Anda di halaman 1dari 2

Sebuah studi menyimpulkan bahwa klirens laktat awal 9dalam 6-12 jam pertama setelah henti

jantung0 merupakan prediksi untuk hasil yang baik pada pasien ‘theraupetic hypothermia”. Studi
lainnya melaporkan rendahnya laktat pada 12-24 jam setelah ROSC berhubungan dengan
menurunannya mortalitas. Bagaimanapun, bermacam-macam hasil studi yang dialporkan masih
tetap susah untuk dibuat sebagai keputusan tetpa berdasar level serum laktat.

Imaging

Ada beberapa neuroimaging yang digunakan dalam kerusakan otak post-anoxic setelah henti
jantung pada oasien yang dapat bertahan dan dapat menunjukkan penyembuhan jangka panjang
pada neuron yait CT, MRI dan PET.

Hal 175

Studi yang ada dengan 62 pasien henti jantung yang dapat bertahan yang ditangani dengan
‘theraupetic hypothermia’ yang juga mengalami tes prognostic dengan nse dan ssEPs menunjukkan
sebuah optimalisasi pada nilai awal ntuk GWR <1,16 yang memprediksi hasil atau keluaran yang
kurang dengan spesifitas 100% dan sensibiltas 38%. Jika skurang-kurang 2/3 parameter yang
digunakan sensibilitas akan naik dari 43% ke 53%. M------ (2017) melaporkan secara umum bahwa CT
otak diprediksi dengan hasil yang rendah atau kurang yaitu edema. Spesifitas 98,4% (95%Cl:94,3-
99,6) dan 33,65 sensifitasnya (95% Cl:28,1-39,5) sensitivitas NSE yait 61,5-64,8% dan spesifik 95,7%
(95%cl;89,5-98,4). Kombinasi ambilan dari NSE >38ng/ldan keselruhan CT otak menunjukkan hasil
yang rendah dengan 46,0% (95%Cl:36,5-55,8) dengan positif(positif mrni). NSE tinggi pada pasien
dengan edema anasarka. Karena adanya variasi CT otak, pembatasan kuran dan metode ajaran yang
dibandingkan pada indeks penetuan prognosis yang lama.

The european resuscitation Council Guideline tidak merekomendasikna penggunaan Ct otak sebagai
alat prognosis tunggal untuk pasien henti jantung yang selamat.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Keuntngan mri dibanding CT yaitu sensitivitas yang tinggi untuk identifikasi kerusakan otak,
bagaimanapun dapat digunakan untuk permasalahan pada pasien yang tidak stabil.

Neuronal cytotoxic edema pada mRI sangat optimala untuk dideteksi dengan menggnakan Diffusion-
weighted imaging (DWI). Pada kerusakan yang berat, dengan DWI dapat dikur secara kuantitas
dengan menggunakan Apparent diffusion coefficient (ADC) yang dikalkulasikan degan menambahkan
signal T2 dari sekuens DWI dan hal ini menunjukkan manfaat dalam mendeteksi kerusakan awal
pada iskemik setelah henti jantung normal hitungan ADC antara 700 dan 860x10-6mm2s-1.

Penurunan ADC lebi dari 31% yang berhubungan dengan hasil yang burk dalam kerusakan post-
anoxic brain setelah henti jantung.

Studi yang telah ada menyarankan DWI 98,5% untuk memprediksi rendahnya hasil yang buruk dalam
pasien henti jantung tapi hanya 46,2% yang spesifik.
Studi lainnya menunjukkan bahwa kantitas spesifik niali ADC meningkat untk memprediksi bruknya
hasil sampai 100% untuk memelihara sensifitas tinggi. Pada studi ini awal hilangan ADC membantu
perbedaan pasien selamat dan yang tidak selamat dan menyediakan informasi lebih lanjt tentang
derajat kerusakan saraf yang tidak teratasi pada pasien. Dwi hanya akurat 2-5 hari pada psien henti
jantng ini yang membatasi penggunaan mri yang dibandingkan dengan prognosis lain.

T2 wieghted mri standar dalam hubungan dengan indeks prognosis lain menunjkkan manfaat baik
untk memprediksi perbaikan jangka panjang pad apasien yang terbnagun dari kma.

Pada tambahan skala hitungan ADC, indeks kuantitas baru berdasarkan pada DTI dapat diukur dalam
integritas ‘lebih matur”. DTI kemungkinan dapat lebih akurat memprediksi fungsional jangka panjang
daripada ADC. Penggunaan DTI dan ADC dapat digunakan pada 3-5hari setelah henti jantung.

Perhitungan level oksigenasi dara(blood oxygenation level dependent=BOLD) pada fMRI dapat
ditemkan hubungannnya dengan aktivitas metabolik dan fngsi otak).

Ini dapat membantu memprediksi level kesadaran dan derajat penyembuhan saraf setelah henti
jantung.

Positron Emission Tomography (PET)

Positron emission tomography (PET) adalah neuroimaging yang dapat menampilkan perubahan pada
metabolisme otak. Pada iskemia, penurunan metabolisme glukosa dihubungkan dengan kerusakan
otak yang luas. Perubahan konsumsi glukosa mengindikasikan terjadi fungsi yang tidak aktif atau
kerusakan otak yang permanen. Cerebral metabolic rate of oxygen (cMRO2) yang ada pada scan PET
dapat digunakan sebagai evaluasi untk megatur kerusakan otak akibat iskemik. Penurunan
metabolisme oksigen pada pasien dengan aktivitas saraf yang menurun dapat diprediksi berdasarkan
perhitungan fraksi oksigen pada akhir pengobatan hypothermia. Penggunaan PET sebagai alat
pembuat prognosis setelah henti jantung termasuk sangat mahal, hanya pada RS tertentu, sulit
untuk interprestasi, sangat sedikit dipelajari, sedikit saja penelitian yang dibandingkan dengan alat
pembuat prognosis lain.

Anda mungkin juga menyukai