gula darah < 60 mg/ dl dan merupakan komplikasi yang biasa dari
diabetes yang menggunakan insulin. Hipoglikemia dapat disebabkan oleh perasaan
lapar yang tinggi, diikuti dengan iritabilitia, takikardia, palpitasi, keringat dingin,
pengurangan kemampuan mental dan diikuti dengan kegelisahan dan koma jika tidak
dirawat.
b. Diabetik Ketoasidosis
Simtom meliput i demam, malaise, sakit kepala, mulut kering, poliuria,
polidipsia, nausea, vomitus, sakit perut dan lesu.
c. Hipersomolar hiperglikemia non ketotik sindrom
Kondisi akut dari hiperglikemia (lebih cair 600 mg/dl) dengan tidak adanya
keton ditemukan pada diabetes mellitus tipe II, penderita memerlukan terapi insulin
dan cairan untuk menyempurnakan perawatan.

B. Komplikasi Kronis 14
a. Diabetik retinopati
Rusaknya pembuluh darah pada retina yang merupakan jaringan sensitif
cahaya di belakang mata yaitu berperan mengartikan cahaya kedalam impuls elektrik
yang diinterpretasikan sebagai penglihatan oleh otak.
5

b. Katarak
Katarak adalah kristalisasi lensa yang opak sebagai hasil dari pengaburan
penglihatan normal. Penderita diabetes dua kali lebih besar terkena katarak
dibandingkan dengan yang non diabetes. Katarak cenderung berkembang pada usia
pertengahan.
c. Glaucoma
Penyakit ini timbul ketika terjadi peningkatan tekanan cairan didalam mata yang
memicu terjadinya kerusakan saraf mata secara progresif. Penderita orang dengan
diabetes 2 kali lebih besar keyakinan terkena glaucoma dibandingkan dengan yang
non diabetes.
d. Diabetic neuropati
Kerusakan saraf dengan karakteristik sakit dan kelemahan pada kaki sehingga
kehilangan atau penurunan sensasi di kaki, dan pada beberapa kasus terjadi pada
tangan. Tanda awal dari penyakit ini adalah kekakuan, sakit, atau perasaan geli pada
kaki dan tangan.
e. Diabetik nefropati
Merupakan stadium akhir dari penyakit ginjal. Setelah mengidap diabetes
selama 15 tahun, satu sampai tiga orang penderita tipe 1 diabetes mellitus
berkembang menjadi penyakit ginjal. Diabetes merusak pembuluh darah kecil
di ginjal sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyaring kotoran yang
kemudian diekresikan melalu urin. Penderita dengan gangguan ginjal harus melakukan
transplantasi ginjal atau cuci darah.
f. Stroke
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama, merokok, dan tingginya
tingkat kolesterol LDL yang tinggi adalah sebagai penyebab lainnya.
g. Penyakit kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular adalah komplikasi yang biasa terlihat pada penderita
diabetes. Arterosklerosis adalah terpenting dari semua komplikasi kronis karena
merupakan 80 % dari penyebab kematian penderita diabetes.
h. Penyakit vaskular perifer
Penyakit ini 4 kali lebih besar dibanding yang non diabetes. Disebabkan oleh
ulser yang tidak dirawat, sakit, dan amputasi pada orang dengan atau tanpa diabetes.
6

Faktor resiko meliputi hipertensi, merokok, hiperlipidemia, obesitas, dan riwayat


keluarga.
i. Komplikasi dental
Dihubungkan dengan kontrol glikemik yang buruk. Beberapa diantaranya adalah
penyakit periodontal, xerostomia dan infeksi.

2.1.3 Diabetes Mellitus Tipe II


2.1.3.1 Definisi
Diabetes mellitus tipe-II dikenal sebagai diabetes mellitus pada orang dewasa,
biasanya muncul setelah umur diatas 35 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi karena
adanya perubahan pada sel pankreas dalam menghasilkan insulin yang disertai
adanya perubahan struktur molekuler pada membran reseptor insulin, sehingga
insulin tidak dapat bekerja dengan baik.16,17 Insulin adalah hormon yang dihasilkan
oleh sel-sel khusus (sel beta) dari pankreas, selain membantu glukosa memasuki sel-
sel, insulin juga penting dalam mengatur peningkatan glukosa dalam darah. Setelah
makan, kadar glukosa darah akan meningkat dan untuk mengatasi peningkatan kadar
glukosa, biasanya pankreas melepaskan lebih banyak insulin ke dalam aliran darah
untuk membantu glukosa memasuki sel-sel dan menurunkan kadar glukosa
darah setelah makan. Ketika kadar glukosa darah diturunkan, maka pelepasan insulin
dari pankreas dihentikan. Ini dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia).10

2.1.3.2 Etiopatogenesis
Diabetes mellitus tipe II juga disebut sebagai Non-Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM), Pada diabetes mellitus tipe II, insulin diproduksi, tetapi
tidak dapat digunakannya secara adekuat, terutama pada pasien yang mengalami
resistensi insulin. Pada beberapa kasus, biasanya insulin diproduksi cukup banyak,
hanya kemudian menjadi masalah ketika sel-sel tubuh seperti sel lemak dan sel otot
kurang peka terhadap insulin.
Diabetes mellitus tipe II dapat disebabkan berkurangnya insulin yang dihasilkan
dari beta sel dan merupakan faktor utama diabetes mellitus tipe II yang pada akhirnya
memerlukan terapi insulin. Hati pada pasien diabetes mellitus akan terus memproduksi
7

glukosa melalui proses yang disebut glukoneogenesis meskipun kadar glukosa sudah
meningkat.10
Pada keadaan diabetes mellitus tipe II, jumlah insulin bisa normal, bahkan

lebih banyak, tetapi jumlah reseptor insulin dipermukaan sel kurang. Pada
diabetes mellitus tipe II juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi
kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di
samping penyebab di atas, diabetes mellitus juga bisa terjadi akibat gangguan
transport glukosa di dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk
metabolisme energi.

Gambar 2.1: Skema etiopatogenesis diabetes mellitus tipe II

2.1.3.3 Tanda dan Gejala Umum


Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak
disadari oleh penderita. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat
perhatian ialah10,14 :
8

Keluhan Klasik :
o Penurunan berat badan (BB)
o Poliuria
o Polidipsia
o Polifagia
Keluhan lain
o Gangguan saraf tepi / kesemutan
o Gangguan penglihatan
o Gatal / Bisul
o Gangguan Ereksi
o Keput ihan

2.1.3.4 Diagnosa
Diagnosis diabetes mellitus dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika
keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus. Kedua, dengan
pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh
pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis diabetes
mellitus. Ketiga dengan Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Meskipun TTGO
dengan beban 75g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan
glukosa plasma puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk
dilakuka n berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan.7
Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, atau penderita yang tidak
mau berkerjasama akan timbul manifestasi oral yang berupa xerostomia, sindroma
mulut terbakar, meningkatnya insidensi dan keparahan penyakit
periodontal, perubahan flora rongga mulut yang didominasi oleh jamur
kandida albikans dan luka bekas pencabutan gigi yang tidak sembuh-sembuh.
Pasien yang mengetahui dirinya menderita diabetes mellitus harus diketahui
jenis diabetes yang dideritanya, perawatan yang pernah dilakukan, kontrol yang
memadai pada diabetesnya. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, pasien dapat
dikelompokkan ke dalam kategori kelompok resiko spesifik, yaitu11 :
9

a. Pasien dengan resiko rendah (Low Risk)


Pada penderita dengan resiko rendah, yaitu kontrol metaboliknya baik dengan
obat-obatan yang dalam keadaan stabil, asimtomatik, tidak ada komplikasi
neurologic, vascular maupun infeksi, kadar gula darah puasa < 200mg/dL dan kadar
HbA1c< 7%.

b. Pasien dengan resiko menengah (Moderate Risk)


Pasien ini memiliki simtom yang sama namun, berada dalam kondisi
metabolik yang seimbang. Tidak terdapat riwayat hipoglikemik atau ketoasidosis, dan
komplikasi diabetes yang terlihat. Glukosa darah puasa tidak lebih dari 250 mg/dL.
Pasien dengan konsentrasi HbA1c sekitar 7-9%.

c. Pasien dengan resiko tinggi (High Risk)


Pada tipe penderita dengan resiko tinggi, memilik banyak komplikasi dan
kontrol metaboliknya sangat buruk, seringkali mengalami hipoglikemi atau
ketoasidosis dan sering membutuhkan injeksi insulin. Glukosa darah puasa dapat
meningkat tajam, terkadang melampaui 250 mg/dL. Pasien dengan konsentrasi
HbA1c lebih dari 9% dan kontrol glukosanya yang buruk dalam waktu jangka
panjang dan mempunyai resiko yang tinggi terhadap perawatan gigi dan mulut. Oleh
karena itu, dengan pemeriksaan intra oral dapat menjadi salah satu cara yang dapat
menunjang diagnosis awal untuk mengetahui apakah seseorang menderita penyakit
diabetes mellitus atau tidak.

2.2 Hubungan Diabetes Mellitus dengan Kesehatan Gigi dan Rongga Mulut
Pada Diabetes Melitus dengan kondisi kebersihan mulut yang jelek dan adanya
angiopati diabetik menyebabkan suplai oksigen berkurang sehingga bakteri anaerob mudah
berkembang. Karies gigi terjadi oleh karena bakteri-bakteri tertentu yang mempunyai sifat
membentuk asam, sehingga pH rendah dapat menyebabkan pelarutan progresif mineral
enamel secara perlahan dan membentuk fokus perlubangan.4
Pasien dengan Diabetes Mellitus lama yang tidak terkontrol akan berpengaruh
pada karies gigi, karena bertambahnya karbohidrat yang dapat difermentasikan di dalam
saliva penderita dan merupakan medium yang sesuai untuk pembentukan asam sehingga
memudahkan terjadinya karies.
10

Karena di mulut ada jutaan bakteri yang dibutuhkan (flora normal). Tetapi ada bakteri-
bakteri tertentu yang disebut bakteri periodonpatik, karena bakteri ini khas terdapat pada
jaringan periodontal atau disebut bakteri gram negatif yang anaerob (bakteri yang mampu
hidup tanpa oksigen).
Penderita Diabetes Melitus bila mengalami periodontitis lebih parah daripada orang
yang sehat, dikarenakan daya tahan tubuh penderita Diabetes Melitus lebih rendah
dibandingkan orang sehat. Sel-sel pertahanan tubuh (monocyt, neutrophil, dan
makrofag) juga fungsinya melemah.4
Pada saat mulut mengalami periodontitis sel-sel pertahanan tubuh akan mengeluarkan
TNF-alfa (Tumor Necrosis Factor). Menurut lembaga kesehatan AS, Mayo Clinic, protein ini
berfungsi memobilisasi sel darah putih untuk melawan infeksi dan antigen lainnya.
Sayangnya, hal ini mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Karena tubuh jadi
tidak mampu memanfaatkan insulin yang diproduksi pankreas.
11

2.3 Manifetasi Klinis Diabetes Mellitus pada Rongga Mulut


A. Xerostomia (Mulut Kering)
Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air liur),
sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di mana alirannya
dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari dalam mulut. Jadi
bila aliran saliva menurun maka akan menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman, lebih
rentan untuk terjadinya ulserasi (luka), lubang gigi, dan bisa menjadi ladang subur bagi
bakteri untuk tumbuh dan berkembang.
Pada penderita diabetes salah satu tandanya adalah Poliuria, dimana penderita banyak
buang air kecil sehingga cairan di dalam tubuh berkurang yang dapat mengakibatkan jumlah
saliva berkurang dan mulut terasa kering, sehingga disarankan pada penderita untuk
mengkonsumsi buah yang asam sehingga dapat merangsang kelenjar air liur untuk
mengeluarkan air liur.6

B. Gingivitis dan Periodontitis


Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang).
Selain merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya
pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh.
Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi,
Sedangkan periodontitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Dan hal ini
menjadi lebih berat dikarenakan infeksi bakteri pada penderita Diabetes lebih berat.
Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang memperberat periodontitis,
di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan faktor sistemik atau kondisi tubuh
secara umum. Rusaknya jaringan Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang
menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang. Angka kasus penyakit periodontal di
masyarakat cukup tinggi meski banyak yang tidak menyadarinya, dan penyakit ini merupakan
penyebab utama hilangnya gigi pada orang dewasa. Dari seluruh komplikasi Diabetes
Melitus, Periodontitis merupakan komplikasi nomor enam terbesar di antara berbagai macam
penyakit dan Diabetes Melitus adalah komplikasi nomor satu terbesar khusus di rongga
mulut. Hampir sekitar 80% pasien Diabetes Melitus gusinya bermasalah. Tanda-tanda
periodontitis antara lain pasien mengeluh gusinya mudah berdarah, warna gusi menjadi
mengkilat, tekstur kulit jeruknya (stippling) hilang, kantong gusi menjadi dalam, dan ada
kerusakan tulang di sekitar gigi, pasien mengeluh giginya goyah sehingga mudah lepas. Hal
12

tersebut diakibatkan berkurangnya jumlah air liur, sehingga terjadi penumpukan sisa makanan
yang melekat pada permukaan gigi dan mengakibatkan gusi menjadi infeksi dan mudah
berdarah.3

C. Stomatitis Apthosa (Sariawan)


Meski sariawan biasa dialami oleh banyak orang, namun penyakit ini bisa
menyebabkan komplikasi parah jika dialami oleh penderita diabetes. Penderita Diabetes
sangat rentan terkena infeksi jamur dalam mulut dan lidah yang kemudian menimbulkan
penyakit sejenis sariawan. Sariawan ini disebabkan oleh jamur yang berkembang seiring
naiknya tingkat gula dalam darah dan air liur penderita diabetes.

D. Rasa Mulut Terbakar (Burning Sensation)


Penderita diabetes biasanya mengeluh tentang terasa terbakar atau mati rasa
pada mulutnya. Biasanya, penderita diabetes juga dapat mengalami mati rasa pada bagian
wajah.

E. Infeksi Jamur
Penderita diabetes yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk memerangi infeksi
sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah. Apalagi penderita diabetes yang
merokok, risiko terjadinya infeksi jamur jauh lebih besar.
Oral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang disebabkan oleh
jamur, sejumlah kecil jamur candida ada di dalam mulut. Pada penderita Diabetes Melitus
kronis dimana tubuh rentan terhadap infeksi sehingga sering menggunakan
antibiotik dapat mengganggu keseimbangan bakteri di dalam mulut yang mengakibatkan
jamur candida berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkant thrush. ditandai dengan
adanya lapisan putih kekuningan pada lidah, tonsil maupun kerongkongan.

F. Karies Gigi
Diabetes Mellitus bisa merupakan faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya
dan jumlah dari karies. Keadaan tersebut diperkirakan karena pada diabetes aliran
cairan darah mengandung banyak glukosa yang berperan sebagai substrat kariogenik.2
Karies gigi dapat terjadi karena interaksi dari 4 faktor yaitu gigi, substrat , bakteri dan
waktu. Pada penderita Diabetes Melitus telah diketahui bahwa jumlah air liur
13

berkurang sehingga makanan melekat pada permukaan gigi, dan bila yang melekat adalah
makanan dari golongan karbohidrat bercampur dengan bakteri yang ada pada
permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman didalam
mulut menurun, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lubang atau caries gigi.

2.1.4 Tatalaksana
Diabetes mellitus bukan merupakan penyakit yang dapat disembuhkan, dan terapi
yang dilakukan adalah dengan tujuan untuk menormalkan kadar gula darah, untuk mencegah
terjadinya komplikasi dari penyakit diabetes mellitus tersebut.
Pengelolaan diabetes mellitus tipe II ini dimulai dengan13,14:

 Pengaturan makan (diet) dan latihan jasmani


Pengaturan makan (diet) dan latihan jasmani selama beberapa waktu(2-4
minggu) tujuannya untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah. Setiap makanan
yang mengandung karbohidrat(khususnya gula) merupakan hal yang paling beresiko
meningkatkan kadar gula darah.
 Intervensi farmakologis
Apabila kadar glukosa darah belum mencapai batas normal, dilakukan intervensi
farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada
keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung
kombinasi, sesuai indikasi. Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran
glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani dan
terbagi atas tiga yaitu 5,7,12,14:

 Obat Hipoglikemik Oral (OHO)


Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan :
o Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid.
o Penambahan sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion.
o Penghambat glukoneogenesis (metformin)
o Penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa.
14

Terapi insulin
o Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi basal dan sekresi prandial.
Terapi insulin diupayakan mampu meniru pola sekresi insulin yang
fisiologis.
o Terapi insulin dapat diberikan secara tunggal (satu macam) berupa :
insulin kerja cepat (rapid insulin), kerja pendek (short acting), kerja
menengah (intermediate acting), kerja panjang (long acting) atau insulin
campuran tetap (premixed insulin).
o Terapi insulin tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan respons individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah harian.

 Terapi Kombinasi.
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan
OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula
diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO
dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinik di mana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai dipilih, terapi dengan kombinasi tiga OHO. Untuk
kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah kombinasi OHO dan
insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada
malam hari menjelang tidur.
Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali
glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin
kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian
dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan
harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih
tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan dan diberikan insulin saja.
5,7,12,14
15

 Pengetahuan Tentang Pemantauan Mandiri


Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan
cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien, sedangkan pemantauan kadar
glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
5,7,12,14

Diabetes mellitus tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan
perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdaya penyandang diabetes
memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan
mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai
keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprenhensif dan upaya
peningkatan motivasi. 5,7,12,14

 Terapi Gizi Medis (TGM)


Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes
secara total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari
anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri).
Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan kebutuhannya
guna mencapai sasaran terapi. Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes
hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan
dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan. 5,7,12,14

 Kegiatan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes mellitus tipe II. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa
latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-
malasan.5,7,12,14
16

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Kerjasama antara dokter dan dokter gigi amat diperlukan dalam menangani
penderita diabetes mellitus khususnya dalam merencanakan perawatan penyakit
mulut dan penyakit sistemiknya untuk mencegah komplikasi akut atau kronis.
Diabetes mellitus bukan suatu hambatan untuk setiap tindakan perawatan dalam
kedokteran gigi, sebaiknya dokter gigi mengetahui kadar glukosa darah pasien
sebelum melanjutkan prosedur dental.

Di sini dapat disimpulkan manifestasi di rongga mulut pada penyakit


diabetes mellitus tipe II berupa penyakit periodontal, gingivitis, xerostomia, infeksi
oral akut, kandidiasis dan juga sindroma mulut terbakar tetapi jarang. Manifestasi
rongga mulut pada penderita diabetes mellitus tipe II bisa sudah terjadi dalam waktu
yang lama dan tidak terkontrol. Maka seorang dokter gigi harus memberi perhatian
lebih pada gambaran klinis di rongga mulut untuk mendeteksi awal penyakit
diabetes mellitusnya dan seterusnya merujuk ke dokter yang spesialis.
17

DAFTAR PUSTAKA

1. Debora, E; Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Rongga Mulut. Dep.Ilmu Penyakit


Gigi dan Mulut FK UKRIDA .MEDITEK. hal.24-31
2. Schuurs HB. Patologi gigi-geligi, kelainan-kelainan jaringan keras gigi. Yogyakarta;
UGM, 1992; 135-152.
3. E.Desmond Farmer, Dental Deases,Fifth edition E & S Living stone Ltd
4. Respati, Titi Nindya.Iwanda.Hubungan diabetes mellitus dengan karies gigi
.Semarang; UNDIP,2006.

5. Diana W.Guthrie and Richard A. Gutrie, The Diabetes Sourcebook.5th ed. New York:
McGraw Hill Co, 2004: 7-19
6. Robert, P.Langlais, Graig S. Miller , Kelainan Rongga Mulut, Hipokrates 1992
7. Konsensus Pengelolaaln dan Pencegahan Diabets Melitus Tipe 2 di
Indonesia,2006.Available at http://www.scribd.com/doc/5060272/Konsensus-
Penge lolaaln-dan- Pencegahan-Diabets-Melit us-Tipe -2-di-Indonesia-2006.html. 20-8-
2010
8. Ship JA. Diabetes and oral health. JADA. 2003; 134: 4-10
9. Bricker SL, Langlais RP, et al. Oral diagnosis, oral medicine, and treatment

planning. 2nd ed. Philadelphia: Lea & Febiger, 1994: 450-460


10. Little JW, Falare DA, Miller CS, Rhodus NL. Dental management of the

medically compromised patient. 6th ed. St.

11. Sonis ST. Fazio RC. Fang L. Principles and practice of oral medicine. 2ndedition.
WB Saunders. Phyladelphia. 1995 : 131-145

12. Inzucchi S. Porte Jr D. Sherwin RS. Baron A. The Diabetes Mellitus Manual.6th ed.
The McGraw-Hill Companies, Inc. 2005.
13. http: //www.diabetesmellitus-information.com/diabetes-causes.htm
14. 25. Sidartawan Soegondo, et al. penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. UI Press. Jakarta 2004

Anda mungkin juga menyukai