Anda di halaman 1dari 22

BAB III

TEORI DASAR

3.1. Pemetaan Bawah Permukaan

Peta bawah permukaan adalah peta yang menggambarkan bentuk maupun


kondisi geologi bawah permukaan dan menjadi dasar dalam suatu kegiatan
eksplorasi hidrokarbon, mulai dari awal hingga pengembangan lapangannya. Peta
bawah permukaan memiliki sifat kualitatif dan dinamis. Kualitatif artinya peta
menggambarkan suatu garis yang menghubungkan titik-titik yang nilainya sama,
baik berupa ketebalan maupun kedalaman. Dinamis artinya kebenaran peta tidak
dapat dinilai atas kebenaran metode, tetapi berdasarkan data yang ada dan
sewaktu-waktu dapat berubah seiring dengan diperolehnya data baru. Hal itu
terjadi karena peta bawah permukaan merupakan hasil intepretasi geologi atau
geofisika yang tergantung pada keterbatasan data, teknik pelaksanaan, imajinasi
yang kreatif, kemampuan fisual tiga dimensi dan pengalaman. Adapun data yang
dipakai antara lain data core, wireline logging, dan data seismik.
Peta bawah permukaan merupakan pemetaan yang menggambarkan
keadaan geologi / parameter yang ada di bawah permukaan, seperti ketebalan, dan
struktur bawah permukaan yang dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
geologi bawah permukaan mendekati kondisi sebenarnya.
Pada pemetaan bawah permukaan, kita dihadapkan dengan berbagai
macam bidang permukaan atau interval antara dua bidang tersebut. Bidang
permukaan tersebut biasanya adalah bidang perlapisan atau lapisan, tapi terdapat
pula bidang – bidang lainnya misalnya bidang patahan, atau bidang
ketidakselarasan.
Suatu hal yang khas dari pemetaan bawah permukaan adalah sifat
kuantitatif dari peta tersebut. Sifat – sifat kuantitatif tersebut dinyatakan dengan
garis kesamaan atau garis iso, atau secara popular disebut garis kontur. Garis ini
menghubungkan titik yang mempunyai nilai yang sama terutama nilai kuantitatif
dari suatu gejala atau sifat tertentu yang terdapat pada suatu bidang permukaan
(perlapisan) atau dalam interval antar dua bidang permukaan / perlapisan.

3.1.1. Jenis Peta Bawah Permukaan.


Dalam aplikasinya, peta bawah permukaan dibagi menjadi beberapa
macam, yakni peta kontur dan peta stratigrafi.
1. Peta Kontur Struktur
Peta kontur struktur atau peta struktur berkontur merupakan peta yang
menggambarkan posisi dan konfigurasi dari suatu lapisan terhadap datum tertentu.
Datum yang dipakai dalam pembuatan peta kontur struktur adalah muka air laut,
dimana tiap-tiap sumur digantung pada kedalaman yang sama. Dengan demikian,
peta ini akan memperlihatkan penyebaran lapisan atau fasies batuan secara lateral
atau vertikal yang dikontrol oleh struktur sesar atau lipatan.
2. Peta Stratigrafi
Peta Stratigrafi adalah peta yang memperlihatkan perlapisan batuan
beserta perubahannya secara lateral dan dinyatakan dalam nilai-nilai tertentu,
misalnya ketebalan, kedalaman atau perbandingan / persentase dari lapisan
batuan. Peta stratigrafi dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Peta Isopach : Peta yang menggambarkan ketebalan – ketebalan dari
suatu lapisan atau seri kumpulan lapisan yang dinyatakan dengan
garis-garis kontur.
 Peta Isochore : menggambarkan tebal lapisan batuan yang
ditembus oleh lubang bor (ketebalan semu), dimana dip /
kemiringan lapisan > 10⁰ atau lubang bor tidak vertikal (directional
well).
 Net Sand Isopach Map : menggambarkan total ketebalan lapisan
reservoir yang porous dan permeable dalam ketebalan stratigrafi
sebenarnya.
 Net Pay Isopach Map : menggambarkan ketebalan lapisan reservoir
yang mengandung fluida hidrokarbon (migas).
b. Peta Fasies : Peta yang menggambarkan perubahan secara lateral dari
aspek-aspek kimia dan biologi dari sedimen-sedimen yang diendapkan
pada waktu bersamaan.
 Peta Isofasies : bersifat kuantitatif dan terutama diterapkan
perubahan-perubahan fasies yang terjadi secara mendadak.
 Peta Fasies Komponen Tunggal (Single Componen Facies Map) :
Peta yang memperlihatkan litologi yang mempunyai nilai
ekonomis, seperti batupasir atau batugamping.
 Peta Fasies Komponen Ganda (Double Componen Facies Map) :
peta yang terdiri dari dua komponen, meliputi peta Sand Shale
Ratio dan Peta Clasic Ratio.
 Peta Fasies Komponen Banyak : Peta yang terdiri dari minimal tiga
komponen, misalnya peta Sand-Shale Retio dan peta clasic ratio
yang mencerminkan komponen gamping, pasir dan serpih.

3.2. Pengertian Cadangan


Cadangan minyak dan gas bumi selalu berubah dari waktu ke waktu
sejalan dengan berlangsungnya operasi produksi yang mengurangi cadangan
tersebut. Dengan kata lain cadangan minyak dan gas bumi dapat dihitung secara
periodik. Periode-periode dari perhitungan cadangan tersebut meliputi periode
sebelum pemboran, dan pengembangan, sesaat setelah pemboran dan komplesi
sumur dilakukan dan setelah sumur berproduksi selama waktu tertentu dan setelah
sumur berakhir. Sementara itu tingkat ketelitian perhitungan cadangan pada tiap-
tiap periode juga berbeda-beda, tergantung pada kualitas dan kuantitas data yang
diperoleh setiap periode.
Original Oil in Place mempunyai pengertian jumlah minyak mula-mula
yang menempati sebuah reservoir. Oil reserve atau cadangan minyak adalah
jumlah minyak yang ada yang dapat dihasilkan dan diproduksikan ke permukaan.
Recovery factor mempunyai pengertian bagian atau fraksi dari jumlah
minyak mula-mula yang ada didalam reservoir yang dapat dikeluarkan
kepermukaan. Atau dengan kata lain recovery factor adalah perbandingan antara
ultimate recovery terhadap oil in place.
Untuk mengetahui besarnya ultimate recovery (UR) harus diketahui data-
data seperti mekanisme pendorong yang dominan, saturasi fluida mula-mula dan
akhir dari masa produksi (abandonment pressure) dan faktor volume formasi
minyak dan gas sebagai fungsi tekanan. Ultimate recovery dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut :
UR = N x RF ............................................................ 3.1
Dimana :
N = initial oil or gas in place, satuan volume
RF = recovery factor, fraksi
Secara volumetrik, ultimate recovery dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
1−𝑆𝑤𝑖 𝑆𝑜𝑟
𝑈𝑅 = 7758 𝑥 𝑉𝑏 𝑥 ∅ ( − 𝐵𝑜𝑎) ............................................... 3.2
𝐵𝑜𝑖

Dimana :
Sor = saturasi minyak residual, fraksi
Boa = faktor volume formasi minyak pada saat abandonment, SCF/bbl

Untuk jumlah cadangan yang dapat diperoleh dipermukaan, maka terlebih


dahulu perlu diketahui harga recovery factor (RF) yaitu perbandingan antara
recoverable reserve dengan original oil in place (Fraksi), atau dapat ditulis
dengan persamaan sebagai berikut :

𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑟𝑣𝑒
𝑅𝐹 = ....................................................................3.3
𝑜𝑟𝑖𝑔𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑜𝑖𝑙 𝑖𝑛 𝑝𝑙𝑎𝑐𝑒

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑖𝑠𝑎


= ............................................3.4
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙

𝑈𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 𝑅𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦
𝑅𝐹 = 𝑥 100% ......................................................3.5
𝑂𝑂𝐼𝑃
Dan dapat pula dinyatakan dengan persamaan :

(𝑉ℎ 𝑥 ∅ 𝑥 𝑆𝑜𝑖/𝐵𝑜𝑖 )−(𝑉𝑏 𝑥 ∅ 𝑥 𝑆𝑜𝑎/𝐵𝑜𝑎 )


𝑅𝐹 = ..........................................3.6
𝑉𝑏 𝑥 ∅ 𝑥 𝑆𝑜𝑖/𝐵𝑜𝑖

(𝑆𝑜𝑖𝐵𝑜𝑖 )−(𝑆𝑜𝑎/𝐵𝑜𝑎 ) 𝑆𝑜𝑎 𝐵𝑜𝑖


= =1− 𝑥 ...............................3.7
𝑆𝑜𝑖/𝐵𝑜𝑖 𝐵𝑜𝑎 𝑆𝑜𝑖

3.3. Perhitungan Cadangan Minyak Dengan Menggunakan Metode


Volumetrik (OOIP)
Penentuan cadangan dengan menggunakan metode volumetrik ini
dilakukan pada sumur-sumur yang baru (sumur eksplorasi) yang mana sudah
terdapat satu sumur atau lebih. Data-data yang diperlukan untuk perhitungan
perkiraan cadangan secara volumetrik adalah : bulk volume reservoir (Vb), Luas
pengurasan (A), ketebalan lapisan produktif (h), porositas batuan (φ), saturasi air
(Sw), dan faktor volume formasi fluida.
Dalam perhitungan perkiraan cadangan secara volumetrik ini dapat
diketahui besarnya original oil in place, ultimate recovery, dan recovery factor.
Untuk batuan reservoir yang mengandung satu acre-feet pada kondisi awal, maka
volume minyak dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
𝑁𝑖 = (7758 𝑥 (𝑉𝑏) 𝑥 ∅ 𝑥 (1 − 𝑆𝑤))/𝐵𝑜𝑖 ........................................ 3.7
dimana :
Ni = original oil in place
Vb = Volume bulk batuan
φ = porositas batuan, fraksi
Sw = saturasi air formasi, fraksi
Boi = faktor volume formasi minyak mula-mula, bbl/STB
7758 = faktor konversi, bbl/acre-feet
3.3.1. Penentuan Bulk Volume Batuan Reservoir (Vb)
Untuk menentukan bulk volume batuan reservoir (Vb). Maka diperlukan
peta struktur dan peta isopach dari reservoir yang bersangkutan. Peta struktur
adalah peta yang menggambarkan garis-garis yang menghubungkan titik-titik
yang mempunyai kedalaman yang sama pada puncak formasi, sedangkan peta
isopach adalah peta yang menggambarkan garis-garis yang menunjukkan
ketebalan lapisan batuan produktif yang sama. Kedua peta tersebut dibuat
berdasarkan data logging. Kemudian diperlukan juga data WOC untuk
menentukan batas penyebaran hidrokarbon dalam membuat peta Net Pay area, dan
alat planimeter yang digunakan untuk mengukur luas masing-masing kontur
ketebalan yang ada pada peta tersebut. Kemudian dari bentuk kontur yang ada di
peta tersebut dapat digambarkan bentuk reservoir. Untuk menghitung volume
batuan dari peta isopach ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
persamaan pyramydal,dan trapezoidal. Pendekatan pyramidal dapat menggunakan
persamaan berikut :

𝑉𝑏 = (𝐴𝑛 + 𝐴𝑛+1 + √𝐴𝑛 𝑥 𝐴𝑛+1 ) ............................................. 3.8
3

Dimana :
Vb = bulk volume batuan reservoir, acre-feet
An = luas yang dibatasi oleh garis isopach terendah
An+1 = luas yang dibatasi oleh garis isopach diatasnya
h = interval antara garis isopoach, ft
Persamaan pendekatan pyramidal ini digunakan jika An+1/An lebih kecil
dari 0,5.
Bulk volume yang dihitung dengan pendekatan trapezoidal menggunakan
persamaan :

𝑉𝑏 = (𝐴𝑛 + 𝐴𝑛+1 ) ...................................................................3.9
2

Persamaan trapezoidal ini digunakan jika harga An+1/An lebih besar dari 0,5.
3.3.2. Porositas Batuan dan Faktor Formasi
Porositas adalah perbandingan antara volume pori-pori total terhadap
volume total batuan yang menyatakan kemampuan batuan untuk menampung
fluida reservoir. Pada formasi renggang (unconsolidated formation) besarnya
porositas tergantung pada distribusi ukuran butiran. Porositas akan menjadi tinggi
antara 0,35-0,4 jika semua butirannya mempunyai ukuran yang hampir sama. Dan
akan menjadi rendah jika ukuran butir bervariasi sehingga butiran yang kecil akan
mengisi ruang pori diantara butiran yang lebih besar. Pada porositas yang lebih
rendah partikel-partikel batuan umumnya bergabung bersama material yang
mengandung silika atau zat kapur, menghasilkan formasi-rapat (consolidated
formation) dengan porositas mendekati nol.
Dalam teknik reservoir ruang pori-pori batuan umumnya dinyatakan
sebagai porositas batuan, yang diberi notasi φ dan didefinisikan sebagai fraksi
atau prosen dari volume ruang pori-pori terhadap volume batuan total (bulk
volume). Secara matematis porositas batuan dapat dinyatakan sebagai :
Vb  Vs Vp
φ= = ...............................................................................3.10
Vs Vb

Dimana :
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vs = volume padatan batuan total (grain volume)
Vp = volume ruang pori-pori batuan

Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :


1. Porositas absolut adalah perbandingan antara volume pori-pori total terhadap
volume batuan total yang dinyatakan dalam persen.
Volume pori total
φ= x 100% .......................................................3.11
Volume batuan total

2. Porositas effectife adalah perbandingan antara volume pori-pori yang


berhubungan terhadap volume batuan total (volume bulk) yang dinyatakan
dalam persen.
Volume pori yang berhubungan
φ= x 100% ..................................3.12
Volume bulk

Gambar 3.1.
Gambar Porositas Batuan

Untuk perhitungan digunakan porositas efektif karena dianggap sebagai


fraksi volume yang produktif.
Porositas efektif dihitung menggunakan persamaan :

∅FDLcorr2 + ∅Nc2
φ eff = √ ....................................................................3.13
2

Dimana :
φ FDLcorr = porositas density log koreksi
φ Nc = porositas neutron log koreksi

Disamping itu menurut waktu dan cara terjadinya maka porositas dapat
juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Porositas primer adalah porositas yang terbentuk pada waktu batuan sedimen
diendapkan. Jenis batuan sedimen yang mempunyai porositas primer adalah
batuan konglomerat, batupasir dan karbonat.
2. Porositas sekunder adalah porositas batuan yang terbentuk setelah batuan
sedimen di endapkan.
Porositas sekunder dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Porositas larutan, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya
proses pelarutan batuan.
b. Rekahan, celah, kekar, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya
kerusakan struktur batuan sebagai akibat dari variasi beban seperti lipatan,
sesar atau patahan. Porositas jenis ini sulit untuk dievaluasi atau
ditentukan secara kualitatif karena bentuknya tidak teratur.
c. Dolomitisasi, dalam proses ini batuan gamping (CaCO3) ditransformasikan
menjadi dolomite (CaMg(CO3)2) atau menurut reaksi kimia :
2CaCO3 + MgCl2 --------- CaMg(CO3)2 + CaCl2.
Menurut para ahli batuan gamping yang terdolomitisasi mempunyai
porositas yang lebih besar dari batuan gampingnya sendiri.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai porositas adalah :


1. Ukuran dan Bentuk Butir
Ukuran butir tidak mempengaruhi porositas total dari seluruh batuan, tetapi
mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar butir. Sedangkan bentuk butir
didasarkan pada bentuk penyudutan (ketajaman) dari pinggir butir. Sebagai
standar dipakai bentuk bola, jika bentuk butiran mendekati bola maka
porositas batuan akan lebih meningkat dibandingkan bentuk yang menyudut.
2. Distribusi dan Penyusunan Butiran
Distribusi disini adalah penyebaran dari berbagai macam besar butir yang
tergantung pada proses sedimentasi dari batuannya. Umumnya jika batuan
tersebut diendapkan oleh arus kuat maka besar butir akan sama besar.
Sedangkan susunan adalah pengaturan butir saat batuan diendapkan.
3. Derajat Sementasi dan Kompaksi
Kompaksi batuan akan menyebabkan makin mengecilnya pori batuan akibat
adanya penekanan susunan batuan menjadi rapat. Sedangkan sementasi pada
batuan akan menutup pori-pori batuan tersebut.
Data porositas didapatkan dari hasil pembacaan dan perhitungan logging.
Meliputi gamma ray log, density log, dan neutron log.
3.3.3. Saturasi Air (Water Saturation)
Bagian dari ruang pori yang berisi air disebut saturasi air ditandai dengan
simbol (Sw). Sisa bagian yang berisi minyak atau gas disebut saturasi hidrocarbon
(Sh) atau sama dengan (1-Sw). Asumsi umum adalah bahwa reservoir mula-mula
terisi air dan selang masa perubahan geologi, minyak atau gas yang terbentuk
ditempat lain pindah ke formasi berpori menggantikan air pada ruang pori yang
lebih besar, akan tetapi hidrokarbon pindahan ini tidak pernah dapat
menggantikan semua air yang ada. Ada kejenuhan air-sisa (ireducible water
saturation) Swi, yang menunjukkan air yang tertinggal karena tegangan
permukaan pada permukaan butiran, kontak butiran, dan didalam celah-celah yang
sangat kecil. Nilainya bervariasi dari kira-kira 0,05 pada formasi yang sangat
kasar dengan luas permukaan yang kecil, hingga 0,4 atau lebih pada formasi
butiran yang sangat halus dengan luas permukaan yang besar air sisa tidak akan
mengalir ketika formasi dibuka dan diproduksi. Dan pemahaman Swi ini akan
amat sangat penting karena akan mempengaruhi cara evaluasi log tersebut. Dalam
batuan reservoir minyak, gas dan air terdapat bersama-sama dalam pori-pori
batuan reservoir tersebut dan tersebar ke seluruh bagian reservoir.
Saturasi minyak (So) adalah :
So = Volume pori-pori yang diisi oleh minyak / volume pori-pori total.
Saturasi water (Sw) adalah :
Sw = Volume pori-pori yang diisi oleh air / volume pori-pori total.
Saturasi gas (Sg) adalah :
Sg = Volume pori-pori yang diisi oleh gas / volume pori-pori total.
Gambar 3.2.
Gambar saturasi air, minyak, dan gas pada batuan reservoir

Terdapat tiga faktor yang penting mengenai saturasi fluida yaitu :


1. Saturasi fluida akan bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain dalam
reservoir, saturasi air cendrung untuk lebih besar dalam bagian batuan
yang kurang porous. Bagian struktur reservoir yang lebih rendah relatif
akan mempunyai Sw yang tinggi dan Sg relatif rendah hal ini disebabkan
oleh adanya perbedaan density dari masing-masing fluida.
2. Saturasi fluida akan berfariasi dengan kumulatif produksi minyak jika
minyak diproduksikan maka tempatnya direservoir akan digantikan oleh
air atau gas bebas sehingga lapangan yang memproduksikan minyak
saturasi fluidanya berubah secara kontinyu.
3. Saturasi minyak dan saturasi gas sering dinyatakan dalam istilah pori-pori
yang diisi oleh hidrokarbon, jika volume batuan V, ruang pori-porinya
adalah φ, V, maka ruang pori-pori yang diisi hidrokarbon adalah :
So.φ. V = (1-Sw) φ.V

Cara mendapatkan Sw dapat dengan cara mengkombinasikan antara


porositas (φ) dan resistivitas (Rt). Persamaannya :
𝑅𝑤
𝑆𝑤 2 = 𝐹. 𝑅𝑡 .......................................................................................3.14
Untuk penggunaannya dalam praktek diasumsikan bahwa :
1. R (dalam) = Rt (mengabaikan koreksi),
2. Formasi bersih (kandungan serpih < 5%),
3. Rw konstan,
4. Porositas = porositas hasil perhitungan
Data Rw didapat menggunakan rumus Archie :
𝑅𝑜
𝑅𝑤 = ..............................................................................................3.15
𝐹
Dimana :
Ro = Resistifitas (dalam) formasi kandungan air,
F = Faktor formasi

3.3.4. Faktor Volume Formasi Minyak (Bo)


Faktor volume formasi minyak (Bo) didefinisikan sebagai volume dalam
bbl reservoir yang ditempati oleh satu stock tank barel minyak dipermukaan
bersama-sama dengan gas yang terlarut didalamnya. Harga Bo selalu lebih besar
dari satu karena adanya pengembangan gas yang terlarut.
Kebalikan dari Bo adalah faktor penyusutan (shrinkage factor) yang sering juga
dipergunakan untuk penyusutan faktor volume minyak.
Ada dua proses pembebasan gas, yaitu :
1. Flash Liberation, adalah proses pembebasan gas dimana bila tekanan turun
gas masih bersentuhan dengan minyak, setelah kesetimbangan tercapai gas
dibebaskan dalam jumlah banyak dibandingkan differensial liberation.
2. Differential Liberation, adalah proses pembebasan gas dimana gas yang
terlarut dibebaskan secara kontinyu akibat penurunan tekanan gas segera
setelah dipisahkan dari minyak. Minyak hanya berada dalam kesetimbangan
tertentu bersama dengan gas dan tidak dengan gas yang telah dibebaskan. Jadi
selama proses ini berlangsung, komposisi total sistem akan terus berubah.
Kedua macam proses pembebasan gas ini merupakan kejadian yang
berlaku dalam pergerakan minyak dari dalam reservoir ke permukaan. Bila
tekanan reservoir lebih kecil dari tekanan gelembung (Pres < Pb), tetapi saturasi gas
dalam reservoir lebih kecil dari saturasi gas kritisnya (Sg < Sgc), maka gas bebas
akan tetap bersentuhan dengan minyak semula (flash process).
Sebaliknya bila gas yang dibebaskan sudah mencapai saturasi dari gas
kritisnya (Sg > Sgc), maka gas baru dapat mengalir dan meninggalkan minyak
semula (differential process). Sepanjang pipa produksi (tubing), pipa alir di
permukaan dan di separator akan terjadi proses pembebasan gas flash.
Standing melakukan perhitungan secara empiris :
Bo = 0.972 + 0.000147F+C .................................................................3.16

Dimana :
F = Rs (SG gas/SGo)0.5 + 1.25T
Bo = faktor volume formasi, BBL/STB
T = temperatur
Rs = kelarutan gas dalam minyak, SCF/STB
C = faktor konversi untuk penyesuaian dengan data di lapangan. Apabila
tidak tersedia data lapangan, gunakan harga C = 0

3.4. Logging
Dalam pekerjaan eksplorasi minyak dan gas bumi, logging merupakan
salah satu sumber data penting. Data log merupakan salah satu kriteria utama
sebagai dasar dalam proses pengambolan keputusan pada eksplorasi migas.
Metode Logging pada prinsipnya adalah pencatatan data sifat-sifat batuan
formasi, seperti sifat kelistrikan, radioaktifitas, cepat rambat gelombang suara dan
sebagainya kedalam bentuk grafik kedalam lubang bor. Grafik ini digunakan
untuk mengintepretasikan kondisi dari lubang bor atau formasinya untuk dapat
melakukan inteprestasi.
Logging memberikan data-data yang diperlukan untuk mengevaluasi
secara kuantitas banyaknya hidrokarbon di lapisan pada situasi dan kondisi yang
sesungguhnya. Kurva log memberikan informasi yang cukup tentang sifat batuan
dan fluida. Dari sudut pandang pengambilan keputusan, Logging adalah bagian
yang terpenting dari proses pemboran dan penyelesaian sumur, untuk
mendapatkan data log yang akurat dan lengkap.

3.4.1. Gamma Ray Log


Prinsip kerja dari gamma-ray log adalah sonde dari log sinar Gamma yang
terdiri dari beberapa detector yang mencatat emisi sinar Gamma yang dipancarkan
oleh formasi, kemudian ditransmisikan kepermukaan dengan kabel sebagai impuls
listrik dan dicatat sebagai fungsi dari kedalaman.
Kandungan radioaktif pada batuan shale umumnya lebih tinggi
dibandingkan dengan batuan lainnya, sehingga log sinar gamma akan dapat
membedakan lapisan-lapisan shale dengan jelas.
Untuk menghitung volume clay digunakan persamaan berikut :

𝐺𝑅𝑟𝑒𝑎𝑑−𝐺𝑅 𝑚𝑖𝑛
Vclay = .............................................................................3.17
𝐺𝑅 max − 𝐺𝑅 𝑚𝑖𝑛

Dimana :
GRread = besarnya harga gamma ray yang terbaca dari log lapisan
tertentu.
GRmax = gamma ray yang memiliki harga maksimum.
GRmin = gamma ray yang memiliki harga minimum.

3.4.2. Neutron Log


Neutron log pada dasarnya direncanakan untuk menentukan porositas total
batuan tanpa memandang apakah pori-porinya diisi hidrocarbon atau air formasi.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu menembakkan partikel neutron berenergi
tinggi kedalam formasi secara terus menerus dan konstan dari suatu sumber
radioaktif. Neutron merupakan partikel listrik yang netral dengan massa yang
hampir sama dengan massa atom hydrogen. Partikel neutron yang menembus
formasi akan bertumbukan dengan material-material formasi. Akibat tumbukan
ini neutron akan kehilangan sedikit energi, yang besarnya tergantung dari
perbedaan massa neutron dengan massa material formasi tersebut. Kehilangan
energi yang terbesar adalah pada saat neutron bertumbukan dengan material yang
memiliki massa hampir sama atau sama misalnya atom hidrogen.
Sampai kehilangan energi pada jumlah tertentu, maka neutron akan
menyebar secara tidak teratur didalam formasi tanpa mengalami kehilangan energi
lagi dan akhirnya dapat tertangkap oleh inti-inti batuan formasi seperti atom
hydrogen, chlorin, silikon dan sebagainya. Penangkapan partikel neutron (Gamma
ray capture) ini akan dapat dicatat oleh detector, yang terletak 20-18 inch dari
sumber radioaktif. Apabila kerapatan atom hydrogen (jumlah) dalam formasi
cukup tinggi maka hampir semua partikel neutron mengalami kehilangan energi
dan dapat ditangkap tidak jauh dari sumber radioaktifnya, akibatnya hanya sedikit
radiasi sinar gamma yang dicatat oleh detektor. Sebaliknya bila jumlah atom
hidrogen sedikit maka pertikel-pertikel nutron akan memancar lebih jauh kedalam
formasi sebelum ditangkap, sehingga kecepatan mencatat pada detektor akan
meningkat sesuai dengan jumlah atom hidrogen yang dijadikan dasar hubungan
antara jumlah sinar gamma yang dicatat oleh detektor per detik dengan
porositasnya. Bila jumlah sinar gamma yang dicatat tinggi berarti porositas batuan
tersebut cukup tinggi.
Neutron log mempunyai kedudukan yang penting pada penilaian formasi,
karena dapat diturunkan dalam semua jenis lumpur bor dan gas filled hole, serta
pada kondisi cased hole maupun open hole. Neutron log ini juga dapat digunakan
sebagai porosity tool pada batuan dengan porositas rendah sampai sedang, dan
dapat juga digunakan untuk korelasi batuan. Variasi ukuran lubang bor dan
casing, serta semen dibelakang casing akan mengurangi ketelitian pengukuran
neutron Log.
Porositas Neutron dapat dihitung menggunakan persamaan :
φN = (1,02 . φ N log) + 0,0425...............................................................3.18
Dimana :
φ N log = hasil pembacaan kurva neutron log
0,0425 = koreksi terhadap limeston formasi
Gambar 3.3.
Skematik Peralatan Neutron Log

Adanya shale dalam batuan akan memperbesar pembacaan harga porositas


batuan, oleh karena itu perlu adanya koreksi. Pengaruh adanya shale dalam batuan
formasi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
φNc = φ - (Vclay x φNclay) ....................................................................... 3.19
Dimana :
φNc = porositas kurva Neutron Log
φ = porositas batuan sebenarnya
Vclay = kandungan clay dalam batuan formasi
φNclay = pembacaan kurva neutron log pada formasi shale 100%

Karena neutron log mengukur porositas batuan tanpa memandang apakah


pori-pori tersebut berisi hydrocarbon atau air, maka neutron log dapat
digolongkan sebagai porosity tool.

3.4.3. Density Log


Density log disebut juga denga gamma ray log, tujuannya adalah untuk
menentukan porositas batuan formasi, dengan jalan mengukur densitas batuan.
Prinsip kerjanya adalah dengan jalan memancarkan sinar gamma dari sumber
radiasi sinar gamma yang diletakkan pada dinding lubang bor. Pada saat sinar
Gamma menembus batuan, sinar tersebut akan bertumbukkan dengan elektron
batuan tersebut, yang mengakibatkan sinar gamma akan kehilangan sebagian
energinya dan yang sebagian lagi akan dipantulkan kembali, yang kemudian akan
ditangkap oleh detektor yang diletakkan diatas sumber radiasi. Intensitas sinar
gamma yang dipantulkan tergantung dari densitas batuan formasi.
Berkurangnya energi sinar gamma tersebut sesuai dengan persamaan :
𝑁𝑜
𝐼𝑛 = 𝜌 𝑥 𝑘 𝑥 𝑆 .......................................................................... 3.20
𝑁𝑡
Dimana :
No = intensitas sumber energi
Nt = intensitas gamma yang ditangkap detektor
ρ = densitas batuan formasi
k = konstanta
S = jarak yang ditembus sinar gamma

Gambar 3.4.
Skema Rangkaian Dasar Density Log
Sinar gamma yang menyebar dan mencapai detector dihitung dan akan
menunjukkan besarnya densitas batuan formasi. Formasi dengan densitas tinggi
akan menghasilkan jumlah yang rendah pada detector. Yang ditentukan disini
sebenarnya adalah densitas elektron, yaitu jumlah elektron per cm3 batuan
formasi. Densitas elektron akan berhubungan dengan densitas batuan yang
sebenarnya, ρb yang besarnya tergantung pada densitas matrik, poritas dan
densitas fluida yang mengisi pori-porinya. Kondisi penggunaan yang baik untuk
density log adalah pada formasi yang densitasnya rendah dimana tidak ada
pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak dapat digunakan pada lubang bor
yang sudah dicasing (cased hole). Kurva density log hanya terpengaruh sedikit
oleh salinitas maupun ukuran lubang bor.
Kondisi optimum dari density log adalah pada formasi unconsolidated
sand dengan porositas antara 20-40%. Kondisi optimum ini akan diperoleh
dengan baik apabila operasi penurunan peralatan kedalam lubang bor, sehingga
pada rangkaian peralatan tersebut biasanya dilengkapi dengan spring.
Hubungan antara densitas batuan, density log dengan porositas dan lithologi
batuan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
𝜌𝑚𝑎 − 𝜌𝑏
φ= .................................................................................. 3.21
𝜌𝑚𝑎 − 𝜌𝑓

Dimana :
ρma = densitas matrik batuan, gr/cc
ρb = densitas batuan pada density log, gr/cc
ρf = density fluida rata-rata, gr/cc
= 1,0 – 1,1 gr/cc (mud filtrat)
Adanya pengaruh shale dalam batuan formasi dapat dinyatakan dalam
persamaan :
ρb = φ ρf + Vclay + ρclay + (1 – φ – Vclay) ρma .................................................. 3.22

Pada shale ini tidak terlalu besar apabila densitas shale tidak banyak
berbeda dengan densitas matriknya. Densitas matrik dari beberapa jenis batuan
dapat dilihat pada tebel dibawah ini, dimana untuk clean sandstone harga
densitasnya 2,65 gr/cc. Sedangkan densitas shale rata-rata 2,62 gr/cc.

Tabel III.1
Grain Density
Jenis batuan Densitas (gr/cc)

Anhydrite 2,95

Dolomite 2,85

Calcite 2,71

Limestone 2,70

Quartz 2,66

Kaolinite 2,63

Illite 2,76

Monmorillonite 2,00

Halite 1,17

Coal 1,00 – 1,80

Prosedur penentuan harga porositas density log adalah sebagai berikut :

a. Menentukan lapisan yang prospek.


b. Membaca besarnya ρb (bulk density) dari defleksi kurva density log untuk
setiap kedalaman yang dianalisa.
c. Menentukan jenis formasinya (ρma) dan jenis fluida pemboran (ρf) yang
digunakan.
d. Menentukan besarnya porositas density log ΦFDL dengan menggunakan
persamaan :
ΦFDL = ρma – ρb / ρma – ρf......................................................3.23

e. Menghitung Porositas Density Clay :


ρma−ρclay
φ Dclay = ...............................................................3.24
ρma− ρf
f. Menghitung besarnya ΦFDLcorr
ΦFDLcorr = ΦFDL – (Vclay × Φdclay)....................................3.25

Dimana :
Vclay = Volume clay dari gamma ray log.

Hubungan antara faktor formasi dan porositas adalah :


𝑎
𝐹= .................................................................................................. 3.26
∅𝑚
Dimana :
a = koefisien yang tergantung pada lithologi, berkisar antara 0,6 – 2;
m = faktor sementasi atau faktor liku-liku, tergantung dari jenis sedimen,
bentuk pori, macam sambungan pori serta jenis porositas dan
distribusinya dan juga pada kemampatan.

Nilai m bisa berubah antara 1 – 3, atau juga lebih. Untuk formasi


batupasir, sering digunakan rumus Humble :
0,62
𝐹= ..............................................................................................3.27
∅2,15
Dalam formasi tidak keras (soft), rumus yang digunakan adalah :
0,81
𝐹= ...............................................................................................3.28
∅𝑚

Dalam formasi padat atau keras, rumus yang digunakan adalah :


1
𝐹= ...............................................................................................3.29
∅𝑚

Sedangkan pada batuan karbonat dengan porositas rendah, m dihitung dengan


menggunakan rumus Shell :
m = 1,87 + (0,019/φ) ..............................................................................3.30
3.4.5. Resistivity Log
Log Resistivity merupakan Log elektrik yang digunakan untuk :
1. Mendeterminasikan kandungan fluida dalam batuan reservoir (hidrokarbon
atau air)
2. Mengidentifikasikan zona permeabel
3. Menentukan porositas

Tipe-Tipe Log Resistivity Log :


Ada tipe log yang digunakan untuk mengukur resistivitas formasi yaitu log
induksi dan Log elektroda.
1. Log Induksi
Peralatan log induksi terdiri dari satu atau lebih kumparan pemancar yang
mengemisikan arus bolak balik yang terbentuk menginduksikan arus sekunder
dalam formasi. Arus sekunder tersebut mengalir dengan tegak lurus terhadap suhu
lubang bor dan menghasilkan medan magnet yang menginduksikan sinyal-sinyal
pada kumparan penerima. Sinyal-sinyak yang diterima receiver sebanding dengan
resistivitasnya.
Tipe-Tipe log induksi :
 Short Normal : Log ini digunakan untuk mengukur resistivitas pada daerah
terinvasi (Rxo)
 Log Induksi : digunakan untuk mengukur resistivitas formasi
sesungguhnya (Rt)
 Dual Induction Focused Log : merupakan tipe log induksi modern. Log ini
mempunyai tiga peralatan yang mengukur harga Rt (Rild), Ri (Rilm), dan
Rxo (Rils) tipe log tersebut digunakan untuk formasi-formasi dengan
pengaruh invasi lumpur pemboran yang dalam.
2. Log Elektroda
Tipe-tipe log elektroda :
 Lateralog : didesain untuk mengukur Rt, karena log ini dicatat pada sumur
yang diisi salt Water Based Muds maka penentuan Rt tidak begitu
dipengaruhi oleh invasi.
 Microspherically Focused Log (MSFL) : merupakan log elektroda tipe
bantalan yang terfokuskan, digunakan untuk mengukur Rxo (Tahanan
pada (Flushed Zone)
 Microlog : merupakan log elektroda tipr bantalan yang terutama
digunakan untuk mendeteksi kerak lumpur. Ada dua pengukuran yang
dihasilkan microlog, yaitu : microlog normal (kedalaman pengukuran 3-4
inchi, mengukur Rxo), dan microlog inverse (kedalaman pengukuran 1-2
inchi, mengukur Rmc) adanya kerak lumpur pemboran menunjukkan
adanya invasi pada zona permeabel. Zona permeabel dicirikan oleh adanya
separasi positif pada microlog (Rxo > Rmc).
 Microlatera Log (MML) dan Proximity Log (PL) : MLL dan PL
merupakan elektroda tipe bantalan terfokuskan yang didesain intuk
mengukur Rxo. MLL hanya bisa bekerja dalam sumur yang diisi salt
water base muds, sedangkan PL dapat digunakan pada Fresh water base
muds.

Anda mungkin juga menyukai