Sejak tahun 1995 , Ikatan Ahli Pracetak dan Prategang Indonesia( IAPPI ) sudah
mensyaratkan untuk memenuhi persyaratan beberapa minimal proses yang harus
dipenuhi sebelum sistem direkomendasikan untuk digunakan antara lain :
1 . Desain sistem pracetak, komponenisasi, koneksi, dan metode konstruksi.
2 . Pengujian dan pemodelan untuk menentukan sifat intrinsik sistem pracetak
3 . Seminar untuk diseminasi, diskusi dan masukan untuk perbaikan
4 . Membuat mock - up
5 . Membuat rencana kegiatan (sebelum pelaksanaan proyek)
Mengimplementasikan rencana
6 . Pemantauan hasil kerja secara teratur.
7 . Analisis penyebab penyimpangan ( biaya , waktu atau kualitas )
Untuk bangunan gedung, saat ini penggunaan komponen dan sistem
beton pracetak sudah mulai populer. Sistem ini terutama sangat unggul
jika diterapkan pada bangunan modular seperti rumah susun, baik
rusunawa maupun rusunami (Nurjaman,2008). Untuk rumah sederhana,
sistem pracetak banyak digunakan untuk mendukung rekonstruksi gempa
di Aceh (2004 – 2009). Beberapa produk yang memerlukan penelitian
khusus di Indonesia dalam pengembangannya disampaikan sebagai
berikut :
Komponen grid floor untuk slab dikembangkan pada tahun 1990, sebagai
alternatif dari sistem hollow core yang saat itu masih menggunakan mesin
pembuat lubang yang masih impor, sehingga dapat dihasilkan produk yang
lebih murah.
Sistem pracetak untuk bangunan tahan gempa bertingkat medium (4 – 6
lantai), mulai diteliti dan dikembangkan sejak pemerintah mulai melakukan
program pembangunan rumah susun sederhana sewa secara massal pada
tahun 1995. Pemerintah mendorong penggunaan sistem pracetak dalam
negeri, dengan melakukan alih teknologi pada tahun 1995 di rusunawa
Cengkareng Jakarta, yang dilanjutkan dengan penelitian sistem pracetak
tahan gempa.hasil inovasi industri pracetak dalam negeri sejak tahun 1996
di Puslitbangkim PU. Sistem-sistem ini telah teruji secara aktual pada
beberapa kejadian gempa kuat di Yogjakarta (2006), Sumatera Barat
(2007), Jawa Barat (2009), dan Padang (2009) (Nurjaman,2010). Saat ini
telah 525 blok (51.389 unit) rusunawa yang dibangun menggunakan sistem
pracetak.
Pada tahun 2006, Pemerintah mengeluarkan kebijakan percepatan
pembangunan rumah susun sederhana, dengan konsep rumah susun
bertingkat tinggi sampai 20 lantai, yang dikenal dengan program 1000
Tower. Penelitian lalu diarahkan untuk menguji sistem pracetak untuk
bangunan bertingkat tinggi mulai tahun 2007 di Puslitbangkim. Sistem ini
pertama kali diterapkan pada pembangunan rusunami 16 lantai di
Pulogebang, Jakarta.
Curing 2 hari
Rangkai besi
beton
Angkut ke
Stock Yard
No Cek No (Beton umur 2 hari )
Bekisting
& Besi
FINISH
A
Langkah-langkah pembuatan kolom precast:
Pembesian kolom.
Penyetelan bekisting.
Pekerjaann Minyak bekisting
Penyetelan besi dalam bekisting .
Pemasangan sparing lubang grouting dan besi kolom.
Pengecoran.
Setelah 24 jam, bekisting dibuka dan kolom precast
dipindahkan ke stock yard.
Langkah-langkah pembuatan Balok precast:
Pembuatan lantai kerja berupa cor beton K225 finish di trowel agar rata dan licin diatas tanah yang
telah dipadatkan.
Pembuatan bekisting dengan tinggi dan panjang bekisting sesuai dengan tinggi dan panjang balok
maksimum, sehingga bekisting tersebut dapat digunakan untuk mencetak balok dengan berbagai
ukuran.
Pengaturan bekisting pada lantai kerja. Kemudian bekisting diolesi pelumas/ minyak bekisting.
Pemasangan rangkaian besi tulangan balok kedalam bekisting. Agar tulangan geser (begel) tidak
berkelok-kelok, perlu dibuat mal sebelum balok dicor. Mal dapat berupa besi tulangan yang cukup
kaku, diikat kuat pada sisi atas tulangan geser. Setelah balok dicor, besi tulangan tersebut dilepas.
Jumlah beton decking juga harus memadai dengan posisi yang tepat agar rangkaian besi tulangan
tidak miring.
Pengecoran. Pada saat pengecoran, perlu memakai mal yang tebuat dari triplex untuk meratakan
permukaan atas balok. Mal ini sangat perlu terutama untuk balok yang tingginya kurang dari tinggi
bekisting.
Setelah 24 jam, balok diangkat menggunakan tower crane dan dipindahkan ke stock yard.
Langkah-langkah pembuatan pelat precast:
Pembuatan bekisting pelat dari baja profil siku ukuran 70.70.5. pemakain
holoow ---40.60.2 (agar tidak melintir dan mempermudah pekerjaan).
Pembuatan lantai kerja berupa cor beton K225 dengan ditrowel untuk
mendapatkan permukaan yang licin dan rata. Lantai kerja berada diatas tanah
yang sudah dipadatkan.
Lantai bekisting pelat berada langsung diatas yang sudah diolesi minyak
bekisting.
Merangkai besi tulangan pelat.
Meletakkan dan mengatur besi tulangan pelat di dalam bekisting.
Pengecoran.
Setelah pengecoran 24 jam, kemudian pelat diangkat dan dipindahkan dari
workshop ke stock yard dengan menggunakan Tower crane.
Langkah-langkah erection kolom :
Menentukan As kolom pada area yang telah ditentukan.
Mempersiapkan marking dimensi kolom sebagai acuan untuk
meletakkan komponen kolom precast supaya presisi.
Meletakkan kolom precast sesuai marking yang telah ditentukan
dengam dibantu alat crane dan di setting dengan bantuan bracing
sampai didapat settingan kolom yang lot.
Sebelum pengecoran/ grouting dilakukan penutupan celah antara
kolom dan pelat lantai agar grouting tidak bocor.
Kemudian dilakukan grouting dengan material non shrinkage.
Langkah-langkah erection balok dan penyambungan
kolom dengan balok:
Menentukan As balok dan kolom.
Balok diletakan diatas kepala kolom.
Pemasangan pipa support pada balok precast.
Pemasangan beksiting kepala kolom.
Pemasangan tulangan geser pada joint balok dan
kolom.
Permukaan beton precast diolesi bonding agent.
Pengecoran joint ditambahkan dengan tonic beton.
Langkah-langkah erection (pemasangan) pelat:
Pelat diletakkan diatas balok.
No Item Jumlah/Komponen
1 Cetakan Kolom 18
2 Cetakan Balok 42
3 Cetakan Pelat 32
1 Kolom 18 1 Kolom 24
2 Balok 42 2 Balok 35
3 Pelat 25 3 Pelat 22
WAKTU ERECTION KOLOM
Waktu Rata-rata (menit )
8.400
8.201
8.200
8.017
7.974
8.000 7.896 7.900
7.760 7.780
7.800
7.583 7.575 7.566
7.600
7.400 7.324
7.200
7.000
6.800
lantai lantai 2 lantai 3 lantai 4 lantai 5 lantai 6 lantai 7 lantai 8 lantai 9 lantai 10 waktu
dasar rata-rata
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa dari lantai Dasar sampai lantai 10. Bahwa lamanya waktu
erection kolom dari lantai dasar, 2, 4, 5, dan lantai 6 mengalami peningkatan. Tetapi pada lantai 3
mengalami penurunan, hal ini dikarenakan adanya pergantian tenaga kerja yang ahli dan persiapan
erection yang matang (pelurusan besi stek). Sedangakan erection pada lantai 7-10 mengalami
penurunan hal ini dikarenakan tidak sulitnya pemasukan besi stek ke sepatu komponen karena dia
besi kecil (D19) dibandingakn lantai 6 ke bawah (D22). Range waktu rata-rata erection kolom adalah
dari 7.324 menit – 8.201 menit . Sedangakan Range waktu rata-rata pada penelitian 2007 adalah dari
19.0516 - 30.485 menit.
7.760 7.900
8.000 7.566 7.637
7.324
7.000
6.000
5.000
3.000
Indeks
2.000 1.033 1.018
1.026 1.026
1.000
0.000
lantai 7 lantai 8 lantai 9 lantai 10 rata-rata
Indeks kenaikan perlantai adalah indeks kenaikan terhadap lantai sebelumnya. Misalnya :
indeks kenaikan lantai 7 adalah indeks kenaikan lantai 7 terhadap lantai 6 dst.
INDEKS KENAIKAN LANTAI
PADA KOMPONEN KOLOM
1.100
1.080 1.079
1.060 1.060
1.040
1.033
1.020
0.960
Lan. lan.2 lan.3 lan.4 lan.5 lan.6 lan.7 lan.8 lan.9 lan.10
dasar
Indeks kenaikan lantai adalah indeks kenaikan terhadap lantai 1. Misalnya : indeks
kenaikan lantai 7 adalah indeks kenaikan lantai 7 terhadap lantai 1.
WAKTU ERECTION BALOK
Waktu Rata-rata (menit )
7.800
7.616
7.600 7.514
7.436
7.345
7.400 7.254
7.213
7.154
7.200 7.080
7.000
6.835 6.827
6.800
6.600
6.419
6.400
6.200
6.000
5.800
lantai 2 lantai 3 lantai 4 lantai 5 lantai 6 lantai 7 lantai 8 lantai 9 lantai 10 lantai waktu
Dak rata-rata
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa dari lantai Dasar sampai lantai Dak.
Bahwa lamanya waktu erection balok dari lantai 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10 dan Dak
mengalami peningkatan. Tetapi pada lantai 4 dan 5 mengalami penurunan, hal ini
dikarenakan adanya pergantian tenaga kerja yang ahli. Range waktu rata-rata
erection balok adalah dari 6.419 menit – 7.616 menit . Sedangakan Range waktu
rata-rata pada penelitian 2007 adalah dari 7.4467 menit s/d 12.65 menit.
8.000 7.514 7.616
7.345 7.436 7.396
7.213 7.254
7.000
6.000
5.000
4.000
waktu
rata-rata
3.000
Indeks
2.000
1.006 1.013 1.012 1.010 1.014 1.011
1.000
0.000
lantai 6 lantai 7 lantai 8 lantai 9 lantai 10 lantai Dak rata - rata
Indeks kenaikan perlantai adalah indeks kenaikan terhadap lantai sebelumnya. Misalnya :
indeks kenaikan lantai 7 adalah indeks kenaikan lantai 7 terhadap lantai 6.
INDEKS KENAIKAN LANTAI
PADA KOMPONEN BALOK
1.07
1.06
1.056
1.05
1.04 1.042
1.03 1.031
1.02 1.018
1.01
1.006
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.000
0.99
0.98
0.97
Indeks kenaikan lantai adalah indeks kenaikan terhadap lantai 1. Misalnya : indeks
kenaikan lantai 7 adalah indeks kenaikan lantai 7 terhadap lantai 1.
WAKTU ERECTION PELAT
Waktu Rata-rata (menit )
10.500 10.390
10.170
10.024 10.011
10.000 9.837
9.753 9.721
9.640
9.500
9.201 9.158
9.027
9.000
8.500
8.000
lantai 2 lantai 3 lantai 4 lantai 5 lantai 6 lantai 7 lantai 8 lantai 9 lantai 10 lantai Dak waktu
rata-rata
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa dari lantai 2 sampai lantai 10. Bahwa
lamanya waktu erection pelat dari lantai 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10 dan Dak mengalami
peningkatan. Tetapi pada lantai 5 dan 7 mengalami penurunan, hal ini dikarenakan
adanya pergantian tenaga kerja yang ahli. Range waktu rata-rata erection pelat
adalah dari 9.027 menit – 10.390 menit . Sedangakan Range waktu rata-rata pada
penelitian 2007 adalah dari 5.9 - 8.389 menit.
12.00
10.170 10.390
9.837 10.011 10.010
9.640
10.00
8.00
6.00
waktu rata-
rata
4.00
Indeks
2.00
1.020 1.018 1.016 1.022 1.019
0.00
lantai 7 lantai 8 lantai 9 lantai 10 lantai Dak rata - rata
Indeks kenaikan perlantai adalah indeks kenaikan terhadap lantai sebelumnya. Misalnya :
indeks kenaikan lantai 8 adalah indeks kenaikan lantai 8 terhadap lantai 7.
INDEKS KENAIKAN LANTAI
PADA KOMPONEN PELAT
1.10
1.08 1.078
1.06
1.055
1.04 1.038
1.02 1.020
0.98
0.96
lan.2 lan.3 lan.4 lan.5 lan.6 lan.7 lan.8 lan.9 lan.10 lan.dak
Indeks kenaikan lantai adalah indeks kenaikan terhadap lantai 1. Misalnya : indeks
kenaikan lantai 8 adalah indeks kenaikan lantai 8 terhadap lantai 1.
12.000
10.39
10.17
10.01
9.64 9.84
10.000
7.76 7.90
8.000 7.57 7.44 7.51 7.62
7.21 7.25 7.32 7.35
Balok
6.000 Kolom
Pelat
4.000
2.000
1.025
1.019
1.020
1.015 1.011
1.010
1.005
1.000
Balok Pelat Kolom
1.100
1.060
1.060 1.055
1.056
1.038
1.040 1.042
1.033
1.031
Kolom
1.020 1.020 Balok
1.018
Pelat
1.006
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
1.000 1.000 1.000
1.000 1.000 1.000 1.000
1.000 1.000
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
0.980
0.960
lan.dasar lan.2 lan.3 lan.4 lan.5 lan.6 lan.7 lan.8 lan.9 lan.10 lan.Dak
(1) SISTEMATIK
(2) KELALAIAN
(3) ANSIGNIFIKAN
Seringnya waktu pengecoran meleset dari suplier beton.(Mobil readymix tidak
datang tepat waktu permasalahan performa suplier). Jadwal pengecoran
direncanakan mulai dari jam 10 malam dan selesai jam 1 pagi. Tetapi pada
kenyataannya pengecoran baru dimulai jam 11 atau 12 malam dan selesai jam
02:00 pagi. Dan pengecoran beton selanjutnya harus menunggu kedatangan
mobil readymix 2-3 jam setelah pengecoran selesai. Jumlah volume rata-rata
pengecoran/hari dilapangan 20-30 m3, sehingga pengecoran beton selesai
sampai dengan jam 9-10 pagi.(1)
Penempatan cetakan kolom yang kurang efektif.(2)
Pemadatan beton dengan menggunakan vibrator tidak merata pada saat
pengecoran, sehingga beton keropos karena kuranganya perform dari pekerja.
Sehingga perlu dilakukan perbaikan.( kurang lebih 25 komponen dari
pengamatan pada saat produksi kolom lantai 8-10 ).(2)
Minyak bekisting menjadi kering akibat interval kedatangan mobil readymix yang
tidak sesuai dengan jadwal sehingga pada saat pembongkaran
cetakan/demoulding menjadi agak susah dan lama. Dan lamanya proses
pembongkaran komponen dari cetakan yang lebih dari 2 hari setelah
pengecoran.(kurang lebih 15% komponen kolom dari hasil pengamatan
pengamatan dilapangan ).(2)
Titik angkat kolom precast tercor sampai setengah bagian
sehingga menyulitkan pekerja saat demoulding (20%
komponen kolom dari pengamatan dilapangan)(2).
Tidak presisinya besi as kolom pada saat pengecoran
joint, sehingga besi steck kolom harus diluruskan
terlebih dahulu(dipukul) agar kolom diatas berada di
As(30% komponen dari pengamatan dilapangan). Jadi
sebaiknya besi stek kolom harus di mal sebelum joint di
cor.(1)
Seringnya waktu pengecoran meleset dari suplier beton.(Mobil readymix tidak
datang tepat waktu permasalahan performa suplier). Jadwal pengecoran
direncanakan mulai dari jam 10 malam dan selesai jam 1 pagi. Tetapi pada
kenyataannya pengecoran baru dimulai jam 11 atau 12 malam dan selesai jam
02:00 pagi. Dan pengecoran beton selanjutnya harus menunggu kedatangan
mobil readymix 2-3 jam setelah pengecoran selesai. Jumlah volume rata-rata
pengecoran/hari dilapangan 20-30 m3, sehingga pengecoran beton selesai
sampai dengan jam 9-10 pagi.(1)
Minyak bekisting menjadi kering akibat interval kedatangan mobil readymix
yang tidak sesuai dengan jadwal sehingga pada saat pembongkaran
cetakan/demoulding menjadi agak susah dan lama. Dan lamanya proses
pembongkaran komponen dari cetakan yang lebih dari 2 hari setelah
pengecoran.(kurang lebih 20% komponen balok dari hasil pengamatan
pengamatan dilapangan (Balok B2+CG, B6A, Dan B1)).(2)
Penumpukan kolom precast yang tidak sesuai dengan typenya pada saat
demoulding sehingga memperlambat proses erection (8 komponen dari seluruh
pengamatan dilapangan yaitu pada B8 Ddan B8A).(2)
Tidak konsistensi tebal selimut beton sebagai tumpuaan pelat. Terdapat 10-20%
komponen dari hasil pengamatan. Seharausnya pada saat produksi perlu dipasang
kayu untuk bekisting selimut beton.(1)
Kurang bagusnya mutu phenol film. Pada proyek jatinangor pemakaian phenol film
sebagai bekisting dapat dipakai sampai proyek selesai. Sedangkan pada proyek
rempoa pemakaian bekisting hanya bisa dipakai 8-12 komponen.(1)
Kurangnya pengontrolan terhadap kelayakan bekisting. Sehingga komponen balok
yang di cor permukaan balok kurang bagus.(10-15 komponen dari pengamatan di
lapangan yaitu pada produksi balok lantai 9-dak.(2).
Besi steck dari balok kepanjangan. Hanya 2 komponen pada lantai 7 sektor A. (3)