MAKALAH
Disusun oleh:
Kelompok 4
IIB-DIII Keperawatan
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, dimana berkat rahmat dan hidayahnya
kami bisa menyelesaikan proses penyusunan makalah ini. Tidak lupa shalawat beserta salam
semoga terlimpah curahkan kepada nabi kita semua, yakni nabi Muhammad SAW. Kepada
para sahabatnya, para tabiin wal tabiat, para keluarganya dan semoga sampai pada kita selalu
umatnya.
Makalah ini berisi Sistem Perlindungan Anak. Makalah ini berisi tiga bab dengan
rincian, bab 1 adalah pendahuluan, bab 2 adalah pembahasan, dan bab 3 adalah penutup.
Kami juga tidak lupa untuk mencantumkan sumber referensi kami dalam daftar pustaka di
bagian paling belakang.
Semoga makalah yang kami buat bisa bermanfaat bagi para pembacanya, serta bisa
diterima sebagai tugas makalah yang bagus bagi dosen yang bersangkutan. Kami sangat
berterimakasih jika ada kritik maupun saran untuk pembuatan makalah ini, karena dengan hl
itu kami bisa lebih baik lagi dalam membuat makalah.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.5 Sistem dan Alur Rujukan Kasus Kekerasan pada Anak ............................... 13
PENDAHULUAN
Di sisi lain kemiskinan yang belum teratasi, rendahnya tingkat pendidikan orang
tua, banyaknya anak dalam keluarga serta bencana alam yang akhir-akhir ini banyak
terjadi di Indonesia merupakan faktor pemicu terjadinya peningkatan tindakan kekerasan
terhadap anak baik fisik, mental, seksual maupun penelantaran.
1.3 Tujuan
a) Mengetahui apa pengertian sistem perlindungan anak.
b) Mengetahui bagaimana konsep kekerasan pada anak dan kasus yang terjadi di
Indonesia.
c) Mengetahui apa resiko dan dampak kekerasan terhadap anak.
d) Mengetahui apa dasar hukum penegakan perlindungan anak.
e) Mengetahui bagaimana sistem dan alur rujukan kasus kekerasan terhadap anak.
BAB II
PEMBAHASAN
Konvensi Hak Anak PBB yang diratifkasi oleh pemerintah Indonesia dengan
Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990, meliputi 4 (empat) prinsip dasar perlindungan
anak yaitu :
a. non diskriminasi
b. kepentingan yang terbaik bagi anak
c. hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan
d. penghargaan terhadap pendapat anak.
a. Kekerasan seksual
Kekerasan seksual adalah pelibatan anak dalam kegiatan seksual, di mana
ia sendiri tidak sepenuhnya memahami, atau tidak mampu memberi persetujuan.
Kekerasan seksual ditandai dengan adanya aktivitas seksual antara anak dengan
orang dewasa atau anak lain. Aktivitas tersebut ditujukan untuk memberikan
kepuasan bagi orang tersebut. Kekerasan seksual meliputi eksploitasi seksual
dalam prostitusi atau pornograf, pemaksaan anak untuk melihat kegiatan seksual,
memperlihatkan kemaluan kepada anak untuk tujuan kepuasan seksual, stimulasi
seksual, perabaan, memaksa anak untuk memegang kemaluan orang lain,
hubungan seksual, perkosaan, hubungan seksual yang dilakukan oleh orang yang
mempunyai hubungan darah (incest), dan sodomi.
b. Kekerasan fisik
c. Kekerasan emosional
d. Penelantaran anak
e. Eksploitasi anak
a. Faktor Resiko
1. Faktor anak
3. Faktor masyarakat/sosial
a. Kemiskinan
b. Tingkat pengangguran yang tinggi
c. Tingkat kriminalitas yang tinggi
d. Dukungan masyarakat yang rendah
e. Pengaruh pergeseran budaya
f. Layanan sosial yang rendah
g. Kebiasaan yang salah di masyarakat dalam pengasuhan anak
h. Tradisi di masyarakat memberikan hukuman fsik bagi anak
i. Pengaruh negatif media massa
b. Dampak
1. Jangka Pendek
2. Jangka Panjang
a. Kekerasan Fisik
b. Kekerasan Seksual
c. Kekerasan Emosional
Rujukan kasus kekerasan pada anak merupakan bagian dari upaya kesehatan
dalam penanganan masalah kekerasan terhadap anak, yang pada hakekatnya adalah
upaya pemenuhan hak anak terhadap kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak
yang terbebas dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 4
Pasal 9
Pasal 62
Pasal 4
Pasal 76B
Pasal 76C
Pasal 76D
Pasal 76E
“Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau
membujuk Anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan
cabul.”
Pasal 76F
“Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan penculikan, penjualan, dan/atau
rdagangan Anak.”
Pasal 76G
“Setiap Orang dilarang menghalang-halangi Anak untuk menikmati
budayanya sendiri, mengakui dan melaksanakan ajaran agamanya dan/atau
menggunakan bahasanya sendiri tanpa mengabaikan akses pembangunan
Masyarakat dan budaya.”
Pasal 76H
Pasal 76I
Pasal 76J
KPAI merupakan salah satu dari tiga institusi nasional pengawal dan
pengawas implementasi HAM di Indonesia (NHRI/National Human Right Institusion)
yakni KPAI, Komnas HAM, dan Komnas Perempuan.
Penanganan dan rujukan kasus kekerasan terhadap anak perlu tindakan secara
cepat dan tepat, oleh karena itu dibutuhkan kesiapan, pemahaman dan keterampilan
tenaga kesehatan, baik dari aspek medis/mediko-Iegal dan psikososial.
a. PUSKESMAS
1. Perdarahan berat
2. Fraktur multipel
3. Syok
4. Kejang-kejang
5. Luka bakar luas
6. Sesak nafas
7. Sepsis
8. Robekan anogenital
9. Stres berat
1. Luka ringan
2. Cidera sederhana (Iuka bakar ringan, laserasi superfisialliebam)
3. Cidera ringan/lnfeksi pada organ/saluran reproduksi
4. Cidera ringan/lnfeksi pada anus
5. Fraktur tertutup/terbuka ringan yang perlu tindakan P3K
6. Trauma psikis ringan
7. Malnutrisi
1. Perawatan luka
2. Reposisi fraktur
3. Stabilisasi pernafasan
4. Perbaikan keseimbangan cairan tubuh (infus)
5. Pemberian nutrisi
6. Konseling
7. Pencatatan dan pelaporan kasus
8. Pembuatan visum et repertum atas permintaan Polisi
9. Rujukan
Untuk melakukan rujukan perlu dipersiapkan: surat pengantar rujukan,
kronologis singkat kasus dan bukti-bukti yang mendukung (pakaian, celana
dalam, rambut pubis, kotoran/debris pada kuku, swab vagina, dll).
Keterangan Bagan
b. RUMAH SAKIT
Keterangan Bagan
Keterangan Bagan
Mekanisme pelayanan KTA di Rumah Sakit yang belum memiliki PKT/PPT
ALUR PELAPORAN
Alur Pelaporan
1. Di tingkat masyarakat
3. Di tingkat Propinsi
4. Di tingkat Pusat
Saat itu, korban yang seharusnya mengikuti upacara bendera pada Senin pagi, tampak
murung menunjukkan gelagat tengah menahan rasa sakit.
"Dan benar setelah dicek ada luka bakar, singkat cerita gurunya langsung
melaporkan," ujarnya saat ditemui, Selasa (20/2/2018).
Mendapati laporan itu, personel Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Garut
langsung meluncur ke rumah korban yang berada di Kampung Lebak Agung,
Kecamatan Karang Pawitan.
Awalnya, petugas kesulitan membuka rumah anak tersebut. Namun, berkat bantuan
ketua RT dan RW setempat, petugas berhasil membuka rumah tersebut.
Melihat luka yang cukup parah, anak itu langsung dibawa petugas ke RSUD Garut
untuk mendapat perawatan. Adapun tersangka yang merupakan ibu kandungnya
langsung digelandang ke sel tahanan Polres Garut.
"Pemeriksaan awal tidak ada masalah, mungkin karena situasi," kata dia.
Pelaku Temperamental
Untuk memastikan kondisi kejiwaan tersangka, Budi masih menunggu hasil uji
psikiater. "Soal motifnya sedang kita dalami, termasuk keterangan lainnya," ujarnya.
Saat ini kondisi MR cukup memprihatinkan. Sejumlah luka bakar dan lebam terlihat
di tangan, kaki, dan sekujur tubuh bocah nahas tersebut.
Untuk menghindari kelakuan keji sang ibu yang terus mengancam, korban akhirnya
diasuh pihak keluarga, sambil menunggu proses hukum yang dihadapi ibunya.
Iyam (50), salah satu keluarga korban, mengatakan, perlakuan kasar yang dilakukan
NN sudah berada di luar nalar.
"Putrana bageur pisan (anaknya baik sekali), rajin mengaji, mungkin ibunya khilaf,"
ujarnya.
Korban, imbuh dia, tercatat pernah mondok di salah satu pesantren di Tasikmalaya,
Jawa Barat. Namun, sejak masuk sekolah dasar (SD), korban dipindahkan ke sekolah
umum.
Adapun ihwal pelaku, Iyam menyatakan, usai cerai dari suaminya beberapa tahun
lalu, tersangka diketahui bekerja sebagai penjahit baju di Jakarta.
Akan tetapi, saat kejadian berlangsung, diduga tersangka melakukan aksi keji itu
karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi.
"Saya sempat dengar saat sedang menyiksa MR, SPP (iuran sekolah) nagih-nagih,
harus beli LKS lagi," ujarnya.
Sementara rumah yang selama ini ditempati korban bersama ibu dan neneknya
tampak lengang dari aktivitas. Beberapa anggota Satuan Reskrim Polres Garut sejak
malam tadi telah menggelar olah tempat kejadian perkara atau TKP.
Ketika klien datang sendiri atau diantar oleh siapapun klien akan mendapatkan
pelayanan kesehatan di IGD terlebih dahulu, konsultasi spesialis, dan visum et
repertum bila diminta oleh Polisi. Selanjutnya pasien dapat dipulangkan/rawat
jalan rujukan non medis.
Adapun alur pelaporan tindak kekerasan yang seharusnya terjadi adalah ketika
masyarakat atau pihak kepolisian mendapati kejadian tersebut korban harus
dibawa ke PUSKESMAS atau Rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dulu,
Setelah korban tertanganani PUSKESMAS atau Rumah Sakit harus
melaporkan kejadian tersebut ke Dinas kesehatan tingkat Kabupaten/Kota,
Lalu laporan tersebut dikirim ke Dinas Kesehatan Propinsi dengan tembusan
ke lintas sektor terkait setempat yaitu : Bagian Kesejahteraan Rakyat/Bagian
Sosial Pemerintah Daerah, Kepolisian, Dinas Sosial dan Lembaga Swadaya
Masyarakat.
Lalu Dinas Kesehatan Propinsi membuat rekapan hasil laporan dari semua
Kabupaten/Kota dan mengirimnya ke Direktorat Bina Kesehatan Anak Depkes
RI dengan tembusan ke lintas sektor terkait setempat yaitu Biro Pemberdayaan
Perempuan dan KPAID.
Dan pada akhirnya rekapan data KTA dari Propinsi akan di analisa untuk
bahan dasar pembuatan kebijakan dan pengembangan program. Selain itu
laporan tersebut akan di kirim ke Meneg Pemberdayaan Perempuan sebagai
bahan laporan periodik Konvensi Hak-hak Anak (KHA) di tingkat
internasional.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Anak adalah sebuah titipan berharga dari tuhan yang tidak semua orang bisa
mendapatkannya. Jangan sia-siakan mereka, karena mereka ada penyambung dan
penerus kita dalam menjalankan hidup dan kehidupan. Sehingga mereka perlu
dilindungi dari orang-orang yang tidak bisa bertanggungjawab atas mereka.
DAFTAR PUSTAKA