Makalah PDF
Makalah PDF
OLEH
AEGISIA SUKMAWATI (C1C01010)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “AUDIT KINERJA
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Misni Erwati, S.E.,M,.Si. sebagai dosen
mata kuliah Akuntansi Sektor Publik atas arahan dan bimbingannya. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang turut membantu baik secara moril maupun meteril
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 35
4.2 Rekomendasi ..................................................................................................... 36
V. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 37
VI. LAMPIRAN ................................................................................................................ 38
iii
I. PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
2
II. PERUMUSAN MASALAH
3
III. PEMBAHASAN
AUDIT
SOSIAL
Sistem perencanaan
& pengendalian
AUDIT Akuntansi
AUDIT PROGRAM manajemen
Objek laporan keuangan
Perencanaan pajak
Standar keuangan
Audit internal
Audit PDE
Prinsip pelaporan keuangan
Konsultasi pajak
Uji dalam audit
Standar audit
AUDIT MANAJEMEN
Analisis biaya &
Perluasan prosedur audit manfaat
Prosedur
AUDIT LAPORAN audit
KEUANGAN Biaya standar
Rekaman Komputer
Pengendalian
Audit Fokus
neracapada
fokuslaporan laba rugi
pada neraca
Laporan yang seragam
Analisis biaya dan
anggaran
Akuntansi Biaya
Audit kepatuhan
AkuntansiAnggaran
Pajak akuntansi
Audit
AUDIT KEUANGAN penerimaan dan pengeluaran biaya
Gambar 3.1.1 Perkembangan Audit dan Pengetahuan yang Diperlukan dalam Bidang
Audit
Sumber: Leo,Herbert. Auditing the Perfomance of Management. Wodsworth, Inc US. 1979. Hal
10.
4
Bedasarkan figur tersebut, diketahui bahwa audit kinerja mengalami proses,
demikian pula dengan pengetahuan dan kompetisi yang dibutuhkan. Sebelum mencapai
bentuknya, audit kinerja mengalami evolusi yang cukup lama, dimulai dari financial statement
auditing pada tahum 1930, dilanjutkan dengan management auditing pada tahun 1950 dan
program auditing pada tahun 1970.
Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, tahun 1971 Elmer B Staat dari United
State Comptoreller General Accounting Office untuk pertama kalinya memperkenalkan audit
kinerja (performance audit) pada kongres INTOSAI (International Organization of Supreme
Audit Intitution), di Montreal, Kanada. Sejak itu, audit kinerja yang merupakan perluasan audit
keuangan mulai diimplementasikan pada audit sektor publik oleh Supreme Public Institution di
seluruh dunia.
Pelaksanaan audit kinerja di seluruh dunia, termasuk di Indonesia terus mengalami
pasang surut. Sebagai gambaran pada Netherland Court of Audit (BPK Belanda), perkembangan
audit dimulai dengan pemberian mandat untuk melakukan audit kinerja pada tahun 1976. Pada
awalnya, audit kinerja berfokus pada efisiensi. Kemudian, mereka mulai menyusun dan
menyempurnakan manual audit kinerja yang ada. Pada perkembangannya, mereka mengintegrasi
teknologi informasi dan komunikasi dalam audit kinerja (antara lain untuk menganalisis data)
serta menggunakan pendekatan strategis dalam menyusun tema audit. Pada BPK Belanda, tema
audit yang berfokus pada mutu dan akuntabilitas kebijakan pemerintah merupakan perluasan dari
audit keuangan yang berfokus pada penganggaran.
Di Australian National Audit Office (BPK Australia), audit kinerja dimulai pada
tahun 1970-an. Audit kinerja mulai berkembang di Australia karena ketertarikan pemerintah,
parlemen, dan masyarakat terhadap efektivitas program dan efisiensi administrasi pemerintah.
Pada saat itu, departemen pemerintah banyak diberikan kebebasan untuk mengelola operasi
mereka, dengan sedikit kendali dari pusat. Pada awalnya, pemeriksaan kinerja hanya divisi kecil
dari ANAO. Antara tahun 1980-1983, ANAO hanya membuat tujuh laporan audit kinerja. Saat
ini, ANAO membuat hampir 50 laporan audit kinerja setiap tahunnya.
Di Indonesia, audit kinerja mulai diperkenalkan pada tahun 1976 yang dimulai
dengan management audit course di Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) dengan bekerja sama
dengan US-GAO. Serupa dengan negara lain, audit kinerja di Indonesia juga mengalami pasang
surut. Sejak tahun 2004-2007, BPK telah melaksanakan 99 audit kinerja, dengan rincian 37 audit
5
di kantor pusat dan 62 audit di kantor perwakilan daerah. Rekap audit kinerja pada tahun 2004-
2007 dapat dilihat di grafik 3.1.2. Grafik ini menunjukkan audit kinerja atas BUMN masih
sangat sedikit.
Grafik Audit Kinerja
Secara etimologi, audit kinerja terdiri atas dua kata, yaitu “audit” dan “kinerja”.
Audit menurut Arens adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi terhadap bukti-bukti
yang dilakukan oleh yang kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan tingkat
kesesuaian antara kondisi yang ditemukan dan kriteria yang ditetapkan.
Sedangkan menurut Stephen P Robbins, kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap
pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama. Di
pihak lain. Ayuha menjelaskan, “Perfomance is the way of job or task is done by an individual, a
group of organization”.
Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa istilah kinerja mengarah pada dua hal
yaitu proses dan hasil yang dicapai.
Definisi yang cukup komprehensif diberikan oleh Malan, Fountain, Arrowsmith, dan
Lockridge (1984), sebagai berikut.
6
“Perfomance auditing is a systematic process of objectively obtaining dan evaluating
evidence regarding the performance of an organization, program, function, or activity.
Evaluation is made in terms of its economy and efficiency of operations, effectiveness in
achieving of desire results, and compliance with relevan policies, law, and regulations, for the
purposes of ascertaining the degree of correspondence between performance and established
criteria and communicating the results to interest the users. The performance audit function
provides an independent, third-party review of management’s performance and the degree to
which the perfomanced of audited entity meets pre-stated expectation”.
[“Audit kinerja merupakan suatu proses sistematis dalam mendapatkan dan
mengevaluasi bukti yang secara objektif atas suatu kinerja organisasi, program, fungsi, atau
kegiatan. Evaluasi dilakukan bedasarkan aspek ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam
mencapai hasil yang diinginkan, serta kepatuhan terhadap peraturan, hukum, dan kebijakan yang
terkait. Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keterkaitan antara kinerja dan
kriteria yang ditetapkan serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Fungsi dari audit kinerja ialah memberikan review dari pihak ketiga atas kinerja
manajemen dan menilai apakah kinerja organisasi dapat memenuhi harapan.”]
Selanjutnya, Pasal 4 ayat (3) UU No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, mendefinisikan audit kinerja sebagai audit
atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi
serta pemeriksaan aspek efektivitas.
Kemudian, bedasarkan PP No. 60 Tahun 2008 tentang SPIP mendefinisikan audit
kinerja sebagai audit atas pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi pemerintah yang terdiri atas aspek kehematan, efisiensi, dan efektivitas.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa audit kinerja adalah audit
yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai bukti untuk menilai kinerja
entitas yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
7
3.3 Pentingnya Audit Kinerja
a. Pemerintah
Bagi pemerintah, audit kinerja dapat menjadi ukuran penilaian dan perbaikan atas
3E (ekonomi, efektivitas, dan efisiensi) dari program kegiatan pemerintah dan pelayanan publik.
c. BPK
Melakukan peningkatkan kematangan organisasi dan nilai BPK di masyarakat,
meningkatkan motivasi pemeriksa, dan mendorong kreativitas dan pembelajaran.
Lebih lanjut, audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai kewajaran
laporan keuangan sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan terhadap
undang-undang dan peraturan yang berlaku. Disamping itu, audit sektor publik juga memeriksa
dan menilai sifat-sifat hemat (ekonomis), efisien serta keefektifan dari semua pekerjaan,
pelayanan atau program yang dilakukan pemerintah. Dengan demikian, bila kualitas audit kinerja
sektor publik rendah, akan mengakibatkan risiko tuntutan hukum (legitimasi) terhadap pejabat
pemerintah dan akan muncul kecurangan, korupsi, kolusi serta berbagai ketidakberesan.
Sehubungan dengan itulah, audit kinerja memegang peran yang sangat esensial dalam suatu
organisasi atau lembaga yang berkaitan dengan dana masyarakat.
8
3.4 Audit Kinerja untuk Akuntabilitas Publik
1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity and legality)
pemerintahan yang baik (Good Governance). Salah satu tata kelola yang baik ialah dengan
adanya kinerja yang baik. Kinerja inilah dapat diidentifikasi dan dievaluasi melalui audit kinerja.
Oleh sebab itu, audit kinerja sangat diperlukan dalam akuntabilitas publik, terutama dalam hal
menilai tingkat keberhasilan kinerja suatu kementerian atau lembaga pemerintah dan memastikan
sesuai atau tidaknya sasaran kegiatan yang menggunakan anggaran dan transparansi dalam
pelaksanaannya.
Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas berupa
kinerja antara organisasi sejenis yang diperiksa, serta penyajian informasi yang lebih jelas dan
normatif.
9
3.5 Keterkaitan Audit Kinerja dengan Manajemen Keuangan
Audit kinerja dapat dilaksanakan oleh pihak auditor internal atau auditor eksternal
yang profesional dan kompeten sehingga menjamin objektivitas hasil audit. Dalam
melaksanakan audit kinerja penting bagi auditor untuk memiliki pengetahuan yang memadai
tentang pengelolaan terhadap hasil-hasil, khususnya sistem perencanaan, penganggaran dan
sistem pengindikator kinerja yang dimiliki atau melekat pada suatu instansi pemerintah, yang
mana informasi ini dipegang oleh manajemen keuangan.
Pendekatan auditor pada bagian ini bertujuan untuk memperoleh dokumen yang
mencukupi untuk memeriksa peraturan dasar organisasi dan memahami sejarah serta kondisi
operasi sekarang. Auditor seharusnya mengenal struktur organisasi, sistem pengendalian, laporan
keuangan, sistem informasi, pegawai dan pelaksanaan adminsistratif .
Mendekati akhir pendekatan ini, auditor seharusnya memperoleh informasi mengenai
hukum yang terkait, pernyataan kebijakan, dokumen dan catatan penelitian terdahulu, laporan
audit sebelumnya, dan studi lain yang dilakukan oleh departemen. Auditor harus memperoleh
gambaran mengenai informasi dasar yang berkaitan organisasi dengan mendapatkan bagan
organisasi, uraian tertulis, serta bagan alir dari proses kerja dan sistem informasi. Auditor juga
harus memperoleh informasi mengenai kebijakan dan prosedur administrasi dan personalia,
serta mengindentifikasi dan memperoleh prosedur operasi.
Ada istilah umum yang digunakan dalam audit kinerja, di antaranya performance
audit dan Value For Money (VFM) audit. VFM audit mengacu pada penilaian apakah manfaat
yang dihasilkan oleh suatu program lebih besar dari biaya yang dikeluarkan atau masih
mungkinkah melakukan pengeluaran dengan bijak. Istilah VFM audit banyak digunakan di
Kanada dan negara persemakmurannya. Secara internasional, performance audit ialah istilah
resmi yang digunakaan kalangan INTOSAI.
Istilah yang juga sering dijumpai ialah audit manajemen, audit operasional, atau
audit ekonomi dan efisiensi. Istilah ini digunakan untuk menilai dalam aspek ekonomi dan
efisiensi dari pengelolaan organisasi. Istilah lain ialah audit program atau audit efektivitas yang
10
ditujukan untuk menilai manfaat atau pencapaian suatu program. Gabungan antara audit
manajemen atau operasional dan audit program merupakan audit kinerja.
Audit kinerja terkait erat dengan konsep akuntabilitas yang dikenal dengan istilah
akuntabilitas kinerja. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah antara lain diatur melalui Inpres
No.7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).
Beberapa istilah yang sering dikaitkan dalam konteks audit kinerja adalah
1. Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai pencapaian, prestasi atau unjuk kerja dari
instansi pemerintah
2. Indikator kinerja (performance indicator) adalah deskripsi kuantitatif atau kualitatif terhadap
tercapaiannya kinerja. Indikator kinerja dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai
dan melihat perkembangan yang dicapai selama jangka waktu terterntu.
3. Indikator kinerja kunci (key performance indicator) adalah indikator kinerja yang memiliki
fokus pada aspek kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi.
4. Efisiensi berkaitan dengan hubungan antara input yang digunakan untuk menghasilkan output.
Efisiensi lazimnya dinyatakan dalam bentuk indeks, rasio, unit, atau bentuk lainnya
(misalnya: dalam bentuk perbandingan). Secara umum efisiensi berkaitan dengan
produktivitas.
5. Efektivitas berkaitan dengan pencapaian hasil (outcome) yang ditetapkan telah dicapai dengan
output. Output sektor publik umumnya adalah jasa berupa layanan terhadap masyarakat.
Output dikatakan efektif jika memberi pengaruh sesuai yang diharapkan.
11
3.7 Perbedaan antara Audit Kinerja dan Audit Keuangan
1. Lingkup audit keuangan meliputi seluruh laporan keuangan, sedangkan audit kinerja lebih
spesifik dan fleksibel dalam pemilihan subjek, objek, dan metodolgi audit.
2. Audit keuangan merupakan audit reguler sedangkan audit kinerja bukan merupakan audit
reguler karena tidak harus dilaksanakan setiap tahun atau secara berkala.
3. Opini/Pendapat yang diberikan dalam audit keuangan bersifat baku yaitu unqualified,
qualified, adverse atau disdalmer, sedangkan audit kinerja bukan merupakan audit dengan
jenis opini yang sudah ditentukan (formalized opinion ).
4. Audit kinerja dilaksanakan dengan dasar pengetahuan yang bersifat multidisiplin dan lebih
banyak menekankan pada kemampuan analisis daripada sebatas pengetahuan akuntansi.
12
5. Audit kinerja bukanlah bentuk audit berdasarkan checklist, kompleksitas, dan keragaman.
Pertanyaan dalam audit kinerja mengisyaratkan agar auditor dibekali dengan kemampuan
berkomunikasi yang baik
Adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh audit kinerja yang membedakan audit
kinerja dengan jenis audit lainnya . Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari audit kinerja:
1. Audit kinerja berusaha mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar berikut
a. Apakah sesuatu yang benar telah dilakukan (doing the right things )?
b. Apakah sesuatu telah dilakukan dengan cara yang benar (doing the things right)?
Pertanyaan pertama ditujukan terutama bagi pembuat kebijakan. Tujuannya adalah
untuk mengevaluasi apakah kebijakan telah diputuskan dengan tepat. Pertanyaan kedua
ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kebijakan yang diambil telah diterapkan dengan
benar atau apakah kebijakan tersebut telah dilaksanakan dengan cara-cara yang memadai.
Kedua pertanyaan tersebut merupakan makna dari efektivitas dan efisiensi tidak selalu
berbanding lurus. Suatu kegiatan yang telah dilakukan secara efektif belum tentu berarti
bahwa kegiatan itu telah dilakukan secara efisien, demikian juga sebaliknya.
2. Proses audit kinerja dapat dihentikan apabila pengujian terinci dinilai tidak akan memberikan
nilai tambah yang signifikan bagi perbaikan manajemen atau kondisi internal lembaga audit
dinilai tidak mampu untuk melaksankan pengujian terinci.
13
agar ia selanjutnya dapat hidup lebih sehat dan bukan sebagai pemeriksaan untuk
menganalisis sebab-sebab kematian mayat.
b. Pemeriksa haruslah wajar (fair), objektif dan realities, mengingat bahwa ia harus dapat
menjangkau hari depan organisasi yang diperiksanya. Ia harus dapat berpikir secara dinamis,
konstruktif, dan kreatif, :mengingat bahwa dalam tugasnya ia harus berhadapan dengan
banyak orang yang sifat serta tingkah lakunya beranekaragam. Ia harus dapat bertindak
seccara diplomatis seterusnya ia haruslah sensitif dalam menghadapi masalah-masalah yang
pelik dalam tugas serta tangguh untuk tetap bertekad meneruskan suatu penyelidikan sampai
akhirnya berhasil.
c. Pemeriksa (atau setidak-tidaknya tim pemeriksa secara kolektif ) harus mempunyai
pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai macam bidang seperti ekonomi, hukum, moneter,
statistik, komputer, keinsinyuran, dan sebagainya .
d. Agar pemeriksaan dapat berhasil dengan baik, pemeriksa harus dapat berpikir dengan
menggunakan sudut pandangan pejabat pimpinan organisasi yang diperiksanya. Ia harus
mendapat dukungan dari pimpinan tertinggi, pemeriksa harus benar-benar mengetahui
persoalan yang dihadapinya, dapat mengantisipasi masalah serta cara penyelesaiannya, dan
memberikan gambaran tentang perbaikan-perbaikan yang dapat diterapakan dalam organisasi
yang diperiksa.
e. Pemeriksaan operasional harus dapat berfungsi sebagai suatu”early warning system” (sistem
peringatan dini) agar pimpinan secara tepat pada waktunya, setidak-tidaknya sebelum
terlambat dapat mengadakan tindakan-tindakan korektif yang mengarah kepada perbaikan
organisasinya
Karakteristik diatas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai audit for
management bukan audit to management. Dalam audit for management, auditor harus
memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemen sebagai upaya peningkatan akuntabilitas
dan kinerja entitas yang diaudit.
14
3.9 Manfaat Audit Kinerja
A. Peningkatan Kinerja
15
6. Menyediakan Jalur Komunikasi antara Tataran Operasional dan Manajemen
Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan permasalahan yang tidak
dapat tersalurkan melalui struktur komunikasi yang telah disususun organisasi tersebut.
7. Melaporkan Ketidakberesan
Audit kerja dapat menjadi sarana untuk menyampaikan kepada manajemen setiap
penyimpangan yang terjadi sehingga kerugian dan dampak yang lebih besar dapat diatasi.
Pada sektor publik, audit kinerja dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas berupa
perbaikan pertanggungjawaban manajemen kepada lembaga perwakilan, pengembangan bentuk-
bentuk laporan akuntabilitas; perbaikan indikator kinerja, perbaikan perbandingan pekerja antara
organisasi sejenis yang diperiksa, serta penyajian informasi yang jelas dan informatif. Perubahan
dan perbaikan dapat terjadi karena temuan atau rekomendasi audit. Umumnya, rekomendasi
dapat menjadi kunci atas perubahan dan perbaikan. Oleh sebab itu, penyusunan rekomendasi
yang baik perlu diperhatikan.
16
3.11 Jenis Audit Kinerja
Audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi, audit efisiensi dan
audit efektivitas. Audit ekonomi dan audit efisiensi disebut management audit atau operational
audit, sedangkan audit efektivitas disebut program audit.
a. Audit Ekonomi
Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik ialah ekonomi,
yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah.
Ekonomi merupakan perbandingan antara input dan input value yang dinyatakan dalam satuan
moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sector publik dapat meminimalisir
input resource yang digunakan, yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak
produktif.
b. Audit Efisiensi
Konsep kedua dalam manajemen organisasi sector publik ialah efisiensi, yaitu
pencapaian output yang maksimal dengan input tertentu atau dengan penggunaan input yang
terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupkan perbandingan input/output yang
dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa ekonomi memiliki arti biaya terendah, sedangkan efisiensi
mengacu pada rasio terbaik antara output dan biaya (input). Ini dikarenakan keduanya diukur
dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumber daya yang ada
dapat dicapai output yang maksimal atau output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang
sekecil-kecilnya.
Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan suatu entitas telah
memperoleh, melindungi, menggunakan sumber dayanya secara ekonomis, dan efisien. Selain
itu, juga bertujuan untuk menentukan dan mengidentifikasi penyebab terjadinya praktik-praktik
yang tidak ekonomis dan efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi untuk mengelola sistem
informasi, administrasi, dan struktur organisasi.
17
Menurut The General Accounting Office Standards (1994), beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan efisiensi, yaitu dengan mempertimbangkan apakah
entitas yang diaudit telah: (1) mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat; (2)
melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu dan jumlah) sesuai dengan kebutuhan pada
biaya terendah; (3) melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai;
(4) menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas tujuannya;
(5) menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang berlebihan; (6)
menggunakan prosedur kerja yang efisien; (7) menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan
fasilitas) yang minimum dalam menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas
dan kualitas yang tepat; (8) mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara; (9) melaporkan ukuran
yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan dan efisiensi (Mardiasmo,
2002). Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yang optimal
dengan sumber daya yang dimilikinya, auditor dapat membandingkan output yang telah dicapai
pada periode yang bersangkutan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, kinerja
tahun-tahunsebelumnya dan unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang
berbeda.
c. Audit Efektifitas
Konsep yang ketiga dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah efektivitas.
Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Efektivitas
merupakan perbandingan antara outcome dengan output. Outcome seringkali dikaitkan dengan
tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas
berkaitan dengan pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Audit Commission (1986) disebutkan
bahwa efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang
berwenang untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya.
Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau manfaat
yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan menentukan
apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil yang
sama dengan biaya yang paling rendah. Secara lebih rinci, tujuan pelaksanaan audit efektivitas
atau audit program adalah dalam rangka: (1) menilai tujuan program, baik yang baru maupun
18
yang sudah berjalan, apakah sudah memadai dan tepat; (2) menentukan tingkat pencapaian hasil
suatu program yang diinginkan; (3) menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program
secara terpisah; (4) mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan
memuaskan; (5) menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dan dengan biaya
yang lebih rendah; (6) menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih
atau bertentangan dengan program lain yang terkait; (7) mengidentifikasi cara untuk dapat
melaksanakan program tersebut dengan lebih baik; (8) menilai ketaatan terhadap peraturan
perundangundangan yang berlaku untuk program tersebut; (9) menilai apakah sistem
pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk mengukur, melaporkan dan memantau
tingkat efektivitas program; (10) menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang
sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program. Efektivitas berkenaan
dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa. Untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan
harus didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia,
auditor bekerja sama dengan manajemen puncak dan badan pembuat keputusan untuk
menghasilkan kriteria tersebut dengan berpedoman pada tujuan pelaksanaan suatu program.
Meskipun efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara langsung, ada beberapa alternatif
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu program, yaitu mengukur dampak
atau pengaruh evaluasi oleh konsumen dan evaluasi yang menitikberatkan pada proses, bukan
pada hasil. Tingkat komplain dan tingkat permintaan dari pengguna jasa dapat dijadikan sebagai
pengukuran standar kinerja yang sederhana untuk berbagai jasa. Evaluasi terhadap pelaksanaan
suatu program hendaknya mempertimbangkan apakah program tersebut relevan atau realistis,
apakah ada pengaruh dari program tersebut, apakah program telah mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.
19
3.12 Proses dan Tahapan Audit Kinerja
PROSES AUDIT
Pada dasarya, struktur audit adalah sama, hal yg membedakan adalah spesific tasks
pada tiap tahap audit yg menggambarkan kebutuhan dari masing-masing audit.
a. Tahap-tahap audit
Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurya. Berdasarkan kerangka umum struktur audit di atas, dapat dikembangkan struktur
audit kinerja yang terdiri atas:
20
TAHAP ELEMEN
Tahap pengenalan dan perencanaan Survei pendahuluan
(familiarization and planning phase) Review SPM
Deskripsi yang akurat tentang lingkungan organisasi yang diaudit akan membantu
auditor untuk menentukan tujuan audit dan rencana audit secara detail, memanfaatkan sumber
daya yang ada untuk berbagai hal yang bersifat material, mendesain tugas secara efisien dan
menghindari kesalahan.
21
b. Review Sistem Pengendalian (Control System Review)
Kriteria penilaian yang digunakan untuk reliabilitas data dibagi dalam dua area, yaitu:
1. Proses pengumpulan, perhitungan, dan pelaporan data
a. Prosedur yang ada didesain untuk memastikan fairness, dependability, dan reliability data.
b. Terdapat pengendalian dalam proses pengumpulan dan penghitungan data untuk
memastikan integritas data.
c. Pengendalian yang telah ditetapkan sudah dijalankan.
d. Terdapat dokumentasi yang memadai untuk menentukan integritas data.
2. Kecukupan pelaporan data
a. Data yang dikumpulkan dan dihitung, dibuat dengan dasar yang konsisten dengan tahun
sebelumnya
b. Kewajaran dan reliabilitas data disajikan dengan kriteria tertentu
22
Audit pada tahap pengenalan dan perencanaan mempersiapkan dokumen:
1. Analitical memorandum berisi identifikasi kelemahan yang material dalam sistem
pengendalian manajemen dan pembuatan rekomendasi untuk perbaikan atas kelemahan
tersebut.
2. Planning memorandum dibuat berdasarkan hasil review sistem pengendalian untuk
menentukan sifat, luas, dan waktu pekerjaan audit berikutnya.
Indikator kinerja dapat membantu pemakai laporan dalam menilai kinerja organisasi
yang diaudit. Penggunaan indikator kinerja untuk masing-masing organisasi juga penting untuk
mengantisipasi kemungkinan bahwa ukuran kerja untuk suatu organisasi berbeda dengan ukuran
kerja organisasi lain.
B. TAHAPAN AUDIT
(Audit Phase)
23
Secara lebih rinci, komponen audit terdiri dari
1. Identifikasi Lingkungan Manajemen
Auditor harus familiar dengan lingkungan manajemen klien untuk memahami
keterbatasan yang dihadapi organisasi. Oleh sebab itu, auditor harus mengetahui secara
akurat gambaran menyeluruh organisasi dari perspektif hukum, organisasi, dan karyawan.
Auditor mengumpulkan informasi sehubungan dengan (a). Persyaratan hukum dan kinerja
(b). Gambaran organisasi (c). Sistem informasi dan pengendalian (d). Pemahaman karyawan
atas kebutuhan dan harapan.
3. Struktur Organisasi
Komponen ini berkaitan dengan bagaimana sebuah unit diatur dan sumber daya
dialokasikan untuk mencapai tujuan organisasi. Struktur organisasi menunjuk pada otoritas
formal maupun informal dan tanggung jawab yang terkait organisasi.
24
6. Pengendalian dan Metode
Berhubungan dengan pengendalian internal terutama accounting control dan
administrative control. Pengendalian akuntansi diperlukan untuk menyusun rencana,
metode, dan prosedur organisasi untuk menjaga kekayaan perusahaan dan reabilitas data
keuangan. Pengendalian administrasi terdiri dari rencana, metoda, dan prosedur organisasi
yang berfokus pada efisiensi operasional, efektivitas organisasi, dan kepatuhan terhadap
kebijakan manajemen serta ketentuan yang berlaku.
9. Analisis Fiskal
Ini dibutuhkan untuk menganalisis informasi keuangan yang secara langsung atau
tidak langsung dapat digunakan untuk mengindikasikan efisiensi operasi, ekonomi, dan
efektivita unit organisasi yang dievaluasi.
25
C. TAHAPAN PELAPORAN
(reporting phase)
Laporan tertulis bersifat permanen dan sangat penting untuk akuntabilitas publik. Hal
terpenting bahwa laporan tersebut dapat dipahami oleh pihak-pihak yang menerima dan
membutuhkan. Tiga langkah pengembangan laporan audit, yaitu:
1. Persiapan (preparation)
Pada tahap persiapan, auditor mulai mengembangkan temuan audit,
menggabungkannya menjadi sebuah laporan yang koheren dan logis, serta menyiapkan bukti
pendukung dan dokumentasi yang diperlukan.
2. Penelaahan (review)
Ini adalah tahap analisi kritis terhadap laporan tertulis yang dilakukan oleh staf
audit, review, dan komentar atas laporan yang diberikan oleh pihak auditor.
3. Pengiriman (transmission)
Meliputi persiapan tertulis sebuah laporan yang permanen agar dapat dikirim ke
lembaga yang memberi tugas untuk mengaudit.
Hal yang terpenting dari laporan ialah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang
membutuhkan dan menerima sehingga efektif. Oleh sebab itu, auditor harus memutuskan siapa
yang kompeten untuk menulis laporan dan siapa pengguna laporan tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan adalah:
1. Laporan audit kinerja harus ditulis secara objektif
2. Auditor tidak boleh overstate
3. Informasi yang disajikan harus disertai suatu bukti yang kompeten
4. Auditor hendaknya menulis laporan secara konstruktif, memberikan pengakuan terhadap
kinerja yang baik maupun yang buruk
5. Auditor hendaknya mengakomodasi usaha-usaha yang dilakukan oleh manajemen untuk
memperbaiki kinerjanya
26
Selain hal-hal di atas, ada keahlian yang perlu dimiliki dan dikembangkan oleh
auditor agar menghasilkan laporan yang efektif adalah:
1. Keahlian Teknis
Keahlian yang dibutuhkan untuk mengorganisasikan atau menyusun informasi audit
menjadi sebuah laporan yang koheren.
2. Keahlian Manajerial
Keahlian yang dibutuhkan untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan
dan mengendalikan masing-masing tahap audit untuk memastikan hasil akhir yang
berkualitas dan tepat waktu.
3. Keahlian interpersonal
Keahlian untuk menjaga hubungan baik dengan auditee, kemampuan untuk
menyampaikan temuan-temuan negatif menjadi kesempatan-kesempatan positif sehingga
mampu meyakinkan manajemen atas potensi-potensi yang ada.
Sistematika laporan audit kinerja, terdiri atas:
I. Pendahuluan
a. Umum
b. Surat pengiriman atau memorandum
c. Laporan ringkasan
d. Daftar isi laporan secara keseluruhan
e. Daftar tabel dan gambar
II. Teks
a. Pendahuluan
b. Body atau badan, mencakup:
1) Pengantar masalah (jika perlu)
2) Temuan-temuan
3) Kesimpulan dan rekomendasi
c. Komentar auditee
III. Referensi Masalah
a. Footnotes
b. Lampiran
c. Bibliografi
27
d. Komentar auditee (jika tidak dimasukkan ke dalam teks)
e. Bahan referensi
Temuan audit merupakan building blocks laporan audit, maksudnya bahwa temuan
audit akan disajikan secara tertulis sesuai dengan permasalahan yang relevan dan material yang
ditemukan selama audit, yang mencakup argumen yang logis dan komplit serta didukung oleh
bukti-bukti yang cukup. Relevansi maksudnya adalah temuan yang diperoleh haruslah sesuai
dengan masalah pokok dalam lingkung audit dan tujuan audit. Materialis berkaitan dengan
sejauh mana kondisi yang ada berpengaruh secara signifikan terhadap organisasi yang diaudit.
D. TAHAP PENINDAKLANJUTAN
(follow up)
28
oleh auditor. Jika rekomendasi auditor tidak dilaksanakan, permasalahan apa saja yang
dihadapi oleh organisasi dalam implementasi rekomendasi.
2. Pelaksanaan Review Follow Up
Hal ini memberi dasar untuk review follow up. Hal pertama dilakukan adalah
menyusun jadwal, yang mana hal ini tergantung dari kompleksitas rekomendasi dan tingkat
kesulitan implementasi.
3. Batasan Review Follow Up
Sebaiknya tidak terbatas pada penilaian pelaksanaan dan dampak rekomendasi yang
diusulkan auditor, namun juga dihindari terjadi follow up yang overload. Kegiatan follow up
diharapkan mampu menjelaskan peningkatan aktual yang telah dicapai setelah proses audit
dilaksanakan pada organisasi tertentu.
4. Implementasi rekomendasi
a. Implementasi oleh unit kerja
Unit kerja dapat mengevaluasi dan menggunakan rekomendasi staf auditor ini
dikarenakan unit yang diaudit memiliki kesempatan pertama kali untuk mempelajari
temuan dan rekomendasi audit.
b. Implementasi oleh eksekutif
Manajemen biasanya menerima hasil audit terlebih dahulu dibandingkan legislatif.
Diskusi antara auitor dan manejemen sebelum laporan audit dipublikasikan akan
memungkinkan dihasilkan petunjuk administratif yang didesain untuk mengoreksi
permasalahan.
c. Peranan auditor dalam implementasi rekomendasi audit
Auditor hanya berperan sebagai pendukung, tidak terlibat langsung di dalamnya. Ini
untuk menjaga objektivitas dan independensi auditor karena ada kemungkinan bahwa
masa-masa mendatang organisasi itu akan diaudit dengan auditor yang sama. Aoditor
memberi penjelasan bagaimana dan mengapa sebuah rekomendasi diberikan. Auditor juga
memonitor kegiatan dan tindakan manajemen sehubungan dengan laporan audit untuk
mengetahui perkembangan implementasi rekomendasi audit.
29
d. Peranan legislatif dalam implementasi rekomendasi audit
Merupakan otoritas tingkat akhir yang dapat mengambil tindakan implementasi
rekomendasi secara formal dengan mengadopsi peraturan, mosi, dan lain-lain. Ada
beberapa pendekatan yang dilakukan untuk memastikan implementasi rekomendasi audit.
1. Tindakan legislatif secara formal. Pendekatan ini untuk mengimplementasikan
rekomendasi tersebut ke dalam kebijakan formal.
2. Tindakan legislatif secara informal. Pengimplementasian rekomendasi dilakukan secara
tidak formal, misalnya melalui public sharing terhadap temuan audit, kontak langsung
antara anggota legislatif dengan masing-masing eksekutif.
3. Tindakan legislatif melalui anggaran. Lembaga legislatif memiliki otoritas atas lokasi
dana melalui pengendalian terhadap anggaran. Implementasi rekomendasi dapat
dilakukan melalui penetapan tujuan dalam anggaran yang akan dibiayai dengan
sejumlah dana.
30
Pengertian yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa didalam melakukan
perencanaan perlu diambil perencanaan yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan.
Melihat hal tersebut maka, kriteria audit dapat dijelaskan sebagai berikut:
menilai sumber daya, menilai proses pekerjaan dan menilai hasil-hasil kerja auditan. Supaya
kriteria audit dapat digunakan sebagai tolak ukur penilaian, maka kriteria tersebut:
1. Harus berasal dari sumber yan berwenang sehingga hasil penilaiannya dapat dipertahankan
3. Harus dapat dinyatakan secara tepat sebagai alat ukur dalam satuan jumlah tertentu
(spesifik);
4. Harus dapat disajikan sebagai standar pelaksanaan dan standar hasil serta dapat dicapai
Kriteria harus memenuhi syarat dan untuk mendpatkan kriteria yang memenuhi
syarat seperti penilaian kriteria audit yang ada, kriteria audit perlu dikembangkan. Langkah-
Dalam pengembangan kriteria audit, auditor harus memulai dari pernyataan standar
yang kemudian dikembangkan atau dirinci sampai pada pernyataan standar yang lebih khusus
sehingga dapat menuntun auditor untuk menilai tercapainya kehematan, efesiensi atau efektivitas
31
atas pelaksanaan dan hasil pekerjaan auditan. Semakin umum kriteria yang dipergunakan oleh
auditor maka semakin kualitatif hasil penilaiannya dan akan lebih banyak mengandung unsur
pendapat dan demikian sebaliknya. Pengembangan kriteria dengan cara ini mempunyai manfaat
yang besar karena ada jaminan dan kepastian bahwa semua kriteria yang dipakai dalam
Dalam audit keuangan biasanya sudah tersedia kriteria audit dalam bentuk norma-
norma yang dpat dipakai sebagai alat untuk menilai pekerjaan auditan seperti norma-norma
pembukuan yang lazim dan peraturan perundang-unangan yang berlaku termasuk sasaran,
kebijaksanaan, prosedur, rencana dan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
pekerjaan audit yang meluas sampai kepada penilaian kehematan, efesiensi dan efektifitas,
kriteria audit seperti hal tersebut kemungkinan tidak tersedia dan terodifikasi pada auditan
a) Tim audit lainnya yang kebetulan mengaudit kegiatan yang sama pada periode sebelumnya.
b) Produk-produk kerja yang ditetapkan dlam peraturan dan perundangan yang berlaku.
c) Maksud dan tujuan organissi/program yang di tetapkan undang-undang dan kebijaksanaan
pemerintah pusat.
d) Ucapan dan pendpat para ahli dari perguruan tinggi
e) Laporan-laporan yang disusus oleh instansi yang diaudit.
f) Pendapat para ahli dan konsultan.
g) Pendapat manajemen tertinggi instansi yang diaudit.
32
h) Kebijaksanaan, pengarahan dan pedoman kerja yang ditetapkan oleh organisasi yang
diaudit.
i) Auditan terutama dalam hal penentuan standar input, proses kerja dan output.
j) Kinerja sektor swasta dibidang yang sama.
kriteria audit cukup penting, namun auditor harus menyadari pengaruh negatifnya. Berdiskusi
dengan auditan memberikan peluang bagi auditor untuk menguji objektivitas kriteria yang akan
dipakai dan oleh karena itu auditor harus memperhatikan kepentingan auditan sepanjang
kepentingan tersebut tidak mengarah pada kepentingan pribadi yang mempengaruhi penilaian
dipergunakan dalam penilaian dan untuk itu auditor harus dpat menunjukkna sumber informasi
yang jelas dan benar akan kebenarannya dari yang bersangkutan. Banyak terjadi kesalah-
pahaman antara auditor dan auditan yang disebabkan penentua dasar penilaian yang kurang
tepat. Kesalahpahaman ini sebetulnya dpat dihindarkan apabila auditor dan auditan telah
33
3.13 Peran Auditor dalam Audit Kinerja
Kualitas audit sektor publik pemerintah ditentukan oleh kapabilitas teknikal auditor
dan independensi auditor. Kapabilitas teknikal auditor telah diatur dalam standar umum pertama,
yaitu bahwa staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki
kecakapan profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan, serta pada standar umum
yang ketiga, yaitu bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Disamping standar umum,
seluruh standar pekerjaan lapangan juga menggambarkan perlunya kapabilitas teknikal seorang
auditor.
Selain itu, independensi auditor juga diperlukan, karena auditor sering disebut sebagai
pihak pertama dan memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja, sebab auditor dapat
mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen dari organisasi yang diaudit, memiliki
kemampuan professional dan bersifat independen. Walaupun pada kenyataannya prinsip
independen ini sulit untuk benar-benar dilaksanakan secara mutlak, antara auditor dan audite
harus berusaha untuk menjaga independensi tersebut sehingga tujuan audit dapat tercapai.
Berikut merupakan peran auditor dalam proses audit kinerja:
a. Memberikan review independen dari pihak ketiga atas kinerja manajemen dan menilai apakah
kinerja organisasi dapat memenuhi harapan.
b. Memberikan rekomendasi dan solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.
c. Membantu manajemen mencapai kinerja yang baik dengan memperkenalkan pendekatan yang
sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengendalian intern serta
memberikan catatam atas kekurangan yang ditemukan selama melakukan evaluasi.
34
IV. PENUTUPAN
4.1 Simpulan
Audit kinerja mengalami perkembangan dan perubahan dari periode ke periode
sesuai dengan perkembangan zaman. Beberapa tahun belakangan ini, audit kinerja memiliki
peran yang sangat esensial khususnya dalam melakukan audit pada sektor publik. Ini disebabkan
terus meningkatnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik mempertahankan
kualitasnya. Dengan adanya audit kinerja, masyarakat dalam mengetahui kinerja yang lebih
lengkap dari organisasi pemerintahan yang mengelola dana mereka serta dapat membantu
pemimpin organisasi tersebut dalam pelaksanakan tugas dan tanggung jawab, dan memberikan
informasi yang bermutu, tepat waktu untuk pengambilan keputusan, dalam rangka pencapaian
tujuan yaitu efesiensi dan efektif operasi.
Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-
kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja
merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi,
efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan
dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-
pihak pengguna laporan tersebut.
Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik pemerintah
sangat tergantung pada kualitas audit sektor publik. Tanpa kualitas audit yang baik, maka akan
timbul permasalahan, seperti munculnya kecurangan, korupsi, kolusi dan berbagai
ketidakberesan di pemerintahan.
35
4.2 Rekomendasi
Audit performance seharusnya dilakukan secara regular seperti pada audit
konvensional sehingga seberapa efisien, ekonomis dan efektivitas suatu organisasi dapat
ditelaah dari waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan suatu unit atau instansi
pemerintahan,dan ini dapat dilakukan oleh BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal/ Wilayah/ dan
Kabupaten, bahkan oleh auditor independen bila diminta secara khusus oleh DPRD atau oleh
Pemda sendiri. Diharapkan, audit kinerja kinerja dapat dilakukan baik pada sektor swasta
maupun pada sektor publik pada khusunya dan badan pemerintahan karena dari semua tujuan
kepentingan masyarakat merupakan prioritas utama.
36
V. DAFTAR PUSTAKA
37
VI. LAMPIRAN
STUDI KASUS
38