Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KONJUNGTIVITAS
A. Definisi Konjungtivitis
Penyakit mata merah atau dalam istilah kedokteran disebut konjungtivitis adalah
penyakit mata yang disebabkan oleh infeksi menular pada konjungtiva.
Konjungtiva adalah selaput bening pada mata yang menutupi bagian mata
berwarna putih serta permukaan mata dalam pada kelopak mata. Terdapat
beberapa pengertian konjungtivitis :
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan
dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut
mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink
eye. (Elizabeth, Corwin: 2001)
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan
lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus,
bakteri, jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001).

B. Etiologi Konjungtivitis
Konjungtivitis dibedakan menjadi bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis dapat
disebabkan oleh:
1. Bakteri
Contohnya: Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus, Staphylococcus
aureus, Stertococci, Proteus, Coliform.
2. Klamidia
Contohnya: Chlamydia trachomatis serotype A-C, Chlamydia trachomatis
serotype D-K, Chlamydia trachomatis serotype L1-3.
3. Jamur (jarang)
4. Parasit
Contohnya: Loa-loa, Ascaris lumbricoides, Taenia solium, Trichinella
spiralis, Thelazia californiensis.
5. Imunologik (alergika)
6. Kimia atau iritatif

1
Faktor-faktor resiko terjadinya konjungtivitis, antara lain:
1. Bersentuhan dengan benda yang menyebabkan alergi;
2. Bersentuhan dengan penderita konjungtivitis virus dan bakteri;
3. Mengunakan lensa kontak, sehingga mata dapat memberikan reaksi
peradangan mata.

C. Patofisiologi Konjungtivitis
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan
kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan
membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi
menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena
adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema,
rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent.
Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu
mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata
sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan
meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air
mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan
menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat
menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya
aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing.

D. Klasifikasi Konjungtivitis
1. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang
paling sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau
musim-musim tertentu saja dan biasanya ada hubungannya dengan
kesensitifan dengan serbuk sari, protein hewani, bulu-bulu, debu, bahan
makanan tertentu, gigitan serangga, obat-obatan. Konjungtivitis alergi
mungkin juga dapat terjadi setelah kontak dengan bahan kimia beracun
seperti hair spray, make up, asap, atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal

2
karena alergi tanaman dan eksim, juga berhubungan dengan alergi
konjungtivitis.
2. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga “Pink Eye”. Bentuk ini adalah
konjungtivitis yang mudah ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh
staphylococcus aureus. Mungkin juga terjadi setelah sembuh dari
haemophylus influenza atau neiseria gonorhe.
3. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri
hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan.
4. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang
paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit
virus sistemik seperti mumps dan mononukleus. Biasanya disertai dengan
pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata
yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
5. Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore).
Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi
yang baru lahir. Penyebab oftalmia neonatorum adalah
a. Gonococ
b. Chlamydia ( inklusion blenore )
c. Staphylococus

6. Masa inkubasi bervariasi antara 3 – 6 hari


7. Gonore : 1 – 3 hari
8. Chlamydia : 5 – 12 hari

E. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda
asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi
papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam

3
mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata
berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak
semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.
Adapun manifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Alergi
- Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas
- Rasa seperti terbakar
- Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
- Air mata sering keluar sendiri
- Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat
2. Konjungtivitis Bakteri
- Pelebaran pembuluh darah
- Edema konjungtiva sedang
- Air mata keluar terus
- Adanya secret atau kotoran pada mata
- Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan
3. Konjungtivitis Viral
- Fotofobia
- Rasa seperti ada benda asing didalam mata
- Keluar air mata banyak
- Nyeri prorbital
- Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
- Kemerahan konjungtiva
- Ditemukan sedikit eksudat
4. Konjungtivitis Bakteri hiperakut
- Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
- Mata merah
- Iritasi
- Nyeri palpasi
- Biasanya terdapat kemosis
- Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri

4
5. Konjungtivitis Blenore
6. Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:
- Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
- Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
- Memberikan secret purulen padat secret yang kental
- Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5
hari
- Perdarahan subkonjungtita dan kemotik

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Mata
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
b. Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai alat
pemeriksaan pandangan).
c. Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek
epitel kornea).
d. Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya
kebocoran kornea).
e. Pemeriksaan oftalmoskop
f. Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda
menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).
2. Therapy Medik
Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes
simplek virus).
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut
dibuat sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-
sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada
pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.

5
G. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah
sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic
tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian
bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil
pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan
tetes mata disertai antibiotic spectrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur
atau salep mata 4-5 kali sehari.
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
a. Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topical
dan sistemik. Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau
dengan garam fisiologik setiap ¼ jam.
b. Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.
c. Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan terisolasi, medika
menstosa :
d. Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-
20.000/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
e. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul
pemberiansalep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
f. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.
g. Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat
setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negative.
3. Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan menghindarkan
penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya memberikan obat antihistamin atau
bahan vasokonstkiktor dan pemberian astringen, sodium kromolin, steroid topical
dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak
dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin (gram fisiologi).
Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan karena akan
memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.

6
4. Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian
antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau dingin dapat membantu
memperbaiki gejala.
5. Konjungtivitis Blenore
Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian penisilin
topical mata dibersihkan dari secret. Pencegahan merupakan cara yang lebih aman
yaitu dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan memberikan
salep kloramfenikol. Pengobatan dokter biasnay disesuaikan dengan diagnosis.
Pengobatan konjungtivitis blenore :
1. Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat
diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap
jam sampai terlihat tanda-tanda perbaikan.
2. Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila
tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.
3. Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi
chlamdya yang banyak terjadi.

H. Pencegahan
Ada beberapa upaya pencegahan untuk menangani kasus konjungtivitis, antara
lain:
1. Sebaiknya sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat,
penderita konjungtivitis harus mencuci tangannya bersih-bersih agar tidak
menulari orang lain.
2. Sebaiknya tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit.
3. Sebaiknya tidak menggunakan handuk atau lap bersama dengan orang lain.
4. Sebaiknya menggunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan
pabrik pembuatnya.
5. Sebaiknya mengganti sarung bantal dan handuk yang kotor dengan yang
bersih setiap hari.
6. Sebaiknya menghindari penggunaan bantal, handuk dan saputangan bersama.

7
7. Sebaiknya tangan tidak memegang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu),
dan menghindari mengucek-ngucek mata.
8. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissu atau
sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.
I. Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani
diantaranya:
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Ablasi retina
4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari
blefaritis seperti ekstropin, trikiasis .
5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah
bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang
dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta.
7. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan.

8
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KONJUNGTIVITIS
1. Pengkajian Keperawatan
A. Biodata.
Tanggal wawancara, tanggal masuk rumah sakit, nomor identitas klien di
rumah sakit, nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, alamat dan penanggung jawab.
B. Keluhan Utama
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan
kemerahan disekitar mata, edema kelopak mata dan sekret, banyak
keluar terutama pada konjungtiva.
Sifat Keluhan:
Keluhan terus menerus. Hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri
daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada
siang malam, tidur tentu keluhan timbul.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Rasa gatal pada mata, peningkatan produksi air mata, terasa terbakar,
banyaknya cairan (berair pada mata), mata nampak merah, sekret pada
mata yang berlebihan, pada bulu mata terdapat lendir yang mengering
khususnya pada saat bangun tidur.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat,
riwayat operasi mata.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis).
F. Data Dasar Pengkajian
1. Aktivitas
Aktivitas sehari-hari terganggu karena nyeri, gatal-gatal berair, edema
pada mata selama menderita sakit.
2. Istirahat
Istirahat dan tidur akan terganggu karena adanya gatal-gatal, nyeri, dan
panas.

9
3. Eliminasi
Tidak ada masalah.
4. Psikososial
5. Gangguan aktivitas sosial.
6. Klien menjadi cemas akibat keadaan matanya.
7. Klien menarik diri dari lingkungan karena malu terhadap orang
disekitarnya.
8. Status Psikologis
Klien sering mengeluh, terutama karena takut menjadi buta.
9. Spiritual
Tidak konsentrasi dalam beribadah bahkan jarang beribadah.
10. Personal Hygiene
11. Klien tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah menggosok mata.
12. Pemeriksaan Fisik Mata.
a) Inspeksi : Konjungtiva merah, pembengkakan kelopak mata,
adanya sekret, berair atau banyak cairan, kelenjar precurikuler
membesar.
b) Palpasi : Kelenjar precikuler terasa sakit pada perabaan. ( Virly
Juharti, 2012
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada kasus konjungtivitis antara lain:
A. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva, edema
B. Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
atau konjungtivitis
C. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakitnya
D. Resiko terjadinya penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan.

3. Intervensi dan Rasional Tindakan


A. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva, edema
Kriteria hasil :
a. Nyeri berkurang atau terkontrol.

10
b. Skala nyeri 0-1
c. Pasien tampak ceria
d. Klien dapat beradaptasi dengan keadaan yang sekarang.
e. Mengungkapkan peningkatan kenyamanan di daerah mata.
f. Berkurangnya lecet karena garukan.
g. Penyembuhan area mata yang telah mengalami iritasi.
h. Berkurangnya kemerahan.
1) Rencana tindakan
a. Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
b. Ajarkan klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan
teratur.
c. Kompres tepi palpebra ( mata dalam keadaan tertutup ) dengan larutan
salin selama kurang lebih 3 menit.
d. Usap eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah dibasahi salin dan
setiap pengusap hanya dipakai satu kali.
e. Anjurkan klien menggunakan kacamata ( gelap ).
f. Kolaborasi dalam pemberian Antibiotik dan analgesik.
B. Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
atau konjungtivitis
Kriteria hasil
a. Suhu tubuh normal 36o – 37oC
b. Wajah tampak ceria
Intervensi :
a. Kaji saat timbulnya demam.
b. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.
c. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam.±7).
d. Berikan kompres hangat.
e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti piretik

11
C. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakitnya
Kriteria hasil :
a. Klien menyatakan pemahaman tentang proses penyakitnya.
b. Klien dapat menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
c. Menggunakan mekanisme koping yang efektif.
Rencana Tindakan
a. Kaji tingkat ansietas atau kecemasan.
b. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
c. Beri dukungan moril berupa doa terhadap pasien.
d. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
e. Identifikasi sumber atau orang yang menolong.
D. Resiko terjadinya penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan.
Kriteria hasil : Penyebaran Infeksi tidak terjadi.
Rencana tindakan
a. Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar.
b. Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
c. Pertahankan tindakan septik dan anseptik.
d. Beritahu klien mencegah pertukaran sapu tangan, handuk dan bantal dengan
anggota keluarga yang lain. Klien sebaiknya menggunakan tisu, bukan
saputangan dan tisu ini harus dibuang setelah pemakaian satu kali saja.
e. Ingatkan klien untuk tidak menggosok mata yang sakit atau kontak
sembarangan dengan mata.
f. Beritahu klien teknik cuci tangan yang tepat.
g. Anjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
pengobatan dan gunakan saputangan atau handuk bersih.

12

Anda mungkin juga menyukai