Anda di halaman 1dari 25

UNDANG-UNDANG

KESELAMATAN KERJA
Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970
(Tambahan Lembaran Negara No. 1918)

Variasi Kesehatan akibat kerja


Prakerja Masa kerja Purna kerja

a
sehat sehat sehat

b
sehat sehat sakit sakit

c
sehat sehat meninggal

d
sehat sehat sehat sakit

Mana yang terbaik ?

1
LATAR BELAKANG
1. VEILIGHEIDS REGLEMENT 1910 (VR 1910, Stbl No. 406)
sudah tidak sesuai lagi
2. Perlindungan tenaga kerja tidak hanya di industri/
pabrik
3. Perkembangan teknologi/IPTEK serta kondisi dan
situasi ketenagakerjaan
4. Sifat refresif dan polisional pada VR. 1910 sudah tidak
sesuai lagi

PENGERTIAN
 Secara Etimologis : Memberikan upaya perlindungan
yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat
dan agar setiap sumber produksi perlu dipakai dan
digunakan secara aman dan efisien
 Secara Filosofi : Suatu konsep berfikir dan upaya nyata
untuk menjamin kelestarian tenaga kerja dan setiap
insan pada umumnya beserta hasil karya dan budaya
dalam upaya mencapai adil, makmur dan sejahtera
 Secara Keilmuan : Suatu cabang ilmu pengetahuan dan
penerapan yang mempelajari tentang cara
penanggulangan kecelakaan di tempat kerja

2
DASAR HUKUM - 1
Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD 1945

Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan

UU No.1 Tahun 1970

Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Khusus PP; Per.Men ; SE;

DASAR HUKUM
Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
UU No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai
ketenagakerjaan
Pasal 3
Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi
kemanusiaan
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama
Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindunggan tenaga kerja yang meliputi norma
keselamatan kerja, norma kesehatan kerja, norma kerja, pemberian ganti kerugian,
perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja

3
UU Ke-TK-an (baru)

Paragraf 5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama.
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja.
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan.

Penjelasan
Pasal 86
Cukup jelas
(2) Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan
untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh
dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
(3) Cukup jelas

4
 Pasal 87

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem


manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah

Penjelasan
 Pasal 87
(1) Yang dimaksud dengan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian risiko yang berkaiatan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif.
(2) Cukup Jelas

5
BAB XVI
Bagiaan Kedua
Sanksi Administratif
 Pasal 190
(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenai sanksi
administratif atas pelanggaran ketentuan-ketentuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15,
Pasal 25, Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), pasal
47 ayat (1), Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126
ayat (3), dan Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Pasal 190

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


berupa :
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara ssebagian atau seluruh alat
produksi;
h. pencabutan ijin.
(3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana
dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri

6
TUJUAN
• Tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas
keselamatan dalam pekerjaannya
• Orang lain yang berada di tempat kerja perlu
menjamin keselamatannya
• Sumber-sumber produksi dapat dipakai secara aman
dan efisien

Untuk melaksanakan tujuan dengan melalui :

1. Kampanye
2. Pemasyarakatan
3. Pembudayaan
4. Kesadaran dan kedisiplinan

RUANG LINGKUP
• Pertimbangan dikeluarkannya
• Landasan hukum UU No. 1 Tahun 1970
• Batang Tubuh
• Penjelasan

7
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA
BAB I - ISTILAH
Pasal 1
(1) Tempat kerja Unsur tempat kerja, ada :
1. Ruangan/ lapangan (1) Tenaga Kerja
2. Tertutup/ terbuka (2) Sumber bahaya
(3) Tempat/Usaha
3. Bergerak/ tetap
(2) Pengurus → pucuk pimpinan (bertanggung jawab/ kewajiban)
(3) Pengusaha
orang/ badan hukum yg menjalankan usaha atau tempat kerja
(4) Direktur
pelaksana UU No. 1/1970 (Kepmen No. 79/Men/1977)
(5) Pegawai pengawas
peg. Pengawas ketenagakerjaan dan spesialis
(6) Ahli Keselamatan Kerja
tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Depnaker

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA


BAB II - RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Tempat kerja, dalam wilayah hukum R.I :
a. Darat, dalam tanah
b. Permukaan air, dalam air
c. Udara
(2) Rincian tempat kerja, terdapat sumber bahaya yg berkaitan
dengan :
a. Keadaan mesin/ alat/ bahan
b. Lingkungan kerja
c. Sifat pekerjaan
d. Cara kerja
e. Proses produksi
(3) Kemungkinan untuk perubahan atas rincian tempat kerja

Catatan : peraturan pelaksana digolongkan untuk bidang teknis dan sektoral

8
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

Pasal 3
Syarat-syarat K3
(1) Arah dan sasaran yang akan dicapai melalui syarat-syarat K3
(2) Pengembangan syarat-syarat K3 di luar ayat (1) → IPTEK

Pasal 4

(1) Penerapan syarat-syarat K3 → sejak tahap perencanaan s/d


pemeliharaan (Perencanaan,Dibuat,Peredaran/Pengangkutan,
Pemasangan,Dipakai,Dipelihara,Pemusnahan)
(2) Mengatur prinsip-prinsip teknis tentang bahan dan produksi
teknis
(3) Kecuali ayat (1) dan (2) bila terjadi perkembangan IPTEK
dapat ditetapkan lebih lanjut

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA


Pasal 5

(1) Direktur sebagai pelaksana umum


(2) Wewenang dan kewajiban :
– Direktur (Kepmen No. 77/Men/1979)
– Peg. Pengawas (Permen No. 03/Men/1978 dan Permen No.
03/Men/1984)
– Ahli K3 (Permen No. 03/Men/1978 dan Permen No. 2/Men/1992)

Pasal 6 Panitia banding (belum di atur)

Pasal 7 Retribusi
Pasal 8
(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan TK
(2) Berkala → (permen No. 02/Men/1980 dan Permen No.
03/Men/1983)

9
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

Pasal 9 - Pembinaan
(1) Pengurus wajib menunjukan dan menjelaskan → TK baru
(2) Dinyatakan mampu dan memahami → pekerja
(3) Pengurus wajib → pembinaan
(4) Pengurus wajib memenuhi dan mentaati syarat-syarat K3

Pasal 10 - Panitia Pembina K3 (Permenaker No. 04/Men/1987)

Pasal 11 - Kecelakaan

(1) Kewajiban pengurus untuk melaporkan kecelakaan


(2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan (permen No.
03/Men/1998)

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA


Pasal 12 – Hak dan Kewajiban TK

a. Memberi keterangan yang benar (peg. Pengawas dan ahli K3)


b. Memakai APD
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat K3
d. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan syarat-syarat K3
e. Menyatakan keberatan kerja bila syarat-syarat K3 tidak dipenuhi
dan APD yang wajib diragukan

Pasal 13 – Kewajiban memasuki tempat kerja


Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja diwajibkan
mentaati K3 dan APD
Pasal 14 – Kewajiban pengurus
a. Menempatkan syarat-syarat K3 di tempat kerja (UU No.
1/1970 dan peraturan pelaksananya)
b. Memasang poster K3 dan bahan pembinaan K3
c. Menyediakan APD secara cuma-cuma

10
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA
Pasal 15 – Ketentuan Penutup

(1) Pelaksanaan ketentuan pasal-pasal di atur lebih lanjut dengan


peraturan perundangan
(2) Ancaman pidana atas pelanggaran :
• Maksimum 3 bulan kurungan atau
• Denda maksimum Rp. 100.000
(3) Tindak pindana tersebut adalah pelanggaran
Pasal 16
Kewajiban pengusaha memenuhi ketentuan undang-undang ini paling
lama setahun (12 Januari 1970)
Pasal 17
Aturan peralihan untuk memenuhi keselamatan kerja → VR 1910
tetap berlaku selama tidak bertentangan
Pasal 18
Menetapkan UU No. 1/ 1970 sebagai undang-undang keselamatan
kerja dalam LNRI No. : 1918 mulai tanggal 12 Januari 1970

PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970 - 1

 PERATURAN ORGANIK

• secara sektoral
• pembidangan teknis

11
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970 - 2

MGT SDM

BAHAN
LINGKUNGAN KERJA

AMAN Prod’s
FAKTOR
PERALATAN TEMPAT KERJA SEHAT
PENYEBAB

SIFAT PEKERJAAN
PROSES PRODUKSI

CARA KERJA KECELAKAAN

ANALISIS

PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970 - 3

• Secara sektoral
 - PP No. 19/1973
 - PP No. 11/ 1979
 - Per.Menaker No. 01/1978
 K3 Dalam Penebangan dan Pengaangkutan
Kayu
 - Per.Menaker No. 01/1980
 K3 Pada Konstruksi Bangunan

12
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970 - 4

• Pembidangan Teknis
 - PP No. 7/1973 - Pestisida
 - PP No. 11/ 1975 - Keselamatan Kerja Radiasi
 - Per.Menaker No. 04/1980 - APAR
 - Per.Menaker No. 01/1982 - Bejana Tekan
 - Per.Menaker No. 02/1983 - Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik
 - Per.Menaker No. 03/1985 - Pemakaian Asbes
 - Per.Menaker No. 04/1985 - Pes. Tenaga &
Prod.
 - Per.Menaker No. 05/1985 - Pes. Angkat &
Angkut

PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970 - 5

• Pembidangan Teknis
 - Per.Menaker No. 04/1998 - PUIL
 - Per.Menaker No. 02/1989 - Instalasi Petir
 - Per.Menaker No. 03/1999 - Lif Listrik

13
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970 - 6

Pendekatan SDM
- Per.Menaker No. 07/1973 - Wajib Latih Hiperkes
Bagi Dokter Perusahaan
- Per.Menaker No. 01/1979 - Wajib Latih Bagi
Paramedis
- Per.Menaker No. 02/1980 - Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja
- Per.Menaker No. 02/1982 - Syarat dan
Kwalifikasi Juru Las
- Per.Menaker No. 01/1988 - Syarat dan
Kwalifikasi Oparetor Pesawat Uap


PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970 - 7

• Pendekatan SDM

 - Per.Menaker No. 01/1979 - Syarat dan


 Kwalifikasi Operator Angkat dan Angkut
 - Per.Menaker No. 02/1992 - Ahli K3
 - Kep.Menaker No. 407/1999 - Kompetensi
 Tehnis Lif
 - Kep.Menaker No. 186/1999 - Pengorganisasian
 Penanggulangan Kebakaran

14
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970 - 8

Pendekatan Kelembagaan dan Sistem


- Per.Menaker No. 04/1987 - P2K3
- Per.Menaker No. 04/1995 - Perusahaan Jasa K3
- Per.Menaker No. 05/1996 - SMK3
- Per.Menaker No. 186/1999 - Pelaporan Kecelakaan

MANAJEMEN PENGAWASAN K3
UU KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970

 PENGAWASAN
 Bab IV Pasal 5

MENAKER
DIREKTUR

PEGAWAI AHLI PANITIA DOKTER


PENGAWAS
K3 BANDING PRSH P2K3

KANDEP/ LUAR - POLI PRSH PRSH


DINAS DEPNAKER -JASA KESEH

- INDUSTRI
PEMERINTAH SWASTA - JASA ----PJIT

15
Sistem Pengawasan K3
• Organisasi
• Peraturan
• Standar
• Pedoman
• Peralatan inspeksi
• Laboratorium uji
Kelembagaan
• Pem. Pertama
• Pem. Berkala
• Pem. Khusus
• Pem. Ulang

Mekanisme/ PENGAWASAN Personil


Prosedur
• Pemberitahuan pem. • Kebutuhan
• Pem. Lapangan • Rekruitmen
• Konfirmasi temuan • Diklat
• Nota pemeriksaan • Penempatan
• Tindakan hukum
• Laporan pem. Tata laksana
• Rencana kerja
• Laporan pengawasan
• Administrasi pengawasan

Sistem Pengawasan K3 Dalam Siklus Kebijakan


Kebijakan PENGAWASAN
Norma/ pengawasan Objek
Standar/ Makro / Pengawasan
Pedoman Mikro

Temuan

Tidak Norma Tdk


Sesuai
Norma Sesuai Sesuai

Baru NOTA

Tindakan
Biro Hukum hukum

Tripartitn
Laporan
as
Pimpinan
Menteri /
unit
Dirjen
pengawasan

16
PARADIGMA PENGAWASAN K3

1996 SMK3 PerMen. 05/1996 jo. Ps. 87 UU No.13/2003

1994 Fihak III PJK3 PerMen.04/1995

1992 AHLI K3 PerMen. 02/1992

1988 PJIT Uap KepMen. 1261/1988

1987 P2K3 PerMen. 04/1987

1970

Era VR 1910 Proses transformasi dari


rawing ke steering
Direct
Inspection Stakeholder Privatisasi inspeksi K3

K3
UU No.14/1969
UU No.13 /2003
P. 3, 9, 10

p. 86 p. 87
UU No.1/1970

UU No.1/1970 PP - SMK3

Tempat Kerja Tempat Kerja Perusahaan

a.l. : Per.Men. 05/1996


SMK3

17
Pasal 27 (2) UUD1945

Undang-undang
Ketenagkerjaan

Pasal 86 Pasal 87

• UU No.1/1970
• Per. Menaker No. 05/Men/1996 PP Penerapan
• Kep.Menaker No. Kep.19/Men/1997 SMK3

Sangsi pelanggaran

UU No.13 tahun 2003


Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas a. keselamatan dan kesehatan kerja
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sama yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-
nilai-nilai agama
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja
(3) Perlindungan sebagaiamana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan perundang-
perundang-undangan yang berlaku

Pasal 87

(1) Setiap perusahaan wajib menetapkan sistem manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan


kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah

18
10 Bab 12 Pasal 4 Lampiran
Bab I - Ketentuan Umum
Bab II - Tujuan Dan Sasaran SMK3
Bab III - Penerapan SMK3
Bab IV - Audit SMK3
Bab V - Kewenangan Direktur
Bab VI - Mekanisme Pelaksanaan Audit
Bab VII - Sertifikat K3
Bab VIII - Pembinaan Dan Penngawasan
Bab IX - Pembiayaan
Bab X - Ketentuan Penutup
Lampiran I : Pedoman Penerapan SMK3
Lampiran II : Pedoman Teknis Audit SMK3
Lampiran III : Formulir Laporan Audit
Lampiran IV : Ketentuan Hasil Penilaian Hasil Audit SMK3

19
PREVENTION OF MAJOR INDUSTRIAL
39
ACCIDENTS
ILO CODE OF PRACTISE
Geneva, International Labour Orgasnization, 1991
ISBN 92-2-107101-4

ILO CODE OF PRACTISE

40

 Peraturan/standar ILO berupa panduan praktis yang ditetapkan di


industri dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan-kecelakaan besar
seiring dengan kenaikan produksi, penyimpanan dan penggunaan
bahan berbahaya
 Tujuan panduan praktis adalah untuk memberikan arahan tentang
pengaturan administasi, hukum dan sistem teknis untuk pengendalian
instalasi bersiko tinggi yang dilakukan dengan memberikan
perlindungan kepada pekerja, masyarakat dan lingkungan dengan
mencegah terjadinya kecelakan besar yang mungkin terjadi dan
meminimalisasikan dampak dari kecelakaan tersebut
 Penerapan panduan praktis dilakukan pada instalasi beresiko tinggi
yang diidentifikasikan dengan keberadaan zat-zat berbahaya yang
membutuhkan perhatian tinggi.

20
ILO CODE OF PRACTISE

41

 Instalasi beresiko tinggi berdasarkan jenis dan kuantitasnya menurut


panduan praktis:
 Industri kimia dan petrokimia
 Industri penyulingan minyak
 Instalasi penyimpanan gas alam cair (LNG)
 Instalasi penyimpanan gas dan cairan yang mudah terbakar
 Gudang bahan-bahan kimia
 Instalasi penyulingan air bersih dengan menggunakan klorin
 Industri Pupuk dan Pestisida
 Instalasi beresiko tinggi berdasarkan jenis dan kuantitasnya diluar
cakupan panduan praktis:
 Instalasi Nuklir
 Pangkalan Militer (instalasi biologi, nuklir dan kimia serta pusat
persenjataaan)

ILO CODE OF PRACTISE

42

 Instalasi beresiko tinggi adalah instalasi industri permanen atau


sementara, yang menyimpan, memproses atau memproduksi zat-zat
berbahaya dalam bentuk dan jumlah tertentu menurut peraturan yang
berlaku yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya kecelakaan
besar.
 Identifikasi bahan berbahaya menurut jenis dan tingkat kuantitas
ambang terjadinya kecelakaan besar
 Bahan kimia sangat beracun : methyl isocyanate, phosgene
 Bahan kimia beracun: acrylonitrile, ammonia, chlorine, sulphur
dioxide, hydrogen sulphide, hydrogen cyanide, carbon disulphide,
hydrogen fluoride, hydrogen chloride, sulphur trioxide
 Gas dan cairan mudah terbakar
 Bahan peledak: ammonium nitrate, nitroglycerine, C4, PETN, TNT

21
ILO CODE OF PRACTISE

43

 Alur informasi pada instalasi beresiko tinggi


 Manajemen keseluruhan instalasi beresiko tinggi harus melaporkan secara
rinci aktifitasnya kepada pihak yang berwenang
 Laporan keselamatan kerja instalsi beresiko tinggi harus disiapkan oleh
manajemen dan berisi informasi teknis tentang disain dan cara kerja
instalasi, penjelasan rinci manajemen keselamatan kerja dalam instalasi,
informasi tentang bahaya dari instalasi secara sistematis, teridentifikasi dan
terdokumentasi serta informasi tentang bahaya kecelakaan dan ketentuan
keadaan darurat yang akan mengurangi dampak dari kecelakaan yang akan
terjadi.
 Semua informasi khususnya yang berkenaan dengan instalasi beresiko tinggi
harus disediakan bagi para pihak yang berkepentingan.
 Informasi keselamatan kerja yang tepat khususnya pada instalasi beresiko
tinggi dikomunikasikan melalui pelatihan kepada pekerja, dan dapat
digunakan untuk persiapan pekerjaan dan pengendalian dalam keadaan
darurat.

ILO CODE OF PRACTISE

44
 Audit Instalasi beresiko tinggi
 Instalasi beresiko tinggi diaudit oleh manajemen audit yang ditunjuk
pemegang otoritas sesuai dengan ketentuan yang berlaku di wilayah
instalasi itu berada
 Audit mencakup identifikasi kejadian tidak terkendali yang memicu
timbulnya kebakaran, ledakan atau terlepasnya zat-zat beracun
 Audit mencakup estimasi potensi bahaya sebagai konsekuensi dari ledakan,
kebakaran maupun terlepasnya zat-zat beracun
 Audit mempertimbangkan potensi efek lanjutan yang terjadi pada instalasi
beresiko tinggi lainnya yang ada disekitarnya
 Audit mempertimbangkan kesesuaian pengukuran keselamatan kerja yang
digunakan dalam identifikasi kemungkinan terjadinya bahaya untuk
menjamin validitas hasil audit itu sendiri
 Audit memperhitungkan analisa resiko secara menyeluruh dari keterkaitan
antara kecelakaan besar yang mungkin timbul dengan letak instalasi
beresiko tinggi itu sendiri.

22
ILO CODE OF PRACTISE

45
 Manajemen pengendalian resiko kecelakaan dan pengamanan pada instalasi beresiko
tinggi meliputi:
 Disain, fabrikasi dan penginstalasian pabrik yang aman, termasuk penggunaan
komponen peralatan bermutu tinggi
 Pemeliharaan pabrik secara rutin

 Pengoperasian pabrik sesuai prosedur yang berlaku

 Pengelolaan keselamatan lingkungan kerja secara baik

 Inspeksi secara rutin terhadap keseluruhan instalasi yang diikuti dengan perbaikan atau
penggantian komponen peralatan yang dibutuhkan
 Pengawasan rutin terhadap keamanan dan sistem pendukungnya

 Ketersediaan dan inspeksi rutin peralatan keselamatan kerja yang dapat digunakan
dalam kondisi darurat
 Analisa bahaya dan resiko yang terjadi akibat kerusakan komponen peralatan,
pengoperasian instalasi yang abnormal, faktor kesalahan manusia dan manajemen,
pengaruh kecelakaan yang terjadi di sekitar instalasi, bencana alam, tindakan
kejahatan dan sabotase
 Analisa komprehensif terhadap modifikasi peralatan dan instalasi baru

 Penyebaran informasi dan pelatihan keselamatan kerja bagi setiap pekerja pada
instalasi tersebut
 Penyebaran informasi secara berkala kepada masyarakat yang tinggal atau bekerja di
sekitar lokasi instalasi industri

ILO CODE OF PRACTISE

46

 Analisa Bahaya dan Resiko meliputi:


 Identifikasi bahan beracun, reaktif dan eksplosif yang
disimpan, diproses atau diproduksi
 Identifikasi kegagalan potensial yang dapat
menyebabkan kondisi pengoperasian abnormal dan
menimbulkan kecelakaan
 Analisa konsekuensi dari kecelakaan yang terjadi
terhadap pekerja dan masyarakat sekitar
 Tindakan pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan

23
ILO CODE OF PRACTISE

47

 HAZOP (an example of Hazard and Risk Analysis)


 Identifikasi penyimpangan/deviasi yang terjadi pada
pengoperasian suatu instalasi industri dan kegagalan
operasinya yang menimbulkan keadaan tidak terkendali
 Dilakukan pada tahap perencanaan untuk instalasi industri baru
 Dilakukan sebelum melakukan modifikasi peralatan atau
penambahan instalasi baru dari instalasi industri lama
 Analisa sistematis terhadap kondisi kritis disain instalasi
industri, pengaruhnya dan penyimpangan potensial yang terjadi
serta potensi bahayanya
 Dilakukan oleh kelompok para ahli dari multi disiplin ilmu dan
dipimpin oleh spesials keselamatan kerja yang berpengalaman
atau oleh konsultan pelatihan khusus

ILO CODE OF PRACTISE

48

 Perencanaan Keadaan Darurat


 Bertujuan untuk melokalisasi bahaya dan meminimalisasi dampaknya
 Identifikasi jenis-jenis kecelakaan yang potensial
 On site emergency
 Perencanaan keadaan darurat didasarkan pada konsekuensi yang timbul dari kecelakaan besar
yang potensial
 Penanganan keadaan darurat dilakukan tenaga penanggulangan kecelakaan dalam jumlah yang
cukup
 Perencanaan keadan darurat merupakan uji dan pengidentifikasian kelemahan instalasi industri
yang akan secepatnya diperbaiki
 Antisipasi bahaya dengan memperhatikan: kekerapan terjadinya kecelakaan, hubungan dengan
pihak berwenang di luar lokasi, prosedur menghidupkan tanda bahaya, komunikasi internal dan
eksternal instalasi serta lokasi dan pola pengaturan dari pusat pengelola gawat darurat
 Fasilitas penanganan keadaan darurat: telepon, radio dan alat komunikasi internal-eksternal yang
memadai, peta yang menunjukan keberadaan bahan berbahaya, alat penunjuk arah dan
pengukur kecepatan angin, alat penyelamatan diri, daftar lengkap pekerja, ...
 Off site emergency
 Perencanaan disiapkan oleh dan merupakan otoritas yang kompeten yang diatur melalui
kebijakan, peraturan atau perundangan.
 Perencanaan ini merupakan antisipasi dari bahaya dalam skala besar dan penanganannya terkait
dengan otoritas lokal penanggulangan kecelakaan
 Perencanaan didasarkan pada informasi atas konsekuensi yang timbul dari kecelakaan besar
yang potensial

24
ILO CODE OF PRACTISE

49

 Konsultan Keselamatan Kerja


Tugas dan wewenang:
 Membuat analisa bahaya dan resiko serta mempersiapkan laporan
keselamatan kerja bekerjasama dengan manajemen audit
 Menetapkan garis besar disain dan operasi instalasi industri yang aman,
serta pengaplikasiannya dalam desain peralatan, proses kendali,
pengoperasian secara manual, ...
 Menganalisa konsekuensi dari kecelakan potensial dengan permodel
dampak potensialnya
 Menetapkan penanganan keadaan darurat on site dan perencanaan
keadaan darurat off site
 Melakukan pelatihan pada pekerja

SEKIAN…TERIMA KASIH

25

Anda mungkin juga menyukai