Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

SDENGAN GANGGUAN SISTEM


PERSARAFAN: STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG CEMPAKA III
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi
Syarat – Syarat Untuk Menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan

ARISKA DWI ETIKA SARI

J200120041

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. SDENGAN GANGGUAN SISTEM
PERSARAFAN: STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG CEMPAKA III
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi
Syarat – Syarat Untuk Menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan

ARISKA DWI ETIKA SARI

J200120041

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERSARAFAN: STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG CEMPAKA III
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
(Ariska Dwi Etika Sari, 2015, 51 Halaman)

Abstrak
Latar Belakang : Stroke merupakan penyakit otak karena adanya sumbatan atau
perdarahan dengan gejala lemas, lumpuh sesaat atau gejala berat sampai kehilangan
kesadaran dan kematiaan. Stroke penyebab kematian nomor tiga di negara maju
setelah penyakit jantung dan kanker sedangkan stroke di indonesia menduduki
peringkat pertama, penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan
perawatan. Penyakit ini juga menimbulkan kecacatan terbanyak pada kelompok usia
dewasa yang masih produktif. Tujuan : Untuk mengetahui gambaran asuhan
keperawatan pada pasien dengan stroke non hemoragik yang meliputi pengkajian,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.Metode : Metode yang digunakan
adalah dengan pendekatan studi kasus yaitu metode ilmiah yang bersifat
mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan data.Hasil :
Diagnosa yang muncul pada kasus adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral,
gangguan mobilitas fisik dan hambatan komunikasi verbal. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam didapatkan hasil tidak terjadinya peningkatan intra
kranial, gangguan mobilitas fisik berkurang, hambatan komunikasi verbal berkurang.
Kesimpulan: Dalam melakukan asuhan keperawatan masalah hambatan komunikasi
verbal teratasi, masalah ketidak efektifan perfusi jaringan serebral dan gangguan
mobilitas fisik teratasi sebagian sehingga membutuhkan perawatan lebih lanjut dan
kerja sama dengan tim medis lain, pasien, serta keluarga sangat diperlukan untuk
keberhasilan asuhan keperawatan.

Kata kunci : Stroke, saraf, non hemoragik, iskemik, infark.

3
NURSING CARE TO MR.S WITH NEUROLOGIC SYSTEM DISORDERS:
NON HEMORRHAGIC STROKE IN CEMPAKA III ROOM ON RSUD
PANDAN ARANG BOYOLALI
(Ariska Dwi Etika Sari, 2015, 51 pages)

Abstract
Background: Stroke is a brain disease because of blockage or hemorrhage with
weakness symptoms, temporary paralysis or severe symptoms up to lose
consciousness and death. Stroke is the third cause of death in developed countries
after heart disease and cancer while in Indonesia stroke is in the first rank. Stroke
patients are experiencing weakness that needs medical treatment. This disease also
inflictthe highest disability in productive adult age group. Objective: To know the
description of nursing care in patients with non hemorrhagic stroke that include
assessment, intervention, implementation and evaluation of nursing care. Methods:
The method used was case study approach. It is a scientific method to collect data,
analyze the data and draw conclusions.Results: The emerging diagnosis on the case
were ineffectiveness of cerebral tissue perfusion, impaired physical mobility and
verbal communication barriers. After nursing care for 3x24 hours, it was obtained
that no occurrence of an increase in intracranial, decrease in impaired physical
mobility, and reduced verbal communication barriers. Conclusion: In doing nursing
care, verbal communication problem was resolved, problem of cerebral tissue
perfusion ineffectiveness and impaired physical mobility were partially resolved and
thus required further treatment and cooperation among other medical team, the
patient, and family was indispensable for the success of nursing care.

Keywords: Stroke, nerves, non hemorrhagic, ischemia, infarction.

4
A. PENDAHULUAN ringan maupun berat (Yastroki,
Menurut Batticaca (2008) 2007).
stroke merupakan penyakit otak Berdasarkan data yang
karena adanya sumbatan atau diperoleh dari Rekam Medik
perdarahan dengan gejala RSUD Pandan Arang Boyolali
lemas,lumpuh sesaat atau pada tahun 2014 ditemukan
gejala berat sampai kehilangan jumlah pasien stroke 1534
kesadaran dan kematiaan. dengan rincian 683 pasien
Stroke penyebab ke-matian stroke hemoragik dan 851
nomor tiga di negara maju pasien stroke non hemoragik.
setelah penyakit jantung dan Di RSUD Pandan Arang
kankerpenderita stroke Boyolali mencatat kejadian
mengalami kelemahan yang stroke hingga saat ini terus
memerlukan perawatan. bertambah di Ruang Cempaka
Penyakit ini juga menimbulkan III RSUD Pandan Arang
kecatatan terbanyak pada Boyolali.
kelompok usia dewasa yang Tujuan umum penulis dapat
masih produktif. Stroke adalah mengetahui dan memahami
serangan otak yang timbulnya konsep penyakit stroke dan
mendadak akibat tersumbatnya mengimplementasikan asuhan
atau pecahnya pembuluh darah keperawatan pada pasien stroke
otak, bukan hanya menyerang non hemoragik serta akan
usia lanjut tetapi juga dialami memberikan pemahaman pada
oleh mereka yang berusia penulis agar berfikir logis dan
produktif. Stroke di Indonesia sesuai dengan ilmiah yang ada
menduduki peringkat pertama di lahan.
setiap tahun terjadi 500.000 Tujuan khusus agar penulis
penduduk terkena stroke, mampu, memahami pengkajian
sekitar 2,5% atau 125.000 orang pada Tn.S dengan stroke non
meninggal dan sisanya cacat hemoragik, mengetahui
penentuan diagnosa

5
keperawatan yang sesuai perdarahan pada bagian otak
dengan kasus Tn.S dengan (Koni, 2009).
stroke non hemoragik, Menurut Ginsberg (2008),
menjelaskan penyusunan proses Batticaca (2008) Stroke non
intervensi pada Tn.S dengan hemoragik adalah hilangnya
stroke non hemoragik, fungsi sistem saraf pusat fokal
melakukan implementasi yang secara cepat yang berlangsung
tepat pada Tn.S dengan stroke kurang dari 24 jam yang
non hemoragik, disebabkan karena trombus
mendeskripsikan evaluasi yang maupun emboli pada pembuluh
telah dilakukan pada Tn.S darah diotak, pada
dengan stroke non hemoragik, serangannya terjadi pada usia
menggambarkan 20-60 tahun dan biasanya
pendokumentasian yang sudah timbul setelah beraktifitas fisik
dilakukan pada Tn.S dengan atau karena psikologis (mental)
stroke non hemoragik. dan diakibatkan oleh
B. TINJUAN PUSTAKA mekanisme vaskuler emboli,
1. Pengertian trombus, atau hemodinamik.
Stroke adalah terjadinya 2. Etiologi
gangguan pada aktivitas suplai Stroke biasanya diakibatkan
darah ke otak. Ketika aliran trombus serebral ,emboli,
darah menuju otak terganggu, iskemia (Muttaqin, 2008).
maka oksigen dan nutrisi tidak 3. Patofisiologi
dapat dikirim ke otak. Kondisi Trombus dan emboli di
ini akan mengakibatkan dalam pembuluh darah akan
kerusakan sel-sel otak hingga terlepas dan terbawa hingga
membuat mati. Matinya sel-sel terperangkap dalam pembuluh
otak kadang menyebabkan darah distal, lalu menyebabkan
pembuluh darah otak pecah, berkurangnya aliran darah yang
sehingga mengakibatkan menuju ke otak sehingga sel
otak akan mengalami

6
kekurangan nutrisi dan juga adanya penyumbatan aliran
oksigen, sel otak yang darah otak oleh thrombus atau
mengalami kekurangan oksigen berkembangnya aterosklerosis
dan glukosa akan menyebabkan pada dinding pembuluh darah
asidosis lalu asidosis akan sehingga arteri menjadi
mengakibatkan natrium klorida tersumbat, aliran darah kearea
dan air masuk ke dalam sel otak thrombus menjadi berkurang
dan kalium meninggalkan sel menyebabkan iskemia
otak sehingga terjadi edema kemudian menjadi kompleks
setempat, trombus dan emboli iskemia akhirnya terjadi infark
akan menyebabkan iskemia pada jaringan otak.
pada jaringan yang tidak dialiri Emboli disebabkan oleh
oleh darah , jika kondisi terus embolus yang berjalan menuju
menurus akan terjadinya infark. arteri serebral melalui arteri
Kemudian kalium akan masuk karotis. Terjadinya blok pada
dan memicu serangkaian arteri tersebut menyebabkan
radikal bebas sehingga terjadi iskemia yang tiba-tiba
perusakan membran sel lalu berkembang cepat dan terjadi
mengkerut dan tubuh gangguan neurologist fokal
mengalami defisit neurologis (Price, 2006).
(Esther, 2010). C. TINJUAN KASUS
Stroke non hemoragik dapat Pengkajian dilakukan pada
berupa iskemia atau emboli dan tanggal 15 April 2015 pukul
trombus serebral, biasanya 13.00 WIB di Ruang Cempaka
terjadi saat setelah lama III RSUD Pandan Arang
istirahat.Tidak terjadi Boyolali. Data diperoleh dari
perdarahan namun terjadi pasien dan keluarga,rekam
iskemia yang menimbulkan medis pasien, dan perawat jaga.
hipoksia dan selanjutnya dapat Data yang didapat penulis
timbul edema sekunder. meliputi:
Iskemia disebabkan oleh

7
di Ruang Cempaka III dan
Biodata dilakukan perawatan lebih
Pasien bernama Tn.S umur lanjut.
46 tahun, jenis kelamin laki- Diagnosa keperawatan
laki, beragama Islam, 1. Ketidakefektifan perfusi
pendidikan SMP, status kawin, jaringan serebral
alamat Sawit Boyolali dirawat berhubungan dengan
sejak hari selasa 13 April 2015 gangguan arteri
jam 11.00 WIB, no RM 2. Kerusakan mobilitas fisik
715041xx, pasien dirawat berhubungan dengan
diruang Cempaka III dengan kerusakan neuromuskuler
diagnosa medik SNH (Stroke 3. Hambatan komunikasi
Non Hemoragik). verbal berhubungan dengan
Keluhan utama perubahan pada sistem saraf
Pasien mengatakan anggota pusat (Muttaqin, 2008).
gerak sebelah kiri sulit untuk D. PEMBAHASAN
digerakan. Pengkajian Keperawatan
Riwayat kesehatan sekarang Secara umum data yang
Sebelum dirawat di rumah ditemukan dalam kasus tidak
sakit Tn.S dirumah sedang tidur jauh berbeda dengan fokus
setelah pasien bangun tidur dalam teori. Namun masih ada
tiba-tiba pasien sulit beberapa data yang tidak sama
menggerakan tangan serta kaki dengan teori. Berikut
kirinya, pasien berbicara pelo pembahasannya adalah sebagi
lalu oleh keluarga dibawa ke berikut :
Rumah Sakit Pandan Arang Keluhan utama : pada kasus
Boyolali.Pasien datang melalui ditemukan bahwa pasien
IGD Rumah Sakit Pandan mengalami kelemahan anggota
Arang Boyolali di IGD pasien gerak pada sebelah kiri hal
mendapat terapi infus RL 20 tersebut sesuai dengan teori
tetes permenit. Pasien dipindah yang telah dijelaskan bahwa

8
pasien biasanya mengalami iskemik otak.Iskemik yang
kelemahan anggota gerak baik terjadi dalam waktu yang
sebagian maupun seluruh singkat kurang dari 10-15 menit
bagian tubuh tiba-tiba lemas dapat menyebabkan defisit
tanpa diketahui penyebabnya sementara dan bukan defisit
dan sesuai dengan hasil permanen. Sedangkan iskemik
pengkajian yang dilakukan yeng terjadi dalam waktu yang
(Muttaqin, 2008). lama dapat menyebabkan sel
Diagnosa Keperawatan mati permanen dan
Berdasarkan data yang mengakibatkan infark pada otak
penulis dapatkan dari hasil (Batticaca, 2008). Menegakkan
pengkajian pada pasien yang diagnosa ini harus dibuktikan
telah dilakuakan pada tanggal dengan adanya penurunan
15 April 2015 di RSUD Pandan kesadaran, tidak ada keluhan
Arang Boyolali secara umum pusing, menunjukkan fungsi
tidak ada perbedaan yang sensori motor kranial yang utuh.
berarti antara diagnosa Diagnosa ini penulis
keperawatan yang di temukan tegakkan karena pasien
dalam kasus Tn.S dengan mengatakan pusing, anggota
diagnosa keperawatan yang di gerak sebelah kiri lemah saat
temukan dalam teori. sebelum dibawa ke rumah sakit
Berikut adalah diagnosa dan data-data lain yang
yang muncul pada kasus dan mendukung diagnosa ini adalah
sesuai dengan teori: pemeriksaan GCS E3V5M6
Ketidakefektifan perfusi kesadaran composmentis, TTV
jaringan serebral berhubungan (15 April 2015 jam 13.00 WIB)
gangguan aliran arteri.Perubah TD : 140/100 mmHg, N:
perfusi darah pada otak akan 82x/menit, S:3650C, RR:
menyebabkan keadaan hipoksia. 22x/menit, hasil CT Scan :
Hipoksia yang berlangsung lacunar infark di pericornu
lama dapat menyebabkan

9
anterior, ventrikel lateralis kiri lemah uji kekuatan otot
dextra, awal atrofi cerebri. tangan kiri hanya berupa
Gangguan mobilitas fisik perubahan dari tonus otot dan
ditempat tidur berhubungan tidak dapat menggerakkan sendi
dengan kerusakan nilai 1, tangan kanan mampu
neuromuscular. Gangguan diangkat namun tidak dapat
mobilitas fisik yang terjadi pada menahan tangan pemeriksa nilai
pasien stroke tidak segera 4, capilarry refill test 2 detik.
diatasi maka akan menyebabkan Ekstremitas bawah : sebelah
atrofi otot, serta menyebabkan kiri tidak bisa digerakkan, uji
penurunan sirkulasi yang kekuatan otot kaki kanan
berakibat lebih lanjut dan akan mampu mengangkat kaki kanan
mengakibatkan iskemik namun tidak dapat menahan
jaringan dan dengan adanya tangan pemeriksa nilai 4 kaki
kerusakan sirkulasi ini akan kirihanya berupa perubahan dari
mengakibatkan terjadinya ke- tonus otot nilai 1.
rusakan pada kulit (dekubitus) Hambatan komunikasi
(Batticaca, 2008). verbal berhubungan dengan
Menegakkan diagnosa ini harus perubahan pada sistem saraf
diperlukan bukti tidak mampu pusat. Hambatan komunikasi
mobilisasi di tempat tidur, tidak verbal tidak diatasi maka akan
mampu melakukan rentang berakibat ketidak mampuan
pergerakan penuh seluruh sendi. individu untuk
Diagnosa ini penulis mengekspresikan keadaan
tegakkan karena ditemukan data dirinya dan dapat berakibat
subyektif keluarga mengatakan lanjut pada penurunan harga
semua kegiatan pasien di diri pasien (Batticaca, 2008).
tempat tidur maupun yang lain Penulis menegakkan diagnosa
harus dibantu oleh keluarga, ini karena didapatkan data
sedangkan data obyektifnya subyektif keluarga pasien
ekstremitas atas : ekstremitas terdengar tidak jelas saat

10
berbicara, pasien mengatakan sirkulasi, membantu mencegah
lidahnya sulit digerakkan dan kontraktur (Corwin,2009).
data obyektif, mulut tampak Implementasi untuk
merot ke kiri, lidah tidak diagnosa hambatan komunikasi
simetris. verbal mengkaji kemampuan
Implementasi diagnosa pasien untuk berbicara,
ketidakefektifan perfusi mendengar dan berkomunikasi
jaringan serebral. Pengkajian dengan orang lain, menjelaskan
tanda-tanda vital dilakukan kepada keluarga mengapa
karena pada keadaan normal, pasien tidak bisa berbicara dan
otoregulasi mempertahankan memahami pembicaraan,
keadaan tekanan darah sistemik memberi penguatan positif atas
berubah secara fluktuasi, usaha pasien untuk
kegagalan otoregulasi akan berkomunikasi, berkolaborasi
menyebabkan kerusakan dengan dokter tentang
vaskuler serebri yang dapat kebutuhan terapi wicara. Pada
dimanifestasikan dengan implementasi mengkaji
peningkatan sistolik dan diikuti kemampuan pasien untuk bicara
oleh penurunan tekanan dapat membantu menentukan
diastolik, sedangkan daerah dan derajat kerusakan
peningkatan suhu dapat serebral yang terjadi dan
menggambarkan perjalanan kesulitan pasien dalam beberapa
infeksi (Muttaqin, 2008). atau seluruh tahap proses
Implementasi diagnosa komunikasi (Smeltzer, 2005).
gangguan mobilitas fisik, E. EVALUASI
mengubah posisi setiap 2 jam, Evaluasi yang penulis
melatih rentang gerak sendi, lakukan membandingkan
tindakan pelatihan ROM dan tujuan yang ingin dicapai
melatih rentang gerak sendi dengan hasil yang nyata.
dilakukan untuk meminimalkan Gambaran umum keadaan
atrofi otot, meningkatkan

11
pasien yang dilakukan asuhan baringnya dengan bantuan
keperawatan sebagai berikut : keluarga, belum mampu
Ketidakefektifan melakukan rentang pergerakan
gangguan perfusi jaringan penuh seluruh sendi.
serebral berhubungan dengan Berdasarkan hasil evaluasi
gangguan arteri. Hasil evaluasi tersebut maka penulis
terakhir didapatkan data menyimpulkan bahwa masalah
subyektif pasien mengatakan teratasi sebagian. Penulis
sudah tidak pusing, data menyimpulkan masalah
obyektif, E3V5M6 tekanan teratasi sebagian karena
darah130/100 mmHg. menurut penulis ada beberapa
Berdasarkan hasil tersebut kriteria hasil tidak penulis
penulis menyimpulkan bahwa temukan pada evaluasi
masalah pada diagnosa tersebut, yaitu pasien mampu
pertama teratasi sebagian melakukan rentang pergerakan
dengan kriteria hasil, tidak ada penuh seluruh sendi sehingga
keluhan pusing, tekanan darah intervensi dilanjutkan, beri
120/80 mmHg. Planningnya penguatan positif terhadap
intervensi dilanjutkan pantau pasien dan keluarga saat
peningkatan intracranial pasien berusaha untuk
(Batticaca,2008). bergerak (Tarwoto,2007).
Gangguan mobilitas fisik Hambatan komunikasi
berhubungan dengan verbal berhubungan dengan
kerusakan neuromuscular. perubahan pada sistem saraf
Hasil evaluasi hari ketiga pusat. Hasil evaluasi
didapatkan data subyektif didapatkan data subyektif
pasien mengatakan sudah pasien mengatakan kaku pada
lebih lancar untuk tirah baring lidahnya berkurang. Obyektif,
dengan bantuan keluarga.Data bicara pasien terdengar lebih
obyektif, pasien tampak jelas, bibir tidak perot lagi,
menunjukkan usaha tirah pasien tampak mampu

12
mengenali pesan yang pasien. Setelah diberikan
diterima (Muttaqin,2008). asuhan keperawatan 3x24
Berdasarkan evaluasi jam, masalah yang dialami
tersebut penulis pasien teratasi sebagian, dan
menyimpulkan bahwa masalah intervensi tetap dilanjutkan
teratasi. Penulis memberikan sampai masalah teratasi
kesimpulan tersebut karena sepenuhnya.
penulis menemukan keadaan Saran
yang sesuai dengan kriteria Bagi penulis
hasil yang diharapkan, yaitu Sebagai perawat
pasien mampu mengenali hendaknya lebih jeli dalam
pesan yang diterima dan mengkaji klien untuk
pasien mampu menggunakan menentukan diagnosa dan
bahasa isyarat atau verbal. intervensi yang tepat serta
Intervensi dihentikan. melakukan kolaborasi yang
F. PENUTUP baik dengan semua tenaga
Kesimpulan medis agar meningkatkan
Memberikan asuhan kualitas dalam pemberian
keperawatan pada Tn.S, asuhan keperawatan.
penulis melakukan Bagi pasien dan keluarga
pengkajian, menganalisa Diharapkan keluarga
data, menarik diagnosa, mampu memahami tentang
melakukan perencanaan, penyakit dan perawatan
melakukan tindakan pada klien agar tidak terjadi
keperawatan dan gangguan nutrisi, serta
mengevaluasi pasien stroke dapat melanjutkan
non hemoragik. Hasil perawatan di rumah dengan
pengkajian mulai tanggal baik.
15-17 April 2015, penulis
dapat menarik tiga diagnosa
dari masalah yang dialami

13
DAFTAR PUSTAKA Muttaqin, Arif. 2008. Buku
Ajar Asuhan
Batticaca Fransisca, C. 2008. Keperawatan Klien
Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
pada Klien dengan Persarafan. Jakarta :
Gangguan Sistem Salemba Medika
Persarafan.Jakarta :
Salemba Medika Price, S.A. 2006. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Proses Penyakit.Jakarta :
Buku Saku Patofisiologi. EGC
Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne. 2005.
Esther, Chang. 2010. Buku Ajar Keperawatan
Patofisiologi Aplikasi Medikal Bedah. Jakarta :
pada Praktek EGC
Keperawatan.Jakarta :
EGC Tarwoto, Wartonah, Eros SS.
2007. Keperawatan
Ginsberg, Lionel. 2008. Medikal Bedah Gangguan
Lecture Notes Sistem Persarafan.Jakarta
Neurologi.Jakarta : : CV. Sagung Seto.
Erlangga
Yastroki (Yayasan Stroke
Koni, Endang. 2009. Indonesia). 2007.
Mengenal&Mencegah Penderita Stroke
Penyakit Jantung, Meningkat. Jakarta:
Kanker, Yayasan Stroke Indonesia
Stroke.Yogyakarta :
Kirana Publisher.

14
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERSARAFAN: STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG CEMPAKA III
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
(Ariska Dwi Etika Sari, 2015, 51 Halaman)

Abstrak
Latar Belakang : Stroke merupakan penyakit otak karena adanya sumbatan atau
perdarahan dengan gejala lemas, lumpuh sesaat atau gejala berat sampai kehilangan
kesadaran dan kematiaan. Stroke penyebab kematian nomor tiga di negara maju
setelah penyakit jantung dan kanker sedangkan stroke di indonesia menduduki
peringkat pertama, penderita stroke mengalami kelemahan yang memerlukan
perawatan. Penyakit ini juga menimbulkan kecacatan terbanyak pada kelompok usia
dewasa yang masih produktif. Tujuan : Untuk mengetahui gambaran asuhan
keperawatan pada pasien dengan stroke non hemoragik yang meliputi pengkajian,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.Metode : Metode yang digunakan
adalah dengan pendekatan studi kasus yaitu metode ilmiah yang bersifat
mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan data.Hasil :
Diagnosa yang muncul pada kasus adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral,
gangguan mobilitas fisik dan hambatan komunikasi verbal. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam didapatkan hasil tidak terjadinya peningkatan intra
kranial, gangguan mobilitas fisik berkurang, hambatan komunikasi verbal berkurang.
Kesimpulan: Dalam melakukan asuhan keperawatan masalah hambatan komunikasi
verbal teratasi, masalah ketidak efektifan perfusi jaringan serebral dan gangguan
mobilitas fisik teratasi sebagian sehingga membutuhkan perawatan lebih lanjut dan
kerja sama dengan tim medis lain, pasien, serta keluarga sangat diperlukan untuk
keberhasilan asuhan keperawatan.

Kata kunci : Stroke, saraf, non hemoragik, iskemik, infark.

3
NURSING CARE TO MR.S WITH NEUROLOGIC SYSTEM DISORDERS:
NON HEMORRHAGIC STROKE IN CEMPAKA III ROOM ON RSUD
PANDAN ARANG BOYOLALI
(Ariska Dwi Etika Sari, 2015, 51 pages)

Abstract
Background: Stroke is a brain disease because of blockage or hemorrhage with
weakness symptoms, temporary paralysis or severe symptoms up to lose
consciousness and death. Stroke is the third cause of death in developed countries
after heart disease and cancer while in Indonesia stroke is in the first rank. Stroke
patients are experiencing weakness that needs medical treatment. This disease also
inflictthe highest disability in productive adult age group. Objective: To know the
description of nursing care in patients with non hemorrhagic stroke that include
assessment, intervention, implementation and evaluation of nursing care. Methods:
The method used was case study approach. It is a scientific method to collect data,
analyze the data and draw conclusions.Results: The emerging diagnosis on the case
were ineffectiveness of cerebral tissue perfusion, impaired physical mobility and
verbal communication barriers. After nursing care for 3x24 hours, it was obtained
that no occurrence of an increase in intracranial, decrease in impaired physical
mobility, and reduced verbal communication barriers. Conclusion: In doing nursing
care, verbal communication problem was resolved, problem of cerebral tissue
perfusion ineffectiveness and impaired physical mobility were partially resolved and
thus required further treatment and cooperation among other medical team, the
patient, and family was indispensable for the success of nursing care.

Keywords: Stroke, nerves, non hemorrhagic, ischemia, infarction.

4
A. PENDAHULUAN ringan maupun berat (Yastroki,
Menurut Batticaca (2008) 2007).
stroke merupakan penyakit otak Berdasarkan data yang
karena adanya sumbatan atau diperoleh dari Rekam Medik
perdarahan dengan gejala RSUD Pandan Arang Boyolali
lemas,lumpuh sesaat atau pada tahun 2014 ditemukan
gejala berat sampai kehilangan jumlah pasien stroke 1534
kesadaran dan kematiaan. dengan rincian 683 pasien
Stroke penyebab ke-matian stroke hemoragik dan 851
nomor tiga di negara maju pasien stroke non hemoragik.
setelah penyakit jantung dan Di RSUD Pandan Arang
kankerpenderita stroke Boyolali mencatat kejadian
mengalami kelemahan yang stroke hingga saat ini terus
memerlukan perawatan. bertambah di Ruang Cempaka
Penyakit ini juga menimbulkan III RSUD Pandan Arang
kecatatan terbanyak pada Boyolali.
kelompok usia dewasa yang Tujuan umum penulis dapat
masih produktif. Stroke adalah mengetahui dan memahami
serangan otak yang timbulnya konsep penyakit stroke dan
mendadak akibat tersumbatnya mengimplementasikan asuhan
atau pecahnya pembuluh darah keperawatan pada pasien stroke
otak, bukan hanya menyerang non hemoragik serta akan
usia lanjut tetapi juga dialami memberikan pemahaman pada
oleh mereka yang berusia penulis agar berfikir logis dan
produktif. Stroke di Indonesia sesuai dengan ilmiah yang ada
menduduki peringkat pertama di lahan.
setiap tahun terjadi 500.000 Tujuan khusus agar penulis
penduduk terkena stroke, mampu, memahami pengkajian
sekitar 2,5% atau 125.000 orang pada Tn.S dengan stroke non
meninggal dan sisanya cacat hemoragik, mengetahui
penentuan diagnosa

5
keperawatan yang sesuai perdarahan pada bagian otak
dengan kasus Tn.S dengan (Koni, 2009).
stroke non hemoragik, Menurut Ginsberg (2008),
menjelaskan penyusunan proses Batticaca (2008) Stroke non
intervensi pada Tn.S dengan hemoragik adalah hilangnya
stroke non hemoragik, fungsi sistem saraf pusat fokal
melakukan implementasi yang secara cepat yang berlangsung
tepat pada Tn.S dengan stroke kurang dari 24 jam yang
non hemoragik, disebabkan karena trombus
mendeskripsikan evaluasi yang maupun emboli pada pembuluh
telah dilakukan pada Tn.S darah diotak, pada
dengan stroke non hemoragik, serangannya terjadi pada usia
menggambarkan 20-60 tahun dan biasanya
pendokumentasian yang sudah timbul setelah beraktifitas fisik
dilakukan pada Tn.S dengan atau karena psikologis (mental)
stroke non hemoragik. dan diakibatkan oleh
B. TINJUAN PUSTAKA mekanisme vaskuler emboli,
1. Pengertian trombus, atau hemodinamik.
Stroke adalah terjadinya 2. Etiologi
gangguan pada aktivitas suplai Stroke biasanya diakibatkan
darah ke otak. Ketika aliran trombus serebral ,emboli,
darah menuju otak terganggu, iskemia (Muttaqin, 2008).
maka oksigen dan nutrisi tidak 3. Patofisiologi
dapat dikirim ke otak. Kondisi Trombus dan emboli di
ini akan mengakibatkan dalam pembuluh darah akan
kerusakan sel-sel otak hingga terlepas dan terbawa hingga
membuat mati. Matinya sel-sel terperangkap dalam pembuluh
otak kadang menyebabkan darah distal, lalu menyebabkan
pembuluh darah otak pecah, berkurangnya aliran darah yang
sehingga mengakibatkan menuju ke otak sehingga sel
otak akan mengalami

6
kekurangan nutrisi dan juga adanya penyumbatan aliran
oksigen, sel otak yang darah otak oleh thrombus atau
mengalami kekurangan oksigen berkembangnya aterosklerosis
dan glukosa akan menyebabkan pada dinding pembuluh darah
asidosis lalu asidosis akan sehingga arteri menjadi
mengakibatkan natrium klorida tersumbat, aliran darah kearea
dan air masuk ke dalam sel otak thrombus menjadi berkurang
dan kalium meninggalkan sel menyebabkan iskemia
otak sehingga terjadi edema kemudian menjadi kompleks
setempat, trombus dan emboli iskemia akhirnya terjadi infark
akan menyebabkan iskemia pada jaringan otak.
pada jaringan yang tidak dialiri Emboli disebabkan oleh
oleh darah , jika kondisi terus embolus yang berjalan menuju
menurus akan terjadinya infark. arteri serebral melalui arteri
Kemudian kalium akan masuk karotis. Terjadinya blok pada
dan memicu serangkaian arteri tersebut menyebabkan
radikal bebas sehingga terjadi iskemia yang tiba-tiba
perusakan membran sel lalu berkembang cepat dan terjadi
mengkerut dan tubuh gangguan neurologist fokal
mengalami defisit neurologis (Price, 2006).
(Esther, 2010). C. TINJUAN KASUS
Stroke non hemoragik dapat Pengkajian dilakukan pada
berupa iskemia atau emboli dan tanggal 15 April 2015 pukul
trombus serebral, biasanya 13.00 WIB di Ruang Cempaka
terjadi saat setelah lama III RSUD Pandan Arang
istirahat.Tidak terjadi Boyolali. Data diperoleh dari
perdarahan namun terjadi pasien dan keluarga,rekam
iskemia yang menimbulkan medis pasien, dan perawat jaga.
hipoksia dan selanjutnya dapat Data yang didapat penulis
timbul edema sekunder. meliputi:
Iskemia disebabkan oleh

7
di Ruang Cempaka III dan
Biodata dilakukan perawatan lebih
Pasien bernama Tn.S umur lanjut.
46 tahun, jenis kelamin laki- Diagnosa keperawatan
laki, beragama Islam, 1. Ketidakefektifan perfusi
pendidikan SMP, status kawin, jaringan serebral
alamat Sawit Boyolali dirawat berhubungan dengan
sejak hari selasa 13 April 2015 gangguan arteri
jam 11.00 WIB, no RM 2. Kerusakan mobilitas fisik
715041xx, pasien dirawat berhubungan dengan
diruang Cempaka III dengan kerusakan neuromuskuler
diagnosa medik SNH (Stroke 3. Hambatan komunikasi
Non Hemoragik). verbal berhubungan dengan
Keluhan utama perubahan pada sistem saraf
Pasien mengatakan anggota pusat (Muttaqin, 2008).
gerak sebelah kiri sulit untuk D. PEMBAHASAN
digerakan. Pengkajian Keperawatan
Riwayat kesehatan sekarang Secara umum data yang
Sebelum dirawat di rumah ditemukan dalam kasus tidak
sakit Tn.S dirumah sedang tidur jauh berbeda dengan fokus
setelah pasien bangun tidur dalam teori. Namun masih ada
tiba-tiba pasien sulit beberapa data yang tidak sama
menggerakan tangan serta kaki dengan teori. Berikut
kirinya, pasien berbicara pelo pembahasannya adalah sebagi
lalu oleh keluarga dibawa ke berikut :
Rumah Sakit Pandan Arang Keluhan utama : pada kasus
Boyolali.Pasien datang melalui ditemukan bahwa pasien
IGD Rumah Sakit Pandan mengalami kelemahan anggota
Arang Boyolali di IGD pasien gerak pada sebelah kiri hal
mendapat terapi infus RL 20 tersebut sesuai dengan teori
tetes permenit. Pasien dipindah yang telah dijelaskan bahwa

8
pasien biasanya mengalami iskemik otak.Iskemik yang
kelemahan anggota gerak baik terjadi dalam waktu yang
sebagian maupun seluruh singkat kurang dari 10-15 menit
bagian tubuh tiba-tiba lemas dapat menyebabkan defisit
tanpa diketahui penyebabnya sementara dan bukan defisit
dan sesuai dengan hasil permanen. Sedangkan iskemik
pengkajian yang dilakukan yeng terjadi dalam waktu yang
(Muttaqin, 2008). lama dapat menyebabkan sel
Diagnosa Keperawatan mati permanen dan
Berdasarkan data yang mengakibatkan infark pada otak
penulis dapatkan dari hasil (Batticaca, 2008). Menegakkan
pengkajian pada pasien yang diagnosa ini harus dibuktikan
telah dilakuakan pada tanggal dengan adanya penurunan
15 April 2015 di RSUD Pandan kesadaran, tidak ada keluhan
Arang Boyolali secara umum pusing, menunjukkan fungsi
tidak ada perbedaan yang sensori motor kranial yang utuh.
berarti antara diagnosa Diagnosa ini penulis
keperawatan yang di temukan tegakkan karena pasien
dalam kasus Tn.S dengan mengatakan pusing, anggota
diagnosa keperawatan yang di gerak sebelah kiri lemah saat
temukan dalam teori. sebelum dibawa ke rumah sakit
Berikut adalah diagnosa dan data-data lain yang
yang muncul pada kasus dan mendukung diagnosa ini adalah
sesuai dengan teori: pemeriksaan GCS E3V5M6
Ketidakefektifan perfusi kesadaran composmentis, TTV
jaringan serebral berhubungan (15 April 2015 jam 13.00 WIB)
gangguan aliran arteri.Perubah TD : 140/100 mmHg, N:
perfusi darah pada otak akan 82x/menit, S:3650C, RR:
menyebabkan keadaan hipoksia. 22x/menit, hasil CT Scan :
Hipoksia yang berlangsung lacunar infark di pericornu
lama dapat menyebabkan

9
anterior, ventrikel lateralis kiri lemah uji kekuatan otot
dextra, awal atrofi cerebri. tangan kiri hanya berupa
Gangguan mobilitas fisik perubahan dari tonus otot dan
ditempat tidur berhubungan tidak dapat menggerakkan sendi
dengan kerusakan nilai 1, tangan kanan mampu
neuromuscular. Gangguan diangkat namun tidak dapat
mobilitas fisik yang terjadi pada menahan tangan pemeriksa nilai
pasien stroke tidak segera 4, capilarry refill test 2 detik.
diatasi maka akan menyebabkan Ekstremitas bawah : sebelah
atrofi otot, serta menyebabkan kiri tidak bisa digerakkan, uji
penurunan sirkulasi yang kekuatan otot kaki kanan
berakibat lebih lanjut dan akan mampu mengangkat kaki kanan
mengakibatkan iskemik namun tidak dapat menahan
jaringan dan dengan adanya tangan pemeriksa nilai 4 kaki
kerusakan sirkulasi ini akan kirihanya berupa perubahan dari
mengakibatkan terjadinya ke- tonus otot nilai 1.
rusakan pada kulit (dekubitus) Hambatan komunikasi
(Batticaca, 2008). verbal berhubungan dengan
Menegakkan diagnosa ini harus perubahan pada sistem saraf
diperlukan bukti tidak mampu pusat. Hambatan komunikasi
mobilisasi di tempat tidur, tidak verbal tidak diatasi maka akan
mampu melakukan rentang berakibat ketidak mampuan
pergerakan penuh seluruh sendi. individu untuk
Diagnosa ini penulis mengekspresikan keadaan
tegakkan karena ditemukan data dirinya dan dapat berakibat
subyektif keluarga mengatakan lanjut pada penurunan harga
semua kegiatan pasien di diri pasien (Batticaca, 2008).
tempat tidur maupun yang lain Penulis menegakkan diagnosa
harus dibantu oleh keluarga, ini karena didapatkan data
sedangkan data obyektifnya subyektif keluarga pasien
ekstremitas atas : ekstremitas terdengar tidak jelas saat

10
berbicara, pasien mengatakan sirkulasi, membantu mencegah
lidahnya sulit digerakkan dan kontraktur (Corwin,2009).
data obyektif, mulut tampak Implementasi untuk
merot ke kiri, lidah tidak diagnosa hambatan komunikasi
simetris. verbal mengkaji kemampuan
Implementasi diagnosa pasien untuk berbicara,
ketidakefektifan perfusi mendengar dan berkomunikasi
jaringan serebral. Pengkajian dengan orang lain, menjelaskan
tanda-tanda vital dilakukan kepada keluarga mengapa
karena pada keadaan normal, pasien tidak bisa berbicara dan
otoregulasi mempertahankan memahami pembicaraan,
keadaan tekanan darah sistemik memberi penguatan positif atas
berubah secara fluktuasi, usaha pasien untuk
kegagalan otoregulasi akan berkomunikasi, berkolaborasi
menyebabkan kerusakan dengan dokter tentang
vaskuler serebri yang dapat kebutuhan terapi wicara. Pada
dimanifestasikan dengan implementasi mengkaji
peningkatan sistolik dan diikuti kemampuan pasien untuk bicara
oleh penurunan tekanan dapat membantu menentukan
diastolik, sedangkan daerah dan derajat kerusakan
peningkatan suhu dapat serebral yang terjadi dan
menggambarkan perjalanan kesulitan pasien dalam beberapa
infeksi (Muttaqin, 2008). atau seluruh tahap proses
Implementasi diagnosa komunikasi (Smeltzer, 2005).
gangguan mobilitas fisik, E. EVALUASI
mengubah posisi setiap 2 jam, Evaluasi yang penulis
melatih rentang gerak sendi, lakukan membandingkan
tindakan pelatihan ROM dan tujuan yang ingin dicapai
melatih rentang gerak sendi dengan hasil yang nyata.
dilakukan untuk meminimalkan Gambaran umum keadaan
atrofi otot, meningkatkan

11
pasien yang dilakukan asuhan baringnya dengan bantuan
keperawatan sebagai berikut : keluarga, belum mampu
Ketidakefektifan melakukan rentang pergerakan
gangguan perfusi jaringan penuh seluruh sendi.
serebral berhubungan dengan Berdasarkan hasil evaluasi
gangguan arteri. Hasil evaluasi tersebut maka penulis
terakhir didapatkan data menyimpulkan bahwa masalah
subyektif pasien mengatakan teratasi sebagian. Penulis
sudah tidak pusing, data menyimpulkan masalah
obyektif, E3V5M6 tekanan teratasi sebagian karena
darah130/100 mmHg. menurut penulis ada beberapa
Berdasarkan hasil tersebut kriteria hasil tidak penulis
penulis menyimpulkan bahwa temukan pada evaluasi
masalah pada diagnosa tersebut, yaitu pasien mampu
pertama teratasi sebagian melakukan rentang pergerakan
dengan kriteria hasil, tidak ada penuh seluruh sendi sehingga
keluhan pusing, tekanan darah intervensi dilanjutkan, beri
120/80 mmHg. Planningnya penguatan positif terhadap
intervensi dilanjutkan pantau pasien dan keluarga saat
peningkatan intracranial pasien berusaha untuk
(Batticaca,2008). bergerak (Tarwoto,2007).
Gangguan mobilitas fisik Hambatan komunikasi
berhubungan dengan verbal berhubungan dengan
kerusakan neuromuscular. perubahan pada sistem saraf
Hasil evaluasi hari ketiga pusat. Hasil evaluasi
didapatkan data subyektif didapatkan data subyektif
pasien mengatakan sudah pasien mengatakan kaku pada
lebih lancar untuk tirah baring lidahnya berkurang. Obyektif,
dengan bantuan keluarga.Data bicara pasien terdengar lebih
obyektif, pasien tampak jelas, bibir tidak perot lagi,
menunjukkan usaha tirah pasien tampak mampu

12
mengenali pesan yang pasien. Setelah diberikan
diterima (Muttaqin,2008). asuhan keperawatan 3x24
Berdasarkan evaluasi jam, masalah yang dialami
tersebut penulis pasien teratasi sebagian, dan
menyimpulkan bahwa masalah intervensi tetap dilanjutkan
teratasi. Penulis memberikan sampai masalah teratasi
kesimpulan tersebut karena sepenuhnya.
penulis menemukan keadaan Saran
yang sesuai dengan kriteria Bagi penulis
hasil yang diharapkan, yaitu Sebagai perawat
pasien mampu mengenali hendaknya lebih jeli dalam
pesan yang diterima dan mengkaji klien untuk
pasien mampu menggunakan menentukan diagnosa dan
bahasa isyarat atau verbal. intervensi yang tepat serta
Intervensi dihentikan. melakukan kolaborasi yang
F. PENUTUP baik dengan semua tenaga
Kesimpulan medis agar meningkatkan
Memberikan asuhan kualitas dalam pemberian
keperawatan pada Tn.S, asuhan keperawatan.
penulis melakukan Bagi pasien dan keluarga
pengkajian, menganalisa Diharapkan keluarga
data, menarik diagnosa, mampu memahami tentang
melakukan perencanaan, penyakit dan perawatan
melakukan tindakan pada klien agar tidak terjadi
keperawatan dan gangguan nutrisi, serta
mengevaluasi pasien stroke dapat melanjutkan
non hemoragik. Hasil perawatan di rumah dengan
pengkajian mulai tanggal baik.
15-17 April 2015, penulis
dapat menarik tiga diagnosa
dari masalah yang dialami

13
DAFTAR PUSTAKA Muttaqin, Arif. 2008. Buku
Ajar Asuhan
Batticaca Fransisca, C. 2008. Keperawatan Klien
Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
pada Klien dengan Persarafan. Jakarta :
Gangguan Sistem Salemba Medika
Persarafan.Jakarta :
Salemba Medika Price, S.A. 2006. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Proses Penyakit.Jakarta :
Buku Saku Patofisiologi. EGC
Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne. 2005.
Esther, Chang. 2010. Buku Ajar Keperawatan
Patofisiologi Aplikasi Medikal Bedah. Jakarta :
pada Praktek EGC
Keperawatan.Jakarta :
EGC Tarwoto, Wartonah, Eros SS.
2007. Keperawatan
Ginsberg, Lionel. 2008. Medikal Bedah Gangguan
Lecture Notes Sistem Persarafan.Jakarta
Neurologi.Jakarta : : CV. Sagung Seto.
Erlangga
Yastroki (Yayasan Stroke
Koni, Endang. 2009. Indonesia). 2007.
Mengenal&Mencegah Penderita Stroke
Penyakit Jantung, Meningkat. Jakarta:
Kanker, Yayasan Stroke Indonesia
Stroke.Yogyakarta :
Kirana Publisher.

14

Anda mungkin juga menyukai