Disusun oleh:
FAKULTAS FARMASI
2017
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………...... 1
A. Latar Belakang ………..……………………………............... 1
B. Tujuan…………..………………………………….................... 2
A. Latar Belakang
Pengawasan obat tradisional, kosmetika, dan suplemen kesehatan
bertujuan agar produk yang beredar memenuhi persyaratan keamanan,
khasiat/manfaat, dan mutu, sesuai dengan tujuan penggunaannya. Kegiatan
pengawasan Obat Tradisional, Kosmetika, dan Supleman Kesehatan antara lain
meliputi penilaian produk, sertifikasi sarana, monitoring efek samping,
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian, pengawasan
iklan dan penandaan serta penyidikan.
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai diterapkan
tahun 2016, tantangan yang akan dihadapi Badan POM semakin besar, sehingga
pengawasan obat dan makan akan semakin kompleks seiring dengan masuknya
produk-produk impor. Untuk itu pengawasan terhadap Obat Tradisonal,
Kosmetika, dan Suplemen Kesehatan yang tidak memenuhi syarat da juga untuk
melindungi Obat Tradisioanl, Kosmetika dan Suplemen Kesehatan dalam negri
terutama produk yang berasal dari UMKM.
Sampling dan pengujian Obat Tradisional, Kosmetika dan Suplemen
kesehatan merupakan langkah awal untuk mengetahui apakah produk Obat
Tradisonal, Kosmetika, dan Suplemen Kesehatan yang beredar memenuhi
persyaratan keamanan, manfaat, mutu. Untuk memastikan bahwa sampling yang
dilakukan dapat mewakili produk (obat tradisional, kosmetika, dan suplemen
kesehatan) yang beredar, maka prioritas sampling disusun dengan
mempertimbangkan beberapa hal lain pola sebaran produk, temuan produk tidak
memenuhi syarat (TMS) tahun-tahun sebelumnya, dan tren penggunaan produk
tertentu. Disamping itu, sampling yang dilakukan juga diharapkan dapat
mencerminkan kepatuhan produsen dalam menerapkan Cara Pembuatan yang
baik.
Diakui, pada saat ini belum semua parameter uji dapat diuji oleh
laboratorium Badan POM, baik pusat maupun balai. Pengingkatan dan
pengembangan yang dilakukan secara terus menerus, diharapkan dapat
memperkecil jarak antara keberagaman produk dengan kemampuan pengujian
laboratorium, untuk itu dalam menjamin keamanan masyarakat dalam
mengkonsumsi /menggunakan Obat Tradisional, Kosmetika, dan Suplemen
Kesehatan, kemampuan pengujian PPOMN dan Balai POM menjadi
pertimbangan dalam penyusunan prioritas sampling ini. Di samping itu,
pendeketan administrasi dan manajeman juga ditingkatan sehingga hasil sampling
dan pengujian dapat dipertanggungjawabkan secara administratif.
B. Tujuan
1. Umum
Melindungi masyarakat dari bahaya akibat penggunaan Obat Tradisional,
Kosmetika, dan Suplemen Makanan yang tidak memenuhi persyaratan
Keamanan, manfaat, dan mutu.
2. Khusus
i) Terlaksananya kegiatan sampling dan pengujian dalam rangka
pengawasan Obat Tradisional, Kosmetika dan Suplemen Kesehatan
secara efektif dan efisien.
ii) Terawasinya keamanan, kemanfatan dan mutu produk Obat
Tradisional, kosmetika dan Suplemen Kesehatan.
iii) Tersedianya data keamanan, manfaat dan mutu Obat Tradisional,
Kosmetika dan Suplemen Kesehatan sebagai bahan evaluasi produk
dan penyusunan standar dan peraturan.
BAB II
TINJAUAN KHUSUS
.
B. Pelaksanaan Sampling
1). Total Sampel
Jumlah sampel obat Tradisonal, Kosmetika dan Suplemen Kesehatan
ditargetkan 50 % (41.320) dari keseluruhan sampel (82.640) yang di sampling
Badan POM dalam tahun 2016, dengan rincian:
a. Obat Tradisonal :15% (12.396 sampel)
b. Suplemen Kesehatan : 5 % (4.132 sampel)
c. Kosmetika : 30% (24.792 sampel)
2). Jumlah Sampel
2.1 Jumlah sampel dalam rangka Surveillance
Sampling dalam rangka surveillance ditujukan hanya terhadap Obat
Tradisional, Kosmetika dan Suplemen Kesehatan yang diduga mengandung
Bahan Kimia OBAT/Bahan Berbahaya/Bahan dilarang. Petugas sampling harus
memperhatikan bahwa jumlah yang disampling harus cukup untuk 2 (dua) kali
pengujian (duplo) dan contoh pertingga (retain sampel) untuk sekali pengujian
terhadap parameter Bahan Kimia Obat/ Bahan Berbahaya/Bahan Dilarang
tersebut.
2.2 Jumlah sampel dalam rangka Compliance
Pengujian dalam rangka compliance dilakukan terhadap parameter uji
kimia fisika (yaitu bahan dilarang, kadar bahan yang diperbolehkan dengan
pembatasan dan persyaratan penggunaan, kadar bahan pengawet, kadar bahan
tabir surya dan cemaran logam berat) dan mikrobiologi, maka jumlah sampel
dalam rangka sampling compliance disesuaikan antara bobot/volume masing-
masing sediaan dengan parameter yang akan diuji.
C. Proporsi Sampel
Persentase sampling kosmetika yang ditetapkan pada pedoman sampling ini
sebanyak 70% dari total alokasi sampel kosmetika.
1. Proporsi jumlah sampling kosmetika berdasarkan jenis sampling adalah sebagai
berikut:
1.1 Surveilance : 50% dari total alokasi sampel kosmetika
Kategori Resiko tinggi (15%)
Kategori Track Record Perusahaan (10%)
Kategori Kosmetika Online (5%)
Kategori Kosmetika MLM (5%)
Kategori Kosmetika Salon, Klinik Kecantikan dan Spa (5%)
Kategori Kosmetika China dan Taiwan (5%)
Kategori Kosmetika Menengah ke bawah (5%)
1.2 Compliance: 20% dari total alokasi sampel kosmetika
Kategori telah memiliki sertifikat CPKB, namun tidak secara konsisten
menerapkan CPKB (5%)
Kategori belum memiliki sertifikat CPKB (5%)
Kategori banyak diiklankan (10%)
1.3 Sampel Lokal Spesifik Balai: 30% dari total alokasi sampel kosmetika (
diberikan keleluasaan kepada masing-masing balai untuk melakukan sampling
kosmetika sesuai peredaran kosmetika dalam wilayahnya).
D. Pelaksanaan sampling
Agar pelaksanaan sampling dan pengujian tepat sasaran, diharapkan
sebelum melakukan sampling harus dilakukan pembahasan dan perencanaan
antara bidang/seksi pemeriksaan dan penyidikan dengan melibatkan bidang/seksi
pengujian/laboratorium mengenai:
a. Bentuk sediaan/jenis sediaan yang disampling
b. Identitas produk
c. Jumlah sampel
d. Sarana tempat pengambilan sampel
e. Ketersediaan reagensia dan baku pembanding
f. Ketersediaan peralatan
g. Sumber Daya Manusia
h. Metode Analisa yang akan diterapkan
Laporan hasil sampling dan pengujian baik yang memenuhi syarat maupun
yang tidak memenuhi syarat, dikirim dengan laporan bulanan paling lambat
tanggal 15 bulan berikutnya kepada Pusat Pengujian Obat dan Makanan
Nasional Badan POM dengan tembusan Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Obat
Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen. Laporan khusus tidak
memenuhi syarat (bahan kimia obat, bahan berbahaya yang dilarang dan
bakteri patogen) dikirim terlebih dahulu kepada Direktur Inspeksi dan
Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetika dan produk komplemen (3 hari kerja).
Laporan hasil pengujian kosmetika dipisah dengan laporan pengujian obat
tradisional dan produk komplemen.
3.2 Metode
Metode yang digunakan dalam pelaporan pengujian sampling pada setiap
Balai menggunakan sistem online SIPT (Sistem Informasi Pelaporan Terpadu).
Pustaka yang digunakan untuk menyusun kajian bersumber dari Buku pedoman
Sampling Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen Badan POM.
3.3 Hasil
Penilaian terhadap Balai X pada bulan Desember 2016 dengan menggunakan
Sistem Informasi Pelaporan Terpadu (SIPT) terdapat 102 Sampel Kosmetika yang
BAB IV
Kesimpulan