Anda di halaman 1dari 7

LAMPIRAN SK DIREKTUR RSIA ‘AISYIYAH KLATEN

NOMOR : 149/RSIA/KEP/XI/ 2017


TANGGAL : 25 NOVEMBER 2017
TENTANG : PEMBERLAKUAN PANDUAN CODE BLUE

I. DEFINISI
Code blue merupakan salah satu kode prosedur emergensi yang harus
segera diaktifkan jika ditemukan seseorang dalam kondisi cardiacrespiratory
arrest di dalam area rumah sakit.
Code blue response team atau tim code blue adalah suatu tim yang
dibentuk oleh rumah sakit yang bertugas merespon kondisi code blue didalam
area rumah sakit. Tim ini terdiri dari dokter dan perawat yang sudah terlatih
dalam penanganan kondisi cardiac respiratory arrest.
Resusitasi jantung paru merupakan serangkaian tindakan untuk
meningkatkan daya tahan hidup setelah terjadinya henti jantung. Meskipun
pencapaian optimal dari resusitasi jantung paru ini dapat bervariasi, tergantung
kepada kemampuan penolong, kondisi korban, dan sumber daya yang tersedia,
tantangan mendasar tetap pada bagaimana melakukan resusitasi jantung paru
sedini mungkin dan efektif.
Bantuan hidup dasar menekankan pada pentingnya mempertahankan
sirkulasi dengan segera melakukan kompresi sebelum membuka jalan napas dan
memberikan napas bantuan. Perubahan pada siklus bantuan hidup dasar menjadi
C-A-B (compression — airway — breathing) ini dengan pertimbangan segera
mengembalikan sirkulasi jantung sehingga perfusi jaringan dapat terjaga.
Rantai pertama pada rantai kelangsungan hidup (the chain of survival)
adalah mendeteksi segera kondisi korban dan meminta pertolongan (early
access), rantai kedua adalah resusitasi jantung paru (RJP) segera (early
cardiopulmonary resuscitation), rantai ketiga adalah defibrilasi segera (early
defibrillation), rantai keempat adalah tindakan bantuan hidup lanjut segera (early
advanced cardiovascular life support) dan rantai kelima adalah perawatan paska
henti jantung (post cardiac-arrest care).

Panduan Code Blue RSIA ‘Aisyiyah Klaten 1


II. RUANG LINGKUP

Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua
kondisi cardiac respiratory arrest tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi
sesegera mungkin. Sistem respon terbagi dalam 2 tahap, yaitu:
A. Code Blue Primer (responder pertama) berasal dari petugas rumah sakit baik
medis ataupun non medis yang berada di sekitar korban.
B. Code Blue Sekunder (responder kedua) berasal dari tim code blue.

Panduan Code Blue RSIA ‘Aisyiyah Klaten 2


III. TATA LAKSANA

A. Tim code blue terdiri dari:


1. Ketua tim code blue yaitu satu orang dokter umum.
2. Anggota tim code blue yang terdiri dari 3 orang perawat.
B. Struktur tim code blue di Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
1. Ketua Tim Code Blue
a. Ketua tim code blue adalah dokter umum ( jaga IGD )
b. Kualifikasi:
1) Memiliki SIP yang masih berlaku.
2) Memiliki ATLS atau ACLS.
3) Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan medis.

2. Anggota Tim Code Blue


a. Anggota tim code blue adalah perawat.
b. Kualifikasi:

1) Memiliki SIP yang masih berlaku.


2) Memiliki sertifikat PPGD.
3) Memiliki kewenangan klinis dalam hal kegawatdaruratan medis.

C. URAIAN TUGAS TIM CODE BLUE


1. Ketua Tim Code Blue
a. Memimpin pelaksanaan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
b. Menentukan tindak lanjut pasca resusitasi.
c. Melakukan koordinasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP).
d. Sebagai pengambil keputusan dalam kondisi emergensi atau kondisi
jika DPJP tidak ada di tempat atau sulit dihubungi.
e. Melakukan edukasi dengan keluarga pasien.
f. Melakukan koordinasi dengan bagian pelayanan medis dan
keperawatan terkait jadwal jaga tim code blue.
g. Melakukan koordinasi dengan bagian / unit yang lain untuk
pelaksanaan code blue, misalnya dengan bagian farmasi untuk
pengadaan obat dan alat kesehatan (alkes) emergensi.
h. Bekerja sama dengan diklat Rumah Sakit dalam meningkatkan
kualitas tim code blue.
Panduan Code Blue RSIA ‘Aisyiyah Klaten 3
2. Anggota Tim Code Blue
a. Respirator : mempertahankan kepatenan jalan nafas (Airway) dan
bertanggung jawab terhadap keadequatan pernafasan pasien.
1) Tekan dahi angkat dagu (head tilt — chin lift) bila tidak ada
trauma.
2) Mendorong rahang bawah (jaw thrust) bila ada trauma.
3) Memberikan bantuan pernafasan melalui Bag-Valve-Mask.
4) Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
5) Pemasangan Endotracheal Tube.

b. Compressor : bertanggung jawab melakukan kompresi dada.


c. Circulation :
1) Bertanggung jawab membawa “resusitasi kit”.
2) Bertanggung jawab dalam persiapan pemasangan defibrilator.
3) Bertanggung jawab dalam penggunaan obat-obatan emergensi.
4) Bertanggung jawab terhadap penggunaan peralatan emergensi
termasuk defibrilator.
5) Bertanggung jawab terhadap dokumentasi.

D. ALOGARITMA CODE BLUE :


Bila ada kondisi pasien dengan henti nafas / henti jantung :

1. Tim code blue primer atau penemu pertama cek respon, memanggil bantuan.

2. Tim code blue primer melakukan BHD awal.

3. Penolong kedua mengaktifkan code blue melalui nomer telepon darurat dengan
ext.192.

4. Operator menerima telepon ( << 3 dering harus segera diangkat ).


5. Operator mengumumkan melalui pengeras suara.

6. Tim Code Blue sekunder segera menuju lokasi yang ditentukan untuk
melanjutkan resusitasi yang telah dilakukan oleh tim code blue primer.

7. Pasien selanjutnya dilakukan transfer ke IGD.

Panduan Code Blue RSIA ‘Aisyiyah Klaten 4


E. PROSEDUR AKTIVASI CODE BLUE :
Jika didapatkan seseorang atau pasien dalam kondisi cardiac respiratory
arrest maka lakukan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Segera melakukan penilaian dini kesadaran korban.
2. Pastikan lingkungan penderita aman untuk dilakukan pertolongan.
3. Lakukan cek respon penderita dengan memanggil nama atau menepuk
bahu.
4. Meminta bantuan pertolongan petugas yang ditemui di lokasi untuk
mengaktifkan code blue.
5. Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sampai dengan tim code blue
datang.
6. Penolong kedua, segera menghubungi operator telepon “192” untuk
mengaktifkan code blue dengan mengucapkan : Code Blue, Code Blue,
Code Blue, Dewasa / Anak, nama lokasi atau ruangan….., nama pelapor”.
7. Jika lokasi kejadian di ruangan rawat inap maka informasikan : “nama
ruangan ….. nomor …. “.
8. Waktu respon operator menerima telepon “192” adalah harus secepatnya
diterima, kurang dari 3 kali deringan telepon.
9. Jika lokasi kejadian berada di area ruang rawat inap ataupun rawat jalan,
setelah menghubungi operator, perawat segera membawa troli emergensi
(emergency trolley) ke lokasi dan membantu perawat responder pertama
melakukan resusitasi sampai dengan tim Code Blue datang.
10. Operator mengatakan code blue dengan prosedur sebagai berikut: “Code
Blue, Code Blue, Code Blue, Dewasa / Anak, nama lokasi atau ruangan”.
Jika lokasi kejadian di ruangan rawat inap maka informasikan: “Code
Blue, Code Blue, Code Blue, Dewasa / Anak nama ruangan ….. nomor
kamar …..”.
11. Setelah tim code blue sekunder menerima informasi tentang aktivasi code
blue, mereka segera menghentikan tugasnya masing-masing, mengambil
resusitasi kit dan menuju lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest.
Waktu respon dari aktivasi code blue sampai dengan kedatangan tim code
blue di lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest adalah 5 menit.
12. Sekitar 5 menit kemudian, operator menghubungi tim code blue untuk
memastikan bahwa tim code blue sudah menuju lokasi terjadinya cardiac
respiratory arrest

Panduan Code Blue RSIA ‘Aisyiyah Klaten 5


13. Jika lokasi terjadinya cardiac respiratory arrest adalah lokasi yang padat
manusia (public area) maka petugas keamanan (security) segera menuju
lokasi terjadinya untuk mengamankan lokasi tersebut sehingga tim code
blue dapat melaksanakan tugasnya dengan aman dan sesuai prosedur.
14. Tim code blue melakukan tugasnya sampai dengan diputuskannya bahwa
resusitasi dihentikan oleh ketua tim code blue.
15. Apabila korban sudah stabil, segera transfer ke Instalasi Gawat Darurat.
16. Ketua tim code blue memutuskan tindak lanjut pasca resusitasi, yaitu:
a. Jika resusitasi berhasil dan pasien stabil maka dipindahkan
secepatnya ke Instalasi Perawatan Intensif untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut jika keluarga pasien setuju.
b. Jika keluarga pasien tidak setuju atau jika Instalasi Perawatan
Intensif penuh maka pasien di rujuk ke rumah sakit yang
mempunyai fasilitas.
c. Jika keluarga pasien menolak dirujuk dan meminta dirawat di
ruang perawatan biasa, maka keluarga pasien menandatangani
surat penolakan.
d. Jika resusitasi tidak berhasil dan pasien meninggal, maka lakukan
koordinasi dengan bagian bina rohani, kemudian pasien
dipindahkan ke kamar jenazah.
17. Ketua tim code blue melakukan koordinasi dengan DPJP.
18. Ketua tim code blue memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga
pasien.
19. Perawat ruangan mendokumentasikan semua kegiatan dalam rekam
medis pasien dan melakukan koordinasi dengan ruangan pasca resusitasi.

Panduan Code Blue RSIA ‘Aisyiyah Klaten 6


IV. DOKUMENTASI

Tim code blue mendokumentasikan semua kegiatan di Rekam Medis Pasien.

Panduan Code Blue RSIA ‘Aisyiyah Klaten 7

Anda mungkin juga menyukai