Juknis BPK Audit Keuangan Materialitas PDF
Juknis BPK Audit Keuangan Materialitas PDF
PETUNJUK TEKNIS
PENETAPAN BATAS MATERIALITAS
PEMERIKSAAN KEUANGAN
Tim Penyusun:
Daeng M. Nazier
Hery Subowo
Ria Anugriani
Dedy Eryanto
Airin Maulida Harahap
Endra Noviandy Sujadi
Erny Dwi Ekawati
Imammudin Achmad
Latiefah Lestari Dewi
M.Imam Asyhari
Suratriningtyas
Shokhifatunufus
Yoice Stefano
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksaan Keuangan
Jl. Gatot Subroto 21
Jakarta-10210
i
Juknis Penetapan Batas Materialitas
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... i
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................................................1
B. Tujuan .................................................................................................................................................1
C. Lingkup ...............................................................................................................................................2
D. Kedudukan Juknis Penetapan Batas Materialitas Pemeriksaan Keuangan ......................................2
E. Dasar Hukum Penyusunan Juknis .....................................................................................................3
F. Sistematika Penulisan .........................................................................................................................3
BAB II GAMBARAN UMUM MATERIALITAS ..............................................................................................4
A. Pengertian Materialitas ........................................................................................................................4
B. Jenis Materialitas .................................................................................................................................5
C. Materialitas dan Risiko Pemeriksaan ..................................................................................................6
D. Planning Materiality dan Tolerable Misstatement ...............................................................................6
BAB III TEKNIK PENETAPAN BATAS MATERIALITAS .............................................................................8
A. Umum ..................................................................................................................................................8
B. Penetapan Nilai Materialitas Pada Tahap Perencanaan Pemeriksaan .............................................8
C. Penetapan Nilai Materialitas Pada Awal Pelaksanaan Pemeriksaan ..............................................15
D. Penetapan Nilai Materialitas Pada Akhir Pelaksanaan Pemeriksaan .............................................16
E. Dokumentasi .....................................................................................................................................19
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................................21
A. Pemberlakuan Juknis Penetapan Batas Materialitas .........................................................................21
B. Perubahan Juknis Penetapan Batas Materialitas ..............................................................................21
C. Pemantauan Juknis Penetapan Batas Materialitas ...........................................................................21
REFERENSI ................................................................................................................................................22
LAMPIRAN
i
Juknis Penetapan Batas Materialitas
DAFTAR LAMPIRAN
ii
Juknis Penetapan Batas Materialitas
DAFTAR GAMBAR
iii
Juknis Penetapan Batas Materialitas
DAFTAR TABEL
iv
Juknis Penetapan Batas Materialitas
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
07 Tujuan Juknis Penetapan Batas Materialitas adalah untuk memberikan Tujuan Penetapan
Juknis
pedoman secara teknis tentang cara penetapan batas materialitas
dalam perencanaan pemeriksaan dan cara merevisi batas materialitas
pada awal pelaksanaan maupun akhir pelaksanaan pemeriksaan.
1
Juknis Penetapan Batas Materialitas
C. Lingkup
08 Juknis ini hanya mengatur penetapan batas materialitas dalam Lingkup juknis
10 Juknis Penetapan Batas Materialitas ini merupakan pedoman teknis Kedudukan Juknis
Penetapan Batas
dari Juklak Pemeriksaan Keuangan. Hubungan Juknis Penetapan Materialitas
Batas Materialitas Pemeriksaan Keuangan dengan pedoman
pemeriksaan BPK dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut.
Gambar 1.1 Kedudukan Juknis Penetapan Batas Materialitas
2
Juknis Penetapan Batas Materialitas
E.
11 Dasar hukum penyusunan Juknis Penetapan Batas Materialitas adalah Dasar Hukum
sebagai berikut:
E.
a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
E. Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 85 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4654);
c. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4707);
d. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/1-
VIII.3/8/2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan,
Keputusan dan Naskah Dinas pada Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia;
e. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia;
f. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/1-XIII.2/2/2008
tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
05/K/I-XIII.2/2/2009 tentang Perubahan atas Panduan Manajemen
Pemeriksaan;
g. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 05/K/I-XIII.2/5/2008
tentang Petunjuk Teknis Penetapan Batas Materialitas
Pemeriksaan Keuangan;
h. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor
09/K/I-XIII.2/7/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara
Penyusunan atau Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan dan
Non Pemeriksaan.
F. Sistematika Penulisan
12 Juknis ini disusun menurut sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : GAMBARAN UMUM MATERIALITAS
BAB III : TEKNIK PENETAPAN BATAS MATERIALITAS
BAB IV : PENUTUP
REFERENSI
3
Juknis Penetapan Batas Materialitas
A. Pengertian Materialitas
1
Pernyataan Standar Auditing No.25, “Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit”, Standar Audit Seksi 312 par.10
4
Juknis Penetapan Batas Materialitas
04 Dalam sektor publik, materialitas tidak hanya dinilai dari segi kuantitatif Pertimbangan
kualitatif dalam
tetapi juga segi kualitatif, terutama terkait dengan tingkat kepentingan penetapan
materialitas
para pihak terhadap laporan keuangan pemerintah. Tingkat ketaatan
pemerintah terhadap Peraturan Perundang-undangan memiliki nilai
kepentingan lebih tinggi dibandingkan kemampuan pemerintah
menghasilkan dan mempertahankan surplus anggaran, sehingga
pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-undangan, seperti
adanya transaksi yang berindikasi korupsi berapapun nilai nominalnya,
baik yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap
kewajaran laporan keuangan dapat mempengaruhi penilaian
materialitas secara kualitatif.
B. Jenis Materialitas
5
Juknis Penetapan Batas Materialitas
08 Risiko Pemeriksaan atau Audit Risk (AR) atau Acceptable Audit Risk Hubungan
materialitas dan
(AAR) adalah risiko yang timbul karena Pemeriksa, tanpa disadari, risiko
tidak memodifikasi opininya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material. Pemeriksa
menetapkan risiko pemeriksaan dalam pemeriksaan keuangan pada
tingkat keyakinan yang memadai untuk bisa memberikan opini atas
laporan keuangan yang diperiksa.
AR berkaitan dengan seberapa besar kemungkinan (probabilitas)
Pemeriksa menyimpulkan bahwa semua asersi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun oleh manajemen (entitas) secara
material adalah benar, padahal terdapat asersi yang keliru secara
material. Selanjutnya penjelasan penentuan AR secara detail dapat
dilihat dijuknis penilaian risiko pemeriksaan keuangan.
AR terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu:
‘Risk of Material Misstatement/RoMM’ (risiko salah saji material)
yang terdiri dari ‘Inherent Risk/IR’ (risiko bawaan) dan ‘Control
Risk/CR’ (risiko pengendalian);
‘Detection Risk/DR’(risiko deteksi).
Apabila Pemeriksa menentukan nilai materialitas maka yang ditentukan
adalah nilai salah saji material, sehingga kaitan langsung antara
materialitas dan AR terletak pada risiko salah saji material (IR dan
CR) pada tingkat saldo akun. Terdapat hubungan terbalik antara
materialitas dan risiko salah saji material atas akun-akun dalam laporan
keuangan. Apabila terdapat akun yang pengaruhnya sangat signifikan
terhadap laporan keuangan, Pemeriksa akan menetapkan IR dan CR
tinggi karena terdapat banyak kemungkinan salah saji yang material
atas akun tersebut. Sedangkan materialitas yang ditetapkan rendah
sehingga Pemeriksa akan mengumpulkan bukti lebih banyak pada saat
melakukan prosedur substantif mendalam (DR rendah)2. Langkah-
langkah untuk melakukan analisis risiko pemeriksaan lebih detail dapat
dilihat pada juknis penilaian risiko.
2
Auditing & Assurance Services : A Systematic Approach, “Risk Assessment and Materiality”, Messier/Glover/Prawitt, pg. 80-117.
6
Juknis Penetapan Batas Materialitas
3
Auditing & Assurance Services : An Integrated Approach, “Materiality and Risk”, Elder/Beasley/Arens, pg. 249.
7
Juknis Penetapan Batas Materialitas
A. Umum
02 Nilai Materialitas Awal (PM) merupakan nilai materialitas awal untuk 1. Penentuan Dasar
Penetapan Materialitas
tingkat laporan keuangan secara keseluruhan. Nilai materialitas awal
yang diperoleh merupakan besarnya kesalahan yang mempengaruhi
2. Penentuan Tingkat
pertimbangan pengguna laporan keuangan. Penetapan nilai Materialitas
4
Juklak Pemeriksaan Keuangan, “Metodologi Pemeriksaan Keuangan”, BPK
8
Juknis Penetapan Batas Materialitas
03 Tahap pertama yang harus dilakukan oleh Pemeriksa adalah Dasar penetapan
materialitas
menentukan dasar penetapan materialitas. Dasar penetapan
materialitas yang dapat digunakan oleh Pemeriksa di antaranya adalah
nilai laba bersih sebelum pajak, total aset, ekuitas, total penerimaan,
atau total belanja/biaya.
Faktor-faktor yang
04 Dalam memutuskan nilai yang akan dijadikan dasar, Pemeriksa dipertimbangkan
dalam menentukan
sebaiknya mempertimbangkan: dasar penetapan
a. karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan lingkungan entitas materialitas
yang diperiksa;
b. area dalam laporan keuangan yang akan lebih diperhatikan oleh
pengguna laporan keuangan; dan
c. kestabilan atau keandalan nilai yang akan dijadikan dasar.
05 Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan oleh Pemeriksa Jenis – jenis dasar
penetapan
d.
adalah sebagai berikut: materialitas
a. total pendapatan atau total belanja, untuk entitas nirlaba. Contoh:
Pemerintah Pusat, Lembaga Negara, dan Pemerintah Daerah
mempunyai jumlah total pendapatan atau total belanja yang besar
sehingga dasar penetapan materialitas lebih tepat didasarkan
pada total pendapatan atau total belanja;
b. laba sebelum pajak atau pendapatan, untuk entitas yang bertujuan
mencari laba. Contoh: BUMN, BUMD, dan BLU, merupakan
lembaga pemerintah yang bertujuan mencari laba sehingga
penentuan dasar materialitas lebih tepat menggunakan laba
sebelum pajak; dan
c. nilai aset bersih atau ekuitas, untuk entitas yang berbasis aset.
Contoh: meskipun sebagian besar pemeriksaan atas LKKL/LKPP
dan LKPD menggunakan total penerimaan atau total belanja
sebagai dasar penetapan materialitas, terdapat pemeriksaan atas
LKKL, seperti Kementerian XYZ, yang lebih tepat menggunakan
dasar aset dalam menetapkan batas materialitas karena jumlah
aset dalam Kementerian tersebut sangat signifikan dan menjadi
perhatian utama bagi pembaca laporan keuangan dan pengambil
keputusan.
06 Mengenai angka mana yang harus diambil, apakah angka tahun lalu, Tahun yang
menjadi dasar
tahun berjalan, atau angka ekspektasi, tergantung pertimbangan penetapan
materialitas
reliabilitas atau keakuratan data. Praktik yang umum adalah dengan
mengambil angka dalam laporan keuangan audited tahun lalu ketika
melakukan pemeriksaan interim. Setelah Pemeriksa melakukan
pemeriksaan terinci, Pemeriksa dapat merevisi nilai materialitas awal
dengan menggunakan angka Laporan Keuangan unaudited tahun
berjalan. Cara lain adalah dengan mengambil angka aktual pada saat
perencanaan, kemudian diekstrapolasi ke dalam sejumlah periode.
9
Juknis Penetapan Batas Materialitas
No Persentase Keterangan
a. 0,5% - 5% dari belanja atau Tingkat materialitas 0,5% dapat digunakan pada saat
pendapatan pemeriksaan yang baru pertama kali dilakukan atau
pada kondisi Sistem Pengendalian Intern (SPI) entitas
yang belum memadai. Selanjutnya pemeriksa dapat
berangsur-angsur meningkatkan tingkat materialitas
yang akan digunakan pada pemeriksaan-pemeriksaan
selanjutnya sampai dengan tingkat materialitas 5%
dari total belanja atau pendapatan
b. 5% sampai 10% dari laba Tingkat materialitas 10% digunakan pada perusahaan
sebelum pajak nonpublik dan anak perusahaannya dan 5%
digunakan pada perusahaan publik
c. 1% dari ekuitas Digunakan pada saat hasil dari operasi sangat rendah
yang menyebabkan likuiditas sebagai perhatian
utama, atau pada saat pengguna laporan keuangan
lebih memfokuskan perhatian pada ekuitas dari pada
hasil dari operasi
0,5% sampai 1% dari total Digunakan pada saat ekuitas mengalami penurunan
aktiva pada titik paling rendah
10
Juknis Penetapan Batas Materialitas
12 Berikut adalah contoh deskripsi penetapan dasar dan tingkat Penetapan dasar
dan tingkat
materialitas pada Kementerian KFL: materialitas awal
13 Tahap ketiga adalah penetapan nilai materialitas awal (PM). Ilustrasi Penetapan nilai
PM
penetapan nilai materialitas awal adalah sebagai berikut:
Gambar 3.2 : Penetapan nilai materialitas awal (PM)
Tingkat : 1%
Materialitas
PM : 1% x Rp 709.000.000.000,00 = Rp 7.090.000.000,00
12
Juknis Penetapan Batas Materialitas
14 Tahap keempat adalah penetapan kesalahan yang dapat ditoleransi Penetapan nilai TM
N
TM PM *
T
Dimana:
TM : Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi
PM : Nilai materialitas awal
N : Nilai akun
T : Total nilai akun yang diperiksa pada neraca untuk akun-akun di neraca
dan total nilai akun yang diperiksa pada LRA untuk akun-akun di LRA.
Neraca dan LRA menjadi dasar untuk menentukan nilai T karena akun-akun
di Neraca dan LRA tidak saling berhubungan sehingga alokasi PM dan TM
perlu dilakukan pada kedua jenis laporan keuangan tersebut.
5
Auditing & Assurance Service:An Integrated Approach, “Materiality and Risk”, Elder/Beasley/Arens, pg. 252
13
Juknis Penetapan Batas Materialitas
6
Audit Methodology Module, "When is an account significant?”, KPMG
14
\
Juknis Penetapan Batas Materialitas
Materialitas
Rendah
Tinggi Besar
Bukti
Risiko
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Rendah Kecil
Materialitas
Tinggi
15
Juknis Penetapan Batas Materialitas
24 Pada akhir pelaksanaan pemeriksaan, nilai materialitas (PM dan TM) Hubungan antara
materialitas dan
yang telah ditetapkan pada saat perencanaan atau awal pelaksanaan opini
pemeriksaan dievaluasi kembali terutama berkaitan dengan dasar
penetapan materialitas, berdasarkan hasil pengujian pengendalian
dan substantif. Materialitas yang telah dievaluasi kemudian
dibandingkan dengan salah saji yang masih ditemukan untuk
menentukan apakah salah saji tersebut material/tidak material pada
tingkat akun/tingkat laporan keuangan secara keseluruhan.
25 Salah saji yang masih ditemukan pada tahap akhir pelaksanaan
pemeriksaan merupakan salah saji yang tidak terdeteksi oleh
prosedur pemeriksaan maupun salah saji yang tidak dikoreksi karena
entitas yang diperiksa tidak mau melakukan koreksi. Salah saji yang
tidak terdeteksi dapat merupakan bagian dari risiko deteksi yang
didapat sebagai hasil perhitungan matematis yang dipengaruhi oleh
risiko pemeriksaan, risiko bawaan, dan risiko pengendalian. Besarnya
risiko deteksi ini selanjutnya akan digunakan sebagai input untuk
menentukan besarnya sampel yang akan diambil dalam pengujian
substantif.
16
Juknis Penetapan Batas Materialitas
30 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat akun lebih besar
daripada TM akun tersebut dan pihak terperiksa tidak bersedia
mengoreksi nilai salah saji pada laporan keuangan, Pemeriksa dapat
mempertimbangkan untuk memberi opini wajar dengan pengecualian
atas akun tersebut dengan kondisi salah saji pada tingkat laporan
keuangan secara keseluruhan masih di bawah PM. Akan tetapi, jika
7
International Standards on Auditing (ISA) 450
17
Juknis Penetapan Batas Materialitas
Keadaan
Auditor
Pembatasan
Lingkup WTP WDP Disclaimer
Adanya
Entitas yg Penekanan
diperiksa Karena Kondisi WTP PP
Khusus *
8
Auditing & Assurance Services:A Systematic Approach 4th Edition,“Reports on Audited Financial Statements”,Messier,
W.F.,Glover, S.M.,Prawitt, D.F., pg. 686
9
Buletin Teknis Nomor 01,“Pelaporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah”,BPK RI, pg.9
18
Juknis Penetapan Batas Materialitas
E. Dokumentasi
19
Juknis Penetapan Batas Materialitas
20
Juknis Penetapan Batas Materialitas
BAB IV PENUTUP
01 Juknis penetapan materialitas ini mulai berlaku pada tanggal Juknis berlaku
mulai tahun 2012
ditetapkan dan digunakan untuk setiap Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan (Pemeriksaan Keuangan) Tahun 2013.
02 Perubahan pada Juknis Penetapan Materialitas ini dapat berupa Perubahan dapat
berupa perubahan
perubahan Juknis dimaksud atau penjelasan atas substansi Juknis dan tambahan
penjelasan
tersebut.
03 Perubahan atas Juknis ini akan dilakukan melalui Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan tentang Perubahan atas Juknis dimaksud.
05 Juknis ini merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai dengan Pemantauan
dilakukan oleh Tim
perubahan peraturan Perundang-undangan, standar pemeriksaan, Pemantauan
dan kondisi lain. Oleh karena itu, pemantauan atas Juknis ini akan
dilakukan oleh Tim Pemantauan Juknis terkait. Selain itu, masukan
atau pertanyaan terkait dengan Juknis ini dapat disampaikan
kepada:
Sub Direktorat Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Ditama Revbang
Lantai II Gedung Arsip, BPK-RI
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. +62-21-25549000 pesawat 3308
e-mail: litbang@bpk.go.id
21
Juknis Penetapan Batas Materialitas
REFERENSI
Arens, A.A., Elder, R.J., dan M.S. Beasley (2006), Auditing and Assurance Services: An
Integrated Approach 11th Edition, New Jersey: Pearson Prentice Hall
Boynton, W.C., dan R. N. Johnson (2006), Modern Auditing: Assurance Services and the
Integrity of Financial Reporting 8th Edition, Hoboken: John Wiley & Sons Inc
BPK-RI (2012), Buletin Teknis Nomor 01: Pelaporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan
Keuangan Pemerintah
BPK-RI (2008), Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan (Keputusan Nomor 04/K/1-
III.2/5/2008), Jakarta
International Federation of Accountants (IFAC) (2010), International Standards on Auditing
(ISA) 450 : Evaluation of Misstatements Identified during the Audit
KPMG (2012), Audit Methodology Module : When is an account significant?
Messier, W.F., Glover, S.M., Prawitt, D.F. (2006), Auditing & Assurance Services: A Systematic
Approach 4th Edition, New York: McGraw-Hill Companies
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), (2007), Pernyataan Standar Auditing No.25 :
Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, Standar Audit Seksi 312 paragraf
10
Wheeler, Stephen (1989), Auditing: of Various Materiality Rules of Thumb, The CPA Journal,
Edisi Juni, 62-63
Zuber, G.R., Elliott, R.K., Kinney, W.R., dan J.J. Leisenring (1983), Using Materiality in Audit
Planning, Journal of Accountancy, Edisi Maret, 42-54
22
LAMPIRAN III.1 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5 /K/I-XIII.2/10/2013
TANGGAL : 28 Oktober 2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas
LAMPIRAN
Pemeriksa sedang melakukan pemeriksaan terinci atas laporan keuangan Kementerian XYZ TA
2010. Kementerian XYZ bertugas membantu pemerintah dalam bidang kekuatan pertahanan yang
seharusnya didukung dengan alat utama sistem pertahanan yang memadai. Nilai total aset pada
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) kementerian tersebut cukup tinggi, dan pengguna laporan
keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui kemampuan pertahanan dari instansi tersebut
dari sisi seberapa besar aset pertahanan yang dimiliki dan dikelola oleh Kementerian XYZ. Opini yang
diberikan BPK pada pemeriksaan laporan keuangan TA 2009 adalah Wajar Dengan Pengecualian
(WDP).
Berdasarkan informasi tersebut, Pemeriksa menentukan dasar penetapan materialitas untuk
pemeriksaan laporan keuangan kementerian ini adalah total aset sedangkan angka total aset yang
digunakan pada tahap perencanaan adalah total aset TA 2009 yang sudah diperiksa oleh BPK
(audited). Persentase risiko pemeriksaan (AR) sebesar 3% karena Opini Laporan Keuangan TA 2009
adalah WDP.
Tingkat materialitas awal yang ditetapkan sebesar 2 % karena Pemeriksa mempertimbangkan bahwa
Kementerian XYZ telah melakukan langkah-langkah perbaikan sebagai tindak lanjut rekomendasi
BPK pada pemeriksaan tahun sebelumnya. Meskipun perbaikan tersebut belum semuanya, namun
sudah dapat memperbaiki pencatatan akuntansi pada Kementerian XYZ.
Juknis Penetapan Batas Materialitas
BPK RI
PM : 2% x Rp234.453.364.679.367,00 = Rp4.689.067.293.587,00
Interpretasi : Secara kuantitatif, nilai PM sebesar Rp4.689.067.293.587,00 mempunyai arti bahwa apabila
Umum terdapat nilai salah saji atas akun dalam laporan keuangan yang lebih dari
Rp4.689.067.293.587,00 maka akun tersebut mengandung salah saji yang material, dan apabila
nilai salah saji kurang dari Rp4.689.067.293.587,00 maka akun tersebut tidak mengandung salah
saji yang material.
LAMPIRAN III.2 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/10/2013
TANGGAL : 28 Oktober 2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas
KEWAJIBAN -
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK -
Uang Muka dari Rekening Khusus - - -
Uang Muka dari BUN - - -
Uang Muka dari KPPN - - -
Pendapatan yang ditangguhkan 304.553.229 304.553.229 5.927.913 L L L Kecil
Utang Jangka Pendek Lainnya 6.452.456.075.718 6.452.456.075.718 125.592.492.550 L L L Kecil
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 6.452.760.628.947 -
JUMLAH KEWAJIBAN 6.452.760.628.947 - -
-
EKUITAS DANA -
EKUITAS DANA LANCAR -
Cadangan Piutang 11.030.025.627 - -
Cadangan Persediaan 27.953.098.025.595 - -
Dana Yang Harus Disediakan Untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek (6.452.456.075.718) - -
Jumlah Ekuitas Dana Lancar 21.511.671.975.504 -
EKUITAS DANA INVESTASI -
1) saldo kas harus benar-benar akurat dan tidak dibenarkan ada salah saji sekecil apapun sehingga dilakukan pengujian secara populasi dan tidak ada alokasi TE untuk akun ini.
*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
Juknis Penetapan Batas Materialitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
LRA -
-
*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
LAMPIRAN III.3 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/10/2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas TANGGAL : 28 Oktober 2013
Pemeriksa sedang melakukan pemeriksaan terinci atas laporan keuangan Pemda BMX TA 2011.
Pada pemeriksaan laporan keuangan TA 2010, BPK memberikan Opini Wajar Dengan Pengecualian
(WDP). Berdasarkan informasi tersebut, Pemeriksa kemudian menentukan dasar penetapan
materialitas untuk pemeriksaan laporan keuangan Pemda BMX adalah total belanja. Pada tahap
perencanaan ini, Pemeriksa menggunakan angka total belanja berdasarkan angka total belanja hasil
audit tahun lalu (TA 2010).
Karena Opini Laporan Keuangan TA 2010 adalah WDP, maka persentase tingkat risiko pemeriksaan
(AR) yang digunakan adalah 3%. Sedangkan tingkat materialitas awal yang ditetapkan adalah 2 %,
karena Pemeriksa mempertimbangkan Pemda BMX belum melakukan langkah-langkah perbaikan
signifikan sebagai tindak lanjut rekomendasi BPK pada pemeriksaan tahun sebelumnya. Meskipun
perbaikan tersebut dibutuhkan untuk dapat memperbaiki pencatatan akuntansi, namun Pemda BMX
belum terlalu serius melaksanakannya.
Juknis Penetapan Batas Materialitas
Tingkat : 2%
Materialitas
PM : 2% x Rp 548.942.985.775,23 = Rp 10.978.859.715,50
Interpretasi : Secara kuantitatif, nilai PM sebesar = Rp 10.978.859.715,50 mempunyai arti bahwa apabila
Umum terdapat nilai salah saji atas akun dalam laporan keuangan yang lebih tinggi dari = Rp
10.978.859.715,50 maka akun tersebut mengandung salah saji yang material, dan apabila nilai
salah saji kurang dari Rp 10.978.859.715,50 maka akun tersebut tidak mengandung salah saji yang
material.
LAMPIRAN III.4 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/10/2013
TANGGAL : 28 Oktober 2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas
KEWAJIBAN 25.952.582.660
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 25.952.582.660
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) M M M Sedang
1.472.150.200 1.472.150.200 13.828.898
Utang Bunga - - -
Utang Pajak - - -
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
- - -
Pendapatan Diterima Dimuka - - -
Utang Jangka Pendek Lainnya 24.480.432.460 24.480.432.460 229.961.188 H H H Besar
1) saldo kas harus benar-benar akurat dan tidak dibenarkan ada salah saji sekecil apapun sehingga dilakukan pengujian secara populasi dan tidak ada alokasi TE untuk akun ini.
*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
Juknis Penetapan Batas Materialitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
LRA
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Paiak Daerah 4.674.700.485 4.674.700.485 42.038.928 M M M Sedang
Pendapatan Retribusi Daerah 9.647.718.997 9.647.718.997 86.760.589 M M M Sedang
Pendapatan Hasil Pengelolaan
M M M Sedang
Kekayaan Daerah Yanq Dipisahkan 651.279.595 651.279.595 5.856.866
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yanq
M M M Sedang
Sah 3.119.882.047 3.119.882.047 28.056.663
Jumlah PAD 18.093.581.124
PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak 37.054.657.987 37.054.657.987 333.227.362 L L L Kecil
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 118.598.662.932 118.598.662.932 1.066.541.206 L L L Kecil
Dana Alokasi Urnum 245.652.285.000 245.652.285.000 2.209.116.679 L L L Kecil
Dana Alokasi Khusus 43.962.200.000 43.962.200.000 395.345.923 L L L Kecil
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 11.697.883.400 11.697.883.400 105.197.431 L L L Kecil
Transfer Pemerintah Provinsi 39.479.758.339 39.479.758.339 355.035.951 L L L Kecil
Jumlah Pendapatan Transfer 496.445.447.658
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 262.352.538.041 262.352.538.041 2.359.299.721 L L L Kecil
Belanja Barang 113.879.633.862 113.879.633.862 1.024.103.637 H H H Besar
Belanja Hibah 23.616.179.510 23.616.179.510 212.377.003 H H H Besar
Belanja Bantuan Sosial 15.556.957.628 15.556.957.628 139.901.546 H H H Besar
Belanja Bantuan Keuangan 13.349.700.000 13.349.700.000 120.051.987 H H H Besar
Jumlah Belanja Operasi 428.755.009.041
BELANJA MODAL
Belanja Tanah 4.315.396.650 4.315.396.650 38.807.759 H H H Besar
Belanja Peralatan dan Mesin 14.677.762.409 14.677.762.409 131.995.067 H H H Besar
Belanja Gedung dan Bangunan 28.292.171.674 28.292.171.674 254.427.547 H H H Besar
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 63.415.443.347 63.415.443.347 570.286.222 H H H Besar
Belanja Aset Tetap Lainnya 633.793.254 633.793.254 5.699.614 H H H Besar
Belanja Aset Lainnya 12.000.000 12.000.000 107.914
Jumlah Belanja Modal 111.346.567.334
TRANSFER
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota 136.000.000 136.000.000 1.223.029
Jumlah Transfer 136.000.000
TOTAL BELANJA 548.942.985.775
SURPLUS/DEFISIT 72.158.810.667
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN DAERAH
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SILPA)
Penerimaan kembali Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Penerimaan atas Investasi Permanen
Jumlah Penerimaan Daerah
PENGELUARAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah 3.582.974.965 3.582.974.965 32.221.193
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
Negeri Lainnya 47.214.039.792 47.214.039.792 424.589.264
Pemberian Pinjaman Daerah - -
Jumlah Pengeluaran Daerah 50.797.014.757
Pembiayaan Netto (50.797.014.757)
SILPA 21.361.795.910
TOTAL 1.220.841.796.974 10.978.859.716
*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
LAMPIRAN III.5 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/10/2013
TANGGAL : 28 Oktober 2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas
BPK RI
Alasan : Pemeriksa mengubah PM dari 2% dari nilai total aset dari laporan
keuangan audited tahun sebelumnya menjadi 1,5% dari nilai total aset
dari laporan keuangan unaudited tahun berjalan, karena saat
pelaksanaan pemeriksaan dilapangan, Pemeriksa menemukan sistem
pengendalian internal (sistem akuntansi dan sistem rekonsiliasi)
dari entitas yang diperiksa belum memadai sehingga risiko
pengendalian menjadi tinggi. Pemeriksa menganggap hal ini
material dan berisiko tinggi karena sistem yang belum memadai akan
berdampak pada validitas akun dan proses pencatatannya di Laporan
Keuangan. Oleh karena itu, nilai materialitas awal diturunkan agar
Pemeriksa dapat mengumpulkan bukti transaksi lebih banyak.
Pemeriksa menggunakan angka total aset dari laporan keuangan
unaudited tahun berjalan karena laporan keuangan tersebut
mencerminkan informasi terbaru atas keadaan keuangan entitas yang
diperiksa.
Juknis Penetapan Batas Materialitas
KEWAJIBAN -
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK -
Uang Muka dari Rekening Khusus - - -
Uang Muka dari BUN - - -
Uang Muka dari KPPN - - -
Utang kepada pihak ketiga 848.472.444.569 848.472.444.569
Pendapatan yang ditangguhkan 4.283.898.015 4.283.898.015 64.074.092 L L L Kecil
Utang Jangka Pendek Lainnya 5.448.966.363 5.448.966.363 81.499.973 L H M Kecil
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 858.205.308.947 -
JUMLAH KEWAJIBAN 858.205.308.947 - -
-
EKUITAS DANA -
EKUITAS DANA LANCAR -
Cadangan Piutang 644.246.889.483 - -
Cadangan Persediaan 26.108.623.637.798 - -
Dana Yang Harus Disediakan Untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek (853.921.410.932) - -
Jumlah Ekuitas Dana Lancar 25.898.949.116.349 -
EKUITAS DANA INVESTASI -
Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan - -
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 265.689.439.857.959 - -
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya 5.792.738.433.769 - -
Dana Yang Harus Disediakan Untuk
Pembayaran Utang Jangka Panjang - - -
Jumlah Ekuitas Dana Investasi 271.482.178.291.728 -
JUMLAH EKUITAS DANA 297.381.127.408.077 -
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
DANA 298.239.332.717.024 - -
-
TOTAL AKUN - AKUN NERACA 299.097.538.025.971
1) saldo kas harus benar-benar akurat dan tidak dibenarkan ada salah saji sekecil apapun sehingga dilakukan pengujian secara populasi dan tidak ada alokasi TE untuk akun ini.
*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
Juknis Penetapan Batas Materialitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
LRA -
-
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH -
PENERIMAAN DALAM NEGERI 100.610.132.123 -
Penerimaan Perpajakan - - -
Penerimaan Negara Bukan Pajak 100.610.132.123 100.610.132.123 10.406.624.850 M M M Sedang
HIBAH - - -
JUMLAH PENDAPATAN DAN HIBAH 100.610.132.123 -
-
BELANJA -
Belanja Pegawai 21.183.531.909.199 21.183.531.909.199 2.191.121.956.952 L L L Kecil
Belanja Barang 9.483.831.725.000 9.483.831.725.000 980.961.627.068 H H H Besar
Belanja Modal 12.482.214.119.000 12.482.214.119.000 1.291.099.781.885 H H H Besar
Pembayaran Bunga Utang - - -
Subsidi - - -
Hibah - - -
Bantuan Sosial - - -
Belanja Lain-lain - - -
JUMLAH BELANJA 43.149.577.753.199 -
-
PEMBIAYAAN -
PEMBIAYAAN DALAM NEGERI -
Perbankan dalam Negeri (Bagian 61) - - -
Perbankan dalam Negeri (Bagian 62) - - -
Perbankan dalam Negeri (Bagian 69) - - -
Non Perbankan Dalam Negeri - - -
PEMBIAYAAN LUAR NEGERI - - -
Penarikan Pinjaman Luar Negeri - - -
Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar
Negeri - - -
JUMLAH PEMBIAYAAN -
*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
LAMPIRAN III.6 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/10/2013
TANGGAL : 28 Oktober 2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas
BPK RI
= Rp 9.700.497.380,00
KEWAJIBAN 268.807.500
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar 284.501.449.465
SILPA 233.585.963.257
Pendapatan yang Ditangguhkan 269.166.078
Cadangan untuk Piutang 44.862.572.574
Cadangan untuk Persediaan 6.052.555.056
Dana yang harus disediakan untuk
pembayaran Utang Jangka Pendek (268.807.500)
1) saldo kas harus benar-benar akurat dan tidak dibenarkan ada salah saji sekecil apapun sehingga dilakukan pengujian secara populasi dan tidak ada alokasi TE untuk akun ini.
*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
Juknis Penetapan Batas Materialitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
LRA
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Paiak Daerah 8.688.093.199 8.688.093.199 53.649.520 M M M Sedang
Pendapatan Retribusi Daerah 10.542.606.064 10.542.606.064 65.101.253 M M M Sedang
Pendapatan Hasil Pengelolaan
M M M Sedang
Kekayaan Daerah Yanq Dipisahkan 791.807.705 791.807.705 4.889.462
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
M M M Sedang
yanq Sah 9.576.624.654 9.576.624.654 59.136.257
Jumlah PAD 29.599.131.622 -
-
PENDAPATAN TRANSFER -
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan -
Dana Bagi Hasil Pajak 31.988.807.362 31.988.807.362 197.532.889 L L L Kecil
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 261.793.270.224 261.793.270.224 1.616.589.838 L L L Kecil
Dana Alokasi Urnum 283.074.736.000 283.074.736.000 1.748.004.222 L L L Kecil
Dana Alokasi Khusus 18.401.608.690 18.401.608.690 113.631.086 L L L Kecil
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya L L L Kecil
41.410.248.000 41.410.248.000 255.710.875
Transfer Pemerintah Provinsi 47.624.689.586 47.624.689.586 294.085.441 L L L Kecil
Jumlah Pendapatan Transfer 684.293.359.862 -
-
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG
SAH -
Pendapatan Hibah 163.385.033.714 163.385.033.714 1.008.912.815 H H H Besar
Pendapatan Lainnya 1.300.000.000 1.300.000.000 8.027.581 H H H Besar
Jumlah Lain-Lain Pendapatan yang
sah 164.685.033.714 -
TOTAL PENDAPATAN 878.577.525.198 -
-
BELANJA -
BELANJA OPERASI -
Belanja Pegawai 308.812.321.518 308.812.321.518 1.906.935.424 L L L Kecil
Belanja Barang 141.420.296.137 141.420.296.137 873.279.185 H H H Besar
Belanja Hibah 21.023.763.650 21.023.763.650 129.823.057 H H H Besar
Belanja Bantuan Sosial 6.655.575.000 6.655.575.000 41.098.592 H H H Besar
Belanja Bantuan Keuangan 25.422.792.953 25.422.792.953 156.987.339 H H H Besar
Jumlah Belanja Operasi 5,03335E+11 -
-
BELANJA MODAL -
Belanja Tanah 6.224.635.200 6.224.635.200 38.437.512 H H H Besar
Belanja Peralatan dan Mesin 25.987.536.581 25.987.536.581 160.474.666 H H H Besar
Belanja Gedung dan Bangunan 15.631.742.437 15.631.742.437 96.526.988 H H H Besar
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 90.659.189.944 90.659.189.944 559.826.175 H H H Besar
Belanja Aset Tetap Lainnya 4.619.033.800 4.619.033.800 28.522.823 H H H Besar
Belanja Aset Lainnya - - -
Jumlah Belanja Modal 143.122.137.962 -
-
BELANJA TIDAK TERDUGA -
Belanja Tidak Terduga 242.938.100 242.938.100 1.500.158 H H H Besar
Jumlah Belanja Tidak Terduga 242.938.100 -
Juknis Penetapan Batas Materialitas
TRANSFER -
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota - - -
Jumlah Transfer - -
TOTAL BELANJA 646.699.825.320 -
SURPLUS/DEFISIT 231.877.699.878 -
-
PEMBIAYAAN -
PENERIMAAN DAERAH -
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SILPA) - -
Penerimaan kembali Pinjaman
Daerah - -
Penerimaan Piutang Daerah - -
Penerimaan atas Investasi Permanen
- -
Jumlah Penerimaan Daerah - -
-
PENGELUARAN DAERAH -
Pembentukan Dana Cadangan - -
Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah 21.425.842.940 21.425.842.940 132.305.922
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
Negeri Lainnya 24.211.624.960 24.211.624.960 149.508.300
Pemberian Pinjaman Daerah - -
Jumlah Pengeluaran Daerah 45.637.467.900
Pembiayaan Netto (45.637.467.900)
SILPA 186.240.231.978
TOTAL 1.570.914.818.418 9.700.497.380
*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
LAMPIRAN III.7 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/10/2013
TANGGAL : 28 Oktober 2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas
PERUMUSAN OPINI
DENGAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS KUANTITATIF DAN KUALITATIF
PADA PEMERIKSAAN LKKL
4. Peralatan dan Rp 6.568,53 Milyar Mutasi kurang atas aset senilai Rp1.115,37
Mesin (18,42% dari total aset) Milyar tidak dapat ditelusuri ke dokumen sumber
pembukuan;
Aset Peralatan dan Mesin hasil pengadaan
dengan dana devisa senilai Rp27,22 Milyar tidak
direkonsiliasi secara memadai antara
pencatatan realisasi pembayaran dengan
kemajuan pelaksanaan pengadaan.
Kondisi tersebut tidak memungkinkan BPK untuk
meyakini pencatatan transaksi-transaksi tersebut
pada akun Peralatan dan Mesin (bertentangan
dengan asersi akurasi)
Berdasarkan deskripsi penjelasan diatas, bila dilihat dari asersi pengungkapan dan akurasi, maka
terdapat akun-akun yang dapat mempengaruhi kewajaran laporan keuangan. Dilihat dari besarnya
nominal akun yang bermasalah tergolong material, namun persentase nilai akun tersebut terhadap
total aset dan total kewajiban tidak material. Oleh karena itu, Pemeriksa menyimpulkan bahwa akun-
akun yang bermasalah tersebut tidak berpengaruh signifikan namun material terhadap kewajaran
akun-akun lain dalam laporan keuangan.
Juknis Penetapan Batas Materialitas
Pemeriksa dapat menggunakan matriks hubungan antara efek materialitas, keadaan, dan jenis opini
(Gambar 3.4) untuk mempermudah merumuskan opini pemeriksaan.
Hasil analisa dengan menggunakan matriks tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemeriksa dapat
memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
LAMPIRAN III.8 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/10/2013
TANGGAL : 28 Oktober 2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas
PERUMUSAN OPINI
DENGAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS KUANTITATIF DAN KUALITATIF
PADA PEMERIKSAAN LKPD
Kesimpulan umum, Kondisi tersebut tidak memungkinkan Tim Pemeriksa untuk memperoleh keyakinan
mengenai pencatatan, pengukuran, dan penyajian atas transaksi pada akun Kas, Piutang Pajak, Aset Tetap,
EDL-Silpa, Pendapatan Pajak Hotel serta Belanja Barang Jasa .
Juknis Penetapan Batas Materialitas
Berdasarkan asersi kelengkapan, penilaian, hak dan kewajiban serta penyajian, maka beberapa
kondisi dari tabel diatas menjelaskan bahwa terdapat akun-akun yang dapat mempengaruhi
kewajaran laporan keuangan. Beberapa penyebab signifikannya, yaitu:
1. Tidak efektifnya mekanisme verifikasi berjenjang atas permintaan pembayaraan mulai dari
SPP hingga penerbitan SP2D untuk belanja barang dan jasa;
2. Mekanisme pencatatan, penyajian, dan pengakuan atas perolehan aset tetap yang berasal
dari realisasi belanja barang dan jasa belum secara optimal mengikuti ketentuan yang
berlaku;
3. Ketentuan mengenai penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah- Pajak Hotel yang harus
dilengkapi dengan dokumen pendukung untuk menjelaskan besarnya nilai omzet hotel yang
nyata belum dilaksanakan;
4. Terdapat indikasi terjadinya fraud yakni adaya negosiasi nilai besarnya pajak hotel yang akan
dicantumkan di Surat Ketetapan Pajak Daerah- Pajak Hotel, sehingga terjadi kekurang
penerimaan pajak hotel;
Berdasarkan analisa kuantitatif, nilai nominal temuan tersebut tidak material karena masih dibawah
PM. Akan tetapi, berdasarkan analisa kualitatif, karena kesalahannya secara pervasive dapat
mempengaruhi kehandalan laporan keuangan, maka Pemeriksa menyimpulkan akun-akun yang
bermasalah tersebut berdampak secara signifikan terhadap kewajaran akun-akun lain dalam laporan
keuangan.
Pemeriksa dapat menggunakan matriks hubungan antara dampak materialitas, keadaan, dan jenis
opini (Gambar 3.4) untuk mempermudah merumuskan opini pemeriksaan.
Keadaan
Kelengkapan transaksi Kas, Piutang Pajak, WDP
EDL-Silpa dan Pendapatan pajak hotel
terganggu karena fraud.
Hasil analisa dengan menggunakan matriks tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemeriksa dapat
memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).