TEORI DASAR
Dimana :
Sor = saturasi minyak residual, fraksi
Boa = faktor volume formasi minyak pada saat abandonment, SCF/bbl
𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑟𝑣𝑒
𝑅𝐹 = ....................................................................3.3
𝑜𝑟𝑖𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑜𝑖𝑙 𝑖𝑛 𝑝𝑙𝑎𝑐𝑒
𝑈𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦
𝑅𝐹 = 𝑥 100% ......................................................3.5
𝑂𝑂𝐼𝑃
Dan dapat pula dinyatakan dengan persamaan :
Dimana :
Vb = bulk volume batuan reservoir, acre-feet
An = luas yang dibatasi oleh garis isopach terendah
An+1 = luas yang dibatasi oleh garis isopach diatasnya
h = interval antara garis isopoach, ft
Persamaan pendekatan pyramidal ini digunakan jika An+1/An lebih kecil
dari 0,5.
Bulk volume yang dihitung dengan pendekatan trapezoidal menggunakan
persamaan :
ℎ
𝑉𝑏 = (𝐴𝑛 + 𝐴𝑛+1 ) ...................................................................3.9
2
Persamaan trapezoidal ini digunakan jika harga An+1/An lebih besar dari 0,5.
3.3.2. Porositas Batuan dan Faktor Formasi
Porositas adalah perbandingan antara volume pori-pori total terhadap
volume total batuan yang menyatakan kemampuan batuan untuk menampung
fluida reservoir. Pada formasi renggang (unconsolidated formation) besarnya
porositas tergantung pada distribusi ukuran butiran. Porositas akan menjadi tinggi
antara 0,35-0,4 jika semua butirannya mempunyai ukuran yang hampir sama. Dan
akan menjadi rendah jika ukuran butir bervariasi sehingga butiran yang kecil akan
mengisi ruang pori diantara butiran yang lebih besar. Pada porositas yang lebih
rendah partikel-partikel batuan umumnya bergabung bersama material yang
mengandung silika atau zat kapur, menghasilkan formasi-rapat (consolidated
formation) dengan porositas mendekati nol.
Dalam teknik reservoir ruang pori-pori batuan umumnya dinyatakan
sebagai porositas batuan, yang diberi notasi φ dan didefinisikan sebagai fraksi
atau prosen dari volume ruang pori-pori terhadap volume batuan total (bulk
volume). Secara matematis porositas batuan dapat dinyatakan sebagai :
Vb Vs Vp
φ= = ...............................................................................3.10
Vs Vb
Dimana :
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vs = volume padatan batuan total (grain volume)
Vp = volume ruang pori-pori batuan
Gambar 3.1.
Gambar Porositas Batuan
∅FDLcorr2 + ∅Nc2
φ eff = √ ....................................................................3.13
2
Dimana :
φ FDLcorr = porositas density log koreksi
φ Nc = porositas neutron log koreksi
Disamping itu menurut waktu dan cara terjadinya maka porositas dapat
juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Porositas primer adalah porositas yang terbentuk pada waktu batuan sedimen
diendapkan. Jenis batuan sedimen yang mempunyai porositas primer adalah
batuan konglomerat, batupasir dan karbonat.
2. Porositas sekunder adalah porositas batuan yang terbentuk setelah batuan
sedimen di endapkan.
Porositas sekunder dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Porositas larutan, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya
proses pelarutan batuan.
b. Rekahan, celah, kekar, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya
kerusakan struktur batuan sebagai akibat dari variasi beban seperti lipatan,
sesar atau patahan. Porositas jenis ini sulit untuk dievaluasi atau
ditentukan secara kualitatif karena bentuknya tidak teratur.
c. Dolomitisasi, dalam proses ini batuan gamping (CaCO3) ditransformasikan
menjadi dolomite (CaMg(CO3)2) atau menurut reaksi kimia :
2CaCO3 + MgCl2 --------- CaMg(CO3)2 + CaCl2.
Menurut para ahli batuan gamping yang terdolomitisasi mempunyai
porositas yang lebih besar dari batuan gampingnya sendiri.
Dimana :
F = Rs (SG gas/SGo)0.5 + 1.25T
Bo = faktor volume formasi, BBL/STB
T = temperatur
Rs = kelarutan gas dalam minyak, SCF/STB
C = faktor konversi untuk penyesuaian dengan data di lapangan. Apabila
tidak tersedia data lapangan, gunakan harga C = 0
3.4. Logging
Dalam pekerjaan eksplorasi minyak dan gas bumi, logging merupakan
salah satu sumber data penting. Data log merupakan salah satu kriteria utama
sebagai dasar dalam proses pengambolan keputusan pada eksplorasi migas.
Metode Logging pada prinsipnya adalah pencatatan data sifat-sifat batuan
formasi, seperti sifat kelistrikan, radioaktifitas, cepat rambat gelombang suara dan
sebagainya kedalam bentuk grafik kedalam lubang bor. Grafik ini digunakan
untuk mengintepretasikan kondisi dari lubang bor atau formasinya untuk dapat
melakukan inteprestasi.
Logging memberikan data-data yang diperlukan untuk mengevaluasi
secara kuantitas banyaknya hidrokarbon di lapisan pada situasi dan kondisi yang
sesungguhnya. Kurva log memberikan informasi yang cukup tentang sifat batuan
dan fluida. Dari sudut pandang pengambilan keputusan, Logging adalah bagian
yang terpenting dari proses pemboran dan penyelesaian sumur, untuk
mendapatkan data log yang akurat dan lengkap.
𝐺𝑅𝑟𝑒𝑎𝑑−𝐺𝑅 𝑚𝑖𝑛
Vclay = .............................................................................3.17
𝐺𝑅 max − 𝐺𝑅 𝑚𝑖𝑛
Dimana :
GRread = besarnya harga gamma ray yang terbaca dari log lapisan
tertentu.
GRmax = gamma ray yang memiliki harga maksimum.
GRmin = gamma ray yang memiliki harga minimum.
Gambar 3.4.
Skema Rangkaian Dasar Density Log
Sinar gamma yang menyebar dan mencapai detector dihitung dan akan
menunjukkan besarnya densitas batuan formasi. Formasi dengan densitas tinggi
akan menghasilkan jumlah yang rendah pada detector. Yang ditentukan disini
sebenarnya adalah densitas elektron, yaitu jumlah elektron per cm3 batuan
formasi. Densitas elektron akan berhubungan dengan densitas batuan yang
sebenarnya, ρb yang besarnya tergantung pada densitas matrik, poritas dan
densitas fluida yang mengisi pori-porinya. Kondisi penggunaan yang baik untuk
density log adalah pada formasi yang densitasnya rendah dimana tidak ada
pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak dapat digunakan pada lubang bor
yang sudah dicasing (cased hole). Kurva density log hanya terpengaruh sedikit
oleh salinitas maupun ukuran lubang bor.
Kondisi optimum dari density log adalah pada formasi unconsolidated
sand dengan porositas antara 20-40%. Kondisi optimum ini akan diperoleh
dengan baik apabila operasi penurunan peralatan kedalam lubang bor, sehingga
pada rangkaian peralatan tersebut biasanya dilengkapi dengan spring.
Hubungan antara densitas batuan, density log dengan porositas dan lithologi
batuan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
𝜌𝑚𝑎 − 𝜌𝑏
φ= .................................................................................. 3.21
𝜌𝑚𝑎 − 𝜌𝑓
Dimana :
ρma = densitas matrik batuan, gr/cc
ρb = densitas batuan pada density log, gr/cc
ρf = density fluida rata-rata, gr/cc
= 1,0 – 1,1 gr/cc (mud filtrat)
Adanya pengaruh shale dalam batuan formasi dapat dinyatakan dalam
persamaan :
ρb = φ ρf + Vclay + ρclay + (1 – φ – Vclay) ρma .................................................. 3.22
Pada shale ini tidak terlalu besar apabila densitas shale tidak banyak
berbeda dengan densitas matriknya. Densitas matrik dari beberapa jenis batuan
dapat dilihat pada tebel dibawah ini, dimana untuk clean sandstone harga
densitasnya 2,65 gr/cc. Sedangkan densitas shale rata-rata 2,62 gr/cc.
Tabel III.1
Grain Density
Jenis batuan Densitas (gr/cc)
Anhydrite 2,95
Dolomite 2,85
Calcite 2,71
Limestone 2,70
Quartz 2,66
Kaolinite 2,63
Illite 2,76
Monmorillonite 2,00
Halite 1,17
Dimana :
Vclay = Volume clay dari gamma ray log.