Anda di halaman 1dari 18

Pemeriksaan dan Nilai Normal TTV pada Ibu Hamil

Posted by V IA TJ AHJAD I on 3 J UN I 201 7


I. TTV

HR , tekanan darah=

RR = Pada ibu hamil mengalami hiperventilasi sehingga pernapasan pada ibu hamil lebih dalam dan panjang.
Hal ini menyebabkan frekuensi pernapasan menurun menjadi 14-15 kali per menit sedankangkan pada
pernafasan normal 16-20 kali per menit.
Suhu = Ibu hamil sehat memiliki suhu tubuh antara 36-37,50C. Suhu tubuh lebih dari 37,50C dikatakan
demam yang merupakan manifestasi dari infeksi kehamilan. Demam juga merupakan tanda dehidrasi atau
kurang cairan.
II. PEMERIKSAAN
1. K-1 ( Kunjungan Pertama )
Kunjungan pertama adalah kunjungan/ kontak pertama ibu hamil dengan petugas
kesehatan pada trimester pertama selama masa kehamilan yang dimaksudkan untuk
diagnosis kehamilan. Jenis pemeriksaan pada kunjungan pertama kehamilan yaitu:
1.1. Tes Kehamilan
Tes kehamilan dilakukan berdasarkan produksi Human Chorionic
Gonadotropin (HCG), yang merupakan produk sinsitiotropoblast, lapisan luar
tropoblast. Sinsitiotropoblast berdiferensiasi dan menyekresi HCG saat tropoblast
masuk ke dalam endometrium kemudian berimplantasi. HCG tidak mungkin dapat
dideteksi dalam plasma ibu atau urine hingga implantasi terjadi. Karena variasi durasi
siklus biasanya disebabkan oleh jumlah hari dari awal menstruasi hingga ovulasi dan
waktu implantasi bervariasi dari 6 hingga 12 hari setelah ovulasi, maka HCG bisa
dideteksi, bisa juga tidak terdeteksi, pada hari-hari pertama wanita terlambat haid. Tes
kehamilan dilakukan berdasarkan deteksi HCG. Beberapa tes kehamilan dinyatakan
lebih akurat bila dilakukan pada hari pertama terlambat datang haid. Namun, pada
10% wanita, implantasi tidak terjadi pada hari pertama terlambat haid sehingga
biasanya hasil tes akan menunjukkan negatif palsu jika dilakukan pada waktu
tersebut. Sebaliknya jumlah kehamilan yang dideteksi sangat dini pada akhirnya
mengalami keguguran spontan yang sangat dini juga.
Human Chorionic Gonadotropin disekresi kedalam sirkulasi darah ibu
sehingga terdapat di dalam plasma. Kemudian HCG akan diekresi melalui urine ibu.
Tes-tes yang paling sensitif, seperti pengujian immunoradiometrik, dapat mendeteksi
HCG, baik yang terdapat di dalam plasma maupun urine pada hari pertama setelah
implantasi atau 8-9 hari setelah ovulasi atau 8-11 hari setelah konsepsi. Setelah itu,
kadar HCG akan meningkat berkali lipat, 2x lipat kurang lebih setiap 2 hari hingga
mencapai puncaknya setelah sekitar 8,5-10 minggu gestasi sejak hari pertama haid
terakhirnya.
Secara keseluruhan tes kehamilan immunologis sama akuratnya dengan tes-tes
kehamilan biologis (95-98%), meski keakuratan dapat bervariasi tergantung pada tes
yang dilakukan dan apakah upaya dilakukan untuk memastikan bahwa tes
dilaksanakan pada waktu gestasi yang tepat. Karena tes kehamilan tidak dapat
memberi hasil akurat 100% dan hasilnya dianggap sebagai salah satu dugaan
kehamilan, maka hasil tes kehamilan harus dievaluasi dengan mempertimbangkan ada
tidaknya tanda-tanda kehamilan yang lain.
1.2.HPHT
HPHT adalah tanggal terjadinya haid pertama kali dalam siklus haid terakhir
kali sebelum terjadi kehamilan. Misalnya, bulan september kemarin seorang wanita
mengalami haid terakhir kali sebelum mendapati tanda-tanda awal kehamilan. Atau
kita ambil contoh haid tersebut terjadi mulai tanggal 1-28 september. Maka HPHT
wanita tersebut adalah 01-09-2014.
HPHT ini bisa dipakai untuk mengetahui usia kehamilan seorang wanita
sesudah melakukan tes pack dan seorang wanita dinyatakan hamil maka cara
menggunakan rumus Neagle tersebut adalah:
Rumus Neagle = (hari +7), (bulan -3), (tahun +1)
Dari contoh diatas kita dapatkan HPHT tanggal 01-09-2014 maka kita bisa
memperkirakan tanggal persalinan akan berlangsung pada:
Rumus = (hari +7), (bulan 3), (tahun +1)̶
= (1+7), ( 9 3), (2014+1)̶
= 08-06-2015
Kita mendapatkan tanggal prediksi kelahiran bayi pada tanggal 08-06-2015. Tanggal
ini akan menjadi dasar penentuan usia kehamilan tergantung kapan kita
menghitungnya.
1.3.Pemeriksaaan laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis
golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah
yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada
trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh
kembang janin dalam kandungan
c. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua
dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya
proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya
pre-eklampsia pada ibu hamil
d. Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan pemeriksaan
gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali
pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir
trimester ketiga)
1.4.Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dilakukan dengan pemeriksaan lengkap yang
bertujuan untuk mendeteksi masalah fisik yang mempengaruhi kehamilan ibu.
Pemeriksaan fisik yang meliputi pengkajian pada tanda-tanda vital, sistem
kardiovaskuler, sistem muskuloskletal, sistem neurologi, sistem integumen, sistem
endokrin, sistem gastrointestinal, sistem urinarius, sistem reproduksi.
a. Keadaan umum: apakah ibu hamil terlihat lemah, baik, cukup
b. Tanda-tanda vital
1) Suhu
2) Nadi
3) Pernafasan
4) Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi pada ibu hamil (tekanan darah > 140/90 mmHg).
Kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai
bawah dan atau proteinuria). Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai dasar
selama masa kehamilan, tekanan darah yang adekuat perlu untuk
mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140 mmHg atau
diastolik 90 mmHg pada saat awal pemeriksaan dapat mengindikasi potensi
hipertensi
5) Berat badan dan tinggi badan
c. Kepala
1) Wajah: apakah ibu terlihat pucat, sianosis
2) Rambut: nilai kebersihan, rontok atau tidaknya rambut ibu
3) Ada tidaknya chloasma gravidarum
4) Pupil
5) Reaksi cahaya: apakah positif atau negatif
6) Konjungtiva: apakah terlihat pucat, merah muda, hiperemi
7) Sklera: apakah terlihat putih, ikterus atau ada perdarahan
8) Mulut dan gigi: apakah ada karies, stomatitis, perdarahan pada gusi
9) Lidah: nilai apakah bersih atau tidak
10) Telinga: apakah ada perdarahan, serumen
d. Leher
Nilai apakah ada pembesaran pada kelenjar tiroid, vena jugularis dan kelenjar limfe
e. Dada
1) Apakah ada tarikan atau tidak
2) Bentuk: simetris atau asimestris
3) Auskultasi paru: apakah vesikuler, ada wheezing, dan ronkhi
4) Auskultasi jantung
5) Mammae: apakah ada peradangan, benjolan, lihat pembesaran mammae
apakah simetris atau asimetris
6) Puting susu; apakah bentuk puting susu menonjol, datar, masuk, nilai
kebersihannya
f. Abdomen
Inspeksi ada tidaknya linea alba, striae albicans, striae lividae, bekas
luka operasi
g. Vulva/vagina
Nilai kebersihannya, apakah ada varices, hematoma, flour albus, bau
dan luka
1.5.Pemeriksaan bimanual
Pemeriksaan bimanual dipakai untuk palpasi uterus dan adneksanya. Pada
pemeriksaan ini, tangan diletakkan di dalam vagina dan pada abdomen dan struktur
pelvis di palpasi diantara kedua tangan itu. Pemilihan tangan mana yang dimasukan
ke dalam vagina tergantung pemeriksanya. Biasanya tangan kanan dimasukkan ke
dalam vagina dan tangan kiri melakukan palpasi abdomen. Pemeriksaan bimanual
pada kunjungan pertama kehamilan:
a. Tanda Chadwick
Merupakan warna kebiruan atau keunguan pada vulva dan mukosa vagina,
termasuk lubang vagina pada serviks.
b. Tanda Goodell
Adalah pelunakan serviks dari yang tadinya sekeras ujung hidung pada kondisi
tidak hamil melunak menjadi seperti bibir pada kondisi hamil.
c. Tanda Hegar
Merupakan kondisi istmus menjadi lunak dan mudah tertekan. (Varney, 2006: 496)
Cara pemeriksaannya 2 jari dari tangan dalam diletakkan dalam fornix posterior
dan tangan satunya pada dinding perut depan di atas symfisis maka istmus uteri
sedemikian lunaknya seolah-olah corpus uteri tidak berhubungan dengan serviks.
d. Ballotemen
Adalah pantulan yang terjadi ketika jari pemeriksa mengetuk janin yang
mengapung dalam uterus, menyebabkan janin berenang, mengapung dalam
posisinya.
Pada usia kehamilan 16-29 minggu janin itu lebih kecil dibandingkan dengan
banyaknya air ketuban, maka kalau rahim di dorong dengan tiba-tiba atau di
goyangkan maka anak melenting di dalam rahim, tanda ini disebut juga
ballotemen.
Ballottemen ini dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar maupun dengan jari
yang melakukan pemeriksaan dalam. Demikian berharga gejala ini hingga oleh
beberapa ahli, ballottement di dalam rahim dianggap sebagai tanda pasti.
Ballottement di di luar rahim dapat di timbulkan oleh tumor-tumor bertangkai
dalam ascites seperti fibroma ovarii. Karena seluruh badan janin yang melenting
maka ballottement semacam ini disebut ballottement in toto untuk membedakannya
dengan ballottement yang ditimbulkan oleh kepala saja pada kehamilan yang lebih
tua.
2. K-2 (Kunjungan Kedua)
Kunjungan ke-2 kehamilan adalah kunjungan/ kontak kedua ibu hamil dengan petugas
kesehatan pada trimester kedua selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama untuk
menilai resiko kehamilan atau cacat bawaan. Jenis pemeriksaan pada kunjungan ke-2
kehamilan yaitu:
2.1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dilakukan dengan pemeriksaan lengkap yang
bertujuan untuk mendeteksi masalah fisik yang mempengaruhi kehamilan ibu.
Pemeriksaan fisik yang meliputi pengkajian pada tanda-tanda vital, sistem
kardiovaskuler, sistem muskuloskletal, sistem neurologi, sistem integumen, sistem
endokrin, sistem gastrointestinal, sistem urinarius, sistem reproduksi.
a. Keadaan umum: apakah ibu hamil terlihat lemah, baik, cukup
b. Tanda-tanda vital
1) Suhu
2) Nadi
3) Pernafasan
4) Tekanan darah
5) Berat badan dan tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat
badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1
kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan
masa tubuh (BMI : Body Massa Indeks), dimana metode ini untuk menentukan
pertambahan berat badan yang optimal selama masa kehamilan. Mengetahui
BMI wanita hamil merupakan hal yang penting.
Total pertambahan berat badan NORMAL pada kehamilan yang normal adalah 11,5-16 kg.
Adapun tinggi badan menentukan ukuran panggul ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu
hamil yaitu >145 cm.
Berat badan dilihat dari Quetet atau Body mass indeks (Indek Masa Tubuh
= IMT). Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan
dengan abnormalitas kehamilan, berat badan lahir rendah. Sedangkan berat
badan overweight meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan
seperti hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan.
Penilaian indeks masa tubuh diperoleh dengan rumus :
IMT ibu hamil = BB sebelum hamil (kg) DIBAGI TB kuadrat (m)
6) Lila (Lingkar Lengan Atas)
Pengukuran antropometri status gizi selama kehamilan yang biasa
dilakukan adalah tinggi badan, berat badan sebelum hamil, pertambahan berat
badan selama hamil, pengukuran skinfold dan lingkar lengan yang
menggambarkan status gizi seorang wanita yang sering hamil. Selain itu
mengambarkan perubahan-perubahan status gizi selama kehamilan adalah
dengan skinfold, lingkar lengan dan pertambahan berat badan selama
kehamilan, karena bisa dihubungkan dengan perubahan status gizi kehamilan.
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu
hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung
lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil
dengan KEK akan dapat melahirkanbayi berat lahir rendah (BBLR)
Nilai Indek Masa Tubuh (IMT) <20 pada ibu mempengaruhi ukuran
Lingkar Lengan Atas (LILA) . Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan
atas pada wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm. Jika ukuran
lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm maka interprestasinya adalah kurang
energy kronis (KEK)
c. Kepala
1) Wajah: apakah ibu terlihat pucat, sianosis
2) Rambut: nilai kebersihan, rontok atau tidaknya rambut ibu
3) Ada tidaknya chloasma gravidarum
4) Pupil
5) Reaksi cahaya: apakah positif atau negatif
6) Konjungtiva: apakah terlihat pucat, merah muda, hiperemi
7) Sklera: apakah terlihat putih, ikterus atau ada perdarahan
8) Mulut dan gigi: apakah ada karies, stomatitis, perdarahan pada gusi
9) Lidah: nilai apakah bersih atau tidak
10) Telinga: apakah ada perdarahan, serumen
d. Leher
Nilai apakah ada pembesaran pada kelenjar tiroid, vena jugularis dan kelenjar
limfe
e. Dada
1) Apakah ada tarikan atau tidak
2) Bentuk: simetris atau asimestris
3) Auskultasi paru: apakah vesikuler, ada wheezing, dan ronkhi
4) Auskultasi jantung
5) Mammae: apakah ada peradangan, benjolan, lihat pembesaran mammae apakah
simetris atau asimetris
6) Puting susu: apakah bentuk puting susu menonjol, datar, masuk, nilai
kebersihannya
7) Abdomen: inspeksi ada tidaknya linea alba, striae albicans, striae lividae, bekas
luka operasi
Pembesaran uterus memanjang atau melintang, apakah terlihat gerakan anak
Palpasi
Dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan usia
kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan secara
palpasi dilakukan dengan menggunakan metode Leopold, yakni:
a) Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa
yang ada dalam fundus, dengan cara pemeriksa berdiri sebelah kanan dan
menghadap ke muka ibu, kemudian kaki ibu dibengkokkan pada lutut dan
lipat paha, lengkungkan jari-jari kedua tangan untuk mengelilingi bagian
atas fundus, lalu tentukan apa yang ada di dalam fundus (Gambar 11.3). bila
kepala sikafnya keras, bundar, dan melenting. Sedangkan bokong akan
lunak, kurang bundar, dan kurang melenting. Tinggi normal fundus selama
kehamilan dapat ditentukan sebagaimana Gambar 11,4.

b) Leopold II
Leopold II digunakan untuk menentukan letak punggung anak dan letak
bagian kecil pada anak. Caranya, letakkan kedua tangan pada sisi uterus,
dan tentukan di manakah bagian terkecil bayi (Gambar 11,5).
c) Leopold III
Leopold III digunakan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di
bagian bawah dan apakah bagian bawah anak sudah atau belum terpegang
oleh pintu atas panggul. Caranya, tekan dengan ibu jari dari jari tengah
pada salah satu tangan secara lembur dan masuk ke dalam abdomen pasien
di atas simfisis pubis. Kemudian peganglah bagian presentasi bayi, lalu
bagian apakah yang menjadi presentasi tersebut (Gambar 11,6).

—-> Gambar Leopold 3


Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Tinggi fundus uteri dapat dipergunakan untuk mengetahui usia
kehamilan dan menentukan berat janin dalam uterus.
Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simphisis pubis digunakan
sebagai salah satu indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan
janin. Pengukuran tinggi fundus uteri juga dapat dijadikan perkiraan usia
kehamilan. Tinggi fundus yang stabil/tetap atau menurun merupakan
indikasi adanya retardasi pertumbuhan janin, sebaliknya tinggi fundus yang
meningkat secara berlebihan mengindikasikan adanya jumlah janin lebih
dari satu atau kemungkinan adanya hidramnion.
Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus dilakukan dengan teknik
pengukuran yang konsisten pada setiap kali pengukuran dan dengan
menggunakan alat yang sama. Alat ukur ini dapat berupa pita/tali, atau
dengan menggunakan pelvimeter. Posisi yang dianjurkan pada saat
melakukan pengukuran adalah klien berbaring (posisi sipinasi) dengan
kepala sedikit terangkat (menggunakan satu bantal) dan lutut diluruskan.
Alat ukur (pita atau pelvimeter) diletakkan dibagian tengah abdomen dan
diukur mulai dari batas atassimphisis pubis hingga batas atas fundus. Alat
ukur tersebut diletakkan mengikuti kurve fundus. Cara pengukuran lain
yaitu dengan meletakkan alat ukur dibagian tengah abdomen dan diukur
mulai dari batas simphisis pubis hingga batas fundus tanpa mengikuti kurve
atabs fundus. Untuk mendapatkan ketepatan hasil pengukuran digunakan
Rumus McDonald’s (“McDonald’s rule).
Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan pada usia kehamilan
memasuki trisemester kedua dan ketiga. Tinggi Fundus Uteri dalam cm
untuk menentukan usia kehamilan (menurut Mc-Donald).
Rumus (Mc. Donald):
Tinggi Fundus Uteri (cm) DIBAGI 3,5 (cm) = Tuanya kehamilan
Tabel. Penentuan usia kehamilan menurut Mc-Donald
Tinggi Fundus Uteri (cm) Usia Kehamilan (bulan)
20 cm= 5 bln
23 cm = 6 bln
26 cm = 7 bln
30 cm = 8 bln
33 cm = 9 bln
TBBJ (Taksiran Berat Badan Janin)
Tinggi fundus uteri untuk menentukan berat janin dalam uterus. Untuk
menetapkan berat janin dalm uterus dapat dipergunakan
Rumus Johnson-Tausak, sebagai berikut :
Berat janin = (tingginya fundus uteri – 12) x 155 gram
Jika kepala janin telah masuk ke PAP , pengurangannya/rumusnya menjadi:
Berat janin = (tingginya fundus uteri – 11) x 155 gram
Perhitungan berat janin ini pun tidaklah sangat cepat mengingat beberapa
faktor ini :
1. Pertumbuhan janin bukan merupakan garis linier
2. Tebal tipisnya dinding abdomen
3. Pola makan berbeda. Rumus ini tentu tepat untuk masyarakat indonesia
karena tumbuh kembang janin yang sangat berbeda.
Menentukan Usia Kehamilan
– Menentukan umur kehamilan menurut perhitungan tingginya
fundusnya uteri secara internasional
– Menentukan umur kehamilan menurut hukum empat dari Barthoicmew
– Menentukan berat janin dalam rahim menurut rumus Johnson
– Kurang dari 12 minggu, belum dapat diraba di atas simfisis
– Akhir bulan III (minggu 12) fundus uteri teraba 1 sampai 2 jari di atas simfisis
– Akhir bulan IV (16 minggu) fundus uteri teraba dipertengahan antara simfisis dan pusat (umbilikus)
– Akhir bulan V (20 minggu) fundus uteri teraba 3 jari dibawah pusat
– Akhir bulan VI (24 minggu) fundus uteri teraba setinggi pusat
– Akhir bulan VII (28 minggu) fundus uteri 3 jari di atas pusat
– Akhir bulan VIII (32 minggu) fundus uteri teraba di pertengahan antara pusat dan prosesus xypoideus
– Akhir bulan IX (36 minggu) fundus uteri mencapai arkus kostarum atau teraba di 3 jari dibawah
prosesus xypoideus
– Akhir bulan X (40 minggu) fundus uteri teraba di pertengahan antara prosesus xypoideus dan pusat (3
jari dibawahnya)
 Bulan I: setinggi simfisis
 Bulan II: ¼ di atas simfisis
 Bulan III: 2/4 di atas simfisis
 Bulan IV: ¾ di atas simfisis
 Bulan V: setinggi pusat
 Bulan VI: ¾ di atas pusat
o Panjang antara simfisis pubis dan fundus uteri
dibagi 12,5 dalam gram, untuk kepala janin yang masih
di atas simfisis
o Untuk kepala janin yang telah masuk PAP,
pembagiannya 11,5 cm dalam skala gram.
Auskultasi: DJJ (Detak Jantung Janin)
Dilakukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk mendengarkan
bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta,
serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat di dengar pada akhir bulan ke-3.
Bunyi jantung anak dapat terdengar di kiri dan kanan di bawah tali pusat bila
presentasi kepala. Bila terdengar setinggi tali pusat, maka presentasi di daerah
bokong. Bila terdengar pada pihak berlawanan dengan bagian kecil, maka anak
fleksi dan bila sepihak maka defleksi.
Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-140 kali per menit. Bunyi
jantung dihitung dengan mendengarkannya selama 1 menit penuh. Bila kurang
dari 120 kali per menit atau lebih dari 140 per menit, kemungkinan janin dalam
keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat di dengarkan bising tali
pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim seperti bising yang frekuensinya
sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi
dan bising usus yang sifatnya tidak teratur
8) Vulva/vagina: nilai kebersihannya, apakah ada varices, hematoma, flour albus,
bau dan luka
9) Ekstremitas atas dan bawah
Apakah ada oedema, varices, refleks patela. Lihat bentuk kaki apakah simestris atau asimetris
3. K-3 (Kunjungan Ketiga)
Kunjungan ke-2 kehamilan adalah kunjungan/ kontak kedua ibu hamil dengan petugas
kesehatan pada trimester kedua selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama untuk
menilai resiko kehamilan atau cacat bawaan. Jenis pemeriksaan pada kunjungan ke-2
kehamilan yaitu:
3.1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dilakukan dengan pemeriksaan lengkap yang
bertujuan untuk mendeteksi masalah fisik yang mempengaruhi kehamilan ibu.
Pemeriksaan fisik yang meliputi pengkajian pada tanda-tanda vital, sistem
kardiovaskuler, sistem muskuloskletal, sistem neurologi, sistem integumen, sistem
endokrin, sistem gastrointestinal, sistem urinarius, sistem reproduksi.
a. Keadaan umum: apakah ibu hamil terlihat lemah, baik, cukup
b. Tanda-tanda vital
1) Suhu
2) Nadi
3) Pernafasan
4) Tekanan darah
5) Berat badan dan tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat
badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1
kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan
masa tubuh (BMI : Body Massa Indeks), dimana metode ini untuk menentukan
pertambahan berat badan yang optimal selama masa kehamilan. Mengetahui
BMI wanita hamil merupakan hal yang penting. Total pertambahan berat badan
pada kehamilan yang normal adalah 11,5-16 kg. Adapun tinggi badan
menentukan ukuran panggul ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik untuk
ibu hamil yaitu >145 cm.
Berat badan dilihat dari Quetet atau Body mass indeks (Indek Masa Tubuh
= IMT). Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan
dengan abnormalitas kehamilan, berat badan lahir rendah.Sedangkan berat
badan overweight meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan
seperti hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan.
6) Lila (Lingkar Lengan Atas)
Pengukuran antropometri status gizi selama kehamilan yang biasa
dilakukan adalah tinggi badan, berat badan sebelum hamil, pertambahan berat
badan selama hamil, pengukuran skinfold dan lingkar lengan yang
menggambarkan status gizi seorang wanita yang sering hamil. Selain itu
mengambarkan perubahan-perubahan status gizi selama kehamilan adalah
dengan skinfold, lingkar lengan dan pertambahan berat badan selama
kehamilan, karena bisa dihubungkan dengan perubahan status gizi kehamilan.
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining
ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung
lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil
dengan KEK akan dapat melahirkanbayi berat lahir rendah (BBLR)
Nilai Indek Masa Tubuh (IMT) <20 pada ibu mempengaruhi ukuran
Lingkar Lengan Atas (LILA) . Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan
atas pada wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm.Jika ukuran
lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm maka interprestasinya adalah kurang
energy kronis (KEK)
c. Kepala
1) Wajah: apakah ibu terlihat pucat, sianosis
2) Rambut: nilai kebersihan, rontok atau tidaknya rambut ibu
3) Ada tidaknya chloasma gravidarum
4) Pupil
5) Reaksi cahaya: apakah positif atau negatif
6) Konjungtiva: apakah terlihat pucat, merah muda, hiperemi
7) Sklera: apakah terlihat putih, ikterus atau ada perdarahan
8) Mulut dan gigi: apakah ada karies, stomatitis, perdarahan pada gusi
9) Lidah: nilai apakah bersih atau tidak
10) Telinga: apakah ada perdarahan, serumen
d. Leher
Nilai apakah ada pembesaran pada kelenjar tiroid, vena jugularis dan kelenjar limfe
e. Dada
1) Apakah ada tarikan atau tidak
2) Bentuk: simetris atau asimestris
3) Auskultasi paru: apakah vesikuler, ada wheezing, dan ronkhi
4) Auskultasi jantung
5) Mammae: apakah ada peradangan, benjolan, lihat pembesaran mammae apakah
simetris atau asimetris
6) Puting susu: apakah bentuk puting susu menonjol, datar, masuk, nilai
kebersihannya
7) Colostrum: apakah sudah keluar atau tidak
f. Abdomen: inspeksi ada tidaknya linea alba, striae albicans, striae lividae, bekas
luka operasi. Pembesaran uterus memanjang atau melintang, apakah terlihat
gerakan anak
Palpasi
Dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan usia kehamilan
serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan secara palpasi dilakukan
dengan menggunakan metode Leopold, yakni:
a) Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang
ada dalam fundus, dengan cara pemeriksa berdiri sebelah kanan dan
menghadap ke muka ibu, kemudian kaki ibu dibengkokkan pada lutut dan lipat
paha, lengkungkan jari-jari kedua tangan untuk mengelilingi bagian atas
fundus, lalu tentukan apa yang ada di dalam fundus (Gambar 11.3). bila kepala
sikafnya keras, bundar, dan melenting. Sedangkan bokong akan lunak, kurang
bundar, dan kurang melenting. Tinggi normal fundus selama kehamilan dapat
ditentukan sebagaimana Gambar 11,4.

b) Leopold II
Leopold II digunakan untuk menentukan letak punggung anak dan letak bagian
kecil pada anak. Caranya, letakkan kedua tangan pada sisi uterus, dan tentukan
di manakah bagian terkecil bayi (Gambar 11,5).
c) Leopold III
Leopold III digunakan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di bagian
bawah dan apakah bagian bawah anak sudah atau belum terpegang oleh pintu
atas panggul. Caranya, tekan dengan ibu jari dari jari tengah pada salah satu
tangan secara lembur dan masuk ke dalam abdomen pasien di atas simfisis
pubis. Kemudian peganglah bagian presentasi bayi, lalu bagian apakah yang
menjadi presentasi tersebut (Gambar 11,6).

d) Leopold IV
Leopold IV digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan
seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul. Caranya,
letakkan kedua tangan di sisi bawah uterus, lalu tekan ke dalam dan gerakan
jari-jari ke arah rongga panggul, di manakah tonjolkan sefalik dan apakah
bagian presentasi telah masuk (Gambar 11,7). Pemeriksaan ini tidak dilakukan
bila kepala masih tinggi. Pemeriksaan Leopold lengkap dapat dilakukan bila
janin cukup besar, kira-kira bulan VI ke atas.
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Tinggi fundus uteri dapat dipergunakan untuk mengetahui usia kehamilan
dan menentukan berat janin dalam uterus.
Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simphisis pubis digunakan sebagai
salah satu indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi fundus uteri juga dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan.
Tinggi fundus yang stabil/tetap atau menurun merupakan indikasi adanya
retardasi pertumbuhan janin, sebaliknya tinggi fundus yang meningkat secara
berlebihan mengindikasikan adanya jumlah janin lebih dari satu (kembar) atau
kemungkinan adanya hidramnion.
Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus dilakukan dengan teknik
pengukuran yang konsisten pada setiap kali pengukuran dan dengan
menggunakan alat yang sama. Alat ukur ini dapat berupa pita/tali, atau dengan
menggunakan pelvimeter. Posisi yang dianjurkan pada saat melakukan
pengukuran adalah klien berbaring (posisi sipinasi) dengan kepala sedikit
terangkat (menggunakan satu bantal) dan lutut diluruskan. Alat ukur (pita atau
pelvimeter) diletakkan dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas
atassimphisis pubis hingga batas atas fundus. Alat ukur tersebut diletakkan
mengikuti kurve fundus. Cara pengukuran lain yaitu dengan meletakkan alat
ukur dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas simphisis pubis
hingga batas fundus tanpa mengikuti kurve atabs fundus. Untuk mendapatkan
ketepatan hasil pengukuran digunakan rumus McDonald’s (“McDonald’s
rule).
Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan pada usia kehamilan
memasuki trisemester kedua dan ketiga. Tinggi Fundus Uteri dalam cm untuk
menentukan usia kehamilan (menurut Mc-Donald).
Tinggi fundus uteri untuk menentukan berat janin dalam uterus.Untuk
menetapkan berat janin dalm uterus dapat dipergunakan Rumus Johnson-
Tausak, sebagai berikut :
Berat janin = (tingginya fundus uteri – 12) x 155 gram
Jika kepala janin telah masuk ke PAP , pengurangannya/rumusnya menjadi:
Berat janin = (tingginya fundus uteri – 11) x 155 gram
Perhitungan berat janin ini pun tidaklah sangat cepat mengingat beberapa
faktor ini :
1. Pertumbuhan janin bukan merupakan garis linier
2. Tebal tipisnya dinding abdomen
3. Pola makan berbeda. Rumus ini tentu tepat untuk masyarakat indonesia
karena tumbuh kembang janin yang sangat berbeda.
DJJ (Detak Jantung Janin)
Dilakukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk mendengarkan
bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta,
serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat di dengar pada akhir bulan ke-3.
Bunyi jantung anak dapat terdengar di kiri dan kanan di bawah tali pusat bila
presentasi kepala. Bila terdengar setinggi tali pusat, maka presentasi di daerah
bokong. Bila terdengar pada pihak berlawanan dengan bagian kecil, maka anak
fleksi dan bila sepihak maka defleksi.
Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-140 kali per menit. Bunyi
jantung dihitung dengan mendengarkannya selama 1 menit penuh. Bila kurang
dari 120 kali per menit atau lebih dari 140 per menit, kemungkinan janin dalam
keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat di dengarkan bising tali
pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim seperti bising yang frekuensinya
sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi
dan bising usus yang sifatnya tidak teratur.
g. Pemeriksaan panggul
Teknik Pengukuran Panggul. Ada dua cara mengukur panggul yaitu:
1. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan dilakukan dengan jari pada usia kehamilan 36 minggu.
Caranya, dokter akan memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke
jalan lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang/promontorium.
Setelah itu, dokter akan menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga
promontorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu
tengah panggul. Melalui pemeriksaan ini kita akan mendapatkan Conjugata
diagonal (jarak antara promontorium dengan simfisis bawah), untuk
mendapatkan Conjugata vera, maka conjugata diagonal − 1,5 cm Jarak
minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jika
kurang maka dikategorikan sebagai panggul sempit. Namun, jika bayi yang
akan lahir tidak terlalu besar, maka ibu berpanggul sempit dapat melahirkan
secara normal.
Menurut Sule S.T dan Matawal B.I 2005, Yang melakukan penelitian
retrospektif pemeriksaan pelvimetri klinis dan outcome persalinannya pada
268 primigravida, dimana disimpulkan bahwa pemeriksaan pelvimetri
klinis merupakan pemeriksaan yang sangat berguna dalam memprediksi
outcome janin dan sebaiknya dilakukan pada semua primigravida yang
fasilitas monitoring janinnya sangat terbatas.
Namun menurut penelitian yang dilakukan Blackadar Charles,S 2003
terhadap 461 orang yang dilakukan pemeriksaan pelvimetri klinis secara
rutin dari 660 wanita yang akan menjalani partus percobaan dimana 21%
nya atau 141 orang memiliki panggul yang tidak adekuat. Namun dari 141
orang hanya 2 orang yang kontrol ulang untuk menjalani pelvimetri
radiologis dan keduanya partus pervaginam, sementara yang lainnya tidak
datang lagi pada kontrol berikutnya sehingga tidak ada keterangan
mengenai cara persalinannya. Sehingga disimpulkan bahwa pemeriksaan
pelvimetri klinis tidak berpengaruh terhadap cara persalinan bahkan
menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien
2. Pemeriksaan Rontgen
X ray pelvimetri pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1900 oleh
Denticle dari Leipzig dan semakin dikenal sampai sekarang. Pada tahun
1944 Colcher AE dan Sussman W menemukan tehnik praktis pada
pelvimetri dan kemudian dimodifikasi oleh Robert C Brown pada tahun
1972.
X ray pelvimetri dilakukan dengan cara memotret panggul ibu,
menggunakan alat rontgen. Selama pemotretan ibu diminta duduk, persis
seperti tindakan rontgen pada anggota tubuh lain, hanya saja intensitas
cahaya yang digunakan lebih rendah. Hasil foto dianalisa untuk mengetahui
ukuran panggul. Bahkan aneka kelainan letak bayi pun sebetulnya bisa
terdeteksi dengan cara ini. Dibanding pengukuran secara klinis, pengukuran
dengan alat rontgen menghasilkan data yang lebih terperinci mengenai
diameter pintu panggul. Namun bahaya radiasi terutama dengan proyeksi
Thoms dimana posisi pasien setengah duduk dan jika letak janin dalam
letak kepala, maka alat kelamin janin berada diatas dan dekat dengan
tabung rontgen. Dengan demikian akan meningkatkan radiasi pada alat
kelamin janin.
Indikasi pemeriksaan Rontgen pada kehamilan bila ada kecurigaan
fetopelvik disproporsi atau kecurigaan panggul sempit, riwayat operasi
seksio sesaria atau riwayat forcep serta riwayat kematian janin dalam
persalinan. X ray pelvimetri juga dilakukan bila pada pemeriksaan klinis
didapati ukuran konjugata diagonal < 11,5 cm atau diameter intertuberous <
8 cm serta bila kepala janin tidak masuk pintu atas panggul dan malposisi
letak janin seperti pada presentasi bokong, wajah atau letak lintang.
Masih terdapat kontroversi pendapat tentang pengaruh penggunaan X
ray pelvimetri pada akhir kehamilan terhadap ibu dan janin. Secara teori
dapat membahayakan janin dan kehidupan selanjutnya berupa resiko
leukemia dan kelainan pada gonad berupa kongenital malformasi pada
generasi selanjutnya.
Stewart dkk menemukan resiko leukemia yang meningkat pada ibu
yang mendapat X-ray pelvimetri pada masa kehamilan, sementara
Townsend menemukan resiko leukemia yang minimal di Australia.
Menurut Tolaymat Lama, MD 2006, penggunaan X ray pelvimetri
dapat dilakukan pada trimester 2 dan 3 kehamilan dengan tingkat radiasi
yang minimal, sedangkan penggunaan CT scan dengan dosis di bawah 1,5
rad masih cukup aman bagi janin.
Menurut Raman S, dkkyang membandingkan pemeriksaan X ray
pelvimetri dengan CT pelvimetri dalam menentukan ukuran panggul,
diperoleh kesimpulan bahwa dari 24 pasien yang diperiksa dengan X ray
dan CT pelvimetri pasca melahirkan tidak didapati perbedaan secara
statistik dalam ukuran panggul. Namun CT pelvimetri lebih dipilih karena
tingkat radiasinya rendah, lebih menyenangkan bagi pasien dan waktunya
lebih singkat serta mudah pembacaannya jika dibandingkan dengan X ray
pelvimetri
h. Vulva/vagina; nilai kebersihannya, apakah ada varices, hematoma, flour albus,
bau dan luka
i. Ekstremitas atas dan bawah
Apakah ada oedema, varices, refleks patela. Lihat bentuk kaki apakah
simestris atau asimetris
4. K-4 (Kunjungan Keempat)
Kunjungan ke-4 kehamilan adalah adalah kunjungan/ kontak keempat ibu hamil
dengan petugas kesehatan pada trimester ke tiga selama masa kehamilan pemeriksaan
terutama ditujukan kepada penilaian kesejahteraan janin dan fungsi plasenta serta
persiapan persalinan, yang meliputi:
4.1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dilakukan dengan pemeriksaan lengkap yang
bertujuan untuk mendeteksi masalah fisik yang mempengaruhi kehamilan ibu.
Pemeriksaan fisik yang meliputi pengkajian pada tanda-tanda vital, sistem
kardiovaskuler, sistem muskuloskletal, sistem neurologi, sistem integumen, sistem
endokrin, sistem gastrointestinal, sistem urinarius, sistem reproduksi.
a. Keadaan umum; apakah ibu hamil terlihat lemah, baik, cukup
b. Tanda-tanda vital
1) Suhu
2) Nadi
3) Pernafasan
4) Tekanan darah
5) Berat badan dan tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat
badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1
kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan
masa tubuh (BMI : Body Massa Indeks), dimana metode ini untuk menentukan
pertambahan berat badan yang optimal selama masa kehamilan. Mengetahui
BMI wanita hamil merupakan hal yang penting. Total pertambahan berat badan
pada kehamilan yang normal adalah 11,5-16 kg. Adapun tinggi badan
menentukan ukuran panggul ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik untuk
ibu hamil yaitu >145 cm.
Berat badan dilihat dari Quetet atau Body mass indeks (Indek Masa Tubuh
= IMT). Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan
dengan abnormalitas kehamilan, berat badan lahir rendah. Sedangkan berat
badan overweight meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan
seperti hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan.
Penilaian indeks masa tubuh
6) Lila
(Lingkar Lengan Atas)
Pengukuran antropometri status gizi selama kehamilan yang biasa
dilakukan adalah tinggi badan, berat badan sebelum hamil, pertambahan berat
badan selama hamil, pengukuran skinfold dan lingkar lengan yang
menggambarkan status gizi seorang wanita yang sering hamil. Selain itu
mengambarkan perubahan-perubahan status gizi selama kehamilan adalah
dengan skinfold, lingkar lengan dan pertambahan berat badan selama
kehamilan, karena bisa dihubungkan dengan perubahan status gizi kehamilan.
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining
ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung
lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil
dengan KEK akan dapat melahirkanbayi berat lahir rendah (BBLR)
Nilai Indek Masa Tubuh (IMT) <20 pada ibu mempengaruhi ukuran
Lingkar Lengan Atas (LILA) . Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan
atas pada wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm. Jika ukuran
lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm maka interprestasinya adalah kurang
energy kronis (KEK)
c. Kepala
1) Wajah; apakah ibu terlihat pucat, sianosis
2) Rambut; nilai kebersihan, rontok atau tidaknya rambut ibu
3) Ada tidaknya chloasma gravidarum
4) Pupil
5) Reaksi cahaya; apakah positif atau negatif
6) Konjungtiva; apakah terlihat pucat, merah muda, hiperemi
7) Sklera; apakah terlihat putih, ikterus atau ada perdarahan
8) Mulut dan gigi; apakah ada karies, stomatitis, perdarahan pada gusi
9) Lidah; nilai apakah bersih atau tidak
10) Telinga; apakah ada perdarahan, serumen
d. Leher
Nilai apakah ada pembesaran pada kelenjar tiroid, vena jugularis dan kelenjar limfe
e. Dada
1) Apakah ada tarikan atau tidak
2) Bentuk; simetris atau asimestris
3) Auskultasi paru; apakah vesikuler, ada wheezing, dan ronkhi
4) Auskultasi jantung
5) Mammae; apakah ada peradangan, benjolan, lihat pembesaran mammae
apakah simetris atau asimetris
6) Puting susu; apakah bentuk puting susu menonjol, datar, masuk, nilai
kebersihannya
7) Colostrum; apakah sudah keluar atau tidak
f. Abdomen; inspeksi ada tidaknya linea alba, striae albicans, striae lividae, bekas
luka operasi. Pembesaran uterus memanjang atau melintang, apakah terlihat
gerakan anak
Palpasi
Dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan usia kehamilan
serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan secara palpasi dilakukan
dengan menggunakan metode Leopold, yakni:
a) Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang
ada dalam fundus, dengan cara pemeriksa berdiri sebelah kanan dan menghadap
ke muka ibu, kemudian kaki ibu dibengkokkan pada lutut dan lipat paha,
lengkungkan jari-jari kedua tangan untuk mengelilingi bagian atas fundus, lalu
tentukan apa yang ada di dalam fundus (Gambar 11.3). bila kepala sikafnya
keras, bundar, dan melenting. Sedangkan bokong akan lunak, kurang bundar,
dan kurang melenting. Tinggi normal fundus selama kehamilan dapat ditentukan
sebagaimana Gambar 11,4.

b) Leopold II
Leopold II digunakan untuk menentukan letak punggung anak dan letak bagian
kecil pada anak. Caranya, letakkan kedua tangan pada sisi uterus, dan tentukan
di manakah bagian terkecil bayi (Gambar 11,5).
c) Leopold III
Leopold III digunakan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di bagian
bawah dan apakah bagian bawah anak sudah atau belum terpegang oleh pintu
atas panggul. Caranya, tekan dengan ibu jari dari jari tengah pada salah satu
tangan secara lembur dan masuk ke dalam abdomen pasien di atas simfisis
pubis. Kemudian peganglah bagian presentasi bayi, lalu bagian apakah yang
menjadi presentasi tersebut (Gambar 11,6).

d) Leopold IV
Leopold IV digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan
seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul. Caranya,
letakkan kedua tangan di sisi bawah uterus, lalu tekan ke dalam dan gerakan
jari-jari ke arah rongga panggul, di manakah tonjolkan sefalik dan apakah
bagian presentasi telah masuk (Gambar 11,7). Pemeriksaan ini tidak dilakukan
bila kepala masih tinggi. Pemeriksaan Leopold lengkap dapat dilakukan bila
janin cukup besar, kira-kira bulan VI ke atas.
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Tinggi fundus uteri dapat dipergunakan untuk mengetahui usia kehamilan
dan menentukan berat janin dalam uterus.
Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simphisis pubis digunakan sebagai
salah satu indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi fundus uteri juga dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan.
Tinggi fundus yang stabil/tetap atau menurun merupakan indikasi adanya
retardasi pertumbuhan janin, sebaliknya tinggi fundus yang meningkat secara
berlebihan mengindikasikan adanya jumlah janin lebih dari satu atau
kemungkinan adanya hidramnion.
Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus dilakukan dengan teknik
pengukuran yang konsisten pada setiap kali pengukuran dan dengan
menggunakan alat yang sama. Alat ukur ini dapat berupa pita/tali, atau dengan
menggunakan pelvimeter. Posisi yang dianjurkan pada saat melakukan
pengukuran adalah klien berbaring (posisi sipinasi) dengan kepala sedikit
terangkat (menggunakan satu bantal) dan lutut diluruskan. Alat ukur (pita atau
pelvimeter) diletakkan dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas
atassimphisis pubis hingga batas atas fundus. Alat ukur tersebut diletakkan
mengikuti kurve fundus. Cara pengukuran lain yaitu dengan meletakkan alat
ukur dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas simphisis pubis
hingga batas fundus tanpa mengikuti kurve atabs fundus. Untuk mendapatkan
ketepatan hasil pengukuran digunakan rumus McDonald’s (“McDonald’s
rule).
Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan pada usia kehamilan
memasuki trisemester kedua dan ketiga. Tinggi Fundus Uteri dalam cm untuk
menentukan usia kehamilan (menurut Mc-Donald).
Rumus (Mc. Donald):
Tinggi Fundus Uteri (cm) : 3,5 cm = Tuanya kehamilan
Tabel. Penentuan usia kehamilan menurut Mc-Donald
Tinggi Fundus Uteri (cm) Usia Kehamilan (bulan)
TBBJ (Taksiran Berat Badan Janin)
Tinggi fundus uteri untuk menentukan berat janin dalam uterus. Untuk
menetapkan berat janin dalm uterus dapat dipergunakan RumusJohnson-
Tausak, sebagai berikut :
Berat janin = (tingginya fundus uteri – 12) x 155 gram
Jika kepala janin telah masuk ke PAP , pengurangannya/rumusnya menjadi:
Berat janin = (tingginya fundus uteri – 11) x 155 gram
Perhitungan berat janin ini pun tidaklah sangat cepat mengingat beberapa
faktor ini :
a. Pertumbuhan janin bukan merupakan garis linier
b. Tebal tipisnya dinding abdomen
c. Pola makan berbeda. Rumus ini tentu tepat untuk masyarakat indonesia
karena tumbuh kembang janin yang sangat berbeda.
Menentukan Usia Kehamilan
DJJ (Detak Jantung Janin)
Dilakukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk mendengarkan
bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta,
serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat di dengar pada akhir bulan ke-3.
Bunyi jantung anak dapat terdengar di kiri dan kanan di bawah tali pusat bila
presentasi kepala. Bila terdengar setinggi tali pusat, maka presentasi di daerah
bokong. Bila terdengar pada pihak berlawanan dengan bagian kecil, maka anak
fleksi dan bila sepihak maka defleksi.
Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-140 kali per menit. Bunyi
jantung dihitung dengan mendengarkannya selama 1 menit penuh. Bila kurang
dari 120 kali per menit atau lebih dari 140 per menit, kemungkinan janin dalam
keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat di dengarkan bising tali
pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim seperti bising yang frekuensinya
sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi
dan bising usus yang sifatnya tidak teratur.
d. Pemeriksaan panggul
Teknik Pengukuran Panggul. Ada dua cara mengukur panggul yaitu:
1. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan dilakukan dengan jari pada usia kehamilan 36 minggu.
Caranya, dokter akan memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke
jalan lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang/promontorium.
Setelah itu, dokter akan menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga
promontorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu
tengah panggul. Melalui pemeriksaan ini kita akan mendapatkan Conjugata
diagonal (jarak antara promontorium dengan simfisis bawah), untuk
mendapatkan Conjugata vera, maka conjugata diagonal − 1,5 cm Jarak
minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jika
kurang maka dikategorikan sebagai panggul sempit. Namun, jika bayi yang
akan lahir tidak terlalu besar, maka ibu berpanggul sempit dapat melahirkan
secara normal.
Menurut Sule S.T dan Matawal B.I 2005, Yang melakukan penelitian
retrospektif pemeriksaan pelvimetri klinis dan outcome persalinannya pada
268 primigravida, dimana disimpulkan bahwa pemeriksaan pelvimetri
klinis merupakan pemeriksaan yang sangat berguna dalam memprediksi
outcome janin dan sebaiknya dilakukan pada semua primigravida yang
fasilitas monitoring janinnya sangat terbatas.
Namun menurut penelitian yang dilakukan Blackadar Charles,S 2003
terhadap 461 orang yang dilakukan pemeriksaan pelvimetri klinis secara
rutin dari 660 wanita yang akan menjalani partus percobaan dimana 21%
nya atau 141 orang memiliki panggul yang tidak adekuat. Namun dari 141
orang hanya 2 orang yang kontrol ulang untuk menjalani pelvimetri
radiologis dan keduanya partus pervaginam, sementara yang lainnya tidak
datang lagi pada kontrol berikutnya sehingga tidak ada keterangan
mengenai cara persalinannya. Sehingga disimpulkan bahwa pemeriksaan
pelvimetri klinis tidak berpengaruh terhadap cara persalinan bahkan
menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien
2. Pemeriksaan Rontgen
X ray pelvimetri pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1900 oleh
Denticle dari Leipzig dan semakin dikenal sampai sekarang. Pada tahun
1944 Colcher AE dan Sussman W menemukan tehnik praktis pada
pelvimetri dan kemudian dimodifikasi oleh Robert C Brown pada tahun
1972.
X ray pelvimetri dilakukan dengan cara memotret panggul ibu,
menggunakan alat rontgen. Selama pemotretan ibu diminta duduk, persis
seperti tindakan rontgen pada anggota tubuh lain, hanya saja intensitas
cahaya yang digunakan lebih rendah. Hasil foto dianalisa untuk mengetahui
ukuran panggul. Bahkan aneka kelainan letak bayi pun sebetulnya bisa
terdeteksi dengan cara ini. Dibanding pengukuran secara klinis, pengukuran
dengan alat rontgen menghasilkan data yang lebih terperinci mengenai
diameter pintu panggul. Namun bahaya radiasi terutama dengan proyeksi
Thoms dimana posisi pasien setengah duduk dan jika letak janin dalam
letak kepala, maka alat kelamin janin berada diatas dan dekat dengan
tabung rontgen. Dengan demikian akan meningkatkan radiasi pada alat
kelamin janin.
Indikasi pemeriksaan Rontgen pada kehamilan bila ada kecurigaan
fetopelvik disproporsi atau kecurigaan panggul sempit, riwayat operasi
seksio sesaria atau riwayat forcep serta riwayat kematian janin dalam
persalinan. X ray pelvimetri juga dilakukan bila pada pemeriksaan klinis
didapati ukuran konjugata diagonal < 11,5 cm atau diameter intertuberous <
8 cm serta bila kepala janin tidak masuk pintu atas panggul dan malposisi
letak janin seperti pada presentasi bokong, wajah atau letak lintang.
Masih terdapat kontroversi pendapat tentang pengaruh penggunaan X
ray pelvimetri pada akhir kehamilan terhadap ibu dan janin. Secara teori
dapat membahayakan janin dan kehidupan selanjutnya berupa resiko
leukemia dan kelainan pada gonad berupa kongenital malformasi pada
generasi selanjutnya.
Stewart dkk menemukan resiko leukemia yang meningkat pada ibu
yang mendapat X-ray pelvimetri pada masa kehamilan, sementara
Townsend menemukan resiko leukemia yang minimal di Australia.
Menurut Tolaymat Lama, MD 2006, penggunaan X ray pelvimetri
dapat dilakukan pada trimester 2 dan 3 kehamilan dengan tingkat radiasi
yang minimal, sedangkan penggunaan CT scan dengan dosis di bawah 1,5
rad masih cukup aman bagi janin.
Menurut Raman S, dkkyang membandingkan pemeriksaan X ray
pelvimetri dengan CT pelvimetri dalam menentukan ukuran panggul,
diperoleh kesimpulan bahwa dari 24 pasien yang diperiksa dengan X ray
dan CT pelvimetri pasca melahirkan tidak didapati perbedaan secara
statistik dalam ukuran panggul. Namun CT pelvimetri lebih dipilih karena
tingkat radiasinya rendah, lebih menyenangkan bagi pasien dan waktunya
lebih singkat serta mudah pembacaannya jika dibandingkan dengan X ray
pelvimetri
g. Vulva/vagina; nilai kebersihannya, apakah ada varices, hematoma, flour albus,
bau dan luka
h. Ekstremitas atas dan bawah
Apakah ada oedema, varices, refleks patela. Lihat bentuk kaki apakah simestris
atau asimetris
4.2. Persiapan persalinan
Persiapan persalinan diartikan sebagai suatu program instruksi yang bertujuan
tertentu dan berstruktur. Persiapan persalinan bertujuan untuk
menyiapkan semua kebutuhan selama kehamilan maupun proses persalinan. Persiapan
persalinan adalah segala sesuatu yang disiapkan dalam hal menyambut kelahiran anak
oleh ibu hamil. Persiapan persalinan pada trimester 3 meliputi faktor resiko ibu dan
janin, perubahan psikologi dan fisiologi, tanda-tanda bahaya dan bagaimana
meresponnya, perasaan menganai melahirkan dan perkembangan bayi, tanda-tanda
saat hendak melahirkan, respon terhadap kelahiran, ukuran-ukuran kenyamanan
situasi kelahiran cesar dan perawatan yang terpusat pada keluarga (Mattersom, 2001)
Persiapan persalinan mempunyai beberapa hal, menurut Bobak, Loudermild, Jensen
(2004) ada 4 hal, yaitu:
1. Fisik
Persiapan fisik berkaitan dengan kondisi kesehatan ibu dimana ibu perlu
menyiapkan kondisi fisik sebelum hamil. Ibu memahami berupa adanya
perubahan fisiologi sebelum terjadi persalinan kira-kira 2 minggu, dimana ibu
akan lebih mudah bernafas karena fundus uteri agak menurun berhubung kepala
janin mulai masuk kedalam pintu atas panggul, ibu akan sering buang air kecil
karena turunnya kepala janin kedalam pap yang menekan vesika urinaria serta ibu
merasakan adanya gambaran his palsu yaitu kadang-kadang perut mengejang.
2. Psikologis
Salah satu yang harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu hindari
kepanikan dan ketakutan dan bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat melalui
saat-saat persalinan dengan baik dan lebih siap serta meminta dukungan dari
orang-orang terdekat, perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu
memberikan semangat untuk ibu yang akan melahirkan. Keluarga baik dari orang
tua maupun suami merupakan bagian terdekat bagi calon ibu yang dapat
memberikan pertimbangan serta bantuan sehingga bagi ibu yang akan melahirkan
merupakan motivasi tersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam
menghadapi persalinan.
3. Finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan melahirkan merupakan suatu
kebutuhan yang mutlak harus disiapkan, dimana persiapan finansial atau yang
berkaitan dengan penghasilan atau keuangan yang dimiliki untuk mencukupi
kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai persalinan. Kondisi ekonomi
berkaitan dengan kemampuan ibu untuk menyiapkan biaya persalinan,
menyiapkan popok bayi dan perlengkapan lainnya, persalinan memerlukan biaya
yang tidak sedikit. Selain anggaran biaya persalinan perlu juga menentukan
tempat kelahiran sesuai kemampuan kita misalnya RB atau dirumah dengan
mendatangkan bidan.
Perencanaan yang adekuat meliputi penentuan tempat yang tepat dengan
pertimbangan dalam memilih tempat bersalin dengan mempertimbangkan jarak
tempat bersalin dengan rumah, kualitas pelayanannya, ketersediaan tenaga
penolong, fasilitas yang dimiliki, kemampuan pembiayaan dimana setiap klinik
atau RS memiliki ketentuan tarif yang beragam.
4. Kultural
Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, tradisi dan tingkat hidup yang
kurang baik terhadap kehamilan, dan berusaha mencegah akibat itu. Persiapan
yang berhubungan dengan kebiasaan yang tidak baik sebelum kehamilan untuk
dihindari selama kehamilan terjadi. Faktor budaya sangat penting dimana terdapat
tradisi untuk membawa plasenta kerumah, cara berperilaku yang benar selama
kehamilan dengan menjaga sikap dan perilaku.
4.3. Fungsi Plasenta
Fungsi plasenta adalah:
1. Nutrisasi yaitu alat pemberi makanan pada janin
2. Respirasi yaitu alat penyalur zat asam dan pembuang C
3. Ekresi yaitu alat pengeluaran sampah metbolisme
4. Produksi yaitu alat yang menghasilkan hormon-hormon
5. Imunisasi yaitu alat penyalur bermacam antibodi ke janin
6. Pertahanan (barier) alat yang menyaring obat-obat dan kuman-kuman yang bisa
atau tidak melewati uri
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI;2010
2. Sosroatmodjo;2010
3. Mansjoer;2005
4. Wiknjosastro;2006
5. Yani;2006
6. WHO; 2006
7. Meilani,dkk; 2009
8. Mitayani;2009
9. Depkes RI; 2007
10. Sastrawinata S, Obstetri fisiologi. Bandung: Eleman; 1983. P.153-182.
11. Sastrawinata S, Obstetri fisiologi. Bandung: Eleman; 1983. P.179.
12. Varney H.Buku Ajar Asuhan Kebidanan:4th ed.Jakarta:EGC;2006.p.498.
13. Hudono; 2007
14. Budiarti; 2009
15. Kusmiyati. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya (hlm: 187)
16. Lia. 2010. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) Pada Ibu
17. Purnomo, E. 2008. Vaksin Tetanus Mencegah Kematian
https://vianatjahjadis.wordpress.com/2017/06/03/pemeriksaan-dan-ttv-pada-ibu-hamil/

Anda mungkin juga menyukai