Anda di halaman 1dari 116

MEMASANG KATETER

A. PENGERTIAN
Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung
kemih untuk mengeluarkan urine.

B. TUJUAN
1. Menghilangkan distensi kandung kemih.
2. Sebagai penatalaksanaan kandung kemih inkompeten.
3. Mendapatkan specimen urine steril.
4. Sebagai pengkajian jumlah residu urine, bila kandung kemih tidak mampu
untuk dikosongkan secara lengkap.

C. DILAKUKAN PADA
1. Pasien dengan retensi/incontinensia urine.
2. Pasien yang akan dilakukan pemeriksaan urine steril.
3. Pasien yang akan dilakukan foto kandung kemih.
4. Pasien pre dan post operasi besar.
5. Pasien dengan penurunan kesadaran.
6. Pasien dengan fraktur tulang belakang.
7. Pasien dengan trauma kandung kemih.

D. TIDAK BOLEH DILAKUKAN PADA


1. Pasien dengan infeksi pada saluran kemih.
2. Pasien dengan stictur uretra.

E. MACAM-MACAM JENIS KATETER


1. Kateter plastik, karet.
2. Kateter logam.
3. Kateter sutera yang ditenun (untuk pria).
4. Kateter nelaton.
5. Kateter silicon.

F. PEMAKAIAN UKURAN KATETER


1. Untuk wanita dewasa No 14, 16
2. Untuk pria dewasa No 18, 20,
3. Untuk anak-anak No 6, 8,10
4. Untuk irigasi kandung kemih continue No. 6, 12, 20, 22, 24

G. PEMASANGAN KATETER

1. PEMASANGAN KATETER PADA WANITA


a. Persiapan Alat
1) Bak instrument steril berisi :
a) Pinset anatomis

1
b) Duk
2) Kateter sesuai ukuran
3) Sarung tangan /handscoen steril 2 pasang
4) Desinfektan dalam tempatnya
5) Aquadest
6) Spuit 20 cc
7) Pelumas
8) Kapas
9) Urine bag
10) Plester dan gunting
11) Selimut mandi
12) Perlak dan pengalas
13) Bak berisi air hangat / NaCl
14) Waslap, sabun, handuk
15) Bengkok
16) Pispot
b. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a) Verifikasi data sebelumnya.
b) Mencuci tangan
c) Mengidentifikasi pasien dengan tepat (nama, nomor kamar).
d) Menyiapkan alat.
e) Mendekatkan alat kedekat pasien
2) Tahap Orientasi
a) Mengucap salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
b) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap Kerja
a) Memasang sampiran / menjaga privacy pasien.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada
Allah.
c) Mengatur posisi dorsal recumbent dan melepas pakaian
bawah (bila pasien tidak dapat mengabduksikan tungkainya
pada sendi panggul mis, artritis sendi, baringkan pasien pada
posisi miring (sim’s) dengan tungkai atas fleksi pada lutut dan
panggul).
d) Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi (letakkan
selimut dalam bentuk intan di atas tubuh pasien, satu ujung
pada setiap kaki dan ujung lain di atas perineum).
e) Memasang perlak dan pengalas.
f) Memasang pispot di bawah bokong pasien.
g) Memakai sarung tangan/ handscoen.
h) Mencuci area perineal dengan sabun dan air hangat dengan
menggunakan waslap sesuai dengan kebutuhan lalu
keringkan dengan handuk.

2
i) Mengangkat pispot dari bokong pasien.
j) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan.
k) Membuka kantung kateter sesuai petunjuk, jaga agar bagian
dasar wadah tetap steril.
l) Memakai sarung tangan (handscoen) steril.
m) Memasang duk steril. Letakkan duk diatas tempat tidur
diantara paha klien, sisipkan tepi duk tepat di bawah bokong
pasien, perhatikan untuk tidak menyentuh permukaan
terkontaminasi dengan tangan yang telah mengenakan
sarung tangan steril. Pasang duk steril fanestrated (duk
dengan lubang di tengahnya) di atas perineum.
n) Memberi pelumas 2,5 - 5 cm pada ujung kateter.
o) Meregangkan labia sedemikian sehingga meatus uretra
terlihat dengan sempurna.
p) Mengambil kapas dengan pinset, membersihkan perineum
dengan air hangat/ NaCl dengan cara mengusap dari depan
ke belakang dari klitoris ke arah anus. Gunakan bola kapas
bersih baru untuk tiap usapan, sepanjang dekat lipatan labia
dan sepanjang area yang jauh dari lipatan labia dan pada
meatus.
q) Memasukkan kateter 5 – 7,5 cm atau sampai keluar urine,
minta pasien untuk tidak mengejan dengan cara menarik
nafas panjang.
r) Menampung urine pada bengkok, biarkan sampai kandung
kemih kosong (jika diperlukan urine steril untuk dilakukan
pemeriksaan maka urine dialirkan ke botol steril setelah urine
yang pertama dialirkan ke bengkok terlebih dahulu).
s) Mengisi balon dengan aquadest sesuai ukuran.
t) Menyambungkan kateter dengan urine bag dan
menggantungnya di sisi tempat tidur.
u) Menarik perlahan kateter untuk memastikan kateter
tertahan.
v) Memfiksasi kateter ke arah paha, biarkan mengendur agar
saat paha bergerak kateter tidak teregang.
w) Melepas duk, pengalas dan sarung tangan.
4) Tahap Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut
c) Merapikan pasien dan lingkungan.
d) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada
Allah.
e) Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan
datang
f) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g) Mencuci tangan.
h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

3
2. PEMASANGAN KATETER PADA PRIA
a. Persiapan Alat
1) Bak Instrumen steril berisi :
a) Pinset anatomis
b) Duk steril
2) Kateter sesuai ukuran
3) Sarung tangan(handscoen) steril 2 pasang
4) Desinfektan dalam tempatnya
5) Aquadest
6) Spuit 20 cc
7) Pelumas
8) Urine Bag
9) Plester dan gunting
10) Selimut mandi
11) Perlak dan Pengalas
12) Bak berisi air hangat, waslap, sabun, handuk
13) Bengkok
14) Pispot
b. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a) Verifikasi data sebelumnya.
b) Mencuci tangan
c) Mengidentifikasi pasien dengan tepat
d) Menyiapkan alat.
e) Mendekatkan alat kedekat pasien
2) Tahap Orientasi
a) Mengucap salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
b) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap Kerja
a) Memasang sampiran/menjaga privacy.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada
Allah.
c) Menyiapkan pasien dengan posisi dorsal recumbent dan
melepaskan pakaian bawah.
d) Menyelimuti tubuh atas pasien dengan selimut mandi dan
tutup ejstremitas bawah dengan selimut tidur (hanya
memajankan bagian genetalia).
e) Memasang perlak, pengalas, dan pispot.
f) Memakai sarung tangan.
g) Membersihkan genetalia dengan sabun dan air hangat,
(pada pria yang tidak di sirkumsisi yakinkan untuk
meretraksi (menarik prepisium untuk membersihkan meatus
uretra).
h) Mengangkat pispot.

4
i) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan.
j) Membuka kantong kateter, pertahankan tetap steril.
k) Memakai sarung tangan steril, memasang duk steril.
l) Memberi pelumas pada ujung kateter.
m) Memegang penis pada batang tepat di bawah glans dan
regangkan meatus uretra. Regangkan preputium pria yang
tidak disirkumsisi.
n) Mengambil kapas dengan pinset dan membersihkan penis
dengan air hangat dengan gerakan melingkar dari meatus
bawah ke arah glans. Ulangi dua kali menggunakan kapas
yang bersih.
o) Mengarahkan penis tegak ke atas.
p) Meminta pasien untuk tidak mengejan dengan cara
menarik nafas panjang.
q) Memasukkan kateter perlahan-lahan sedalam 15-23 cm
atau hingga urine keluar.
r) Menampung urine pada bengkok, biarkan sampai kandung
kemih kosong (jika diperlukan urine steril untuk dilakukan
pemeriksaan maka urine dialirkan ke botol steril setelah
urine yang pertama dialirkan ke bengkok terlebih dahulu).
s) Mengisi balon dengan aquadest sesuai ukuran.
t) Menyambungkan kateter dengan urine bag dan
menggantungnya di pinggir tempat tidur.
u) Menarik keteter parlahan, pastikan kateter tertahan.
v) Memfiksasi kateter ke arah
perut.
w) Melepas duk, pengalas dan sarung tangan.
x) Mengganti selimut mandi dengan selimut pasien.
4) Tahap Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut
c) Merapikan pasien dan lingkungan.
d) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada
Allah.
e) Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan
datang.
f) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g) Mencuci tangan.
h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

H. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Jangan mendorong paksa kateter bila terjadi tahanan karena hal tersebut
dapat mengindikasikan terjadinya strictur uretra. Pada pria lansia,
hipertropi prostate dapat menyumbat uretre secara parsial dan
menghambat masuknya kateter. Bila terjadi tahanan beritahu dokter.
2. Pada wanita pastikan meatus uretra terlihat jelas, jangan sampai salah
memasukkan kateter pada vagina.

5
MERAWAT KATETER

A. PENGERTIAN
Melakukan tindakan perawatan pada daerah genital yang terpasang kateter
untuk mencegah terjadinya infeksi.

B. TUJUAN
1. Mencegah infeksi.
2. Memberikan rasa nyaman.

C. PERSIAPAN ALAT
1. Bak instrumen berisi kassa steril
2. Sarung tangan steril
3. NaCl steril dalam kom (secukupnya)
4. Air hangat, waslap, handuk
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok
7. Pinset anatomis.

D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar
d. Menyiapkan alat.
e. Mendekatkan alat kedekat pasien
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
b. Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a. Memasang sampiran / menjaga privacy pasien.
b. Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah.
c. Menyiapkan pasien dalam posisi dorsal recumbent dan melepaskan
pakaian bawah.
d. Memasang perlak, pengalas.
e. Memakai sarung tangan.
f. Membersihkan genetalia dengan waslap dibasahi air hangat,
perhatikan jangan sampai menimbulkan nyeri.
g. Memastikan posisi kateter terpasang dengan benar dengan menarik
secara hati-hati, pastikan kateter tetap tertahan.
h. Membersihkan tempat insersi kateter dengan kasa dibasahi NaCl
steril dengan menggunakan pinset anatomis.
i. Melepas pengalas dan sarung tangan.
j. Merapikan pasien.

6
4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut.
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e. Berpamitan dengan pasien dan ontrak waktu yang akan datang
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

7
MELEPAS KATETER

A. PENGERTIAN
Melepas drainage urine pada pasien yang terpasang kateter untuk
mengembalikan fungsi kandung kemih.

B. TUJUAN
1. Mengembalikan fungsi pola berkemih.
2. Mencegah infeksi.
3. Pasien bisa buang air kecil dengan normal

C. PERSIAPAN ALAT
1. Bak Instrumen berisi :
a. Pinset chirrurgis
b. Kasa
2. Kapas alcohol
3. NaCl Steril dalam kom (secukupnya)
4. Selimut mandi
5. Perlak dan pengalas
6. Sarung tangan
7. Spuit 10/20 cc
8. Bengkok

D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan
c. Mengidentifikasi pasien dengan tepat
d. Menyiapkan alat.
e. Mendekatkan alat kedekat pasien
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
b. Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a. Memasang sampiran / menjaga privacy pasien.
b. Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah.
c. Menyiapkan pasien dalam posisi dorsal recumbent dan melepaskan
pakaian bawah.
d. Memasang perlak dan pengalas.
e. Memasang selimut mandi.
f. Memakai sarung tangan.
g. Melepas plester dan membersihkan sisa plester dengan kapas
alkohol.

8
h. Melakukan aspirasi balon kateter hingga habis isinya (menarik kateter
dengan balon yang masih mengembang/terisi air akan mengiritasi
dinding uretra dan dapat mengakibatkan rupture).
i. Mengarahkan penis ke atas/membuka labia.
j. Menarik kateter perlahan-lahan hingga lepas, anjurkan pasien
menarik nafas dalam dan rileks.
k. Membersihkan meatus uretra dengan kassa dan NaCl steril.
l. Merapikan pasien.
4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e. Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

E. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Pada pasien yang akan dilepas kateter sebaiknya dilakukan bladder
training.
2. Sebelum menarik kateter kosongkan urine bag terlebih dahulu.

9
MEMBERIKAN HUKNAH / ENEMA

A. PENGERTIAN
Memasukkan cairan hangat ke dalam kolon melalui lubang pelepasan/ anus
untuk membersihkan kolon dari sisa makanan.
B. TUJUAN
1. Untuk meningkatkan defekasi dengan merangsang peristaltic.
2. Untuk melunakkan feses yang telah mengeras atau untuk mengosongkan
rektum dan kolon bawah untuk prosedur diagnostik atau pembedahan.
C. MACAM HUKNAH
1. Huknah Rendah.
2. Huknah Tinggi.

1. HUKNAH RENDAH
b. Pengertian
Memasukkan cairan hangat ke dalam colon descendens melalui anus.
c. Tujuan
1) Pengobatan pada pasien konstipasi (sembelit).
2) Merangsang peristaltik usus.
3) Mendapatkan sediaan bahan pemeriksaan laboratorium.
4) Persiapan operasi.
d. Dilakukan Pada
1) Pasien yang sembelit.
2) Pasien yang akan dilakukan operasi.
e. Persiapan Alat
1) Irigator lengkap dengan kanul dan selang
2) Larutan hangat :
a) Bayi : 150 - 250 cc
b) Anak : 250 – 350 cc
c) Usia sekolah : 300 – 500 cc
d) Remaja : 500 – 700 cc
e) Dewasa : 750 – 1000 cc
3) Standar
4) Perlak dan pengalas
5) Bengkok
6) Pispot dan botol cebok
7) Selimut mandi
8) Tissue toilet
9) Jelly
10) Sarung tangan (Handscoen)

10
f. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a) Mengecek program terapi.
b) Mencuci tangan.
c) Mengidentifikasi pasien dengan tepat.
d) Menyiapkan alat.
e) Mendekatkan alat kedekat pasien
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam , menyapa nama pasien, memperkenalkan
diri.
b) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap Kerja
a) Menjaga privacy.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada Allah.
c) Mengatur posisi pasien miring kiri, dengan lutut kaki yang
berada di atas fleksi. Pada anak-anak dapat diposisikan dorsal
recumben (pasien dengan kontrol sfingter kurang bisa
diposisikan langsung pada pispot).
d) Meletakkan perlak dan pengalas di bawah bokong pasien.
e) Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi. Biarkan
hanya area anal yang kelihatan.
f) Meletakkan pispot dekat tempat tidur.
g) Siapkan irigator lengkap dengan selang dan kanul, isi dengan
larutan hangat.
h) Menggantung irigator pada standar dengan ketinggian 30 cm.
i) Mengeluarkan udara dalam selang, kemudian menutup klem
kembali.
j) Memakai handscoen/ sarung tangan.
k) Mengoleskan jelly pada kanul rectal.
l) Membuka bokong pasien hingga anus terlihat, instruksikan
pasien agar rileks.
m) Memasukkannya kanul rektal secara perlahan mengarah ke
umbilicus, (panjang insersi untuk dewasa 7,5 – 10 cm, anak 5 –
7,5 cm, bayi 2,5 – 3,5 cm).
n) Menginstruksikan pasien untuk tidak menahan masuknya kanul
ke anus dengan cara menghembuskan nafas perlahan melalui
mulut, tarik selang segera jika menemui obstruksi yang berarti,
segera laporkan pada dokter.
o) Membuka kran dan biarkan cairan masuk dengan perlahan.
p) Menutup kran bila cairan dalam irrigator habis atau bila pasien
tidak dapat menahan untuk BAB.
q) Memegang pangkal kanul dengan tissue, tarik kanul dari anus.
r) Meminta pasien menahan larutan selama mungkin saat
berbaring di tempat tidur (makin lama ditahan akan lebih
efektif terhadap perangsangan peristaltik dan defekasi).

11
s)
Bantu pasien ke kamar mandi atau pasang pispot di bawah
bokong pasien untuk BAB.
t) Membersihkan anus setelah pasien selesai BAB.
u) Melepas hand schoen.
v) Merapikan pasien.
4) Tahap Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut
c) Merapikan pasien dan lingkungan.
d) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada Allah.
e) Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan
datang
f) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g) Mencuci tangan.
h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
g. Hal Yang Perlu Diperhatikan
1) Perhatikan keadaan umum pasien selama bekerja.
2) Catat macam cairan, jumlah dan waktu pemberian.
3) Memasukkan cairan harus perlahan-lahan.
4) Catat apakah huknah tersebut berhasil atau tidak, juga apakah
pada feses ada darah, lendir, dsb.
5) Pemberian huknah tinggi harus di dahului oleh pemberian huknah
rendah.
6) Pemberian huknah tidak diperbolehkan memakai air sabun.
7) Untuk anak-anak menggunakan kanul khusus.

2. HUKNAH TINGGI
a. Pengertian
Memasukkan cairan hangat sampai ke dalam colon ascendens
melalui anus untuk membersihkan seluruh kolon.
b. Tujuan
1) Persiapan operasi besar.
2) Persiapan pemeriksaan, mis. BNO(Blass Nier
Overzicth)/IVP(Intra Venous Pyelography), colon foto,
cholesystogram, rectoscopy, dll.
3) Membantu mengeluarkan feses akibat dari adanya konstipasi
atau fekal impaksi.
4) Pengobatan symptomatic pada pasien melena.
c. Dilakukan pada
1) Pasien yang akan dilakukan foto kolon, cholesystogram,
rectoscopy, BNO/IVP.
2) Pasien yang akan operasi.
3) Pasien dengan melena.

12
d. Persiapan Alat
1) Irigator lengkap dengan kanul dan selang
2) Larutan hangat :
a) Bayi : 150 - 250 cc
b) Anak : 250 – 350 cc
c) Usia sekolah : 300 – 500 cc
d) Remaja : 500 – 700 cc
e) Dewasa : 750 – 1000 cc
3) Standar
4) Perlak dan pengalas
5) Bengkok
6) Pispot dan botol cebok
7) Selimut mandi
8) Tissue toilet
9) Jelly
10) Hand scoen
e. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a) Mengecek program terapi.
b) Mencuci tangan.
c) Mengidentifikasi pasien dengan benar.
d) Menyiapkan alat.
e) Mendekatkan alat kedekat pasien
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam, menyapa nama pasien,
memperkenalkan diri.
b) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap Kerja
a) Menjaga privacy.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada
Allah.
c) Mengatur posisi pasien miring kanan, dengan fleksi lutut
kaki yang berada di atas. Pada anak-anak dapat
diposisikan dorsal recumben (pasien dengan kontrol
sfingter kurang bisa diposisikan langsung pada pispot).
d) Meletakkan perlak dan pengalas di bawah bokong
pasien.
e) Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi.
Biarkan hanya area anal yang kelihatan.
f) Meletakkan pispot dekat tempat tidur.
g) Siapkan irigator lengkap dengan selang dan kanul, isi
dengan larutan hangat.

13
h) Menggantungkan irrigator pada standar dengan
ketinggian 50 cm.
i) Mengeluarkan udara dalam selang, kemudian menutup
klem kembali.
j) Memakai handscoen.
k) Mengoleskan jelly pada kanul rectal.
l) Membuka bokong pasien hingga anus terlihat,
instruksikan pasien agar rileks.
m) Memasukkannya kanul rektal secara perlahan mengarah
ke umbilicus, (panjang insersi untuk dewasa 7,5 – 10 cm,
anak 5 – 7,5 cm, bayi 2,5 – 3,5 cm).
n) Menginstruksikan pasien untuk tidak menahan
masuknya kanul ke anus dengan cara menghembuskan
nafas perlahan melalui mulut., tarik selang segera jika
menemui obstruksi yang berarti, segera laporkan pada
dokter.
o) Membuka kran dan biarkan cairan masuk dengan
perlahan.
p) Menutup kran bila cairan dalam irrigator habis atau bila
pasien tidak dapat menahan untuk BAB.
q) Memegang pangkal kanul dengan tissue, tarik kanul dari
anus.
r) Meminta pasien menahan larutan selama mungkin saat
berbaring di tempat tidur (makin lama ditahan akan
lebih efektif terhadap perangsangan peristaltik dan
defekasi).
s) Bantu pasien ke kamar mandi atau pasang pispot di
bawah bokong pasien untuk BAB.
t) Membersihkan anus setelah pasien selesai BAB.
u) Melepas hand schoen.
v) Merapikan pasien.
4) Tahap Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut
c) Merapikan pasien dan lingkungan.
d) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada
Allah.
e) Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan
datang.
f) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat
semula.
g) Mencuci tangan.
h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

14
HUKNAH GLISERIN
A. PENGERTIAN
Memasukkan minyak / glycerin ke dalam usus (colon sygmoid) melalui anus
menggunakan semprit glycerin.

B. TUJUAN
1. Merangsang peristaltik usus agar pasien bisa buang air besar.
2. Membersihkan kolon pada pasien yang sedang dalam keadaan inpartu.
3. Melunakkan feses

C. DILAKUKAN PADA
1. Pasien yang sukar BAB (obstipasi).
2. Pasien yang akan partus, bila his nya belum teratur.
3. Pasien yang akan dilakukan operasi kecil.

D. PERSIAPAN ALAT
1. Semprit glycerin
2. Glycerin hangat
3. Perlak dan pengalas
4. Bengkok
5. Pispot dan botol cebok
6. Selimut mandi
7. Tissue toilet
8. Jelly
9. Hand schoen

E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan tepat.
d. Menyiapkan alat.
e. Mendekatkan alat kedekat pasien
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam , sapa nama pasien dan memperkenalkan diri.
b. Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca basmalah/berdoa.
c. Mengatur posisi pasien miring kiri dengan lutut kanan fleksi (untuk bayi
dan anak-anak diposisikan dorsal recumbent.
d. Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi dan membuka
pakaian bawah.

15
e. Meletakkan perlak dan pengalas di bawah bokong klien.
f. Mengisi semprit dengan glycerin hangat 10 – 20 cc, udara dikeluarkan.
g. Memakai handscoen.
h. Mengoleskan jelly pada ujung kanul.
i. Membuka bokong hingga anus terlihat, instruksikan pasien untuk
rileks.
j. Memasukkan kanul secara perlahan, mengarah ke umbilicus hingga
pangkal kanul.
k. Menginstruksikan pasien untuk tidak menahan masuknya kanule ke
anus dengan cara menghembuskan nafas perlahan melalui mulut.
l. Memasukkan glycerin dengan perlahan.
m. Memegang pangkal kanul dengan tisue kemudian mencabut kanul dari
anus, biarkan untuk beberapa saat.
n. Membantu pasien ke toilet atau memasang pispot di bawah bokong
pasien untuk BAB.
o. Membersihkan anus.
p. Membuka handscoen.
q. Merapikan pasien.
4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan remcana tindak lanjut
c. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada Allah.
d. Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang.
e. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
f. Mencuci tangan.
g. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

F. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Perhatikan reaksi pasien sebelum dan sesudah memberikan huknah
2. Glycerin tidak boleh diberikan kepada pasien dengan Ca Recti, thypus
abdominalis, dan anak-anak
3. Pemberian huknah minyak (glycerin) kepada orang dewasa tidak boleh
melebihi 30 cc
4. Pemberian huknah minyak pada anak-anak maksimum 20 cc (hanya
dengan minyak kelapa)

16
HUKNAH DENGAN MENGGUNAKAN
KEMASAN SEKALI PAKAI
A. PERSIAPAN ALAT
1. Enema dalam kemasan sekali pakai dengan kanule untuk rectal.
2. Sarung tangan (Handscoen)
3. Pelumas/jelly.
4. Perlak pengalas.
5. Selimut mandi.
6. Tissue toilet.
7. Pispot.
8. Baskom, sabun, waslap dan handuk.

B. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
d. Menyiapkan alat.
e. Mendekatkan alat kedekat pasien
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam , menyapa nama pasien dan memperkenalkan
diri.
b. Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada Allah.
c. Mengatur posisi pasien miring kiri dengan lutut kanan fleksi (untuk
bayi dan anak-anak diposisikan dorsal recumbent.
d. Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi dan membuka
pakaian bawah.
e. Meletakkan perlak dan pengalas di bawah bokong klien.
f. Meletakkan pispot dekat dengan tempat tidur pasien.
g. Memakai sarung tangan (handschoen).
h. Melepaskan kap plastik dari ujung kanule. Meskipun ujung kanule
sudah berpelumas, jely tambahan dapat diberikan sesuai kebutuhan.
i. Membuka bokong hingga anus terlihat, instruksikan pasien untuk
rileks.
j. Memasukkan kanul secara perlahan, mengarah ke umbilicus hingga
pangkal kanule.
k. Menginstruksikan pasien untuk tidak menahan masuknya kanule ke
anus dengan cara menghembuskan nafas perlahan melalui mulut.
l. Perah botol sampai semua larutan telah masuk ke rektum dan kolon.

17
m. Memegang pangkal kanul dengan tisue kemudian mencabut kanul
dari anus, biarkan untuk beberapa saat.
n. Membantu pasien ke toilet atau memasang pispot di bawah bokong
pasien untuk BAB.
o. Membersihkan anus.
p. Membuka sarung tangan (handscoen).
4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada Allah.
e. Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang.
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

18
MEMASANG NASO GASTRIC TUBE (NGT)

A. PENGERTIAN
Memasang pipa / selang khusus pada saluran pencernaan atas secara
langsung melalui hidung dan berakhir di lambung.

B. TUJUAN
1. Memasukkan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang
dicairkan yang tidak mungkin dimasukkan melalui mulut.
2. Mengeluarkan cairan / isi lambung dan gas yang ada pada lambung.
3. Mengirigasi karena perdarahan / keracunan dalam lambung.
4. Mencegah atau mengurangi nusea dan vomiting setelah pembedahan
atau trauma.
5. Mengambil specimen pada lambung untuk pemeriksaan laboratorium.

C. DILAKUKAN PADA
1. Pasien tidak sadar ( koma).
2. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas : stenosis esophagus,
tumor mulut/faring/esophagus, illius, peritonitis trauma abdomen, dll).
3. Pasien yang tidak dapat menelan.
4. Pasien perdarahan lambung (untuk bilas lambung).

D. PERSIAPAN ALAT
1. Selang NGT sesuai ukuran
2. Klem
3. Spuit 10 cc/50 cc
4. Stetoskop
5. Gelas berisi air matang
6. Plaster dan gunting
7. Kain kassa
8. Pelumas (jelly)
9. Perlak dan pengalas
10. Bengkok
11. Sarung tangan steril
12. Tongue spatel dan senter (jika diperlukan )

E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar (nama, nomor kamar).
d. Menyiapkan dan mendekatka alat di dekat pasien.
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
b. Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.

19
d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa pada Allah.
c. Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler/fowler (jika tidak
ada kontra indikasi).
d. Memasang pengalas di atas dada.
e. Memakai sarung tangan.
f. Menentukan lubang hidung yang akan digunakan untuk memasukkan
NGT. Membersihkan lubang hidung yang akan digunakan.
g. Mengukur panjang NGT dan memberi tanda (perhatikan jangan
sampai selang menyentuh permukaan terkontaminasi).
1) Metode tradisional : ukur selang dari prosesus xifoideus di sternum ke
hidung dan belok ke daun telinga bawah.
2) Metode Hanson : mula-mula ukur 50 cm pada selang, beri tanda.
Kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional, beri
tanda. Selang yang dimasukkan pertengahan antara tanda pertama
dan tanda kedua.
h. Menutup pangkal selang dengan spuit / klem (mencegah masuknya
udara ke dalam lambung karena dapat mengakibatkan pasien
menjadi kembung).
i. Mengolesi ujung NGT dengan jelly sesuai ukuran panjang NGT yang
akan dipasang.
j. Mengatur pasien pada posisi ekstensi kepala, dan masukkan perlahan
ujung NGT melalui hidung. Menganjurkan pasien menekuk leher /
fleksi kepala setelah NGT melewati nasofaring (3-4 cm).
k. Menganjurkan pasien untuk menelan ludah berulang-ulang bila
pasien sadar, kalau perlu berikan sedikit air minum untuk merangsang
pasien menelan.
l. Memastikan NGT masuk ke dalam lambung dengan cara
mengaspirasi NGT dengan spuit kemudian aspirasi untuk
mendapatkan cairan gastrik dan ukur / cek dengan menggunakan
kertas PH (PH gastrik berkisar 1-4). Lakukan tes kedua dengan
memasukkan udara 10 cc sambil di auskultasi di region lambung
(tidak direkomendasikan untuk memasukkan ujung NGT ke dalam
gelas berisi air). Lakukan pengecekan juga dengan foto rontgen.
m. Menutup ujung NGT dengan spuit / klem atau disesuaikan dengan
tujuan pemasangan.
n. Melakukan fiksasi NGT di depan hidung / pipi.
4. Tahap Terminasi
b. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
c. Menyampaikan rencana tindak lanjut
d. Merapikan pasien dan lingkungan.
e. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
f. Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang.
g. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
h. Mencuci tangan.

20
i. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

F. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Anjurkan pasien untuk bernafas melalui mulut selama tindakan.
2. Jika merasakan NGT tertahan saat dimasukkan, putarlah selang dan
jangan dipaksakan untuk dimasukkan.
3. Bila ada hambatan atau klien tersedak, maka hentikan mendorong
selang. Periksa posisi selang di belakang tenggorok dengan
menggunakan tongue spatel dan senter untuk melihat kemungkinan
selang tergulung. Jika pasien menunjukkan sianosis selang harus segera
dicabut.

21
MEMBERI MAKAN MELALUI NGT

A. PENGERTIAN
Memasukkan makanan cair / obat melalui naso gastric tube.

B. TUJUAN
1. Mempertahankan status nutrisi.
2. Pemberian obat.

C. PERSIAPAN ALAT
1. Air matang
2. Makanan cair / obat
3. Corong / nutrition Bag
4. Spuit 10/50 cc
5. Klem
6. Tissue
7. Perlak dan Pengalas
8. Bengkok
9. Sarung tangan

D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan tepat
d. Menyiapkan alat.
e. Mendekatkan alat kedekat pasien
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
b. Menyampaikan konrak waktu, tempat dan topik
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah.
c. Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler/fowler (jika tidak
ada kontra indikasi).
d. Memakai sarung tangan.
e. Memasang pengalas di atas dada.
f. Memastikan letak NGT dengan cara mengaspirasi isi lambung. Jika
posisi tidak tepat segera laporkan pada perawat yang bertanggung
jawab untuk dilepas.
g. Memasang corong.
h. Memasukkan air matang 15 cc membuka klem, tinggikan 30 cm,
sebelum air habis klem kembali.

22
i. Memasukkan makanan cair, membuka klem, tinggikan 30 cm, klem
kembali sebelum habis.
j. Memasukkan air matang sebanyak 15 cc, membuka klem, tinggikan
30 cm, sebelum air habis klem kembali.
k. Menutup ujung NGT dengan spuit / klem.
l. Membersihkan sisa makanan pada pasien.
m. Merapikan pasien.
4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut
c. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
d. Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang
e. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
f. Mencuci tangan.
g. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

E. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Observasi posisi NGT, pergerakan pasien secara tidak sengaja dapat
menarik NGT dari lambung
2. Cegah masuknya udara ke dalam lambung karena dapat mengakibatkan
pasien menjadi kembung, dengan cara menutup kembali selang dengan
klem sebelum makanan dalam corong habis.
3. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering (tiap pemberian tidak
boleh lebih dari 600 cc) dan diusahakan makanan dalam keadaan segar
dan hangat.
4. Saat memasukkan makanan perawat harus memperhatikan keadaan
umum pasien. Jika pasien batuk-batuk dan gelisah, pemberian makanan
harus dihentikan dulu.
5. Hitung jumlah dan warna cairan lambung yang teresidu, catat dalam
catatan keperawatan atau segera laporkan jika terdapat kelainan.

23
MEMBERIKAN OBAT SECARA ORAL
A. PENGERTIAN
Memberikan obat dengan dosis, waktu dan jenis obat sesuai dengan program
terapi kapada pasien yang diberikan melalui mulut dan ditelan.

B. TUJUAN
1. Memberikan obat yang memiliki efek lokal atau sistemik melalui saluran
gastrointestinal
2. Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit
dan jaringan
3. Menghindarkan pemberian obat yang menyebabkan nyeri.

C. BENTUK DAN MACAM OBAT YANG DIBERIKAN MELALUI MULUT


1. Cair : larutan, mis. OBH(Obat Batuk Hitam)
2. Suspensi : endapan, mis. Chlorampenicol syr
3. Padat : kapsul / tablet, mis.Amoxicillin
4. Powder : puyer.

D. DIBERIKAN PADA
1. Pasien dengan terapi peroral
2. Pasien yang tidak mau di suntik
3. Pasien yang fisiknya tidak memungkinkan untuk di berikan obat suntik
misal : pasien yang prolap vena, oedem, combustio 100 % .

E. PRINSIP 12 BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT


1. Benar obat
2. Benar dosis
3. Benar pasien
4. Benar waktu pemberian
a. Sesuai program terapi yang di tentukan misalnya :
1) 4 X sehari
2) 3 X sehari,
3) 2 X sehari,
4) 1 X sehari,
b. Sewaktu – waktu bila di perlukan menurut saran dokter misalnya :
1) Sebelum makan,
2) Sesudah makan,
3) Malam hari (kalau perlu) ,
4) Sewaktu – waktu
5. Benar cara / rute pemberian
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda . faktor yang
menentukan rute pemberian terbaik ditentukan oleh keadaan umum
pasien,kecepatan Respons yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat
dan tempat kerja yang diinginkan,obat dapat diberi peroral, parenteral,
topikal, rektal, atau melalui inhalasi.

24
6. Benar dokumentasi
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku dirumah
sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang
telah diberikan serta respon pasien terhadap pengobatan.
7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi pasien
Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan
kesehatan pada pasien,keluarga dan masyrakat luas terutama yang
berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara menyeluruh, hasil
yang diharapkan setelah pemberian obat, efek samping dan reaksi yang
merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat, dan obat dengan
makanan,perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan
aktivitas sehari- hari selama sakit.
8. Hak pasien untuk menolak
Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus
memberikan inform conset dalam pemberian obat
9. Benar pengkajiannya , TTV (Tanda tanda vital) sebelum pemberian obat
10. Benar Evaluasi
Perawat selalu melihat atau memantau efek kerja dari obat setelah
pemberiannya.
11. Benar reaksi terhadap makanan
Obat memeliki efektifitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat
diminum sebelum makan untuk memperoleh kadar yang diperlukan
harus diberikan satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan
sebaliknya ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya
indometasin
12. Benar reaksi dengan obat lain
Pada pengguna obat clhoramphenicol dengan omeprazol pengguna
pada penyakit kronis.

F. MENYIAPKAN OBAT PERORAL


1. Persiapan Alat
a. Baki obat/kereta dorong obat
b. Obat-obatan sesuai program terapi
c. Buku / lembar pengobatan lengkap dengan identitas pasien
d. Gelas obat lengkap dengan etiket
e. Pemotong obat (bila diperlukan)
f. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
g. Gelas pengukur / sendok obat sesuai dengan jenis obat dan dosis (bila
diperlukan)
2. Prosedur Pelaksanaan
a. Membaca basmalah.
b. Menyiapkan peralatan dan cuci tangan (supaya tidak terjadi
kontaminasi, juga untuk menjaga kebersihan obat yang akan di
berikan).

25
c. Memeriksa kembali order pengobatan (nama klien, nama dan dosis
obat, waktu dan cara pemberian), periksa tanggal kadaluwarsa obat
d. Mengecek buku / lembar pengobatan untuk masing-masing pasien
agar tidak terjadi kekeliruan (periksa catatan apakah pasien alergi
terhadap suatu zat/obat)
e. Membaca daftar obat pasien satu persatu dengan teliti (perhatikan
baik-baik nama obat, dosis, dan cara pemberian, bila ada keraguan
tanyakan pada dokter atau perawat yang bertanggung jawab)
f. Mengambil obat sesuai program terapi, siapkan obat tanpa
mengkontaminasi obat (gunakan teknik aseptik untuk menjaga
kebersihan obat)
1) Tablet dan Kapsul
a). Tuangkan tablet atau kapsul sejumlah yang diperlukan ke
dalam gelas obat tanpa menyentuh obat
b). Gunakan alat pemotong obat bila diperlukan untuk
membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan
c). Jika pasien kesulitan untuk menelan, gerus obat menjadi
puyer dengan menggunakan mortil dan lumpang
penggerus (cek ke bagian farmasi sebelum menggerus obat
karena beberapa obat tidak boleh digerus karena
mempengaruhi daya kerja obat)
2) Obat dalam bentuk cair
a). Kocok agar tercampur rata sebelum dituangkan (jangan
menggunakan obat bila sudah berubah warna atau menjadi
lebih keruh)
b). Buka tutup botol dan letakkan menghadap ke atas (untuk
menghindari kontaminasi tutup botol bagian dalam)
c). Pegang gelas pengukur setinggi mata, tuang sejumlah obat
ke dalam gelas pengukur sesuai dengan dosis (Pada waktu
menuang cairan, etiket harus ada di bagian atas untuk
mencegah label menjadi rusak akibat tumpahan cairan
sehingga label tidak terbaca dengan benar
d). Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan
kertas tissue untuk mencegah tutup botol sulit dibuka
kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup
botol
e). Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5
ml) gunakan spuit steril tanpa jarum untuk mengambilnya
dari botol
g. Memberi etiket yang jelas pada gelas obat (baca etiket 3X : sebelum
mengambil obat, sesudah mengambil obat dan waktu memberikan
obat pada pasien)
h. Menyiapkan obat / menaruh obat di baki / kereta dorong obat untuk
di berikan pada waktunya meminum obat
i. Membersihkan alat dan mengembalikan ke tempat semula
j. Mencuci tangan
k. Membaca hamdalah

26
G. MACAM-MACAM PEMBERIAN OBAT ORAL

1. MEMBERIKAN OBAT PERORAL


a. Persiapan Alat
1) Obat dalam gelas sesuai program terapi
2) Gelas dan air minum.
3) Sedotan.
4) Pengalas ( bila diperlukan ).
5) Pipet/Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak.
6) Lembar/buku catatan pengobatan.
b. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra interaksi
a) Mengecek program pengobatan.
b) Mencuci tangan
c) Menyiapkan obat dan alat
d) Mendekatkan alat kedekat pasien
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam, menyapa pasien dan
memperkenalkan diri.
b) Menyampaikan kontrak waktu, topik dan tempat
c) Menjelaskan tujuan/prosedur.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap kerja
a) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada
Allah.
b) Mengkaji kemampuan pasien untuk dapat minum obat
peroral (meliputi kemampuan menelan, mual atau muntah,
adanya program NPO atau tahan makan dan minum, akan
dilakukan penghisapan lambung, tidak terdapat bunyi usus,
dll).
c) Menanyakan pada pasien kebiasaan minum obat misal :
dihaluskan, menggunakan pisang, dengan air putih atau
teh.
d) Memeriksa kembali apakah sudah sesuai nama, kamar atau
obat pasien tersebut untuk menghindari kesalahan
memberikan obat.
e) Mengkaji tanda vital jika diperlukan/pada obat-obat
tertentu (ukur nadi sebelum pemberian digitalis, ukur tensi
sebelum memberikan obat penurun tensi, ukur frekuensi
pernafasan sebelum pemberian narkotika). Jika hasilnya
dibawah atau diatas normal segera laporkan pada dokter.
f) Mengidentifikasi pasien dengan tepat,
g) Memberikan obat untuk diminum, tunggui pasien sampai
obat benar-benar ditelan.
h) Bila pasien berbaring, letakkan pengalas di bawah dagu dan
angkat sedikit kepalanya. Masukkan obat ke mulut pasien

27
dan beri minum dengan sedotan. Periksa apakah obat
benar-benar sudah ditelan.
i) Mencuci gelas obat yang sudah dipakai dengan air hangat
atau keran mengalir (satu pasien menggunakan satu gelas).
j) Melaporkan bila terjadi gejala keracunan/alergi/muntah
dan obat-obatan yang tidak dapat ditelan oleh pasien
kepada dokter.
k) Memberi paraf dan jam pemberian pada lembar pemberian
obat untuk obat yang sudah diberikan (jangan ditandai
sebelum obat diberikan), beri catatan bila pasien tidak
minum obat, mis, karena program tahan makan atau bila
pasien tidak di tempat.
4) Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut
c) Merapikan pasien dan lingkungan.
d) Mengajak pasien membaca hamdalah dan berdoa pada
Allah.
e) Berpamitan kepada pasien dan kontrak waktu yang akan
datang
f) Membereskan alat dan mengembalikan alat ketempat
semula.
g) Mencuci tangan.
h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
c. Hal – hal yang harus diperhatikan :
1) Untuk obat sebelum makan harus diberikan 15 – 30 sebelum
makan (sesuai program terapi).
2) Untuk obat pada waktu makan harus diberikan pada saat pasien
makan dan harus di tunggu sampai obat tersebut di minum.
3) Untuk obat setelah makan di berikan pada pasien setelah makan.
4) Ukuran yang dipergunakan
a) 1 sendok Teh : 5 cc
b) 1 sendok bubur : 8 cc
c) 1 sendok makan : 15 cc
5) Gelas / tempat obat harus bersih dan kering untuk menghindari
obat lengket pada gelas.
6) Obat cair atau syrup yang mengendap harus di kocok sebelum
diberikan, lihat aturan pada etiket obat yang tercantum pada
botol obat.
7) Untuk obat cair tidak boleh di campur untuk menghindari reaksi
kimia antara abat satu dengan yang lain
8) Untuk obat yang dosisnya menggunakan tetes, gunakanlah pipet
khusus obat kemudian campur sedikit

28
d. Tips Memberikan Obat Oral Pada Bayi dan Anak-Anak
1) Pilih sarana yang tepat untuk mengukur dan memberikan obat
pada bayi dan anak (mangkuk plastik, pipet tetes, sendok, spuit
plastik tanpa jarum atau spuit tuberkulin).
2) Gerus obat yang tidak dalam bentuk cair, dan campurkan
dengan zat lain yang dapat merubah rasa pahit misalnya madu,
pemanis buatan.
3) Untuk mencegah aspirasi, posisikan bayi pada posisi setengah
duduk, dan berikan obat pelan-pelan.
4) Jika menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah bayi
untuk mencegah reflek muntah.
5) Bila anak tidak kooperatif maka hal-hal di bawah ini dapat
dilakukan :
a) Letakkan anak di atas pangkuan dengan tangan kanan di
belakang tubuh anda.
b) Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda.
c) Amankan kepala anak dengan lengan kiri dan tubuh anda.
6) Dapatkan informasi yang bermanfaat mengenai bagaimana
kebiasaan dan cara memberikan obat yang baik bagi anak yang
bersangkutan.
7) Setelah obat diminum ikuti dengan memberikan minum air atau
minuman lain yang dapat menghilangkan rasa obat yang tersisa.
8) Untuk anak-anak yang minum obat disertai pemanis, maka
sesudahnya lakukanlah oral hygiene untuk mencegah
pembentukan caries.
e. Yang harus diperhatikan saat memberikan obat pada anak
1) Pada anak bentuk cair lebih aman ditelan (mencegah aspirasi).
2) Apabila mencampur obat dengan perencah (rasa) misal : madu
atau syrup, gunakan dalam jumlah kecil seorang anak mungkin
akan menolak meminum semua campuran obat yang jumlahnya
lebih besar.
3) Jangan mencampur obat dengan makanan/cairan yang biasa
diterima anak dengan baik karena di waktu kemudian anak
dapat menolak makanan atau cairan tersebut.
f. Tips Memberikan Obat Pada Lansia
1) Kaji riwayat pengobatan lengkap, meliputi :
a) Obat – obatan yang lalu.
b) Obat – obatan saat ini (diresepkan dan OTC)
c) Alergi terhadap apapun.
d) Pemahaman pasien tentang obat yang di gunakan (nama,
tujuan, dosis, metode, berapa kali).
2) Atur jarak pemberian obat oral, sehingga tidak lebih dari satu
atau dua obat yang diberikan pada suatu waktu.
3) Anjurkan pasien minum sedikit cairan sebelum minum obat oral
(untuk memudahkan menelan).

29
4) Dorong pasien minum paling sedikit 150 sampai 180 cc cairan
setelah meminum obatnya (untuk memastikan obat
meninggalkan esophagus dan berada di lambung dan
mempercepat absorbsi obat).
5) Jangan secara rutin memberi analgesic setiap empat jam akibat
absorbsi yang lambat dan distribusi dan nilai paruh obat, efek
akumulasi obat yang merugikan dapat timbul.
6) Apabila klien mengalami kesulitan menelan kapsul atau tablet
berukuran besar, minta dokter menggantinya dengan obat cair,
jika memungkinkan (membelah tablet dan menghancurkan dan
menempatkan di dalam jus buah dapat merusak kerja beberapa
obat, menurunkan dosis dan menyebabkan individu tersedak
atau mengaspirasi partikel obat atau jus apel.
7) Ajaran alternatif pengobatan, misalnya :
a) Diet yang sesuai sebagai pengganti vitamin.
b) Latihan fisik sebagai pengganti laksatif.
c) Kudapan menjelang tidur sebagai pengganti hipnotik.
d) Menurunkan berat badan, garam, lemak, stress, dan
merokok serta meningkatkan latihan sebagai pengganti
agens hipertensi (jika disetujui dokter).
g. Mencegah Kesalahan Pemberian Obat
1) Membaca label obat dengan teliti.
2) Menanyakan pemberian banyak tablet untuk dosis tunggal (mis.
3xIV).
3) Waspadai obat – obatan bernama sama (misal digoxin dan
digitoksin).
4) Cermati angka di belakang koma, (misal thorazine dalam dosis
30 dan 300mg).
5) Menanyakan peningkatan dosis yang tiba – tiba berlebihan.
6) Jangan menulis obat yang diprogramkan dengan nama pendek
atau nama singkatan tidak resmi (mencegah kesalahan jika
perawat lain tidak mengenal nama tersebut).
7) Jangan berusaha menguraikan/menggantikan tulisan yang tidak
dapat di baca, jika ada keraguan tanyakan pada dokter/perawat
yang bertanggung jawab.
8) Kenali pasien yang mempunyai nama sama, minta pasien
menyebutkan nama panjangnya dan cermati nama yang tertera
pada tanda pengenal (papan atau gelang).

2. MEMBERIKAN OBAT SUB LINGUAL


a. Pengertian
Memberikan obat dengan cara meletakkan obat di bawah lidah
sampai habis diabsorbsi ke dalam pembuluh darah

30
b. Tujuan
1) Untuk memperoleh efek local dan sistemik
2) Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat
dibandingkan secara peroral
3) Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar
c. Prosedur Pelaksanaan
Secara umum persiapan dan langkah-langkahnya sama dengan
pemberian obat secara oral. Yang perlu diperhatikan adalah klien
perlu diberikan penjelasan untuk meletakkan obat dibawah lidah,
obat tidak boleh ditelan, dan dibiarkan berada di bawah lidah sampai
habis diabsorbsi seluruhnya
Catatan
Obat yang diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin, yaitu suatu obat
vasodilator yang digunakan pada penyakit jantung angina pektoris

3. MEMBERIKAN OBAT BUKAL


a. Pengertian
Memberi obat dengan cara diletakkan diantara gusi dengan
membran mukosa diantara pipi
b. Tujuan
1) Untuk memperoleh efek local dan sistemik
2) Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat
dibandingkan secara oral
3) Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar
c. Prosedur Pelaksanaan
Secara umum sama dengan pemberian obat dengan cara oral, namun
klien perlu untuk diberikan penjelasan bahwa obat harus diletakkan
diantara gusi dan selaput mukosa pipi sampai seluruh obat habis
diabsorbsi

31
MEMBERIKAN OBAT SECARA TOPIKAL

A. PENGERTIAN
Memberikan obat secara local pada kulit atau pada membrane mukosa pada
area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rektum

B. TUJUAN
Untuk mendapatkan reaksi local dari obat tersebut

C. MACAM-MACAM PEMBERIAN OBAT TOPIKAL

1. MEMBERIKAN OBAT TOPIKAL PADA KULIT


a. Pengertian
Memberikan obat secara lokal pada kulit
b. Tujuan
Memperoleh reaksi lokal pada kulit
c. Persiapan Alat
1) Obat topical sesuai kebutuhan (krim, lotion, aerosol, bubuk, sray)
2) Buku obat
3) Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
4) Sarung tangan sekali pakai atau steril (bila perlu)
5) Lidi kapas atau tong spatel
6) Baskom dengan air hangat, waslap, handuk, dan sabun basah
7) Kassa balutan, penutup plastic, dan plester ( sesuai kebutuhan)
d. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra interaksi
a) Mengecek instruksi dokter untuk memastikan nama obat,
daya kerja, dan tempat pemberian
b) Mencuci tangan.
c) Mengidentifikasi pasien dengan benar.
d) Menyiapkan alat.
e) Mendekatka alat kedekat pasien
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri.
b) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c) Menjelaskan tujuan/prosedur.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap kerja
1) Menjaga privacy.
2) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada
Allah.
3) Memberikan posisi pada klien yang nyaman dan tepat,
pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat.

32
4) Menginspeksi kondisi kulit. Mencuci area yang sakit,
melepaskan semua debris dan kerak pada kulit (gunakan
sabun basah ringan bila perlu).
5) Mengeringkan dengan kassa steril atau biarkan area kering
oleh udara.
6) Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topical
saat masih basah.
7) Menggunakan sarung tangan bila ada indikasi.
8) Mengoleskan agen topical pada area yang ditentukan.
a). Krim, salep, lotion yang mengandung minyak
(1) Letakkan satu sampai dua sendok teh obat di
telapak tangan, kemudian lunakkan dengan
menggosok lembut di antara kedua tangan.
(2) Usapkan merata di atas permukaan kulit, lakukan
gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu.
(3) Jelaskan pada pasien bahwa kulit dapat terasa
berminyak setelah pemberian.
b). Lotion mengandung suspensi
(1) Kocok wadah dengan kuat agar suspensi dapat
tercampur dengan baik.
(2) Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan
atau bantalan kecil dan oleskan pada kulit dengan
menekan merata searah pertumbuhan bulu.
(3) Jelaskan pada pasien bahwa area yang diberi lotion
akan terasa dingin dan kering.
c). Bubuk
(1) Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara
menyeluruh
(2) Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti
di antara ibu jari atau bagian bawah lengan
(3) Bubuhkan secara tipis pada area tersebut
(pemberian secara tipis membuat bubuk lebih
mudah diserap)
d). Sprai aerosol
(1) Kocok wadah dengan keras untuk mencampurkan
isi agar distribusi sprai halus
(2) Baca label mengenai jarak yang dianjurkan untuk
memegang sprai menjauhi area (biasanya 15-30
cm)
(3) Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot,
minta pasien untuk memalingkan wajah dari arah
sprai untuk menghindari inhalasi sprai oleh pasien
(4) Semprotkan obat dengan merata pada bagian
yang sakit (pada beberapa kasus penyemprotan
ditentukan waktunya sampai beberapa detik).
9) Menutup area kulit dengan balutan untuk mencegah obat
terlepas dari kulit (bila ada advis dokter).

33
10) Membantu pasien pada posisi yang nyaman, mengenakan
kembali pakaian dan tutup dengan linen tempat tidur
sesuai keinginan.
4) Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut
c) Merapikan pasien dan lingkungan.
d) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada
Allah.
e) Berpamitan kepada pasien dan menyampaikan kontrak
yang akan datang
f) Membereskan alat dan mengembalikan alat ketempat
semula.
g) Mencuci tangan.
h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

2. MEMBERIKAN OBAT MATA


a. Pengertian
Memberikan obat pada mata dalam bentuk cair atau ointment (salep)
b. Tujuan
1) Mengobati gangguan mata
2) Mendilatasikan pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
3) Mencegah kekeringan pada mata
c. Persiapan Alat
1) Botol obat dengan penetes steril atau salep dengan tube
(tergantung jenis sediaan obat)
2) Buku obat
3) Bola kapas kering steril (stuppers)
4) Bola kapas basah (normal saline) steril
5) Baskom cuci dengan air hangat
6) Penutup mata (bila perlu)
7) Sarung tangan steril
d. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra interaksi
a) Mengecek advis dokter untuk memastikan nama obat,
dosis, waktu pemberian dan rute.
b) Mencuci tangan
c) Mengidentifikasi pasien cengan benar.
d) Menyiapkan alat.
e) Mendekatkan alat kedekat pasien
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri.
b) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c) Menjelaskan tujuan/prosedur.

34
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap kerja
a) Menjaga privacy (bila perlu)
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada
Allah
c) Mengatur pasien pada posisi terlentang atau duduk dengan
hiperekstensi leher untuk mempermudah akses ke mata dan
meminimalkan drainase obat melalui duktus air mata.
d) Memakai sarung tangan steril
e) Dengan kapas basah steril, membersihkan kelopak mata
dari dalam ke luar
f) Meminta pasien melihat ke langit-langit untuk mengurangi
rangsangan reflek berkedip
g) Memberikan obat mata
(1) Meneteskan obat tetes mata :
(a) Dengan tangan kanan di dahi pasien, Pegang
penetes mata yang berisi obat kurang lebih satu
sampai dua cm di atas sacus konjungtiva,
sementara tangan kiri menarik kelopak mata ke
bawah
(b) Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam
sacus konjungtiva untuk memberikan penyebaran
obat yang merata ke seluruh mata. Sacus
konjungtiva normalnya menahan 1-2 tetes
(c) Bila pasien berkedip atau menutup mata atau bila
tetesan jatuh ke pinggiran luar kelopak mata,
ulangi prosedur
(d) Setelah meneteskan obat, minta pasien untuk
menutup mata dengan perlahan
(e) Berikan tekanan yang lembut pada duktus
nasolakrimal selama 30 – 60 detik
(2) Memasukkan salep mata :
(a) Pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak
mata, Pencet tube sehingga memberikan aliran
tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah
pada konjungtiva.
(b) Minta pasien melihat ke bawah
(c) Buka kelopak mata atas
(d) Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas
pada konjungtiva bagian dalam. Biarkan pasien
memejamkan mata dan menggosok kelopak mata
secara perlahan dengan gerakan sirkuler
menggunakan bola kapas
(e) Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata,
dengan perlahan usap dari bagian dalam ke luar
kantus

35
h) Bila pasien mempunyai penutup mata, pasang penutup
mata yang bersih diatas pada mata yang sakit sehingga
seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa
memberikan penekanan pada mata.
i) Melepas sarung tangan
4) Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut
c) Merapikan pasien dan lingkungan.
d) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada Allah.
e) Berpamitan kepada pasien dan kontrak waktu yang akan
datang
f) Membereskan alat dan mengembalikan alat ketempat
semula.
g) Mencuci tangan.
h) Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian,
dan mata (kiri, kanan atau keduanya) yang menerima obat.

3. MEMBERIKAN OBAT TETES TELINGA


a. Pengertian
Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal,dalam bentuk
cair
b. Tujuan
1) Memberikan efek terapi lokal (mengurangi peradangan,
membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga
eksternal)
2) Menghilangkan nyeri
3) Melunakkan serumen agar mudah di ambil
c. Persiapan Alat
1) Botol obat dengan penetes steril
2) Buku obat
3) Cotton bud
4) Normal saline
5) Sarung tangan (bila perlu)
d. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra interaksi
a) Mengecek kembali pengobatan mengenai jenis obat,
waktu, jumlah, dosis dan pada telinga bagian mana obat
harus diberikan
b) Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera
pada bayi atau anak kecil
c) Mencuci tangan.
d) Menyiapkan alat.
e) Mengidentifikasi pasien dengan benar
f) Mendekatkan alat kedekat pasien

36
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri.
b) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c) Menjelaskan tujuan/prosedur.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap kerja
a) Menjaga privacy bila perlu
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada
Allah
c) Atur posisi pasien miring ke samping (side lying) dengan
telinga yang akan diobati pada bagian atas
d) Bersihkan lubang telinga dan daun telinga
e) Gunakan sarung tangan bila dicurigai terdapat infeksi
f) Dengan menggunakan cotton bud yang dibasahi cairan,
bersihkan daun telinga dan meatus auditory
g) Hangatkan obat dengan tangan atau rendam obat ke dalam
air hangat dalam waktu yang singkat
h) Tarik daun telinga ke atas dan ke belakang (untuk dewasa
dan anak-anak di atas 3 tahun), tarik daun telinga ke bawah
dan ke belakang (untuk bayi)
i) Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi
kanal telinga
j) Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus
telinga
k) Minta pasien untuk tetap berada pada posisi miring selama
5 menit untuk mencegah obat mengalir keluar dari telinga
l) Kaji respon pasien
m) Kaji karakter dan jumlah pengeluaran, adanya
ketidaknyamanan dan sebagainya. Lakukan segera setelah
obat dimasukkan dan ulangi lagi pada saat efek obat telah
bekerja.
4) Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut
c) Merapikan pasien dan lingkungan.
d) Mengajak pasien membaca hamdalah dan berdoa pada Allah.
e) Berpamitan kepada pasien dan kontrak waktu yang akan
datang
f) Membereskan alat dan mengembalikan alat ketempat
semula.
g) Mencuci tangan.
h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

37
4. MEMBERIKAN OBAT TETES HIDUNG
a. Pengertian
Memberikan obat tetes malalui hidung
b. Tujuan
1) Mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung
2) Mengobati infeksi pada rongga hidung dan sinus
c. Persiapan Alat
1) Botol obat dengan penetes steril
2) Buku obat
3) Sarung tangan (bila perlu)
d. Prosedur pelaksanaan
1) Tahap Pra interaksi
a) Mengecek kembali order pengobatan mengenai jenis
pengobatan, waktu, jumlah dan dosis dan pada hidung
bagian mana obat harus diberikan
b) Sediakan asisten bila diperlukan untuk mencegah cidera
pada bayi dan anak kecil
c) Mencuci tangan.
d) Menyiapkan alat.
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri.
b) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c) Menjelaskan tujuan/prosedur.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap kerja
a) Menjaga privacy bila perlu
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada
Allah
c) Atur posisi pasien berbaring supinasi dengan kepala
hiperekstensi di atas bantal (untuk pengobatan sinus
Ethmoid dan Sphenoid) atau posisi supinasi dengan kepala
hiperekstensi dan miring ke samping (untuk pengobatan
sinus Maxilaris dan Frontal)
d) Bersihkan lubang hidung
e) Gunakan sarung tangan bila dicurigai terdapat infeksi
f) Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagian
tengah konka superior tulang etmoidalis.
g) Minta pasien untuk tetap pada posisi ini selama 1 menit
untuk mencegah obat mengalir keluar dari rongga hidung
h) Kaji respon pasien
i) Kaji karakter dan jumlah pengeluaran, adanya
ketidaknyamanan dan sebagainya. Lakuka segera setelah
obat dimasukkan dan ulangi lagi pada saat efek obat telah
bekerja

38
4) Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut
c) Merapikan pasien dan lingkungan.
d) Mengajak pasien membaca hamdalah dan berdoa pada
Allah.
e) Berpamitan kepada pasien dan kontrak waktu yabg akan
datang.
f) Membereskan alat dan mengembalikan alat ketempat
semula.
g) Mencuci tangan.
h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

39
MEMBERIKAN OBAT SUPPOSITORIA
A. PENGERTIAN
Pemberian obat dalam bentuk suppositoria dengan cara dimasukkan melalui
anus atau vagina

1. MEMBERIKAN OBAT MELALUI ANUS


a. Pengertian
Memberikan obat dalam bentuk suppositoria yang di masukkan
melalui vagina
b. Tujuan
1) Untuk memperoleh efek pengobatan secara local maupun
sistemik
2) Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
c. Persiapan Alat
1) Perlak dan pengalas
2) Obat sesuai program terapi
3) Gunting atau pisau
4) Hand scoen
5) Bengkok
6) Tissue
d. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a) Mengecek program terapi
b) Mencuci tangan
c) Menyiapkan obat sesuai prinsip 12 benar
d) Menyiapkan dan menempatkan alat di dekat pasien
2) Tahap Orientasi
a) Memberi salam kepada pasien, sapa nama pasien
b) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
3) Tahap Kerja
a) Menjaga privacy
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada
Allah.
c) Mengatur posisi miring ke salah satu sisi, kaki sebelah atas
ditekuk (posisi sims)
d) Membentangkan perlak di bawah bokong pasien
e) Membuka bungkus obat
f) Memakai hand scoen
g) Membuka bokong pasien hingga anus terlihat
h) Memasukkan obat perlahan-lahan, dorong hingga masuk

40
i) Meminta pasien tidak menahan masuknya obat dengan
tidak mengejan (rileks), pastikan obat masuk
j) Melepas hand scoen
k) Merapikan pasien
4) Tahap Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut
c) Mengajak pasien membaca hamdalah dan berdoa pada
Allah.
d) Berpamitan dengan pasien
e) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat
semula.
f) Mencuci tangan.
g) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

2. MEMBERIKAN OBAT MELALUI VAGINA


a. Pengertian
Memberikan obat dalam bentuk suppositoria yang di masukkan
melalui vagina
b. Tujuan
1) Untuk mengobati inveksi pada vagina
2) Menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan
pada vagina
3) Untuk mengurangi peradangan
c. Persiapan alat
1) Perlak dan pengalas
2) Obat sesuai program therapy
3) Gunting atau pisau ( bila perlu )
4) Handscoen
5) Bengkok
6) Tissue
7) Inserter / aplikator ( bila perlu )
d. Prosedur pelaksanaan
1) Tahap pra interaksi
a) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b) Mencuci tangan
c) Menyiapkan obat sesuai prinsip 5 benar
d) Mengidentifikasi pasien dengan tepat, (nama, nomor
kamar, dokter yang merawat )
e) Mendekatkan alat di dekat pasien
2) Tahap Orientasi
1) Mengucapkan salam kepada pasien, menyapa nama
pasien, dan memperkenalkan diri
2) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik

41
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan pada klien atau keluarga
4) Menanyakan kesiapan klien sebelum tindakan dilakukan
3) Tahap kerja
1) Menjaga privacy
2) Mengajak pasien membaca basmallah dan berdoa pada
Allah
3) Mengatur posisi klien berbaring supinasi, dengan kaki
flexi dan pinggul rotasi internal ( dorsal recumbent )
4) Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi dan
mengexpose hanya pada area perineal saja
5) Membentangkan perlak di bawah bokong pasien
6) Membuka bungkus obat
7) Memakai sarung tangan
8) Memberikan pelumas / jelly pada ujung bundar
supositoria dan ujung jari tangan
9) Dengan tangan non dominan yang sudah memakai sarung
tangan meregangkan lipatan labia
10) Memasukan obat perlahan – lahan sekitar 8 – 10 cm
sepanjang dinding vagina posterior dengan sepanjang jari
tangan (memastikan distribusi obat merata sepanjang
dinding rongga vagina)
11) Meminta pasien tidak menahan masuknya obat dan tidak
mengejan ( rileks ), pastikan obat masuk
12) Menarik jari dan menyeka pelumas dari daerah sekeliling
orifisium dan labia
13) Minta pasien untuk tetap berada dalam posisi tersebut 5 –
10 menit setelah insersi
14) Jika menggunakan aplikator
a). Mengisi aplikator dengan obat sesuai dosis
b). Membuka lipatan labia dengan tangan non dominant
c). Memasukan aplikator 5 – 10 cm, dorong perlahan
penghisap aplikator untuk memasukan obat kedalam
vagina
d). Menarik aplikator dan membersihkan sisa krim dari
labia dan lubang vagina
15) Merapikan pasien
16) Lepaskan handscoen dan buang ke dalam tempat yang
sesuai
4) Tahap terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Menyampaikan rencana tindak lanjut
3) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada
Allah
4) Berpamitan kepada pasien dan kontrak waktu yang akan
datang
5) Membereskan alat

42
6) Mencuci tangan
7) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

43
MENYIAPKAN OBAT PARENTERAL

A. PENGERTIAN
Menyiapkan obat tertentu yang dimasukkan ke dalam jaringan/ pembuluh
darah dengan menggunakan spuit dan dilakukan secara steril.

B. TUJUAN
1. Mendapatkan reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan dengan cara
pemberian yang lain.
2. Memperoleh reaksi setempat (mis. tes alergi, mantoux).
3. Membantu menegakkan diagnosa (penyuntikan zat kontras).
4. Memberi zat imunologi.
5. Memberi pengobatan secara cepat dan tepat.

C. DIBERIKAN KEPADA
1. Pasien yang tidak dapat diberikan obat secara peroral.
2. Pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnostik dengan obat suntik.
3. Pasien yang mendapat obat tertentu yang hanya ada dalam bentuk
injeksi.
4. Pasien yang memerlukan obat dengan reaksi cepat (urgent).

D. MACAM-MACAM UKURAN SPUIT


1. Spuit 50 cc : Syringe dan Cateter tip
2. Spuit 20 cc
3. Spuit 10 cc
4. Spuit 5 cc
5. Spuit 3 cc
6. Spuit 1 cc : Insulin dan Tuberculin

E. BAGIAN DARI SPUIT


plunger barel ujung hub jarum bevel

Pastikan steril Ukur dosis di sini Hindari menyentuh daerah ini

Gambar 1.1 Bagian dari spuit

F. MENYIAPKAN OBAT

1. MENYIAPKAN OBAT DARI AMPUL


a. Persiapan alat
1) Catatan pemberian obat atau kartu obat
2) Ampul obat sesuai resep
3) Spuit dan jarum yang sesuai
4) Jarum steril extra (bila perlu)

44
5) Kapas alkohol
6) Kassa steril
7) Baki obat
8) Gergaji ampul (bila perlu)
9) Label obat
10) Bak spuit
11) Bengkok
b. Prosedur Pelaksanaan
1) Mencuci tangan.
2) Membaca Basmalah.
3) Menyiapkan alat-alat.
4) Memeriksa label obat dengan catatan pemberian obat sesuai
dengan prinsip 5 benar.
5) Mengambil obat sesuai yang dibutuhkan.
6) Melakukan penghitungan dosis sesuai dengan yang dibutuhkan.
7) Memegang ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul
dengan cara menjentikkan jari tangan pada leher ampul
beberapa kali atau dengan cara memutar ampul dengan tangan
searah jarum jam.
8) Mengusap leher ampul ngan menggunakan kapas alkohol.
9) Meletakkan kassa steril diantara ibu jari tangan dengan ampul,
kemudian patahkan leher ampul ke arah menjauhi anda dan
orang sekitar.
10) Bila ampul sulit dipatahkan dengan cara biasa, gunakan gergaji
ampul (menggergaji leher ampul memutar sampai terlihat
goresannya, untuk memudahkan dalam mematahkan).
11) Membuang leher ampul pada tempat khusus.
12) Menempatkan ampul pada permukaan datar.
13) Membuka penutup jarum spuit (pastikan jarum terpasang
dengan benar) kemudian memasukkan jarum ke dalam ampul
tepat di bagian tengah ampul (cegah jarum menyentuh bagian
tepi dari botol ampul untuk mengurangi resiko terkontaminasi).
14) Mengaspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dengan dosis
yang dibutuhkan (hindari ujung jarum menyentuh dasar ampul
untuk menghindari tumpulnya jarum).
15) Mengeluarkan jarum dari ampul, menutup kembali dengan
teknik yang benar.
16) Jika terdapat gelembung udara pada spuit,
a) Pegang spuit secara vertikal, dengan jarum menghadap ke
atas.
b) Tarik plunger ke bawah dan jentikkan spuit dengan jari.
c) Dorong plunger perlahan ke atas untuk mengeluarkan
udara, tetapi jaga agar tidak mengeluarkan cairan.
17) Memeriksa kembali jumlah larutan yang ada pada spuit,
membandingkan dengan volume yang dibutuhkan.
18) Membandingkan label obat dengan catatan pemberian obat

45
19) Bila perlu mengganti jarum spuit dengan yang baru.
20) Memberi label spuit dengan label obat yang sesuai. Memeriksa
kembali nama pasien, nomor kamar dan etiket obat.
21) Menempatkan spuit (dalam bak spuit), kapas alkohol, dan kartu
obat di atas baki.
22) Membuang / menyimpan kembali peralatan yang tidak
diperlukan.
23) Membaca Hamdalah.
24) Mencuci tangan.

2. MENYIAPKAN OBAT DARI VIAL/FLAKON


a. Persiapan alat
1) Catatan pemberian obat atau kartu obat
2) Vial obat sesuai resep
3) Spuit dan jarum yang sesuai
4) Jarum steril extra
5) Kapas alkohol
6) Baki obat
7) Label obat
8) Bak spuit
9) Aquabidest (bila perlu)
10) Bengkok
b. Prosedur Pelaksanaan
1) Mencuci tangan tangan untuk menghindari kontaminasi.
2) Membaca Basmalah.
3) Menyiapkan alat.
4) Memeriksa label vial dengan catatan obat atau kartu obat sesuai
prinsip 12 benar.
5) Mengambil obat sesuai program terapi.
6) Menghitung dosis yang diperlukan, jika perlu rotasikan cairan
yang ada dalam vial dengan menggunakan tangan agar
tercampur sempurna (jangan mengocok cairan dalam vial karena
dapat mengakibatkan cairan berbuih). Jika obat dalam bentuk
serbuk, cairkan dengan aquabidest/ NaCl sesuai kebutuhan
(lihat brosur obat bila dicantumkan aturanya).
7) Membuka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh
bagian karetnya.
8) Mengusap bagian karet tersebut dengan kapas alkohol.
9) Membuka tutup jarum.
10) Memasukkan udara ke dalam spuit sesuai dengan jumlah obat
yang dibutuhkan.
11) Dengan hati-hati memasukkan jarum secara tegak lurus tepat di
tengah-tengah karet dari vial.
12) Menginjeksikan udara ke dalam vial, menjaga agar ujung jarum
berada di atas permukaan cairan obat (udara yang dimasukkan

46
akan mempermudah saat dilakukan penarikan cairan keluar,
karena tekanan negatif tidak akan terjadi di dalam vial).
13) Mengaspirasi sejumlah obat yang diperlukan sesuai dosis dengan
menggunakan salah satu metode di bawah ini
a) Pegang vial menghadap ke atas, gerakkan ujung jarum ke
bawah hingga berada pada bagian bawah cairan obat.
Kemudian tarik plunger hingga spuit terisi cairan obat
sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.
b) Pegang vial menghadap ke bawah (terbalik), pastikan ujung
jarum berada di bawah cairan obat dan secara bertahap
aspirasi cairan obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.
14) Pada saat volume obat dalam spuit sudah tepat, maka cabut
jarum dari vial dan tutup jarum dengan penutup jarum.
15) Bila terdapat udara pada spuit maka keluarkan udara tersebut.
16) Memeriksa kembali jumlah larutan yang ada pada spuit,
membandingkan dengan volume yang dibutuhkan.
17) Membandingkan label obat dengan catatan pemberian obat.
18) Mengganti jarum spuit yang baru.
19) Memberi label spuit dengan label obat yang sesuai. Memeriksa
kembali nama pasien, nomar kamar, etiket, dosis obat serta cara
penyuntikan untuk menghindari kesalahan.
20) Menempatkan spuit (dalam bak spuit), kapas alkohol dan kartu
obat di atas baki obat.
21) Membuang atau menyimpan peralatan yang tidak diperlukan.
22) Membaca Hamdalah.
23) Mencuci tangan.

G. MENCAMPUR OBAT MENGGUNAKAN SATU SPUIT

1. MENCAMPUR OBAT DARI DUA VIAL


a. Persiapan alat
1) Catatan pemberian obat atau kartu obat
2) Vial obat sesuai resep
3) Spuit dan jarum yang sesuai
4) Jarum steril extra
5) Kapas alkohol
6) Baki obat
7) Label obat
8) Bak spuit
9) Aquabidest (bila perlu)
10) Bengkok
b. Prosedur Pelaksanaan
1) Mencuci tangan tangan untuk menghindari kontaminasi.
2) Membaca Basmalah.
3) Menyiapkan alat.

47
4) Memeriksa label vial dengan catatan obat atau kartu obat
sesuai prinsip 12 benar.
5) Membuka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh
bagian karetnya.
6) Mengusap bagian karet tersebut dengan kapas alkohol.
7) Ambil spuit, Buka tutup jarum.
8) Memasukkan / aspirasi volume udara ke dalam spuit sesuai
dengan volume obat yang akan dibutuhkan di vial A dan B.
9) Dengan hati-hati memasukkan jarum secara tegak lurus tepat
di tengah-tengah karet dari vial.
10) Menginjeksikan udara ke dalam vial A, menjaga agar ujung
jarum berada di atas permukaan cairan obat / pastikan jarum
tidak menyentuh larutan untuk mencegah kontaminasi silang
(udara yang dimasukkan akan mempermudah saat dilakukan
penarikan cairan keluar, karena tekanan negatif tidak akan
terjadi di dalam vial).
11) Tarik jarum dari vial A dan injeksikan sisa udara kedalam vialB.
12) Aspirasi jumlah obat yang diperlukan dari vial B. Jarum yang
sama digunakan untuk menginjeksikan udara ke dan
mengaspirasi obat dari vial kedua. Jarum tidak boleh
terkontaminasi dengan obat dalam vial A.
13) Ganti jarum dengan jarum steril yang baru, aspirasi jumlah
obat yang diperlukan dari vial A. Hindari mendorong plunger
karena hal ini dapat menyebabkan obat B masuk kedalam vial
A.
14) Bila terdapat udara pada spuit maka keluarkan udara tersebut.
15) Memeriksa kembali jumlah larutan yang ada pada spuit,
membandingkan dengan volume yang dibutuhkan.
16) Membandingkan label obat dengan catatan pemberian obat.
17) Mengganti jarum spuit yang baru.
18) Memberi label spuit dengan label obat yang sesuai. Memeriksa
kembali nama pasien, nomar kamar, etiket, dosis obat serta
cara penyuntikan untuk menghindari kesalahan.
19) Menempatkan spuit (dalam bak spuit), kapas alkohol dan kartu
obat di atas baki obat.
20) Membuang atau menyimpan peralatan yang tidak diperlukan.
21) Membaca Hamdalah.
22) Mencuci tangan

2. MENCAMPUR OBAT DARI SATU AMPUL DAN SATU VIAL


a. Persiapan alat
1) Catatan pemberian obat atau kartu obat
2) Vial obat
3) Ampul obat
4) Spuit dan jarum yang sesuai
5) Jarum steril extra

48
6) Kapas alkohol
7) Baki obat
8) Label obat
9) Bak spuit
10) Aquabidest (bila perlu)
11) Bengkok
b. Prosedur Pelaksanaan
1. Mencuci tangan tangan untuk menghindari kontaminasi.
2. Membaca Basmalah.
3. Menyiapkan alat.
4. Memeriksa label vial dengan catatan obat atau kartu obat
sesuai prinsip 12 benar.
5. Membuka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh
bagian karetnya.
6. Mengusap bagian karet tersebut dengan kapas alkohol.
7. Ambil spuit, Buka tutup jarum.
8. Aspirasi volume udara ke dalam spuit sesuai dengan volume
obat yang akan dibutuhkan di vial.
9. Dengan hati-hati memasukkan jarum secara tegak lurus tepat
di tengah-tengah karet dari vial.
10. Aspirasi obat dari vial sesuai dosis.
11. Ganti jarum yang telah dipakai dengan jarum steril yang baru.
12. Ampul tidak memerlukan penambahan udara, aspirasi obat
dalam jumlah yang diperlukan.
13. Bila terdapat udara pada spuit maka keluarkan udara tersebut.
14. Memeriksa kembali jumlah larutan yang ada pada spuit,
membandingkan dengan volume yang dibutuhkan.
15. Membandingkan label obat dengan catatan pemberian obat.
16. Memberi label spuit dengan label obat yang sesuai. Memeriksa
kembali nama pasien, nomar kamar, etiket, dosis obat serta
cara penyuntikan untuk menghindari kesalahan.
17. Menempatkan spuit (dalam bak spuit), kapas alkohol dan kartu
obat di atas baki obat.
18. Membuang atau menyimpan peralatan yang tidak diperlukan.
19. Membaca Hamdalah.
20. Mencuci tangan

H. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM INJEKSI


1. Jangan menggunakan spuit yang bocor atau penghisapnya longgar, dan
jangan menggunakan jarum yang sudah tumpul dan tersumbat, hal ini
untuk menghindari rasa sakit pada pasien.
2. Jangan memberi kesan yang menakutkan terhadap pasien dan jangan
melelahkan pasien.
3. Perhatikan keadaan pasien sebelum, saat dan sudah bekerja.

49
I. MENCEGAH INFEKSI SELAMA INJEKSI
1. Untuk mencegah kontaminasi cairan, hisap obat dari ampul dengan cepat.
Jangan biarkan ampul dalam keadaan terbuka.
2. Untuk mencegah kontaminasi jarum, cegah jarum menyentuh daerah yang
terkontaminasi (mis, sisi luar ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum,
tangan perawat, bagian atas wadah obat, permukaan meja, dll).
3. Untuk mencegah spuit terkontaminasi, jangan sentuh badan penghisap
(plunger) atau bagian dalam karet (barrel). Jaga ujung spuit tetap tertutup
penutup atau jarum.
4. Untuk menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kotoran, drainase
atau feses dengan sabun dan air lalu keringkan. Lakukan gerakan
mengusap dan melingkar ketika membersihkan kulit dengan
menggunakan swab antiseptik (kapas alkohol). Usap dari tengah dan
bergerak keluar dalam jarak 5 cm.

50
MEMBERIKAN OBAT SECARA INTRACUTAN

A. PENGERTIAN
Pemberian obat dengan cara dimasukkan ke dalam jaringan dermis di bawah
epidermis kulit (intracutan) dengan menggunakan spuit.

B. TUJUAN
1. Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan di bawah kulit
untuk diabsorbsi.
2. Metode untuk tes diagnostic terhadap alergi atau adanya penyakit-
penyakit tertentu.

C. TEMPAT INJEKSI
1. Lengan bawah bagian dalam
2. Dada bagian atas
3. Punggung di bawah scapula

Gambar 1.2
Area tubuh yang biasa
digunakan untuk injeksi
intracutan

D. PERSIAPAN ALAT
1. Handscoen
2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3. Jarum spuit sesuai kebutuhan
4. Bak spuit
5. Kapas alkohol / air hangat dalam kom (secukupnya)
6. Perlak dan pengalas
7. Obat sesuai program terapi
8. Bengkok
9. Alat tulis / bolpen
10. Buku injeksi / daftar obat

E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Menyiapkan obat ( Prinsip pemberian obat 12 benar)
1) Benar obat
2) Benar dosis
3) Benar pasien
4) Benar waktu pemberian
5) Benar cara pemberian
6) Benar dokumentasi
7) Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi pasien

51
8) Hak pasien untuk menolak
9) Benar pengkajian
10) Benar evaluasi
11) Benar reaksi terhadap makanan
12) Benar reaksi dengan obat lain
Contoh : Menyiapkan skintest dengan obat antibiotik
1) Mendisinfeksi tutup botol dengan menggunakan kapas
alkohol
2) Menusukkan jarum di tengah tutup vial dan memposisikan
vial terbalik
3) Mengaspirasi obat (0,1 ml) yang telah dicampur dengan NaCl
atau aquabidest sesuai program terapi
4) Encerkan kembali dengan NaCl atau aquabidest agar tidak
terlalu pekat dan sakit jika dimasukkan
5) Mengganti jarum spuit dengan jarum yang baru
6) Mengeluarkan udara dari spuit sampai keluar satu tetes obat
dari ujung jarum
d. Mengidentifikasi pasien dengan benar (nama, nomor kamar) untuk
menghindari kesalahan memberikan obat.
e. Menyiapkan dan meletakkan alat ke dekat pasien.
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
b. Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy
b. Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah.
c. Mengatur posisi pasien sesuai tempat penyuntikan.
d. Membebaskan daerah yang akan diinjeksi
e. Memilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan
atau rasa gatal (menghindari gangguan absorbsi obat).
f. Memasang perlak dan alasnya.
g. Memakai handscoen.
h. Membersihkan kulit tempat tusukan dengan kapas alcohol / air hangat
(melingkar dari arah dalam kearah luar dengan diameter 5 cm), tunggu
sampai kering.
i. Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk meregangkan kulit tempat
penusukan/ tempatkan ibu jari tangan yang tidak dominan 1 inchi
dibawah penusukkan
j. Menusukkan spuit dengan kemiringan 15-20 derajat, lubang jarum
menghadap ke atas, jarum masuk + 0,5 cm.
k. Memasukkan obat ke dalam kulit perlahan, sampai terjadi jendalan.
Gambar 1.3 Injeksi intracutan
A. spuit masuk dengan kemiringan
15-200
B. Obat akan membentuk jendalan

52
l.
Mencabut jarum dari tempat penusukan (bekas suntikan tidak boleh
dihapus, biarkan mengering sendiri agar terlihat reaksi obat yang benar).
m. Memberi tanda lingkaran sekitar tusukan, instruksikan pada pasien untuk
tidak menggosok area tersebut.
n. Membuang spuit ke dalam bengkok.
o. Melepas handscoen
4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e. Berpamitan dengan pasien.
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

F. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :


1. Lakukan injeksi pada jaringan kulit yang sehat dan jauh dari pembuluh
darah untuk memudahkan memonitor tes.
2. Observasi kulit terhadap kemerahan / bengkak. Jika tes alergi, observasi
adanya reaksi sistemik (mis, sulit bernafas, berkeringat dingin, pingsan,
mual, muntah).
3. Kaji kembali pasien pada tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit dan
selanjutnya secara periodik.
4. Untuk mendapat hasil yang adekuat dan untuk menghindari nyeri
berlebih maka jumlah obat yang dimasukkan harus kurang dari 0,3 cc.
5. Penusukan jarum jangan terlalu dalam dan hindari penusukan berkali-
kali.

53
MEMBERIKAN OBAT SECARA SUB CUTAN
A. PENGERTIAN
Pemberian obat dengan cara dimasukkan ke dalam jaringan tubuh di bawah
kulit dengan menggunakan spuit.

B. TUJUAN
1. Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan di bawah kulit
untuk diabsorbsi.
2. Memberikan obat yang hanya dapat diabsorbsi melalui jaringan bawah
kulit.
3. Membantu proses penyembuhan.

C. DILAKUKAN PADA
Pasien yang mendapatkan suntikan subcutan, mis. pemberian insulin.

D. TEMPAT INJEKSI
1. Lengan atas bagian luar, 1/3
bagian dari bahu
2. Paha anterior, 1/3 bagian Gambar 1.4
dari sendi panggul Area tubuh yang
biasa digunakan
3. Daerah abdomen untuk injeksi
4. Area scapula pada punggung subcutan
atas
5. Daerah ventrogluteal dan
dorsogluteal bagian atas

E. PERSIAPAN ALAT
1. Handscoen
2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3. Jarum spuit sesuai kebutuhan
4. Bak spuit
5. Kapas alcohol/ air hangat dalam kom (secukupnya)
6. Perlak dan pengalas
7. Obat sesuai program terapi
8. Bengkok
9. Buku injeksi/daftar obat
10. Kasa steril (bila perlu)

F. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a Mengecek program terapi.
b Mencuci tangan.
c Menyiapkan obat dengan prinsip 12 benar.
1) Benar obat
2) Benar dosis

54
a) Penghitungan pemberian insulin
= dosis yang diinstruksikan x spuit
Jumlah unit dalam label (konsentrasi insulin)
Insulin U-40 berarti kekuatan insulin adalah 40 unit /ml
Jika jumlah unit dalam labelnya 100 U/ml maka gunakan spuit
yang 100 unit
Jika Jumlah unit dalam labelnya 80 U/ml maka gunakan spuit
yang 80 unit
Jika Jumlah unit dalam label 40 U/ml maka gunakan spuit yang
40 unit
Contoh :
(1) Pasien dapat terapi injeksi 10 unit dari dokter. Jumlah unit
dalam label insulin U-80 (80 U/ml), jika anda
menggunakan spuit yang 80 unit maka berapa unit yang
harus anda ambil di spuit?
= 10 x 80
80
= 10 unit
(2) Pasien dapat terapi injeksi 10 unit dari dokter. Jumlah unit
dalam label insulin U-80 (80 U/ml), jika anda
menggunakan spuit yang 40 unit maka berapa unit yang
harus anda ambil dalam spuit?
= 10 x 40
80
=5 unit
Jadi 10 unit dalam spuit 80 unit adalah sama dengan 5 unit
dalam spuit 40 unit.

b) Cara Menyiapkan Obat


(1) Mendisinfeksi obat dengan kapas alkohol
(2) Menusukkan jarum ditengah tutup vial dengan
memposisikan vial terbalik
(3) Mengaspirasi obat sesuai program terapi
(4) Mengeluarkan udara dari dalam spuit
3) Benar pasien
4) Benar waktu pemberian
5) Benar cara pemberian
6) Benar dokumentasi
7) Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi pasien
8) Hak pasien untuk menolak
9) Benar pengkajian
10) Benar evaluasi
11) Benar reaksi terhadap makanan
12) Benar reaksi dengan obat lain

d Mengidentifikasi pasien dengan benar (nama, nomor kamar) untuk


menghindari kesalahan dalam pemberian obat.

55
e Menyiapkan dan menempatkan alat di dekat pasien.
2. Tahap Orientasi
a Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
b Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a Menjaga privacy
b Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada Allah.
c Mengatur posisi pasien sesuai tempat penyuntikan.
d Membebaskan daerah yang akan di injeksi (menyingsingkan lengan
baju)
e Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan
atau rasa gatal (area penusukan yang utama adalah area pada lengan
bagian atas / paha anterior).
f Memasang perlak dan pengalas.
g Memakai hand scoen.
h Membersihkan area penusukan dengan kapas alkohol / air hangat
(melingkar dari dalam kearah luar dengan diameter 5 cm), biarkan
kering.
i Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk mengangkat kulit dan
jaringan lemak.
j Menusukkan spuit sampai
Gambar 1.5
jaringan dibawah kulit Menusukkan jarum ke
0 0
dengan sudut 45 , atau 90 jaringan subcutan
untuk orang gemuk (ujung dengan sudut 900 atau
450
jarum menghadap ke atas).
k Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit.
l Jika ada darah kemungkinan jarum mengenai pembuluh darah
1) Tarik kembali jarum dari kulit.
2) Tekan tempat penusukan selama 2 menit.
3) Observasi adanya hematom atau memar.
4) Jika perlu berikan plester.
5) Siapkan obat yang baru, mulai dari awal, pilih area penusukan yang
baru.
m Memasukkan obat ke dalam jaringan sub cutan secara perlahan.
n Mencabut jarum sambil menekan bekas suntikan dengan kapas alkohol
untuk menghindari infeksi.
o Jika terdapat perdarahan, tekan area tersebut dengan kassa steril
sampai perdarahan berhenti (injeksi subcutan biasanya jarang
menyebabkan terjadinya perdarahan).
p Membuang spuit ke dalam bengkok.
q Melepaskan handscoon
4. Tahap Terminasi
a Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b Menyampaikan rencana tindak lanjut
c Merapikan pasien dan lingkungan.

56
d Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada Allah.
e Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang.
f Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g Mencuci tangan.
h Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

G. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :


1. Jarum harus tajam untuk menghindari rasa sakit saat penusukan. Gerakan
yang cepat dapat mengurang nyeri.
2. Tempat penyuntikan harus berpidah-pindah untuk menghindari kerusakan
jaringan dan penebalan kulit di sekitar area penyuntikan.
3. Spuit insulin dan jarum dapat dipakai lebih dari satu kali pada pasien yang
sama
4. Perhatikan kesesuaian konsentrasi dengan spuit yang dipakai.Dianjurkan
dipakai konsentrasi yang sama

57
MEMBERIKAN OBAT SECARA INTRAMUSCULAR

A. PENGERTIAN
Pemberian obat dengan cara dimasukkan ke dalam jaringan otot (muskulus)
dengan menggunakan spuit.

B. TUJUAN
1. Memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot untuk diabsorbsi.
2. Mendapatkan efek obat yang lebih cepat terhadap penyerapan obat
tertentu.

C. TEMPAT INJEKSI
1. Area Ventrogluteal
2. Area Dorsogluteal 1
Area Deltoid
1. Clavicula
3. Area Vastus Lateralis 2 2. Akromion proses
4. Area Deltoid 3 3. Otot deltoid
5. Area rektus femoris 4. Scapula
4
5. Axila
1 5 6. Humerus
7. Arteri brachial
6 8. Syaraf radial
Area Rektus 7
2 Femuralis dan Vastus
Lateralis 8
1. SIAS
3
2. Rektus Femuralis
3. Vastus Lateralis
4. Patella 1
4
Area Dorsogluteal
2
1. SIAS
1 2 3 4
2. Tempat injeksi
Area Ventrogluteal 3. Trochanter besar
1. Illiac crest femur
2. Spina Iliaka 3
4. syaraf ischiadikus
Anterior Superior
3. Tempat injeksi
4
4. Trochanter besar
dari femur

Gambar 1.6 Area untuk injeksi intramuskuler

D. PERSIAPAN ALAT
1. Handscoen
2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3. Jarum spuit sesuai kebutuhan
4. Bak spuit
5. Kapas alcohol / air hangat dalam kom (secukupnya)
6. Perlak dan pengalas
7. Obat sesuai program terapi
8. Bengkok
9. Buku injeksi/daftar obat
10. Plester dan kassa steril (bila perlu)

58
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a Mengecek program terapi.
b Mencuci tangan.
c Menyiapkan obat dengan prinsip 12 benar.
1) Benar obat
2) Benar dosis
3) Benar pasien
4) Benar waktu pemberian
5) Benar cara pemberian
6) Benar dokumentasi
7) Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi pasien
8) Hak pasien untuk menolak
9) Benar pengkajian
10) Benar evaluasi
11) Benar reaksi terhadap makanan
12) Benar reaksi dengan obat lain
d Mengidentifikasi pasien dengan benar (nama, nomor kamar) untuk
menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
e Menyiapkan dan mendekatkan alat di dekat pasien.
2. Tahap Orientasi
a Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
b Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik
c Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a Menjaga privacy.
b Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah.
c Mengatur posisi pasien sesuai tempat penyuntikan.
d Membebaskan daerah yang akan diinjeksi.
e Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan atau
rasa gatal (menghindari gangguan absorbsi obat).
f Memasang perlak dan alasnya.
g Memakai hand scoen.
h Menentukan tempat penyuntikan dengan benar.
i Membersihkan kulit dengan kapas alcohol/ air hangat (melingkar dari
arah dalam kearah luar dengan diameter 5 cm), tunggu sampai kering.
j Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk meregangkan area penyuntikan.
k Menusukkan spuit dengan sudut 900, jarum masuk 2/3 bagian sampai ke
jaringan otot (gerakan yang cepat saat menusukkan jarum dapat
mengurangi rasa nyeri).
A B
Kulit
Subcutan

Muskulus

Gambar 1.7 Injeksi Intramuskuler;


A. Menusukkan jarum dengan sudut 900; B. Jarum masuk sampai muskulus

59
l Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit.
m Jika terdapat darah kemungkinan jarum mengenai pembuluh darah;
1) Tarik kembali jarum dari kulit
2) Tekan tempat penusukan dengan kapas alkohol
3) Observasi adanya hematom atau memar, kalau perlu berikan plester
4) Siapkan obat yang baru, mulai dari awal, pilih area penusukan yang
baru
n Jika tidak terdapat darah, masukkan obat secara perlahan.
o Mencabut jarum dari tempat tusukan.
p Menekan daerah tusukan dengan kapas alkohol untuk menghilangkan
nyeri.
q Membuang spuit ke dalam bengkok.
4. Tahap Terminasi
a Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b Menyampaikan rencana tindak lanjut
c Merapikan pasien dan lingkungan.
d Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang.
f Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g Melepas handscoen dan mencuci tangan.
h Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


1. Tempat penyuntikan harus tepat. Penyuntikan pada bokong harus tepat
karena bila salah dapat mengenai syaraf ischiadicus dan mengakibatkan
kelumpuhan.
2. Bila pasien harus mendapat beberapa kali suntikan, usahakan agar
penyuntikan dilakukan pada tempat berlainan.
3. Untuk obat yang mengandung minyak, waktu memasukan obat harus perlahan
supaya pasien tidak kesakitan.

60
MEMBERIKAN OBAT SECARA INTRAVENA

A. PENGERTIAN
Pemberian obat/cairan dengan cara dimasukkan ke dalam pembuluh darah
vena dengan menggunakan spuit.
B. TUJUAN
1. Untuk memperoleh reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan dengan
injeksi parenteral yang lain.
2. Untuk menghindari kerusakan jaringan.
3. Untuk memasukkan obat dalam volume yang lebih besar.
C. TEMPAT INJEKSI
1. Pada lengan (vena basalika dan sefalika)
2. Pada tungkai ( vena sapheneous)
3. Pada leher (vena jugularis)
4. Pada kepala (vena frontalis/vena temporalis)

Vena sefalika Vena Basalika

Vena Kubital Median


Vena Median lengan
bawah
Vena Sefalika
Vena Basalika
Vena superficial dorsalis
Ramus vena dorsalis
Vena Radialis Vena Basalika

Gambar 1.8 Area untuk injeksi intravena pada lengan

D. PERSIAPAN ALAT
1. Handscoen
2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3. Jarum spuit sesuai kebutuhan
4. Bak spuit
5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6. Betadine (zalf atau cair)
7. Tourniquet/manset
8. Perlak dan pengalas
9. Obat sesuai program terapi
10. Bengkok
11. Plester luka (hansaplast) atau kassa dan plester
12. Buku injeksi / daftar obat

61
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Menyiapkan obat dengan prinsip 12 benar.
1) Benar obat
2) Benar dosis
3) Benar pasien
4) Benar waktu pemberian
5) Benar cara pemberian
6) Benar dokumentasi
7) Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi pasien
8) Hak klien untuk menolak
9) Benar pengkajian
10) Benar evaluasi
11) Benar reaksi terhadap makanan
12) Benar reaksi dengan obat lain
d. Mengidentifikasi pasien (nama, nomor kamar) untuk menghindari
kesalahan dalam pemberian obat.
e. Menyiapkan dan menempatkan alat di dekat pasien.
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
b. Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik.
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy
b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa kepada Allah.
c. Mengatur posisi pasien sesuai tempat injeksi dan pilih vena dari arah
distal.
d. Membebaskan daerah yang akan diinjeksi.
e. Memilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan,
peradangan atau rasa gatal (menghindari gangguan absorbsi obat).
f. Memasang perlak dan alasnya.
g. Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal daerah yang akan ditusuk
agar vena mudah untuk dilihat/diraba. Untuk penusukam pada
lengan pasien disarankan untuk mengepal.
h. Memakai handscoen.
i. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari arah dalam
kearah keluar dengan diameter 5 cm) biarkan kering.
j. Mempertahankan vena pada posisi stabil dengan cara meregangkan
kulit pada area penusukan.
k. Memegang spuit sejajar dengan vena yang akan ditusuk.
l. Menusuk vena dengan kemiringan 300 dengan lubang jarum
menghadap ke atas.
m. Melakukan aspirasi dan pastikan darah masuk spuit.

62
n. Membuka tourniquet dan meminta pasien dan melepas kepalan
tangan.
o. Memasukkan obat secara perlahan.
p. Mencabut spuit dengan cepat sambil menekan daerah tusukan
dengan kapas alkohol.
q. Menutup daerah tusukan dengan plester luka/kassa steril dan plester.
r. Membuang spuit ke dalam bengkok
s. Melepas hanscoen
4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Menyampaikan rencana tindak lanjut
c. Merapikan pasien dan lingkungan.
d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e. Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

F. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


1. Menusukan jarum harus pada vena yang jelas/besar untuk menghindari
pecahnya pembuluh darah (hematoma) dan menghindari penusukan
berulang.
2. Bila terjadi pembengkakan saat penyuntikan segera lepas tourniquet,
cabut jarum dan mencari vena yang masih baik.
3. Pada saat penyuntikan jangan sampai udara yang masuk untuk
mencegah terjadinya emboli udara.

63
MEMASANG INFUS

A. PENGERTIAN
Memberikan cairan (obat, elektrolit) kedalam jaringan tubuh dalam jumlah
banyak dengan waktu yang lama melalui vena (pembuluh darah balik) dengan
menggunakan seperangkat alat yaitu set infus dan cairanya.

B. TUJUAN :
1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Memenuhi kebutuhan makanan bagi pasien yang tidak dapat makan
melalui mulut.
3. Melarutkan racun dalam darah.

C. DILAKUKAN PADA
1. Pasien dengan dehidrasi.
2. Pasien dengan syok.
3. Pasien dengan intoksikasi berat.
4. Paien pra dan pasca bedah.
5. Pasien yang tidak dapat makan melalui mulut.
6. Pasien dengan terapi intravena.
7. Sebelum dilakukan transfusi darah.

D. MACAM-MACAM CAIRAN INTRAVENA


1. Larutan isotonik
Yaitu larutan yang mengandung konsentrasi yang sama dengan cairan
seperti cairan dalam tubuh dan menghasilkan tekanan osmotik yang
sama seperti CES dalam keadaan normal dan stabil. Contoh : NaCl 0,9%,
Ringer Lactat dan Dekstrosa 5% .
2. Larutan Hipotonik
Larutan hipotonik menghasilkan tekanan osmotik yang lebih rendah
daripada CES. Infus cairan hipotonik yang berlebihan dapat
menyebabkan deplesi cairan intravaskular, hipotensi, edema seluler, dan
kerusakan sel. Contoh : NaCl 0,33%, NaCl 0,45%
3. Larutan Hipertonik
Larutan hipertonik menghasilkan tekanan osmotik yang lebih besar
daripada CES. Larutan ini digunakan untuk menggeser CES kedalam
plasma darah dengan melakukan difusi cairan dari jaringan untuk
menyamakan solut dalam plasma. Contoh : Dekstrose 5% dalam saline
0,9%, Dekstrose 5% dalam saline 0,9 %, Dekstrosa 5% dalam RL,NaCL
3%, NaCl 5 %, Dekstrose 10%, 20%, 50%,70%.
4. Larutan Kristaloid
Adalah larutan air dengan dengan elektrolit dan atau dextrosa, tidak
mengandung molekul besar. Contoh : Ringer Lactat, NaCl 0,9%, Ringer
Asetat.

64
5. Larutan Koloid
Adalah larutan yang mengandung sel-sel, protein, atau makro molekul
sintetik yang tidak siap melewati membran kapiler Larutan ini tetap di
ruang vaskular dan tergantung pada konsentrasi mereka dapat
menyebabkan perpindahan osmotik cairan dari insterstitium ke dalam
ruang intravaskular. Contoh : darah, albumin dll

E. TEMPAT INSERSI IV KATETER

Vena
A basalika
C Vena
Vena sefalika safena
Vena magna
Vena kubital median
median lengan
bawah
Vena sefalika
Vena superficial Vena
dorsalis basalika
Fleksus
Ramus vena dorsalis
dorsalis Vena radialis Ramus
dorsalis
Vena basalika B

Gambar 1.9 Vena untuk insersi IV kateter;


A. permukaan dorsal tangan, B. lengan bagian dalam, C. Permukaan dorsal kaki

F. PERSIAPAN ALAT
1. Handscoen
2. Infus set sesuai kebutuhan (makro drip/mikro drip)
3. Cairan parenteral sesuai program
4. Jarum intravena/IV cateter (sesuai kebutuhan)
5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6. Betadine (bila perlu)
7. Tourniquet
8. Perlak dan pengalas
9. Bengkok
10. Plester/hepavix/balutan transparan
11. Kasa steril
12. Tiang /standar infuse

G. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Melakukan verifikasi data.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
d. Menyiapkan dan mendekatkan alat didekat pasien.
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.

65
b. Menyampaikan konrak waktu, tempat dan topik
c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a Memasang sampiran / menjaga privacy pasien (bila perlu)
b Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa kepada Allah.
c Memeriksa cairan dengan prinsip 5 benar (cairan IV adalah obat)
pastikan bahwa larutan telah dicampur dengan zat/obat tambahan
yang diresepkan, jika diprogramkan. Periksa cairan terhadap warna,
kejernihan dan tanggal kadaluarsa.
d Bila menggunakan cairan dalam botol, lepaskan penutup logam dan
cakram karet serta logam di bawah penutup tersebut. Untuk kantung
cairan plastik lepaskan lapisan plastik di atas port selang IV.
e Membuka infus set, pertahankan sterilitas di kedua ujungnya.
Menempatkan klem yang dapat digeser tepat di bawah bilik tetesan
dan menutup saluran infus dengan menggerakkan klem penggeser ke
posisi off.
f Menusukan set infus ke dalam kantung cairan.
1) Melepas penutup pelindung dari kantung cairan IV tanpa
menyentuh tempat masuknya set infus.
2) Melepas penutup penusuk pada infus set, dengan tidak
menyentuh ujung penusuk (pertahankan sterilitas).
3) Membersihkan tempat masuknya infus set pada kantung cairan
dengan kapas alkohol kemudian menusukkan set infus ke kantung
cairan IV tepat di tempat penusukan yang telah ditentukan.
g Menggantungkan botol infus pada tiang/standar infuse, kemudian
mengisi bilik tetesan dengan cairan.
h Membuka pelindung jarum dan mengalirkan cairan sampai seluruh
selang infus terisi cairan (pastikan tidak ada gelembung udara dalam
selang).
i Memilih IV cateter yang sesuai.
j Memilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan atau
peradangan.
k Megatur posisi pasien sesuai area penusukan dan membebaskan
anggota tubuh yang akan diinsersi dari pakaian dan hal-hal yang
dapat menghambat aliran vena (anjurkan pasien memakai pakaian
yang longgar).
l Memasang perlak dan pengalas di bawah area yang akan ditusuk.
m Memasang tourniquet 10-12 cm diatas tempat insersi
n Memilih vena yang berdilatasi dengan baik (untuk membuat vena
berdilatasi dapat dengan memukul-mukul vena dari arah proksimal
ke distal atau minta pasien mengepal dan membuka tangan atau
dengan melakukan ketukan ringan di atas vena). Mulai dengan vena
dari arah distal (bila terjadi sklerosis/kerusakan vena, vena yang sama
di daerah proksimal masih dapat digunakan).
o Memakai handscoen.

66
p Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari arah dalam
keluar dengan diameter 5 cm) tunggu sampai kering.
q Mempertahankan vena pada posisi stabil dengn cara meregangkan
kulit pada area penusukan.
r Memegang IV cateter sejajar dengan vena yang akan ditusuk.
s Menusuk vena dengan kemiringan 30 derajat dengan lubang jarum
menghadap ke atas.
t Memastikan IV cateter masuk ke vena dengan memperhatikan
keluarnya darah melalui bilik aliran darah balik vena/dengan menarik
mandrin + 0,5 cm.
u Merendahkan cateter sampai menyentuh kulit, mendorong IV cateter
perlahan kedalam vena sampai hub menempel dengan kulit tempat
penusukan.

Gambar 2.1
Memastikan IV kateter masuk vena

v Menarik mandrin dan menyambungkan IV cateter dengan selang


infus.
w Melepaskan torniquet.
x Membuka klem pada infus set untuk mengalirkan cairan infus dengan
kecepatan tertentu untuk mempertahankan kepatenan IV cateter.
y Memfiksasi IV cateter dengan meletakkan kasa steril di tempat insersi
kemudian diplester (dapat menggunakan hepafix/balutan transparan
sesuai kebijakan rumah sakit).
z Mengatur tetesan infus sesuai program.
4. Tahap Terminasi
a Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b Manyampaika rencana tindak lanjut
c Merapikan pasien dan lingkungan.
d Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang.
f Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g Mencuci tangan.
h Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

H. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


1. Dalam melakukan perasat selalu memperhatikan tehnik kesterilan.
2. Mengawasi reaksi pasien selama 15 menit pertama setelah pemasangan
infus dengan mencatat nadi, suhu, pernafasan, warna kulit, gatal-gatal,
menggigil, sakit pinggang dan lain-lain.

67
3. Bila terlihat keluhan-keluhan seperti di atas infus segera dihentikan
dengan mengklem selang infus dan segera melaporkan kepada dokter
atau perawat yang bertanggung jawab.
4. Cairan infus tidak boleh sampai habis, untuk mencegah masuknya udara
dalam selang yang dapat menimbulkan emboli udara di vena.

I. MASALAH-MASALAH SELAMA PEMBERIAN TERAPI INFUS


1. Infiltrasi
a Tanda : Infus lambat atau berhenti; Indurasi atau
pembengkakan jaringan dengan jaringan dingin.
b Solusi : pindahkan tempat penusukan IV pada lengan lainnya
atau di atas area infiltrasi; jika parah berikan kompres
hangat dan tinggikan lengan.
c Pencegahan : observasi tempat penusukan IV secara berkala.
2. Flebitis
a Tanda : nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi.
b Solusi : pindahkan tempat penusukan IV pada lengan lainnya
atau di atas area flebitis; jika parah berikan kompres
hangat.
c Pencegahan : saring cairan, fiksasi kateter untuk mencegah
gerakan pada vena; bilas kateter setiap setelah
memberikan obat.
3. Aliran cairan IV terlalu cepat
a Tanda : cairan infus cepat habis atau jumlah cairan yang
diinfuskan lebih dari yang dijadwalkan.
b Solusi : obser observasi tanda-tanda kelebihan cairan dan
efek-efek aditif pemberian cairan IV, beritahu
dokter.
c Pencegahan : periksa kecepatan aliran secara berkala, beri tanda
waktu pada setiap pemasangan/ mengganti cairan
infus
4. Aliran cairan IV seret
a Tanda : jumlah cairan yang diinfuskan kurang dari yang
ditetapkan.
b Solusi :observasi keseluruhan sistem terhadap faktor-faktor
mekanik atau pasien, contohnya selang berbelit-belit,
atau pasien menindih selang IV; Ubah posisi atau
pindahkan alat IV.
c Pencegahan : periksa ukuran kateter agar sesuai dengan tipe cairan
dan tetesan infus.
5. Selang terlepas
a Tanda : keadaan lembab akibat cairan yang bocor.
b Solusi : ganti selang jika terjadi kontaminasi.
c Pencegahan : Plester semua sambungan.
6. Darah mengalir balik ke selang

68
a Solusi : bilas selang dengan larutan saline normal jika darah
yang mengalir balik ke selang hanya sebentar; ganti
selang jika waktunya tidak diketahui.
b Pencegahan : pasang penahan lengan (spalk) di bawah tempat
penusukan kateter IV; hindari cairan IV habis;
beritahu pasien untuk tidak mengangkat lengan lebih
tinggi dari jantung.

7. Jalur IV tersumbat
a Tanda : tahanan ditemui jika dilakukan pembilasan
b Solusi : lepaskan kateter, jangan memaksa untuk membilas;
pindahkan kateter IV
c Pencegahan : segera ganti sebelum cairan habis.

J. BAHAYA TERHADAP KESALAHAN PEMASANGAN INFUS


1. Terjadi emboli udara
2. Infeksi
3. Oedem paru
4. Trauma vena yang dapat mengakibatkan hematoma
5. Reaksi alergi

69
MENGGANTI CAIRAN INTRAVENA
A. PENGERTIAN
Mengganti cairan infus yang hampir habis dengan cairan yang baru sesuai
program.

B. TUJUAN
1. Melanjutkan pemberian terapi intravena
2. Mencegah masuknya udara ke dalam vena

C. PERSIAPAN ALAT
Cairan infus sesuai program terapi

D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a Mengidentifikasi pasien, mengecek kembali program pemberian
cairan.
b Mencuci tangan.
c Menyiapkan dan mendekatkan alat di dekat pasien.
2. Tahap Orientasi
a Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
b Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik.
c Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a Menjaga privacy
b Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa kepada Allah.
c Memastikan bahwa bilik tetesan masih cukup terisi.
d Melepaskan penutup tempat tusukan flabot cairan, pertahankan
sterilitas tempat tusukan tersebut.
e Menggeser klem untuk menghentikan aliran cairan infus.
f mengambil flabot cairan yang habis dari tiang infus.
g Dengan cepat melepaskan penusuk infus set dari flabot cairan yang
habis dan pasangkan pada flabot cairan yang baru tanpa menyentuh
ujungnya.
h Menggantung flabot cairan yang baru pada tiang infus.
i Memastikan tidak ada udara di dalam infus set.
j Memastikan bilik masih terisi cairan.
k Mengatur kecepatan aliran sesuai dengan kecepatan yang
diprogramkan.
l Mengobservasi kepatenan sistem intravena untuk memeriksa tidak
adanya infiltrasi, flebitis, atau inflamasi.
m Membuang flabot cairan yang sudah kosong (sesuai kebijakan rumah
sakit)

70
4. Tahap Terminasi
a Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b Menyampaikan rencana tindak lanjut
c Merapikan pasien dan lingkungan.
d Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akandatang.
f Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g Mencuci tangan.
h Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
E. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
1. Siapkan cairan sekurang-kurangnya satu jam sebelum cairan diperlukan
(sebelum cairan yang terpasang habis).
2. Ganti cairan jika cairan di dalam botol kurang dari 50 ml.

71
MENGHITUNG TETESAN INFUS
A. PENGERTIAN
Menghitung kecepatan infus untuk mencegah ketidaktepatan pemberian
cairan.

B. TUJUAN
1. Mencegah terjadinya kolaps kardiovaskuler dan sirkulasi pada pasien
dehidrasi, syok.
2. Mencegah kelebihan cairan pada pasien.

C. PERSIAPAN ALAT
1. Kertas dan pensil.
2. Jam dengan jarum detik.

D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Membaca Basmalah
2. Membaca program dokter dan mengikuti prinsip “dua belas benar”
untuk memastikan penggunan cairan yang benar. Cairan IV adalah obat,
mengikuti prinsip “dua belas benar” mengurangi kemungkinan salah
obat.
3. Mencari tahu kalibrasi dalam tetes/mililiter dari set infus (sesuai
petunjuk pada bungkus) :
a Tetesan makro (mikrodrip) : 1 cc = 60 tetes
Selang mikrodrip juga disebut selang pediatri, umumnya
memberikan 60 tetes/cc dan digunakan bila pemberian volume
kecil atau volume dalam jumlah yang sangat tepat.
b Tetesan mikro (makrodrip ) : 1 cc = 15 tetes
1 cc = 20 tetes
4. Pilih salah satu rumus
a Mililiter per jam
jumlah total cairan infus (cc)
cc/jam =
lama waktu penginfusan (jam)

Contoh : Jika cairan infus yang tersedia 3000 cc dan habis diberikan
dalam 24 jam, maka berapa cc/jam cairan yang diberikan?
Jawab :
3000 cc
24 jam
= 125 cc/jam

72
b Tetes permenit

Tetes/menit = jumlah total cairan infus (cc) x faktor tetesan


lama waktu penginfusan (menit)

Contoh : jika dibutuhkan cairan infus 1000 cc dalam 8 jam dengan


tetesan 20 tetes/cc, maka cairan tersebut harus
diberikan berapa tetes permenit?
Jawab :
1000 cc x 20
8 x 60 menit

20000 = 41 tetes/menit
480 menit
5. Tetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada bilik drip selama
1 menit dengan jam, kemudian atur klem pengatur untuk menaikkan atau
menurunkan kecepatan infus. Periksa kecepatan ini tiap jam.
6. Membaca Hamdalah
7. Dokumentasikan pada catatan perawatan mengenai cairan dan waktu.

E. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


Cairan IV yang tidak dapat diinfuskan tepat waktu mungkin merupakan tanda
dini infiltrasi.

73
MENGUKUR BALANCE CAIRAN
PENGERTIAN
Mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh (intake) dan mengukur
jumlah cairan yang keluar dari tubuh (output).
TUJUAN
1. Menentukan status keseimbangan cairan tubuh.
2. Menentukan tingkat dehidrasi pasien.
PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Membaca Basmalah
2. Menentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh pasien.
Terdiri dari :
a Air minum
b Air dalam makanan
c Air hasil oksidasi (metabolisme)
d Cairan intravena
3. Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh pasien.
Terdiri dari :
a Urine
b Insensible Water Loss (IWL) : Paru dan Kulit
c Feces
d Muntah
4. Menentukan keseimbangan cairan tubuh pasien dengan rumus :
Balance Cairan = Intake - Output

5. Membaca Hamdalah
6. Mendokumentasikan pada catatan perawatan
HAL - HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Rata-rata intake cairan perhari :
a Air minum : ..........cc (Sebaiknya : 1500 -2500 ml/
hari)
b Air dari makanan : ..........cc (Normalnya :750 ml )
c Cairan infus :...........cc
d Therapi injeksi : ..........cc
e Air metabolisme : ..........cc ( Hitung 5 cc/kgBB/hari )
2. Rata-rata output cairan perhari
a Urine : .......cc( Normalnya : 1400 – 1500 ml)
Ngompol dihitung 0,5cc-1 cc
/kgBB/hari
b Feces : ......cc ( Normalnya 100 – 200 ml )
c Muntah/ perdarahan/ cairan
drainage luka, cairan NGT :........cc
d IWL : Paru : .....( Normalnya 350 – 400 ml )
Kulit : ......( Normalnya 100 ml )

74
Patokan penghitungan IWL
1) Dewasa : 15 cc/kgBB/hari
2) Anak : (30 – usia (tahun)) x cc/kgBB/hari
3) Jika ada kenaikan suhu : IWL +200 (suhu badan sekarang – 36,80C).
0
36,8 C adalah konstanta
Rumus lain :
Di ICU
 Anak >5 tahun : 20 ml/kg BB/Hr
 Anak < 1 tahun : 30 cc/ KgBB/Hr
 Anak > 1 tahun : 20 cc/Kg/BB/Hr
Dibangsal
 Neonatus : 50 ml/ KgBB/Hr
 1-12 bulan : 40 ml/KgBB/Hr
 1-5 tahun : 30 ml/ KgBB/Hr

Menghitung Air Metabolisme pada anak:


Usia Balita ( 1-3 tahun ) : 8 cc/kgBB/hari
Usia 5-7 tahun : 8-8,5 cc/kgBB/ hari
Usia 7-11 tahun : 6-7 cc/kgBB/hari
Usia 12-14 tahun : 5-6 cc/kgBB/hari

75
MEMBERIKAN TRANSFUSI DARAH
A. PENGERTIAN
Memindahkan/memasukkan darah dari seseorang (donor) kepada orang lain
(resipien) melalui vena.

B. TUJUAN
1. Memberikan volume darah yang adekuat dan mencegah syok
hemoragik.
2. Mengganti trombosit darah atau faktor-faktor pembekuan untuk
mempertahankan homeostasis.

C. DILAKUKAN PADA
1. Pasien yang banyak kehilangan darah, mis. operasi besar, melahirkan,
kecelakan, luka bakar hebat, dll.
2. Pada pasien dengan penyakit kelainan darah, mi. Anemia, Leukimia, dll.

D. JENIS –JENIS KOMPONEN DARAH


1. Sel Darah Merah
Volume 375-425 ml, infuskan selama 1½ sampai 2 jam, maksimum 4
jam per unit; jika kehilangan darah, tranfusikan secepat mungkin sesuai
dengan toleransi pasien, Jika pasien berada dalam keseimbangan
kardiovaskuler yang tidak stabil ( anemia berat kronik, gagal jantung
kongestif, sangat kecil atau muda) dan kelebihan sirkulasi merupakan
kekhawatiran, kecepatan harus 1 ml/kg/BB; dosis dan kecepatan
pediatrik rata-rata : 10ml/kg, 2 sampai 4 ml/kg/BB.
2. Darah Washed Red Cell (WRC) sedikit Leukosit
Volume 200 – 280ml, infuskan selama 1½ sampai 2 jam, sel kadaluarsa
24 jam setelah pencucian.
3. Frozen-Deglycerolized Red Cell (FDRC)
Volume 200-250 ml, infuskan selama 1½ sampai 2 jam
4. Darah Lengkap
Volume 450 -500 ml, infuskan selama 2 sampai 3 jam: 4 jam/unit; dosis
pediatric rata-rata : mula-mula 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang
diperlukan untuk stabilisasi.
5. Fresh-Frozen Plasma
Volume 200-250ml, infuskan selama 15-20 menit bila diberikan untuk
perdarahan atau penggantian faktor pembekuan; 1-2 jam bila diberikan
untuk alasan lain; dosis dan kecepatan pediatric rata-rata: perdarahan
akut, infuskan 15-30ml/kg sesuai indikasi; defisiensi pembekuan, 10
sampai 15 ml/kg, infuskan 1 sampai 2 ml/menit.
6. Albumin 25 %
Volume 12,5 g/50 ml, infuskan dalam i jam pada 1 ml/ menit; dosis dan
kesepatan pediatrik rata-rata : 1 g/kg, infus 4ml/kg. Memakai selang
khusus.

76
7. Albumin 5%
Volume 12,5g/250 ml, infuskan dalam 1 jam pada 2 sampai 4 ml / menit;
dosis dan kecepatan pediatrik rata-rata-1 g/kg, infuskan 10 ml/kg.
Memakai selang khusus
8. Fraksi Protein Plasma (PPF) ,
infuskan tidak lebih dari 1 sampai 10 ml/kg. Memakai selang khusus.
9. Trombosit
Volume 60-70 ml/unit, Berikan secara intravena dengan kecepatan
sesuai toleransi pasien; dianjurkan 150 sampai 200 ml/ jam ; dapat
diberikab lebih darimpesanan biasanya 6 sampai 10 unit dengan
perlahan-lahan jika terdapat beheya kelebihan sirkulasi; waktu tranfusi
maksimum 4 jam. Memakai selang khusus.

E. PERSIAPAN ALAT
1. Transfusi set
2. Cairan NaCl 0,9 %
3. Persediaan darah yang sesuai dengan golongan darah pasien, komponen
darah sesuai dengan kebutuhan.
4. Handscoen
5. Set pemberian cairan intravena (jika belum terpasang infus)

F. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a Verifikasi data sebelumnya.
b Memberikan Inform Consent pada pasien/keluarga mengenai
prosedur dan efek samping pemberian transfusi.
c Mencuci tangan.
d Menyiapkan dan mendekatkan alat di dekat pasien.
2. Tahap Orientasi
a Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
b Menyampaikan kontrak waktu, tempat dantopik.
c Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a Menjaga privacy bila perlu.
b Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada Allah
c Memasang IV kateter dengan menggunakan kateter berukuran besar
dan selang infus yang memiliki filter (transfusi set). Jika sudah
terpasang infus ganti infus set dengan transfusi set. Gunakan cairan
normal salin/NaCl 0,9% sebelum dan sesudah memberikan transfusi
(cairan isotonik mencegah hemolisis sel darah merah).
d Mengidentifikasi pasien dan produk darah yang akan dimasukkan.
e Memeriksa etiket kompatibilitas yang menempel pada kantung darah
dan informasi pada kantung tersebut.
1) Untuk darah lengkap periksa golongan darah ABO dan tipe Rh
yang terdapat pada catatan pasien.

77
2) Memeriksa kembali kesesuaian produk darah dengan order
dokter.
3) Memeriksa tanggal kadaluarsa lengkap beserta jamnya.
f Meginspeksi darah untuk melihat adanya kebekuan
g Menanyakan nama pasien dan periksa tanda pengenal pasien agar
tidak terjadi kesalahan dalam pemberian transfusi darah.
h Mengukur tanda vital sebelum memasukkan darah.
i Memakai handscoen.
j Memberikan transfusi secara perlahan, atur kecepatan sesuaikan
dengan komponen darah yang masuk.
k Memonitor tanda vital secara berkala
l Mengobservasi reaksi transfusi, mis. menggigil, kemerahan, gatal-
gatal, dispnea, bintik-bintik merah atau ruam. Jika timbul reaksi
tersebut segera hentikan pemberian transfusi, bilas dengan cairan
normal salin dan beritahukan bank darah serta dokter yang merawat.
m Melepas handscoen
4. Tahap Terminasi
a Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b Menyampaikan rencana tindak lanjut.
c Merapikan pasien dan lingkungan.
d Mengajak pasien membaca hamdalah dan berdoa pada Allah.
e Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang.
f Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g Mencuci tangan.
h Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

G. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


1. Suhu darah yang dimasukkan harus sesuai dengan suhu normal, bila
perlu pasang penghangat pada selang infus.
2. Darah yang diberikan harus tercampur rata (secara homogen) dengan
cara membalikkan kantung secara perlahan-lahan (darah tidak boleh
dikocok atau dipanaskan).
3. Harus ABO dan Rh yang kompatibel : kadang-kadang Rho negatif akan
ditranfusikan pada pasien Rho positif, tetapi jangan memberikan Rho
positif ke Rho negatif.
4. Packed red cells golongan O dapat diberikan pada golongan darah
manapun, berikan tipe Rh yang tepat; pencocoksilangan diperlukan.

78
INHALASI OKSIGEN
A. PENGERTIAN
Memberikan oksigen tambahan kepada pasien dalam upaya
mempertahankan jalan nafas yang adekuat.

B. TUJUAN
1. Mencegah atau mengatasi hypoxia agar tidak terjadi dengan jalan
memperbaiki PaO 2 .
2. Memperbaiki kerusakan oksigenasi jaringan.

C. INDIKASI PEMBERIAN O 2
1. Sianosis yang baru saja terjadi.
2. Tindakan pre oksigenasi menjelang induksi anastesi.
3. Pasca pembedahan besar.
4. Pada keadaan dimana “metabolisme rate” yang tinggi missal : sepsis,
hipertermia.
5. Keracunan gas CO
6. Mengatasi nyeri kepala akibat tertahannya udara di daerah rongga
kepala setelah tindakan enchephalografi.

D. PERHATIAN
Sebelum memberikan oksigen, cek :
1. Order pemberian obat, termasuk alat untuk memberikan dan liter flow
rate (L/mnt).
2. Level oksigen (PaO 2 ) dan karbon dioksida (PCO 2 ) pada darah arteri
(PaO 2 normal 80 – 100 mmHg, PCO 2 35 – 45 mmHg).
3. Apakah klien menderita COPD.

E. MACAM-MACAM INHALASI OKSIGEN

1. Menggunakan Kanul
a. Pemberian
2 – 6 liter/menit.
b. Tujuan
1) Untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi relative
rendah saat kebutuhan oksigen minimal.
2) Untuk memberikan oksigen yang tidak terputus saat pasien
makan/minum.
c. Efek samping
1) Mukosa hidung menjadi kering.
2) Kerusakan kulit diatas telinga dan di hidung akibat
pemasangan kanul yang terlalu ketat.

79
d. Persiapan Alat
1. Tabung oksigen dengan manometer dan flowmeter.
2. Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau air matang
sesuai peraturan Rumah Sakit.
3. Nasal kanul dan selang.
4. Plester jika diperlukan.
e. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a) Mengkaji kebutuhan oksigen pasien dan melakukan
verifikasi data sebelumnya.
b) Mencuci tangan.
c) Mengidentifikasi pasien dengan benar ( nama, nomor
kamar ).
d) Menyiapkan dan mendekatkan alat di dekat pasien.
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri.
b) Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik.
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap Kerja
a) Menjaga privacy.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada
Allah.
c) Memasang manometer pada tabung oksigen.
d) Memastikan tabung masih berisi oksigen.
e) Mengisi botol humidifier dengan aqua sesuai batas.
f) Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler/fowler
jika tidak ada kontra indikasi (posisi ini memungkinkan
ekspansi dada lebih mudah sehingga memudahkan klien
untuk bernafas).
g) Menyambungkan selang kanul dengan humidifier.
h) Membuka flow meter dengan ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan. Memastikan ada aliran udara mengalir melalui
ujung selang (seharusnya ada gelembung udara pada
humidifier pada saat oksigen mengalir lewat air).
i) Memasang kanul dengan hati-hati, memasukkan lubang
kanul ke hidung lalu kencangkan (kanul yang
menggunakan elastic band ditarik melingkar ke belakang
telinga). Jika kanul ingin tetap berada di tempatnya,
berikan plester pada bagian wajah.
j) Memperhatikan reaksi dan menanyakan respon pasien.
k) Inspeksi peralatan secara teratur (cek liter flowmeter dan
tinggi air pada humidifier).

80
4) Tahap Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut/
c) Merapikan pasien dan lingkungan.
d) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada
Allah.
e) Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan
datang.
f) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat
semula.
g) Mencuci tangan.
h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

2. Menggunakan masker Wajah


a. Pemberian
6 – 12 Liter/menit.
b. Tujuan
Untuk memberikan oksigen dengan kadar sedang, konsentrasi
dengan kelembaban yang tinggi di banding dengan kanul.
c. Jenis
1) Masker wajah sederhana yaitu untuk therapy O 2 jangka pendek
dengan konsentrasi O 2 yang masuk 30 % - 60 %.
Kontra Indikasi : Klien dengan retensi CO 2 karena akan
memperburuk retensi.
2) Masker wajah dengan reservoir
a) Rebreathing mask : untuk pasien yang mampu bernafas
kembali, dengan konsentrasi O 2 yang masuk 70 %.
b) Non rebreathing mask : untuk pasien yang tidak mampu
bernafas kembali, untuk mempertahankan suplay O 2
dengan konsentrasi tinggi di dalam kantong reservoir.
Dengan konsentrasi O 2 yang masuk sebesar 80 – 90 %.
c) Masker wajah venturi
Konsentrasi O 2 yang masuk : 24 %, 28 %, 30 %, 35 %, 40
%, 45 %, 55 % dengan kecepatan 2, 3, 4, 8, 14 liter/menit
secara berurutan tergantung alat pengendali.
d. Persiapan alat
1) Tabung oksigen dengan manometer dan flow meter.
2) Humidifier dengan cairan.
3) Masker wajah dengan ukuran dan jenis yang sesuai, dengan
elastic band (karet pengikat).
4) Kassa (jika diperlukan).

81
e. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a) Mengkaji kebutuhan oksigen pasien dan melakukan
verifikasi data sebelumnya.
b) Mencuci tangan.
c) Mengidentifikasi pasien dengan benar ( nama, nomor
kamar ).
d) Menyiapkan dan mendekatkan alat ke dekat pasien.
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam kepada pasien, menyapa nama pasien
dan memperkenalkan diri.
b) Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik.
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap Kerja
a) Menjaga privacy.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada
Allah.
c) Memasang manometer pada tabung oksigen.
d) Memastikan tabung masih berisi oksigen.
e) Mengisi botol humidifier dengan aqua sesuai batas.
f) Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler/fowler jika
tidak ada kontra indikasi (posisi ini memungkinkan ekspansi
dada lebih mudah sehingga memudahkan klien untuk
bernafas).
g) Menyambungkan selang kanul dengan humidifier.
h) Membuka flow meter dengan ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan. Memastikan ada aliran udara mengalir melalui
ujung selang (seharusnya ada gelembung udara pada
humidifier pada saat oksigen mengalir lewat air).
i) Menempatkan
masker kearah
wajah pasien, Gambar 3.1
Menempatkan
letakkan dari masker pada
hidung ke wajah
bawah. Masker
harus menutup
wajah, sehingga
sangat sedikit
oksigen yang
keluar lewat
mata atau sekitar
pipi dan dagu.
j) Mengikat elastic band melingkar kepala pasien sehingga
masker terasa nyaman.

82
k) Alasi band di belakang telinga dan di atas tulang yang
menonjol dengan kassa untuk mencegah iritasi. Hindari
menarik band terlalu kuat.
l) Memperhatikan reaksi dan menanyakan respon pasien.
m) Inspeksi peralatan secara teratur (cek liter flowmeter dan
tinggi air pada humidifier).
4) Tahap Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Merapikan pasien dan lingkungan.
c) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada
Allah
d) Berpamitan dengan pasien.
e) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
f) Mencuci tangan.
g) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

3. Menggunakan Tenda Wajah


a. Tujuan
1) Untuk memberikan kelembaban tinggi.
2) Untuk memberikan oksigen bila masker tidak ditoleransi.
3) Untuk memberikan O 2 aliran tinggi saat dihubungkan dengan
system venturi.
b. Persiapan alat
1) Tabung oksigen dengan manometer dan flow meter.
2) Humidifier dengan cairan.
3) Tenda wajah dengan elastic band sesuai ukuran.
4) Kassa (jika diperlukan).
c. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a) Mengkaji kebutuhan oksigen pasien dan melakukan
verifikasi data sebelumnya.
b) Mencuci tangan.
c) Mengidentifikasi pasien dengan benar ( nama, nomor
kamar ).
d) Menyiapkan dan mendekatkan alat di dekat pasien.
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam kepada pasien, menyapa nama pasien
dan memperkenalkan diri.
b) Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik.
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap Kerja
a) Menjaga privacy.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada
Allah.

83
c) Memastikan tabung masih berisi oksigen.
d) Memasang manometer pada tabung oksigen.
e) Mengisi botol humidifier dengan aqua sesuai batas.
f) Menyambungkan selang kanul dengan humidifier.
g) Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler/fowler jika
tidak ada kontra indikasi (posisi ini memungkinkan ekspansi
dada lebih mudah sehingga memudahkan klien untuk
bernafas).
h) Membuka flow meter dengan ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan. Memastikan ada aliran udara mengalir melalui
ujung selang (seharusnya ada gelembung udara pada
humidifier pada saat oksigen mengalir lewat air).
i) Menempatkan tenda kearah wajah pasien. Tenda harus
menutup wajah, sehingga sangat sedikit oksigen yang
keluar lewat mata atau sekitar pipi dan dagu.
j) Mengikat elastic band melingkar kepala pasien.
k) Alasi band di belakang telinga dan di atas tulang yang
menonjol dengan kassa untuk mencegah iritasi. Hindari
menarik band terlalu kuat.
l) Memperhatikan reaksi dan menanyakan respon pasien.
m) Inspeksi peralatan secara teratur (cek liter flowmeter dan
tinggi air pada humidifier).
4) Tahap Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut
c) Merapikan pasien dan lingkungan.
d) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada
Allah.
e) Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan
datang.
f) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g) Mencuci tangan.
h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

F. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Kaji tingkat kecemasan pasien, warna mukosa dan kemudahan bernafas
saat pasien dipasang alat.
2. Kaji Vital Sign, warna, pola nafas, dan gerakan dada.
3. Kaji secara teratur tanda-tanda klinis seperti hipoksia, takikardia, konfius,
dispnea, kelelahan dan sianosis (lihat hasil BGA jika memungkinkan).
4. Jika menggunakan nasal kanul, kaji hidung pasien terhadap iritasi. Beri
cairan lubrican untuk melapisi membran mukosa jika dibutuhkan.
5. Pertahankan tinggi air humidifier.

84
G. RATA – RATA KONSENTRASI INSPIRASI YANG DIHASILKAN DENGAN
PERALATAN PEMBERIAN O2 YANG BERBEDA
1. Nasal Kanul
Pemberian 1 – 2 liter/menit konsentrasi yang dihasilkan 24 – 28 %
3 – 4 liter/menit 30 – 35 %
5 – 6 liter/menit 38 – 44 %
2. Masker Sederhana
Pemberian 5 – 6 liter/menit konsentrasi yang dihasilkan 40 %
6 – 7 liter/menit 50 %
7 – 8 liter/menit 60 %
3. Masker Wajah Dengan Reservoir
Pemberian 6 liter/menit konsentrasi yang dihasilkan 60 %
7 liter/menit 70 %
8 liter/menit 80 %
9 – 10 liter/menit 90 – 99 %
4. Masker Wajah Venturi
Pemberian aliran tetap konsentrasi yang dihasilkan 24 – 35 %
5. Tenda wajah
Pemberian 8 - 10 liter/menit konsentrasi yang dihasilkan 40 %

H. BAHAYA DAN EFEK SAMPING THERAPY OKSIGEN


1. Kebakaran
Kadar O 2 yang terkecil dalam udara kamar dapat memicu kebakaran jika
ada sumber api.
2. Hypoxia
Dapat terjadi bila pemberian O 2 secara mendadak dengan frekuensi
yang tinggi dapat dihindari dengan jalan memeberikan secara bertahap.
3. Hipoventilasi
Sering terjadi pada penderita PPOM, dimana pegendali pusat nafas
disebabkan oleh kadar O 2 dalam darah yang rendah (hypoxemia)
sehingga jika hypoxemia di hilangkan maka pusat nafas tidak ada yang
merangsang sehingga berakibat hipoventilasi sampe apneu.
4. Atelektasis paru
Terjadi jika konsentrasi O 2 yang diberikan sangat tinggi (hampir 100 %)
dalam jangka waktu yang lama dan pencegahan nya jangan memberi O 2
dengan konsentrasi 100 % lebih dari 24 jam.
5. Keracunan oksigen
Ada 2 macam :
a Keracunan yang menyeluruh.
Yaitu disebabkan karena PaO 2 yang lebih dari 100 torr dalam
jangka waktu lama,
Gejala akut : kejang – kejang, dan gejala kronis : nyeri di belakang
tulang dada, nyeri sendi, kesemutan, mual, muntah nafsu makan
menurun.
b Keracunan setempat
Sel kapiler paru akan mengalami kerusakan yang mengakibatkan
gangguan difusi gas.

85
I. PENCEGAHAN
1. Jangan memberikan O 2 dengan konsentrasi > 50 % lebih dari 48 jam.
2. Setiap pemberian O 2 dengan konsentrasi tinggi harus di sertai
pemantauan PaO 2.

86
MENGGUNAKAN SPIROMETER INSENTIF

Pengertian
Spirometer insentif juga disebut sebagai alat mempertahankan inspirasi maksimal
(sustained maximal inspiration devices, SMIs), mengukur aliran udara yang
diinhalasi melalui mouthpiece

Tujuan
1. Meningkatkan ventilasi paru.
2. Mengimbangi efek anestesi atau hipoventilasi
3. Mengencerkan sekret pernapasan
4. Memfasilitasi pertukaran gas pernapasan
5. Mengembangkan alveolus yang kolaps

Dilakukan Pada
1. Pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan secret.
2. Pasien yang mengalami penyempitan jalan nafas.

Alat dan Bahan


1. Spirometer insentif

Prosedur Pelaksanaan
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Menyiapkan dan meletakkan alat di dekat pasien.
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam kepada pasien, menyapa nama pasien,
memperkenalkan diri.
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
c. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah.
c. Pegang atau taruh spirometer pada posisi tegak lurus. Sebuah alat yang
ditekuk yang berorientasi pada aliran hanya memerlukan sedikit upaya
untuk meninggikan bola atau cakram : sebuah alat yang berorientasi pada
volume tidak dapat bekerja dengan benar kecuali berada dalam posisi
tegak lurus.
d. Keluarkan napas secara normal

87
e. Tempelkan mouthpiece dengan bibir dengan rapat (udara jangan sampai
masuk)
f. Ambil napas dalam dan lambat untuk menaikkan bola atau silinder dan
kemudian tahan napas selama 2 detik di awal, kemudian meningkat 6
detik (optimal), untuk menjaga bola atau silinder tetap naik jika
memungkinkan
g. Untuk alat yang berorientasi pada aliran, hindari napas cepat bervolume
rendah yang melontar bola ke bagian atas ruangan. Pengembangan paru
yang lebih besar dicapai dengan inspirasi yang sangat lambat daripada
dengan napas dangkalyang cepat, walaupun mungkin tidak meninggikan
bola atau tetap mempertahankan bola tersebut terangkat saat anda
menahan napas anda. Bola atau silinder yang terus menerus di atas
memastikan keadekuatan ventilasi alveolus (kantong udara paru)
h. Jika anda kesulitan bernapas hanya melalui mulut, cuping hidung dapat
digunakan
i. Lepaskan mouthpiece dan ekhalasi secara normal
j. Batuk setelah upaya insentif. Ventilasi yang dalam dapat mengencerkan
sekret, dan batuk dapat memfasilitasi pengeluarannya.
k. Relaks dan ambil beberapa napas normal sebelum menggunakan
spirometer kembali
l. Ulangi prosedur beberapa kali dan kemudian empat atau lima kali per
jam. Latihan meningkatkan volume inspirasi, mempertahankan ventilasi
alveolar, dan mencegah atelektasis (kolaps kantung udara)
m. Bersihkan mouthpiece dengan air dan keringkan
1. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b. Merapikan pasien dan lingkungan.
c. Mengajak pasien membaca hamdalah dan berdoa kepada Allah.
d. Menyampaikan rencana tindak lanjut pada pasien
e. Berpamitan dengan pasien.
f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g. Mencuci tangan.
h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

88
INHALASI UAP MANUAL
A. PENGERTIAN
Menghirup uap dengan/tanpa obat melalui saluran pernafasan bagian atas.

B. TUJUAN
1. Sekret menjadi lebih encer dan mudah untuk dikeluarkan.
2. Pernafasan menjadi lebih lega.
3. Selaput lendir pada saluran nafas menjadi tetap lembab.
4. Mengobati peradangan pada saluran pernafasan bagian atas.

C. DILAKUKAN PADA
1. Pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan secret.
2. Pasien yang mengalami penyempitan jalan nafas.

D. PERSIAPAN ALAT
1. Baskom berisi air mendidih.
2. Obat : mentol/viks (bila diperlukan).
3. Handuk 2 buah.
4. Bengkok 1 buah.
5. Peniti.
6. Vaselin dengan sudip lidah.
7. Tissue.
8. Kain pengalas untuk baskom air panas.

E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Identifikasi pasien.
d. Menyiapkan dan mendekatkan alat di dekat pasien .
2. Tahap Orientasi
a Mengucapkan salam kepada pasien, sapa nama pasien,
memperkenalkan diri.
b Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik.
c Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a Menjaga privacy.
b Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah.
c Mengauskultasi paru untuk mengetahui letak secret.
d Mengatur pasien dalam posisi duduk dengan kaki menjuntai di sisi
tempat tidur/meminta pasien duduk di atas kursi.
e Menempatkan meja/troli di depan pasien.
f Mengoleskan vaselin dengan sudip lidah di sekitar mulut dan hidung
pasien.

89
g Memasang handuk pada dada pasien, dipenitikan ke punggung.
h Meletakan baskom berisi air panas di atas meja pasien yang sudah
diberi pengalas.
i Memasukkan obat ke dalam baskom (bila diprogramkan).
j Menutup baskom dengan handuk sedemikian rupa sehingga
menyerupai corong.
k Meminta pasien menghadapkan mulut dan hidung ke corong handuk,
instruksikan pasien untuk menghirup uap dari baskom selama 10 – 15
menit.
l Membersihkan sekitar hidung dan mulut dengan tissue.
m Merapikan pasien.
4. Tahap Terminasi
a Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b Menyampaikan rencana tindak lanjut.
c Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
d Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang.
e Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
f Mencuci tangan.
g Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

F. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Air panas jangan sampai tumpah ke pasien.
2. Selama prosedur pasien harus ditunggu dan diawasi, perhatikan
kemampuan pasien untuk mentoleransi uap air panas.

90
INHALASI NEBULIZER
A. PENGERTIAN
Menghirup uap dengan atau tanpa obat melalui saluran nafas bagian atas
dengan menggunakan nebulator.
B. TUJUAN
1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan.
2. Melonggarkan jalan nafas.
3. Memberikan inhalasi hingga obat habis.
C. PERSIAPAN ALAT
1. Meja / trolli berisi set nebulizer.
2. Obat bronkodilator.
3. Bengkok.
4. Tissue.
5. Spuit 5cc/sesuai kebutuhan.
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a Mengecek program terapi.
b Mencuci tangan.
c Mengidentifikasi dengan benar.
d Menyiapkan dan mendekatkan alat di dekat pasien.
2. Tahap Orientasi
a Mengucapkan salam kepada pasien, menyapa nama pasien,
memperkenalkan diri.
b Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik.
c Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a Menjaga privacy.
b Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah.
c Mengatur pasien dalam posisi duduk dengan kaki menjuntai di sisi
tempat tidur/meminta pasien duduk di atas kursi.
d Menempatkan meja/troli yang berisi set nebulizer di depan pasien.
e Memasukkan obat sesuai dosis ke dalam nebulizer.
f Menghidupkan nebulizer dan memastikan alat dapat berfungsi
dengan baik.
g Memasang masker pada pasien dan meminta pasien nafas dalam
sampai obat habis.
h Mengevaluasi respon pasien selama pemberian nebulizer.
i Setelah selesai bersihkan sekitar mulut dan hidung dengan tissue.
4. Tahap Terminasi
a Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b Menyampaikan rencana tindak lanjut
c Merapikan pasien dan lingkungan.
d Mengajak pasien membaca hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e Berpamitan dengan pasiendan kontrak waktu yang akan datang.

91
f Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g Mencuci tangan.
h Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

E. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Selama prosedur pasien harus ditunggu dan diawasi, perhatikan
kemampuan pasien untuk mentoleransi uap nebulizer.
2. Kaji tingkat ansietas/kegelisahan pasien selama pemberian nebulizer,
jangan memaksa klien yang sedang gelisah untuk diberikan nebulizer.
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga bahwa pemberian nebulizer tidak
berbahaya bila dilakukan sesuai prosedur dan akan mengurangi
ketidaknyamanan akibat dispnea.

92
FISIOTERAPI DADA
A. PENGERTIAN
Tindakan untuk melepaskan secret dari saluran nafas bagian bawah.

B. TUJUAN
1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret.
2. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi secret.

C. RANGKAIAN FISIOTERAPI DADA


1. Perkusi
Perkusi atau sering disebut clapping adalah pukulan kuat pada kulit
dengan tangan dibentuk seperti mangkuk. Secara mekanik clapping dapat
melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkus.
2. Vibrasi
Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan yang
diletakkan datar pada dinding dada. Vibrasi digunakan setelah perkusi
untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mucus
yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi.
3. Postural Drainase
Postural drainase adalah tehnik membersihkan jalan nafas/secret bronkus
dengan menggunakan prinsip gravitasi. Rangkaian tindakan dalam
postural drainase terdiri dari perkusi dan vibrasi.

D. PERSIAPAN ALAT
1. Kertas tissue.
2. Bengkok.
3. Perlak dan pengalas.
4. Sputum pot berisi desinfektan.
5. Air minum hangat.

E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengecek program terapi.
b. Mencuci tangan.
c. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
d. Menyiapkan alat.
e. Mendekatkan alat kedekat pasien
2. Tahap Orientasi
a Mengucapkan salam kepada pasien, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri.
b Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik.
c Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.

93
3. Tahap Kerja
a Menjaga privacy.
b Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah.
c Melakukan auskultasi paru dan menganjurkan pasien untuk menarik
nafas.
d Menjelaskan letak seket.
e Mengatur posisi pasien sesuai daerah gangguan paru.
f Memasang perlak beserta alasnya dan bengkok (di pangkuan pasien
bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring).
g Melakukan fisioterapi dada.
1) Perkusi
a) Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau
pakaian untuk mengurangi ketidaknyamanan.
b) Anjurkan pasien untuk tarik nafas dalam dan lambat untuk
meningkatkan relaksasi.
c) Jari dan ibu jari
berhimpitan dan fleksi Gambar 4.1
membentuk mangkuk. Gerakan
d) Secara bergantian perkusi pada
fisioterapi
lakukan fleksi dan dada
ekstensi pergelangan
tangan secara cepat
untuk menepuk dada.
e) Perkusi setiap bagian segmen paru selama 1-2 menit.
f) Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur
yang mudah terjadi injury seperti mamae, sternum, columna
spinalis dan ginjal.
2) Vibrasi
a) Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah, di
area dada yang akan di drainage, satu tangan di atas tangan
yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi.
Cara lain, tangan bisa diletakkan secara bersebelahan.
b) Anjurkan pasien inspirasi dalam dan ekspirasi secara lambat
lewat hidung atau pursed lips.
c) Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan
lengan dan gunakan hampir semua tumit tangan, getarkan
(kejutkan) tangan, gerakkan ke arah bawah. Hentikan
getaran jika pasien inspirasi.
d) Vibrasi selama 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang
terserang.
h Meminta pasien untuk menarik nafas, menahan nafas, dan
membatukkan dengan kuat, tampung lendir dalam sputum pot dan
beri minum air putih.
i Melakukan auskultasi paru.
j Menunjukkan sikap hati-hati dan memperhatikan respon pasien.

94
4. Tahap Terminasi
a Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan.
b Menyampaikan rencana tindak lanjut.
c Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
d Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang.
e Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
f Mencuci tangan.
g Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

95
POSTURAL DRAINAGE
A. PENGERTIAN
Membesihkan sekret jalan nafas/sekret bronkus dengan pengaruh gravitasi.

B. PERSIAPAN ALAT
1. Bantal (2 Atau 3)
2. Papan pemiring/pendongak
3. Tissue wajah
4. Segelas air
5. Tempat sputum/sputum pot

C. POSISI POSTURAL DRAINAGE (Gambar 5.1)


1. Posisi fowler tinggi untuk
membersihkan secret pada segmen
paru bilateral.

2. Posisi terlentang dengan kepala


yang terangkat untuk sekret pada
segmen apeks, lobus atas kanan –
segmen anterior.

3. Posisi terlentang dengan kepala


yang terangkat untuk sekret pada
lobus atas kiri – segmen anterior.

4. Posisi berbaring miring pada sisi


kanan dengan dada yang terangkat
di atas bantal untuk sekret pada
lobus atas kanan – segmen
posterior.

5. Berbaring miring pada sisi kiri


dengan dada yang terangkat di atas
bantal untuk sekret pada lobus atas
kiri – segmen posterior.

6. Posisi terlentang tiga perempat


dengan paru yang menggantung
pada posisi trendelenburg untuk
sekret pada lobus tengah kanan –
segmen anterior.

7. Posisi telungkup dengan thorax dan


abdomen terangkat untuk sekret

96
pada lobus tengah kanan – segmen
posterior.

8. Posisi terlentang dalam posisi


trendelenburg untuk sekret pada
kedua lobus bawah – segmen
anterior.

9. Posisi untuk mengeluarkan secret


pada lobus bawah kiri – segmen
lateral.

10. Posisi untuk mengeluarkan sekret


pada lobus bawah kanan – segmen
lateral.

11. Posisi telungkup dalam posisi


trendelenburg untuk mengeluarkan
sekret pada kedua lobus bawah –
segmen posterior.

D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Tahap Pra Interaksi
a Mengecek program terapi.
b Mengidentifikasi pasien dengan tepat.
c Mencuci tangan.
d Menyiapkan alat.
e Mendekatkan alat kedekat pasien.
2. Tahap Orientasi
a Memberi salam kepada pasien, sapa nama pasien dan
memperkenalkan diri.
b Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik
c Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3. Tahap Kerja
a Menjaga privacy.
b Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah.
c Memilih area yang tersumbat yang akan didrainage berdasarkan
pengkajian semua bidang paru, data klinis dan gambaran foto dada.
d Membaringkan pasien sesuai area yang di drainage.
e Meminta pasien untuk mempertahankan posisi 10 – 15 menit.
f Melakukan cupping, clupping dan vibrating selama 10 – 15 menit.
g Setelah di drainage minta pasien duduk dan batuk kemudian
tampung secret / dahak yang di keluarkan dalam sputum pot dan

97
apabila pasien tidak dapat batuk maka harus dilakukan penghisapan
atau suction.
h Meminta pasien istirahat sebentar bila perlu.
i Meminta pasien untuk minum air.
j Melakukan drainage pada semua area yang tersumbat selama 30 – 60
menit.
k Mengulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.
4. Tahap Terminasi
a Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b Menyampaikan rencana tindak lanjut.
c Merapikan pasien dan lingkungan.
d Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah.
e Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang.
f Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g Mencuci tangan.
h Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

98
TEKNIK MENGATASI NYERI
A. PENGERTIAN
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
Teknik mengatasi nyeri adalah teknik untuk memberikan rasa nyaman kepada
pasien yang mengalami nyeri.

B. METODE / CARA MENGATASI NYERI


1. Distraksi
2. Relaksasi
3. Kompres
4. Pemijatan / Masase

1. DISTRAKSI
a. Pengertian
Distraksi adalah suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan
cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien
akan lupa terhadap nyeri yang dialami.
b. Tipe Distraksi
1) Distraksi Visual
a) Membaca atau menonton televisi
b) Menonton pertandingan baseball
c) Imajinasi terbimbing
2) Distraksi Auditor
a) Humor
b) Mendengarkan musik
3) Distraksi Taktil
a) Pernafasan lambat, berirama
b) Masase/ pijat
c) Memegang atau mengelus seekor binatang peliharaan atau
mainan
4) Distraksi Intelektual
Teka-teki silang
Permainan kartu
Hobi (mis, mengoleksi perangko, menulis sebuah cerita)
c. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a) Mengecek program terapi.
b) Mencuci tangan.
c) Mengidentifikasi pasien dengan tepat (nama, nomor kamar)
untuk menghindari kesalahan dalam memberikan terapi.
d) Menyiapkan dan menempatkan alat di dekat pasien.(bila ada)

99
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam, menyapa nama pasien,
memperkenalkan diri.
b) Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik.
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap Kerja
a) Menjaga privacy.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada Allah.
c) Mengatur posisi yang nyaman menurut pasien sesuai dengan
kondisinya (duduk / berbaring).
d) Mengatur lingkungan yang nyaman dan tenang.
e) Meminta pasien untuk memejamkan mata.
f) Membawa alam pikiran pasien menuju tempat yang
menyenangkan pasien atau mengingat kejadian
menyenangkan yang pernah dialami pasien.
g) Mengajak pasien mendengarkan musik/lagu sambil
menepuk-nepukkan tangan/menghentakkan kaki.
h) Memasase ringan (mengelus) area yang sakit.
i) Berikan mainan (khusus anak-anak) agar bisa dipegang dan
dibuat untuk mainan.
4) Tahap Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut.
c) Merapikan pasien dan lingkungan.
d) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada
Allah.
e) Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan
datang.
f) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g) Mencuci tangan.
h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

2. RELAKSASI
a. Pengertian
Relaksasi adalah suatu metode untuk mengurangi nyeri dengan cara
mengendurkan otot-otot tubuh sehingga pasien akan merasa rileks.
b. 3 Hal Utama Yang Dibutuhkan Dalam Tehnik Distraksi/Relaksasi
1) Posisi pasien yang tepat.
2) Pikiran beristirahat.
3) Lingkungan yang tenang.
c. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a) Mengecek program terapi.
b) Mencuci tangan.

100
c) Mengidentifikasi pasien dengan tepat (nama, nomor kamar)
untuk menghindari kesalahan dalam memberikan terapi.
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam, menyapa nama pasien,
memperkenalkan diri.
b) Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik.
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap Kerja
a) Menjaga privacy.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada
Allah.
c) Mengatur posisi yang nyaman menurut pasien sesuai
dengan kondisinya (duduk / berbaring).
d) Mengatur lingkungan yang nyaman dan tenang.
e) Meminta pasien untuk memejamkan mata.
f) Meminta pasien untuk memfokuskan pikiran pada kedua
kakinya untuk dirilekskan, kendorkan seluruh otot-otot
kakinya, minta pasien untuk merasakan relaksasi kedua kaki
pasien.
g) Meminta pasien untuk memindahkan pikirannya pada
kedua tangan pasien, kendorkan otot-otot kedua
tangannya, minta pasien untuk merasakan relaksasi kedua
tangannya.
h) Meminta pasien untuk memindahkan pikirannya pada
bagian tubuhnya, minta pasien untuk merilekskan otot-otot
tubuh mulai dari otot bahu sampai ke pinggang, minta
pasien untuk merasakan relaksasi otot-otot tubuhnya.
i) Meminta pasien untuk tersenyum agar otot-otot wajah
menjadi rileks.
j) Meminta pasien untuk menarik nafas panjang dan
memfokuskan pikiran pada masuknya udara lewat jalan
nafas, meminta pasien menghembuskan nafas perlahan
melalui mulut.
4) Tahap Terminasi
a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut.
c) Merapikan pasien dan lingkungan.
d) Mengajak pasien membaca hamdalah dan berdoa pada
Allah.
e) Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan
datang.
f) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
g) Mencuci tangan.
h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

101
d. Hal yang perlu diperhatikan
1) Membina hubungan saling percaya sebelum melakukan tindakan.
2) Selama melakukan latihan perhatikan respon non verbal yang
ditunjukkan pasien, jika pasien menunjukkan tanda-tanda agitasi,
gelisah atau tidak nyaman perawat harus menghentikan latihan
dan memulainya lagi ketika klien telah siap (klien harus
mengetahui dari awal bahwa latihan dapat dihentikan kapanpun).
3) Gunakan waktu yang cukup dalam latihan.
e. Beberapa Teknik Relaksasi Yang Dapat Dilakukan
1) Bernafas secara pelan-pelan.
2) Masase sambil menarik nafas pelan-pelan.
3) Menarik nafas dalam sambil mengangkat bahu, dll.

3. KOMPRES
a) Kompres Panas
1) Pengertian
Memberikan rasa hangat pada pasien dengan menggunakan
cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh
yang memerlukan dengan prinsip evaporasi.
2) Tujuan
a) Melebarkan pori-pori
b) Memperlancar sirkulasi darah.
c) Mengurangi rasa sakit.
d) Merangsang peristaltic usus.
e) Memperlancar pengeluaran getah radang (eksudat).
f) Memberi rasa nyaman/hangat dan tenang pada pasien.
3) Dilakukan pada
a) Pasien dengan perut kembung.
b) Pasien yang kedinginan, misalnya akibat narkose, iklim, dsb.
c) Pasien radang, misalnya radang sendi, adnexitis, dll.
d) Kekejangan otot.
e) Adanya abses (bengkak), hematoma.
4) Cara pemberian kompres panas antara lain :
a) Kompres Panas Basah
(1) Cairan yang digunakan
(a) Boor Water
(b) Normal Saline (H 2 O 2 + sodium)
(c) NaCl (garam fisiologis)

102
(2) Persiapan alat
(a) Kom bertutup steril berisi cairan hangat sesuai
kebutuhan (40-46o C)
(b) Bak steril berisi pinset anatomis 2, kassa beberapa
potong dengan ukuran yang sesuai
(c) Perban kassa atau kain segitiga
(d) Plester dan gunting
(e) Perlak dan pengalas
(f) Sarung tangan bersih di tempatnya
(g) Kapas dan wash bensin dalam botol kecil
(h) Bengkok 2 (1 kosong, 1 berisi Lysol)
(3) Prosedur Pelaksanaan
(a) Tahap Pra Interaksi
i. Melakukan verifikasi data sebelumnya.
ii. Mencuci tangan.
iii. Mengidentifikasi pasien dengan tepat.
iv. Menyiapkan alat
v. Mendekatkan alat kedekat pasien.
(b) Tahap Orientasi
i. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri.
ii. Melakukan kontrak waku, tempat dan topik.
iii. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
iv. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
(c) Tahap Kerja
i. Menjaga privacy
ii. Mengajak pasien membaca basmalah dan
berdoa pada Allah.
iii. Mengatur posisi yang nyaman menurut pasien
sesuai dengan kondisinya.
iv. Memasang pengalas di bawah lutut/anggota
badan yang akan di kompres.
v. Memakai sarung tangan.
vi. Membuka balutan perban (bila diperban) dan
membuang bekas balutan ke dalam bengkok
kosong.
vii. Mengambil beberapa potong kassa dengan
pinset dari bak steril dan memasukkannya ke
dalam kom berisi cairan hangat untuk
mengompres.
viii. Memeras kassa dengan pinset agar kassa tidak
terlalu basah.
ix. Membentangkan kassa di atas area yang
membutuhkan kompres hangat.
x. Memperhatikan respon pasien, adakah rasa
tidak nyaman.

103
xi. Mengangkat tepi kassa untuk mengkaji apakah
ada kemerahan pada kulit yang dikompres.
xii. Bila pasien mentoleransi kompres hangat
tersebut, kassa kompres panas basah ditutupkan
pada area yang memerlukan kompres lalu
dilapisi kassa kering selanjutnya dibalut
perbanatau kain segitiga dan difiksasi dengan
plester atau diikat.
xiii. Melakukan perasat ini 15 – 30 menit atau sesuai
program terapi dan mengganti balutan kompres
hangat tiap 5 menit.
xiv. Melepas sarung tangan.
(d) Tahap Terminasi
i. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
ii. Menyampaikan rencana tindak lanjut.
iii. Merapikan pasien dan lingkungan.
iv. Mengajak pasien membaca hamdalah dan
berdoa pada Allah.
v. Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu
yang akan datang.
vi. Membereskan dan mengembalikan alat.
vii. Mencuci tangan.
viii. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan.
(4) Hal yang perlu diperhatikan
(a) Kain kassa harus diganti pada waktunya dan suhu
kompres dipertahankan tetap hangat.
(b) Cairan jangan terlalu panas, hindarkan kulit
terbakar (Suhu cairan 40 – 46oC).
(c) Kain kompres harus lebih besar dari bagian yang
akan dikompres.
(d) Untuk kompres hangat basah pada luka terbuka,
peralatan harus steril. Untuk permukaan tertutup
(bengkak, memar) peralatan harus bersih.
b) Kompres Panas Kering dengan Buli-Buli Panas (WWZ)
(1) Tujuan
(a) Memperlancar sirkulasi darah.
(b) Mengurangi rasa sakit.
(c) Merangsang peristaltik.
(2) Dilakukan pada
(a) Pasien dengan kejang otot.
(b) Pasien dengan perut kembung.
(c) Pasien yang kedinginan.

104
(3) Persiapan alat
(a) WWZ dan sarungnya
(b) Perlak dan pengalas
(c) Termos berisi air panas
(d) Lap kerja
(4) Prosedur Pelaksanaan
(a) Tahap Pra Interaksi
i. Melakukan verifikasi data sebelumnya.
ii. Mencuci tangan.
iii. Mengidentifikasi pasien dengan tepat.
iv. Menyiapkan alat.
v. Mendekatkan alat kedekat pasien.
(b) Tahap Orientasi
i. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri.
ii. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
iii. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
(c) Tahap Kerja
i. Menjaga privacy.
ii. Mengajak pasien membaca basmalah dan
berdoa kepada Allah.
iii. Mengatur pasien dalam posisi senyaman
mungkin.
iv. Mengisi WWZ dengan air panas ½ - ¾ (saat
mengisi air WWZ diletakkan rata dengan kepala
WWZ ditekuk sampai permukaan air kelihatan
agar udara tidak masuk).
v. Menutup dengan rapat dan membalik kepala
WWZ di bawah untuk meyakinkan bahwa air
tidak tumpah.
vi. Mengeringkan WWZ dengan lap kerja agar
tidak basah lalu bungkus dengan sarung WWZ.
vii. Meletakkan pengalas di bawah daerah yang
akan dipasang WWZ.
viii. Meletakkan WWZ pada bagian tubuh yang akan
dikompres dengan kepala WWZ mengarah
keluar tempat tidur.
ix. Memantau respon pasien.
x. Merapikan pasien.
(d) Tahap Terminasi
i. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan.
ii. Menyampaikan rencana tindak lanjut.
iii. Mengajak pasien membaca hamdalah dan
berdoa kepada Allah.
iv. Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu
yang akan datang.

105
v. Membereskan alat-alat.
vi. Mencuci tangan.
vii. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan.
(5) Hal yang perlu diperhatikan
(a) Buli-buli panas tidak boleh diberikan pada pasien
perdarahan
(b) Pemakaian buli-buli panas pada bagian perut, tutup
buli-buli mengarah ke atas atau ke samping
(c) Pada bagian kaki, tutup buli-buli mengarah ke
bawah atau ke samping
(d) Buli-buli diperiksa kembali, harus ada cincin karet
pada tutupnya

b. Kompres Dingin
1) Pengertian
Memasang suatu zat dengan suhu rendah pada tubuh untuk
tujuan terapeutik.
2) Tujuan
a) Menurunkan suhu tubuh.
b) Mencegah meluasnya peradangan
c) Mengurangi kongesti.
d) Perdarahan setempat berkurang.
e) Rasa sakit setempat berkurang.
f) Luka menjadi bersih.
3) Dilakukan Pada Pasien Dengan
a) Suhu tinggi.
b) Radang.
c) Memar.
d) Batuk/muntah darah.
e) Post tonsilektomy.
f) Luka tertutup/terbuka.
4) Kompres dingin terdiri dari :
a) Kompres dingin Basah
(1). Pemberian kompres dingin basah steril dengan
menggunakan larutan antiseptic
Pengertian
Memberi kompres dingin setempat secara steril
dengan menggunakan larutan antiseptik
Tujuan
1) Mencegah meluasnya peradangan
2) Mengurangi kongesti.

106
3) Perdarahan setempat berkurang.
4) Luka menjadi bersih.
Cairan yang digunakan
1) PK 1 : 4000
2) Rivanol 1 : 1000 sampai 1 : 3000
3) Larutan betadin
Persiapan Alat
1) Kom bertutup steril
2) Cairan yang diperlukan
3) Bak instrument steril berisi : pinset anatomis 2,
beberapa potong kain kassa sesuai kebutuhan
4) Kasa pembalut bila perlu
5) Perlak dan pengalas
6) Sampiran bila perlu
Prosedur pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a) Mengecek program terapi.
b) Mencuci tangan.
c) Mengidentifikasi pasien dengan tepat.
d) Menyiapkan alat.
e) Mendekatkan alat kedekat pasien.
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam, menyapa nama
pasien dan memperkenalkan diri.
b) Melakukan kontrak waktu, tempat dan
topik.
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap Kerja
a) Menjaga privacy.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan
berdoa kepada Allah.
c) Memasang perlak dan pengalas di bawah
bagian yang akan dikompres.
d) Mengocok obat / cairan kompres bila ada
endapan.
e) Menuangkan cairan ke dalam mangkok
steril.
f) Memasukkan kassa ke dalam cairan
kompres.
g) Memeras kain kassa dengan menggunakan
2 pinset.

107
h) Membentangkan dan meletakkan kassa di
atas bagian yang akan di kompres lalu di
balut.
i) Memasang busur selimut bila perlu.
j) Merapikan pasien bila perasat sudah
selesai.
4) Tahap Terminasi
a) Melakukan evaluasi tindakan yang
dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut.
c) Mengajak pasien membaca hamdalah dan
berdoa kepada Allah.
d) Berpamitan dengan pasien danu kontrak
waktu yang akan datang.
e) Membereskan alat-alat dan menyimpannya
ke tempat semula.
f) Mencuci tangan.
g) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan.
Hal yang harus diperhatikan
1) Kain kassa harus sering dibasahi, agar tetap basah.
2) Pada luka kotor kassa diganti tiap 1-2 jam.
3) Perhatikan kulit setempat / sekitarnya, bila terjadi
iritasi segera lapor.
(2). Kompres dingin basah dengan menggunakan air
biasa/air es
Pengertian
Memberi kompres dingin setempat dengan
menggunakan lap/kain kassa yang dicelupkan dalam
air.
Tujuan
1) Rasa sakit setempat berkurang.
2) Suhu badan turun.
3) Perdarahan setempat berkurang.
Tempat pengompresan
1) Untuk menurunkan suhu badan : di ketiak, lipatan
paha.
2) Untuk mengurangi perdarahan / rasa sakit,
tergantung tempatnya.
Persiapan Alat
1) Baskom kecil berisi air biasa/air es
2) Perlak dan pengalas
3) Beberapa buah waslap/kain kassa dengan ukuran
tertentu

108
4) Busur selimut bila perlu
5) Sampiran bila perlu
Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a) Melakukan verifikasi data sebelumnya.
b) Mencuci tangan.
c) Mengidentifikasi pasien dengan tepat.
d) Menyiapkan alat.
e) Mendekatkan alat ke dekat pasien.
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam, menyapa nama
pasien dan memperkenalkan diri.
b) Melakukan kontrak waktu, tempat dan
topik.
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap Kerja
a) Menjaga privacy.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan
berdoa kepada Allah.
c) Membentangkan pengalas di bawah bagian
yang akan dikompres.
d) Memasukkan waslap ke dalam air biasa/air
es dan diperas sampai lembab.
e) Meletakkan waslap tersebut di atas bagian
yang memerlukan.
f) Mengganti waslap tiap kali dengan waslap
yang sudah terendam dalam air biasa/air es,
diulang-ulang sampai suhu tubuh turun.
g) Merapikan pasien bila perasat sudah
selesai.
4) Tahap Terminasi
a) Melakukan evaluasi tindakan yang
dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut.
c) Mengajak pasien membaca hamdalah dan
berdoa kepada Allah.
d) Berpamitan dengan pasien dan kontrak
waktu yang akan datang.
e) Membereskan alat-alat dan menyimpannya
ke tempat semula.
f) Mencuci tangan.
g) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan.

109
Hal yang perlu diperhatikan
1) Pada suhu > 390C tempat untuk mengompres di
lipat paha dan ketiak.
2) Pada pemberian kompres di lipat paha, selimut
diangkat dan dipasang busur selimut di atas dada
dan perut pasien agar seprei atas tidak basah.
b) Kompres dingin kering
Pengertian
Memasang kirbat es pada tubuh untuk tujuan terapeutik
dengan menggunakan :
1) Eskap (bentuk bundar atau lonjong digunakan untuk
bagian kepala, dada dan perut).
2) Eskrag : bentuk memanjang digunakan untuk bagian
leher.
Tujuan
1) Munurunkan suhu tubuh.
2) Mengurangi nyeri atau sakit setempat, mis. pada usus
buntu.
3) Mengurangi perdarahan, misal : post tonsilektomi,
muntah/batuk darah, perdarahan usus, perdarahan
lambung dan post partum.
Dilakukan pada
1) Pasien yang suhunya tinggi.
2) Pasien dengan perdarahan hebat, mis. Epistaksis.
3) Pasien yang kesakitan mis. Infiltrat apendikuler, sakit
kepala hebat, dll.
4) Pasien pot tonsilectomy.
Persiapan alat
1) Kirbat es (eskap/eskrag) beserta sarungnya
2) Perlak dan pengalas
3) mangkok berisi potongan es
4) Garam satu sendok the
5) Lap kerja
Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a) Mengecek program terapi.
b) Mencuci tangan.
c) Mengidentifikasi pasien dengan tepat.
d) Menyiapkan alat.
e) Mendekatkan alat ke dekat pasien.

110
2) Tahap Orientasi
a) Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri.
b) Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik.
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap Kerja
a) Menjaga privacy.
b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa
kepada Allah.
c) Mengatur posisi pasien dalam posisi senyaman
mungkin.
d) Mengisi kirbat es dengan potongan es hingga 2/3
bagian.
e) Mengeluarkan udara dan menutup kirbat es,
pastikan tidak bocor.
f) Mengeringkan denga lap kerja dan memasang
sarungnya.
g) Meletakkan pengalas di bawah daerah yang akan
dipasang kirbat.
h) Meletakkan kirbat pada bagian tubuh yang akan
dikompres dengan kepala kirbat mengarah keluar
tempat tidur.
i) Memantau respon pasien.
j) Merapikan pasien jika tindakan sudah selesai.
4) Tahap Terminasi
a) Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan.
b) Menyampaikan rencana tindak lanjut.
c) Mengajak pasien membaca hamdalah dan berdoa
kepada Allah.
d) Berpamitan dengan pasien kontrak waktu yang
akan datang.
e) Membereskan alat-alat.
f) Mencuci tangan.
g) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan.
Hal yang perlu diperhatikan :
1) Informasikan pada pasien / keluarga :
a) Tindakan dan tujuannya pada pasien.
b) Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat bila
merasa nyeri atau mati rasa.
2) Beritahukan pada pasien bahwa pemasangan kirbat
hanya dilakukan oleh perawat.
3) Bila pasien kedinginan/sianosis kirbat es harus segera
diangkat.

111
4) Memasang eskap tutup/mulut berada di atas,
memasang eskrag tutup berada di sebelah luar.
5) Pastikan cincin karet pada penutup harus terpasang
supaya tidak bocor.
6) Selama pemberian kirbat es perhatikan kulit pasien
adakah iritasi/kemerahan.
7) Pada perasat untuk penurunan suhu, suhu pasien harus
dikontrol tiap 30-60 menit. Bila suhu sudah turun
kompres dihentikan.

4. MASASE / PEMIJATAN
a. Pengertian
Masase atau pemijatan adalah suatu metode mengurangi nyeri dengan
cara melakukan pemijatan untuk mengendurkan otot-otot tubuh sehingga
pasien akan merasa rileks.
b. Tujuan
1) Mengurangi ketegangan otot.
2) Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis.
3) Mengkaji kondisi kulit.
4) Meningkatkan sirkulasi/peredaran darah pada area yang dimasase.
c. Pesiapan Alat
1) Pelumas (minyak hangat/lotion).
2) Handuk.
d. Prosedur pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a). Mengecek program terapi.
b). Mencuci tangan.
c). Mengidentifikasi pasien dengan tepat.
d). Menyiapkan alat.
e). Mendekakan alat ke dekat pasien.
2) Tahap Orientasi
a). Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri.
b). Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik.
c). Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
d). Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
3) Tahap Kerja
a). Menjaga privacy.
b). Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah.
c). Mengatur pasien dalam posisi pronasi. Bila tidak bisa dapat
diatur dengan posisi miring.
d). Meletakkan sebuah bantal kecil di bawah perut untuk menjaga
posisi yang tepat.

112
e). Menuangkan sedikit lotion ke tangan perawat, usap kedua
tangan sehingga lotion akan rata pada permukaan tangan.
f). Melakukan masase pada punggung. Masase dilakukan dengan
menggunakan jari-jari dan telapak tangan, dan tekan yang halus.
Gunakan lotion sesuai kebutuhan.
Metode Masase :
1) Selang-seling tangan
Masase punggung
dengan tekanan
pendek, cepat, Gambar 6.1 Masase selang seling tangan
bergantian tangan.

2) Remasan
Usap otot bahu dengan
setiap tangan anda yang
dikerjakan secara
bersama. Gambar 6.2 Masase Remasan
3) Gesekan
Masase punggung dengan
ibu jari dengan gerakan
memutar sepanjang
tulang punggung dari
sacrum ke bahu. Gambar 6.3 Masase Gesekan
4) Eflurasi
Masase punggung dengan
kedua tangan dengan
menggunakan tekanan lebih
halus dengan gerakan ke
atas untuk membentu aliran
balik vena. Gambar 6.4 Masase Eflurasi
5) Petriasi
Tekan punggung secara
horizontal. Pindah tangan
anda dengan arah yang
berlawanan dengan
menggunakan gerakan
Gambar 6.5 Masase Petriasi
meremas.
6) Tekanan menyikat
Secara halus tekan
punggung dengan ibu
jari untuk mengakhiri
masase. Gambar 6.6 Masase Tekanan Menyikat
g). Memantau respon pasien.
h). Merapikan pasien jika tindakan sudah selesai.

113
4) Tahap Terminasi
a). Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan.
b). Meyampaikan rencana tindak lanjut.
c). Mengajak pasien membaca hamdalah dan berdoa kepada Allah.
d). Berpamitan dengan pasien kontrak waktu yang akan datang.
e). Membereskan alat-alat.
f). Mencuci tangan.
g). Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
e. Hal yang perlu diperhatikan
1) Masase dapat dikerjakan pada saat akan memandikan pasien/ pada
saat mandi, sebelum tidur atau bila pasien menghendaki.
2) Masase dilakukan selama 5-10 menit.
3) Efek relaksasi dapat dicapai maksimal bila masase dilakukan sesuai
dengan gerakan pernafasan.
4) Perhatikan kemungkinan pasien alergi terhadap minyak/lotion.
5) Hindari memijat pada area yang kemerahan, kecuali bila kemerahan
tersebut hilang waktu dimasase.
6) Masase dapat juga dilakukan pada daerah leher, tangan dan kaki.
7) Masase dapat merupakan kontraindikasi pada pasien imobilitas
tertentu yang dicurigai mempunyai gangguan penggumpalan darah.

114
115

Anda mungkin juga menyukai