Anda di halaman 1dari 56

Juknis Penetapan Batas Materialitas

PETUNJUK TEKNIS
PENETAPAN BATAS MATERIALITAS
PEMERIKSAAN KEUANGAN

Tim Penyusun:
Daeng M. Nazier
Hery Subowo
Ria Anugriani
Dedy Eryanto
Airin Maulida Harahap
Endra Noviandy Sujadi
Erny Dwi Ekawati
Imammudin Achmad
Latiefah Lestari Dewi
M.Imam Asyhari
Suratriningtyas
Shokhifatunufus
Yoice Stefano

Direktorat Litbang
Badan Pemeriksaan Keuangan
Jl. Gatot Subroto 21
Jakarta-10210

i
Juknis Penetapan Batas Materialitas

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... i
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................................................1
B. Tujuan .................................................................................................................................................1
C. Lingkup ...............................................................................................................................................2
D. Kedudukan Juknis Penetapan Batas Materialitas Pemeriksaan Keuangan ......................................2
E. Dasar Hukum Penyusunan Juknis .....................................................................................................3
F. Sistematika Penulisan .........................................................................................................................3
BAB II GAMBARAN UMUM MATERIALITAS ..............................................................................................4
A. Pengertian Materialitas ........................................................................................................................4
B. Jenis Materialitas .................................................................................................................................5
C. Materialitas dan Risiko Pemeriksaan ..................................................................................................6
D. Planning Materiality dan Tolerable Misstatement ...............................................................................6
BAB III TEKNIK PENETAPAN BATAS MATERIALITAS .............................................................................8
A. Umum ..................................................................................................................................................8
B. Penetapan Nilai Materialitas Pada Tahap Perencanaan Pemeriksaan .............................................8
C. Penetapan Nilai Materialitas Pada Awal Pelaksanaan Pemeriksaan ..............................................15
D. Penetapan Nilai Materialitas Pada Akhir Pelaksanaan Pemeriksaan .............................................16
E. Dokumentasi .....................................................................................................................................19
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................................21
A. Pemberlakuan Juknis Penetapan Batas Materialitas .........................................................................21
B. Perubahan Juknis Penetapan Batas Materialitas ..............................................................................21
C. Pemantauan Juknis Penetapan Batas Materialitas ...........................................................................21
REFERENSI ................................................................................................................................................22
LAMPIRAN

i
Juknis Penetapan Batas Materialitas

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN III.1 Penetapan Planning Materiality pada Pemeriksaan LKKL


LAMPIRAN III.2 Alokasi Tolerable Misstatement pada Pemeriksaan LKKL
LAMPIRAN III.3 Penetapan Planning Materiality pada Pemeriksaan LKPD
LAMPIRAN III.4 Alokasi Tolerable Misstatement pada Pemeriksaan LKPD
LAMPIRAN III.5 Perubahan Planning Materiality dan Tolerable Misstatement pada
Pemeriksaan LKKL
LAMPIRAN III.6. Perubahan Planning Materiality dan Tolerable Misstatement pada
Pemeriksaan LKPD
LAMPIRAN III.7 Perumusan Opini dengan Pertimbangan Materialitas Kuantitatif dan
Kualitatif pada Pemeriksaan LKKL
LAMPIRAN III.8 Perumusan Opini dengan Pertimbangan Materialitas Kuantitatif dan
Kualitatif pada Pemeriksaan LKPD

ii
Juknis Penetapan Batas Materialitas

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kedudukan Juknis Penetapan Batas Materialitas


Gambar 3.1 Contoh Penetapan Dasar dan Tingkat Materialitas Awal
Gambar 3.2 Penetapan Nilai Materialitas Awal (PM)
Gambar 3.3 Hubungan Antara Materialitas, Risiko Pemeriksaan, dan Bukti Pemeriksaan

iii
Juknis Penetapan Batas Materialitas

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Umum Penerapan Tingkat Materialitas


Tabel 3.2 Beberapa Alternatif Hubungan Antara Opini Tahun Sebelumnya, Risiko Audit,
Persentase Tingkat Materialitas Awal, dan Faktor Kualitatif
Tabel 3.3 Hubungan Antara Efek Materialitas, Keadaan, dan Opini

iv
Juknis Penetapan Batas Materialitas

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

01 Dalam melaksanakan pemeriksaan, Pemeriksa selalu dihadapkan Keterbatasan


dalam pemeriksaan
dengan berbagai keterbatasan seperti waktu, sumber daya manusia,
dan biaya sehingga Pemeriksa tidak mungkin melakukan pengujian
atas seluruh transaksi dalam suatu entitas yang diperiksa.
Keterbatasan-keterbatasan tersebut menimbulkan kebutuhan bagi
Pemeriksa untuk mempertimbangkan “materialitas” dalam
pemeriksaan.
02 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) mensyaratkan Perencanaan &
bukti terkait dengan
Pemeriksa untuk merencanakan pemeriksaan sebaik-baiknya, menguji materialitas
pengendalian intern, dan memperoleh bukti kompeten yang cukup.
Untuk melaksanakan SPKN tersebut dan mempertimbangkan
keterbatasan-keterbatasan di atas, maka pemeriksaan dilakukan
dengan mempertimbangkan konsep materialitas.
03 Konsep materialitas secara praktik telah banyak dilakukan dalam Konsep
materialitas dalam
Pemeriksaan Keuangan. Hasil Pemeriksaan Keuangan pemeriksaan
mengungkapkan opini kewajaran suatu laporan keuangan terhadap
standar akuntansi yang berlaku dalam segala hal yang material. Hasil
pemeriksaan berupa opini tersebut diperoleh dari suatu ‘reasonable
assurance’ (keyakinan yang memadai) bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji yang material.
04 Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam Pentingnya
pertimbangan
menetapkan batas materialitas terutama atas salah saji yang profesional
berindikasi adanya kecurangan, penyimpangan dari ketentuan
Peraturan Perundang-undangan atau ketidakpatutan.
05 Dengan demikian, materialitas merupakan salah satu konsep penting Materialitas
merupakan konsep
dan mendasar di dalam Pemeriksaan Keuangan. Hal ini disebabkan penting
penetapan materialitas mempengaruhi pemberian opini atas kewajaran
suatu laporan keuangan.
06 Berdasarkan hal-hal di atas, penetapan materialitas dalam Perlunya pedoman
penetapan
pemeriksaan perlu diatur dalam suatu petunjuk teknis (juknis) sebagai materialitas
penjabaran dari SPKN, Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP),
dan petunjuk pelaksanaan (juklak) serta juknis terkait lainnya sehingga
Pemeriksa memiliki dasar atau justifikasi serta keseragaman dan
konsistensi dalam menetapkan materialitas.

B. Tujuan

07 Tujuan Juknis Penetapan Batas Materialitas adalah untuk memberikan Tujuan Penetapan
Juknis
pedoman secara teknis tentang cara penetapan batas materialitas
dalam perencanaan pemeriksaan dan cara merevisi batas materialitas
pada awal pelaksanaan maupun akhir pelaksanaan pemeriksaan.

1
Juknis Penetapan Batas Materialitas

C. Lingkup

08 Juknis ini hanya mengatur penetapan batas materialitas dalam Lingkup juknis

Pemeriksaan Keuangan dalam hal ini pemeriksaan laporan keuangan.


09 Juknis ini merupakan penjabaran dari Juklak Pemeriksaan Keuangan Keterkaitan dengan
perangkat lunak
langkah ke-7 pada Tahap Perencanaan Pemeriksaan Keuangan, yaitu lainnya
penetapan batas materialitas awal, serta langkah ke-2 dan ke-10 pada
Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan, yaitu penyesuaian tingkat
risiko dan tingkat materialitas setelah uji pengendalian dan penilaian
risiko dan materialitas akhir. Selain itu, Juknis ini terkait dengan Juknis
Pemahaman dan Penilaian Risiko, Juknis Uji Petik dalam Pemeriksaan
Keuangan, serta Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI.

D. Kedudukan Juknis Penetapan Batas Materialitas Pemeriksaan Keuangan

10 Juknis Penetapan Batas Materialitas ini merupakan pedoman teknis Kedudukan Juknis
Penetapan Batas
dari Juklak Pemeriksaan Keuangan. Hubungan Juknis Penetapan Materialitas
Batas Materialitas Pemeriksaan Keuangan dengan pedoman
pemeriksaan BPK dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut.
Gambar 1.1 Kedudukan Juknis Penetapan Batas Materialitas

2
Juknis Penetapan Batas Materialitas

E.E. Dasar Hukum Penyusunan Juknis

E.
11 Dasar hukum penyusunan Juknis Penetapan Batas Materialitas adalah Dasar Hukum

sebagai berikut:
E.
a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
E. Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 85 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4654);
c. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4707);
d. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/1-
VIII.3/8/2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan,
Keputusan dan Naskah Dinas pada Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia;
e. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia;
f. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/1-XIII.2/2/2008
tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
05/K/I-XIII.2/2/2009 tentang Perubahan atas Panduan Manajemen
Pemeriksaan;
g. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 05/K/I-XIII.2/5/2008
tentang Petunjuk Teknis Penetapan Batas Materialitas
Pemeriksaan Keuangan;
h. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor
09/K/I-XIII.2/7/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara
Penyusunan atau Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan dan
Non Pemeriksaan.

F. Sistematika Penulisan
12 Juknis ini disusun menurut sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : GAMBARAN UMUM MATERIALITAS
BAB III : TEKNIK PENETAPAN BATAS MATERIALITAS
BAB IV : PENUTUP
REFERENSI

3
Juknis Penetapan Batas Materialitas

BAB II GAMBARAN UMUM MATERIALITAS

A. Pengertian Materialitas

01 Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi Pengertian


materialitas
penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya,
mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan pihak
yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut1. Pihak-pihak
yang berkepentingan tersebut antara lain:
a. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) menggunakan Laporan Keuangan Pemerintah
untuk menilai kinerja pengelolaan keuangan Pemerintah berkaitan
dengan besarnya anggaran yang akan disetujui oleh DPR/DPRD;
dan
b. Kementerian Keuangan juga berkepentingan atas Laporan
Keuangan Pemerintah berkaitan dengan pencairan anggaran
instansi tersebut.
Penetapan batas materialitas meliputi pertimbangan secara kuantitatif
maupun kualitatif.
02 Keadaan yang melingkupi yang harus dipertimbangkan Pemeriksa Keadaan yang
melingkupi
dalam menetapkan materialitas di antaranya adalah sifat dan jumlah
pos dalam laporan keuangan yang diperiksa. Sebagai contoh, suatu
jumlah yang material bagi laporan keuangan suatu entitas mungkin
tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran dan
sifat yang berbeda. Begitu juga, jumlah yang material bagi laporan
keuangan entitas tertentu kemungkinan berubah dari satu periode ke
periode yang lain.
03 Pertimbangan kuantitatif dalam menetapkan materialitas biasanya Pertimbangan
kuantitatif dalam
merujuk pada persentase atau angka tertentu yang ditetapkan pada penetapan
materialitas
tahap awal. Angka tersebut menjadi pedoman untuk menetapkan
apakah suatu salah saji yang ditemukan dalam pemeriksaan
merupakan salah saji yang material. Jumlah salah saji di bawah angka
tersebut tanpa dilakukannya pengamatan lebih lanjut dapat dinyatakan
tidak material.

1
Pernyataan Standar Auditing No.25, “Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit”, Standar Audit Seksi 312 par.10

4
Juknis Penetapan Batas Materialitas

04 Dalam sektor publik, materialitas tidak hanya dinilai dari segi kuantitatif Pertimbangan
kualitatif dalam
tetapi juga segi kualitatif, terutama terkait dengan tingkat kepentingan penetapan
materialitas
para pihak terhadap laporan keuangan pemerintah. Tingkat ketaatan
pemerintah terhadap Peraturan Perundang-undangan memiliki nilai
kepentingan lebih tinggi dibandingkan kemampuan pemerintah
menghasilkan dan mempertahankan surplus anggaran, sehingga
pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-undangan, seperti
adanya transaksi yang berindikasi korupsi berapapun nilai nominalnya,
baik yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap
kewajaran laporan keuangan dapat mempengaruhi penilaian
materialitas secara kualitatif.

B. Jenis Materialitas

05 Pertimbangan Pemeriksa tentang materialitas merupakan Pertimbangan


materialitas bersifat
pertimbangan yang bersifat profesional (professional judgement) dan profesional
dipengaruhi oleh persepsi yang wajar tentang keandalan dan
kepercayaan atas laporan keuangan yang diperiksa. Materialitas
mengandung unsur subjektivitas tergantung pada sudut pandang,
waktu, dan kondisi pihak yang berkepentingan.

06 Konsep materialitas dapat dikelompokkan menjadi : Konsep


materialitas
a. Materialitas Kuantitatif; materialitas yang menggunakan ukuran
kuantitatif tertentu seperti nilai uang, jumlah waktu, frekuensi
maupun jumlah unit.
b. Materialitas Kualitatif; materialitas yang menggunakan ukuran
kualitatif yang lebih ditentukan pada pertimbangan profesional.
Pertimbangan profesional tersebut didasarkan pada cara pandang,
pengetahuan, dan pengalaman pada situasi dan kondisi tertentu.
07 Dalam menentukan materialitas, tidak terdapat kriteria yang baku, Faktor yang
dipertimbangkan
tetapi ada faktor yang harus dipertimbangkan Pemeriksa dalam dalam menentukan
materialitas
menentukan materialitas, yaitu :
a. tingkat kepentingan para pihak terhadap objek yang diperiksa,
misalnya pada objek laporan keuangan pemerintah, pengguna
laporan keuangan memiliki kepentingan yang tinggi terhadap
masalah legalitas dan ketaatan pada ketentuan yang berlaku
(aspek kepatuhan).
b. batasan materialitas untuk penugasan pemeriksaan, misalnya
batasan materialitas pemeriksaan laporan keuangan pemerintah
pusat/daerah cenderung lebih konservatif daripada pemeriksaan
laporan keuangan sektor swasta, karena sektor publik lebih
mementingkan pengujian terhadap legalitas, ketaatan terhadap
ketentuan yang berlaku.

5
Juknis Penetapan Batas Materialitas

C. Materialitas dan Risiko Pemeriksaan

08 Risiko Pemeriksaan atau Audit Risk (AR) atau Acceptable Audit Risk Hubungan
materialitas dan
(AAR) adalah risiko yang timbul karena Pemeriksa, tanpa disadari, risiko
tidak memodifikasi opininya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material. Pemeriksa
menetapkan risiko pemeriksaan dalam pemeriksaan keuangan pada
tingkat keyakinan yang memadai untuk bisa memberikan opini atas
laporan keuangan yang diperiksa.
AR berkaitan dengan seberapa besar kemungkinan (probabilitas)
Pemeriksa menyimpulkan bahwa semua asersi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun oleh manajemen (entitas) secara
material adalah benar, padahal terdapat asersi yang keliru secara
material. Selanjutnya penjelasan penentuan AR secara detail dapat
dilihat dijuknis penilaian risiko pemeriksaan keuangan.
AR terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu:
 ‘Risk of Material Misstatement/RoMM’ (risiko salah saji material)
yang terdiri dari ‘Inherent Risk/IR’ (risiko bawaan) dan ‘Control
Risk/CR’ (risiko pengendalian);
 ‘Detection Risk/DR’(risiko deteksi).
Apabila Pemeriksa menentukan nilai materialitas maka yang ditentukan
adalah nilai salah saji material, sehingga kaitan langsung antara
materialitas dan AR terletak pada risiko salah saji material (IR dan
CR) pada tingkat saldo akun. Terdapat hubungan terbalik antara
materialitas dan risiko salah saji material atas akun-akun dalam laporan
keuangan. Apabila terdapat akun yang pengaruhnya sangat signifikan
terhadap laporan keuangan, Pemeriksa akan menetapkan IR dan CR
tinggi karena terdapat banyak kemungkinan salah saji yang material
atas akun tersebut. Sedangkan materialitas yang ditetapkan rendah
sehingga Pemeriksa akan mengumpulkan bukti lebih banyak pada saat
melakukan prosedur substantif mendalam (DR rendah)2. Langkah-
langkah untuk melakukan analisis risiko pemeriksaan lebih detail dapat
dilihat pada juknis penilaian risiko.

D. Planning Materiality dan Tolerable Misstatement

09 Dalam pemeriksaan laporan keuangan, Pemeriksa perlu menetapkan Nilai materialitas

nilai materialitas yang terdiri dari:


a. ‘Planning Materiality/PM’ (materialitas awal), yaitu nilai maksimum
yang menjadi batas Pemeriksa untuk meyakini bahwa semua
salah saji yang diatas nilai tersebut dianggap material dan dapat
mempengaruhi keputusan dari pihak-pihak yang berkepentingan.

2
Auditing & Assurance Services : A Systematic Approach, “Risk Assessment and Materiality”, Messier/Glover/Prawitt, pg. 80-117.

6
Juknis Penetapan Batas Materialitas

Materialitas ini ditetapkan untuk tingkat keseluruhan laporan


keuangan3;
b. ‘Tolerable Misstatement/TM’ (salah saji tertoleransi), yaitu
materialitas terkait kelas-kelas transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan. TM merupakan istilah yang sama artinya dengan
Tolerable Error (TE) pada juknis terdahulu. Istilah TM lebih tepat
digunakan karena misstatement mempunyai arti lebih luas
daripada error. Misstatement mencakup kesalahan yang tidak
disengaja (error) dan kesalahan yang disengaja (fraud).
10 Materialitas pada tingkat keseluruhan laporan keuangan (PM) Materialitas tingkat
laporan keuangan
merupakan salah saji agregat minimum dalam laporan keuangan yang
dianggap dapat menyebabkan laporan keuangan tersebut tidak dapat
disajikan dengan wajar.
11 Materialitas pada tingkat akun (TM) merupakan salah saji minimum Materialitas tingkat
akun
pada saldo akun yang dapat menyebabkan akun tersebut dianggap
mengandung salah saji material.

3
Auditing & Assurance Services : An Integrated Approach, “Materiality and Risk”, Elder/Beasley/Arens, pg. 249.

7
Juknis Penetapan Batas Materialitas

BAB III TEKNIK PENETAPAN BATAS MATERIALITAS

A. Umum

01 Penetapan nilai materialitas dilakukan pada tahap perencanaan Tahap Perencanaan


Pemeriksaan
pemeriksaan, awal pelaksanaan pemeriksaan,dan akhir pelaksanaan
pemeriksaan4.
Tahap Awal Pelaksanaan
Pemeriksaan
Pada tahap perencanaan pemeriksaan, Pemeriksa menetapkan nilai
PM dan TM awal secara kuantitatif untuk menentukan sifat, saat, dan
luas prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. Pada tahap ini, Tahap Akhir Pelaksanaan
Pemeriksaan

Pemeriksa juga harus mempertimbangkan salah saji yang mungkin


tidak material secara kuantitatif, tetapi material secara kualitatif.
Pada tahap awal pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa dapat
melakukan revisi atas nilai materialitas awal (nilai PM dan TM awal)
secara kuantitatif apabila terdapat perubahan lingkup pemeriksaan
yang signifikan dan informasi tambahan yang mempengaruhi
kewajaran akun-akun dalam laporan keuangan yang diperiksa.
Pemeriksa dapat pula tidak merevisi nilai materialitas awal apabila
menurut pertimbangan profesional, nilai materialitas awal masih
relevan untuk digunakan.
Pada tahap akhir pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa melakukan
evaluasi kembali atas nilai materialitas pada tahap awal pelaksanaan
pemeriksaan berdasarkan pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
Tahap ini sangat penting bagi Pemeriksa untuk melakukan revisi atas
materialitas awal secara kuantitatif dan kualitatif karena berhubungan
dengan opini yang akan diberikan.

B. Penetapan Nilai Materialitas Pada Tahap Perencanaan Pemeriksaan

02 Nilai Materialitas Awal (PM) merupakan nilai materialitas awal untuk 1. Penentuan Dasar
Penetapan Materialitas
tingkat laporan keuangan secara keseluruhan. Nilai materialitas awal
yang diperoleh merupakan besarnya kesalahan yang mempengaruhi
2. Penentuan Tingkat
pertimbangan pengguna laporan keuangan. Penetapan nilai Materialitas

materialitas awal secara kuantitatif meliputi tahapan sebagai berikut:


a. Penentuan Dasar (Basis) Penetapan Materialitas; 3. Penetapan Nilai
Materialitas Awal

b. Penentuan Tingkat (Rate) Materialitas;


4. Penetapan Kesalahan
yang Dapat Ditoleransi
c. Penetapan Nilai Materialitas Awal; dan
d. Penetapan Kesalahan Yang Dapat Ditoleransi.

4
Juklak Pemeriksaan Keuangan, “Metodologi Pemeriksaan Keuangan”, BPK

8
Juknis Penetapan Batas Materialitas

03 Tahap pertama yang harus dilakukan oleh Pemeriksa adalah Dasar penetapan
materialitas
menentukan dasar penetapan materialitas. Dasar penetapan
materialitas yang dapat digunakan oleh Pemeriksa di antaranya adalah
nilai laba bersih sebelum pajak, total aset, ekuitas, total penerimaan,
atau total belanja/biaya.
Faktor-faktor yang
04 Dalam memutuskan nilai yang akan dijadikan dasar, Pemeriksa dipertimbangkan
dalam menentukan
sebaiknya mempertimbangkan: dasar penetapan
a. karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan lingkungan entitas materialitas

yang diperiksa;
b. area dalam laporan keuangan yang akan lebih diperhatikan oleh
pengguna laporan keuangan; dan
c. kestabilan atau keandalan nilai yang akan dijadikan dasar.
05 Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan oleh Pemeriksa Jenis – jenis dasar
penetapan
d.
adalah sebagai berikut: materialitas
a. total pendapatan atau total belanja, untuk entitas nirlaba. Contoh:
Pemerintah Pusat, Lembaga Negara, dan Pemerintah Daerah
mempunyai jumlah total pendapatan atau total belanja yang besar
sehingga dasar penetapan materialitas lebih tepat didasarkan
pada total pendapatan atau total belanja;
b. laba sebelum pajak atau pendapatan, untuk entitas yang bertujuan
mencari laba. Contoh: BUMN, BUMD, dan BLU, merupakan
lembaga pemerintah yang bertujuan mencari laba sehingga
penentuan dasar materialitas lebih tepat menggunakan laba
sebelum pajak; dan
c. nilai aset bersih atau ekuitas, untuk entitas yang berbasis aset.
Contoh: meskipun sebagian besar pemeriksaan atas LKKL/LKPP
dan LKPD menggunakan total penerimaan atau total belanja
sebagai dasar penetapan materialitas, terdapat pemeriksaan atas
LKKL, seperti Kementerian XYZ, yang lebih tepat menggunakan
dasar aset dalam menetapkan batas materialitas karena jumlah
aset dalam Kementerian tersebut sangat signifikan dan menjadi
perhatian utama bagi pembaca laporan keuangan dan pengambil
keputusan.
06 Mengenai angka mana yang harus diambil, apakah angka tahun lalu, Tahun yang
menjadi dasar
tahun berjalan, atau angka ekspektasi, tergantung pertimbangan penetapan
materialitas
reliabilitas atau keakuratan data. Praktik yang umum adalah dengan
mengambil angka dalam laporan keuangan audited tahun lalu ketika
melakukan pemeriksaan interim. Setelah Pemeriksa melakukan
pemeriksaan terinci, Pemeriksa dapat merevisi nilai materialitas awal
dengan menggunakan angka Laporan Keuangan unaudited tahun
berjalan. Cara lain adalah dengan mengambil angka aktual pada saat
perencanaan, kemudian diekstrapolasi ke dalam sejumlah periode.

9
Juknis Penetapan Batas Materialitas

07 Setelah menentukan dasar penetapan, tahap kedua yang dilakukan Tingkat


materialitas
Pemeriksa adalah mempertimbangkan tingkat yang akan digunakan
dalam menghitung materialitas awal.
Tingkat materialitas dapat ditetapkan sebagai berikut:
a. untuk entitas nirlaba: sebesar 0,5% sampai dengan 5% dari total
penerimaan atau total belanja (0,5% ≤ PM ≤ 5%);
b. untuk entitas yang bertujuan mencari laba: sebesar 5% sampai
dengan 10% dari laba sebelum pajak atau sebesar 0,5% sampai
dengan 1% dari total penjualan/pendapatan (5% ≤ PM ≤ 10% atau
0,5% ≤ PM ≤ 1%) ; dan
c. untuk entitas yang berbasis aset: sebesar 1% dari ekuitas atau
sebesar 0,5% sampai 1% dari total aktiva.
08 Pedoman umum penerapan tingkat materialitas adalah sebagai berikut: Pedoman umum
penerapan tingkat
Tabel 3.1 Pedoman Umum Penerapan Tingkat Materialitas materialitas

No Persentase Keterangan

a. 0,5% - 5% dari belanja atau Tingkat materialitas 0,5% dapat digunakan pada saat
pendapatan pemeriksaan yang baru pertama kali dilakukan atau
pada kondisi Sistem Pengendalian Intern (SPI) entitas
yang belum memadai. Selanjutnya pemeriksa dapat
berangsur-angsur meningkatkan tingkat materialitas
yang akan digunakan pada pemeriksaan-pemeriksaan
selanjutnya sampai dengan tingkat materialitas 5%
dari total belanja atau pendapatan

b. 5% sampai 10% dari laba Tingkat materialitas 10% digunakan pada perusahaan
sebelum pajak nonpublik dan anak perusahaannya dan 5%
digunakan pada perusahaan publik

0,5% sampai 1% dari Apabila sebuah perusahaan telah beroperasi pada


penjualan atau mendekati titik impas dan keuntungan atau
kerugian bersih berfluktuasi dari tahun ke tahun

c. 1% dari ekuitas Digunakan pada saat hasil dari operasi sangat rendah
yang menyebabkan likuiditas sebagai perhatian
utama, atau pada saat pengguna laporan keuangan
lebih memfokuskan perhatian pada ekuitas dari pada
hasil dari operasi

0,5% sampai 1% dari total Digunakan pada saat ekuitas mengalami penurunan
aktiva pada titik paling rendah

09 Kepada Pemeriksa dianjurkan untuk menggunakan tingkat materialitas Konservatisme


dalam penerapan
yang paling rendah (paling konservatif) pada pemeriksaan atas laporan tingkat materialitas
keuangan entitas yang baru kali pertama diperiksa karena Pemeriksa
belum memahami secara detail tentang entitas tersebut. Pemeriksa
masih harus mengumpulkan bukti yang banyak atas pemeriksaan
laporan keuangan entitas tersebut sehingga tingkat materialitas yang
ditetapkan rendah. Selain itu, tingkat materialitas yang konservatif juga
harus digunakan pada pemeriksaan atas laporan keuangan entitas-
entitas yang mempunyai risiko pemeriksaan tinggi atau belum
mempunyai sistem pengendalian intern yang memadai.

10
Juknis Penetapan Batas Materialitas

10 Dalam menetapkan persentase tingkat materialitas awal, Pemeriksa Faktor kualitatif


dalam menentukan
juga mempertimbangkan beberapa faktor-faktor kualitatif, meliputi : nilai materialitas
awal
a. Opini pemeriksaan tahun sebelumnya;
b. Risiko pemeriksaan (AR) pada saat perencanaan pemeriksaan; dan
c. Faktor-faktor yang memengaruhi materialitas, baik berasal dari
pemeriksaan tahun sebelumnya maupun tahun berjalan.

11 Tabel berikut merupakan beberapa alternatif pertimbangan hubungan Tabel hubungan


antara opini th
antara opini tahun sebelumnya, AR, persentase tingkat materialitas sebelumnya, AR,
tingkat materialitas,
awal, dan faktor-faktor kualitatif lainnya yang dapat memengaruhi dan faktor-faktor
tingkat materialitas awal: kualitatif

Tabel 3.2 Beberapa Alternatif Hubungan antara Opini Tahun Sebelumnya,


AR, Persentase Tingkat Materialitas Awal, dan Faktor Kualitatif

Opini tahun AR Persentase Faktor-faktor kualitatif


sebelumnya Tingkat
Materialitas
Awal

Disclaimer/Adverse 1% 0,5 % - 1 %  Ekspektasi pemangku


kepentingan;
WDP 3% 1,01 % - 3 %  Risiko kecurangan;
WTP 5% 3,01 % - 5 %  Besar kecilnya anggaran;
 Hasil Audit tahun
lalu/tindak lanjut;
 Tingkat penyelesaian
tindak lanjut
rekomendasi hasil
pemeriksaan BPK;
 Perubahan kebijakan
pemerintah terhadap
entitas ybs;
 Karakteristik entitas yang
diperiksa;
 Bisnis proses entitas
yang diperiksa;
 Dst.

Tabel diatas menjelaskan bahwa apabila opini atas pemeriksaan


laporan keuangan entitas yang diperiksa tahun lalu Disclaimer/Adverse
maka risiko pemeriksaan (AR) yang ditetapkan pada saat perencanaan
pemeriksaan sebesar 1%. Pemeriksa dapat menetapkan tingkat
materialitas awal sebesar minimal 0,5 % dan maksimal 1%, tergantung
dari faktor – faktor kualitatif yang memengaruhi Pemeriksa dalam
menetapkan tingkat materialitas awal. Apabila opini pemeriksaan
laporan keuangan tahun lalu adalah WDP, maka AR yang ditetapkan
sebesar 1% dan tingkat materialitas awal yang ditetapkan antara 1,01%
sampai dengan 3%. Begitu pula untuk opini WTP pada pemeriksaan
tahun lalu, maka AR yang ditetapkan sebesar 5% dan tingkat
materialitas awal ditetapkan antara 3,01% sampai dengan 5%.
11
Juknis Penetapan Batas Materialitas

12 Berikut adalah contoh deskripsi penetapan dasar dan tingkat Penetapan dasar
dan tingkat
materialitas pada Kementerian KFL: materialitas awal

Gambar 3.1 : Contoh Penetapan Dasar dan Tingkat Materialitas Awal

Pemeriksa sedang melakukan pemeriksaan terinci atas laporan keuangan


Kementerian KFL TA 2011. Kementerian KFL mengemban tugas untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia dengan melakukan
proyek penelitian dan pengembangan mengenai masalah-masalah kesehatan dan
mendirikan fasilitas-fasilitas layanan kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas,
dan sebagainya yang dibiayai oleh pemerintah. Nilai total belanja pada Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) kementerian tersebut cukup tinggi, dan pengguna
laporan keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui penggunaan dana
dari instansi tersebut. BPK telah melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan
kementerian KFL sejak tahun 2004. Opini yang diberikan BPK pada pemeriksaan
laporan keuangan TA 2010 adalah TMP (Disclaimer) karena adanya pembatasan
lingkup pemeriksaan oleh entitas yang diperiksa sehingga Pemeriksa tidak dapat
memperoleh semua data yang dibutuhkan. Data yang tidak diperoleh tersebut
merupakan data penting yang dapat mempengaruhi kewajaran nilai akun-akun
pada laporan keuangan.
Berdasarkan informasi tersebut, Pemeriksa menentukan dasar penetapan
materialitas untuk pemeriksaan laporan keuangan kementerian ini adalah total
belanja dan angka total belanja yang digunakan pada tahap perencanaan adalah
total belanja TA 2010 yang sudah diperiksa oleh BPK (audited). Secara konservatif,
Pemeriksa dapat menetapkan persentase risiko pemeriksaan (AR) sebesar 1%
karena Opini Laporan Keuangan tahun sebelumnya (TA 2010) adalah disclaimer.
Sedangkan Tingkat materialitas awal dapat ditetapkan sebesar 1 % karena
Pemeriksa mempertimbangkan bahwa entitas yang diperiksa sudah
menindaklanjuti sekitar 80% dari total rekomendasi hasil pemeriksaan BPK tahun-
tahun sebelumnya dan ada perbaikan dalam SPI untuk pemeriksaan TA 2011.

13 Tahap ketiga adalah penetapan nilai materialitas awal (PM). Ilustrasi Penetapan nilai
PM
penetapan nilai materialitas awal adalah sebagai berikut:
Gambar 3.2 : Penetapan nilai materialitas awal (PM)

Dasar : Total Belanja


penetapan
materialitas Nilai total belanja pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) kementerian
KFL cukup tinggi, dan pengguna laporan keuangan diperkirakan akan
tertarik untuk mengetahui penggunaan dana dari instansi tersebut.

Nilai Total : Rp 709.000.000.000,00


Belanja pada
LK

Opini th AR Faktor kualitatif


lalu

Disclaimer 1% Entitas yang diperiksa sudah


menindaklanjuti sekitar 80% dari total
rekomendasi hasil pemeriksaan BPK dan
ada perbaikan dalam SPI untuk
pemeriksaan TA 2011

Tingkat : 1%
Materialitas

PM : 1% x Rp 709.000.000.000,00 = Rp 7.090.000.000,00

Interpretasi : Secara kuantitatif, nilai PM sebesar Rp7.090.000.000,00 mempunyai arti


Umum bahwa apabila terdapat nilai salah saji atas akun dalam laporan
keuangan yang lebih dari Rp7.090.000.000,00 maka akun tersebut
mengandung salah saji yang material, dan apabila nilai salah saji kurang
dari Rp 7.090.000.000,00 maka akun tersebut tidak mengandung salah
saji yang material.

12
Juknis Penetapan Batas Materialitas

14 Tahap keempat adalah penetapan kesalahan yang dapat ditoleransi Penetapan nilai TM

(TM). TM merupakan alokasi materialitas awal (PM) pada setiap akun


atau kelompok akun. Alokasi materialitas pada setiap akun penting
karena Pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan mengumpulkan
bukti pemeriksaan per segmen (akun), bukan per laporan keuangan
secara keseluruhan5. Alokasi ini dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan akun/kelompok akun dalam laporan keuangan yang
memerlukan tambahan prosedur pemeriksaan, memastikan adanya
kemungkinan salah saji yang material yang berasal dari penggabungan
salah saji yang jumlahnya lebih kecil daripada materialitas awal,
mempertimbangkan risiko deteksi, dan meminimalkan biaya
pemeriksaan tanpa menurunkan kualitas pemeriksaan.
Penetapan nilai TM
15 TM dapat dialokasikan sesuai dengan proporsi besaran nilai setiap dengan metode
akun, atau Pemeriksa dapat menggunakan pertimbangan proporsional

profesionalnya untuk menilai apakah ia perlu mengalokasikan TM yang


lebih ketat atau cukup longgar untuk akun tertentu berdasarkan
pengalamannya terutama mengenai kecenderungan terjadinya salah
saji pada akun-akun tersebut.
16 Langkah-langkah pengalokasian PM menjadi TM pada akun-akun Langkah-
langkah alokasi PM
laporan keuangan adalah sebagai berikut: menjadi TM
saji pada akun-akun tertentu tersebut.
a. tentukan nilai PM;
b. hitung total nilai seluruh akun pada Neraca, kecuali akun-akun yang
bersifat residual, seperti SILPA/SIKPA, ekuitas dana, dan
sebagainya;
c. akun yang mendapatkan alokasi PM adalah akun-akun yang
dilakukan pengujian. Akun-akun yang sangat penting seperti kas
akan memperoleh alokasi 0 dan akun-akun artificial/penyeimbang
seperti EDI/EDL tidak akan memperoleh alokasi PM;
d. alokasikan nilai PM pada akun-akun yang akan dilakukan pengujian
dengan menggunakan rumus:

N
TM  PM *
T
Dimana:
TM : Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi
PM : Nilai materialitas awal
N : Nilai akun
T : Total nilai akun yang diperiksa pada neraca untuk akun-akun di neraca
dan total nilai akun yang diperiksa pada LRA untuk akun-akun di LRA.
Neraca dan LRA menjadi dasar untuk menentukan nilai T karena akun-akun
di Neraca dan LRA tidak saling berhubungan sehingga alokasi PM dan TM
perlu dilakukan pada kedua jenis laporan keuangan tersebut.

5
Auditing & Assurance Service:An Integrated Approach, “Materiality and Risk”, Elder/Beasley/Arens, pg. 252

13
Juknis Penetapan Batas Materialitas

e. Sesuaikan nilai TM dengan menggunakan pertimbangan kualitatif


pemeriksa, di antaranya:
1) risiko inheren dari akun;
2) risiko pengendalian tingkat siklus;
3) waktu yang mungkin diperlukan untuk memverifikasi akun
tersebut;
4) terdapat akun signifikan dalam laporan keuangan yang diperiksa.
Karakteristik akun – akun signifikan6 meliputi:
a) akun yang nilai nominalnya besar dalam laporan keuangan;
b) jumlah maupun frekuensi transaksi atas akun tersebut banyak
dalam satu tahun anggaran;
c) sifat dan nilai akun berpengaruh signifikan terhadap laporan
keuangan;
d) penyajian dan pengungkapan akun tersebut signifikan
terhadap laporan keuangan;
e) standar audit mengharuskan pemeriksaan pada akun
tersebut;
f) akun tersebut menjadi fokus perhatian para pemangku
kepentingan;
g) terdapat regulasi industri yang mengatur akun tersebut;
h) terdapat unsur kerugian atas akun tersebut;
i) kemungkinan adanya kewajiban kontinjensi atas akun
tersebut;
j) keberadaan transaksi akun tersebut dengan pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.
5) faktor-faktor kualitatif lainnya.
Setiap pemeriksaan mempunyai permasalahan berbeda-beda yang
berpengaruh terhadap penetapan nilai TM. Permasalahan tersebut
tidak hanya karena perbedaan jenis dan karakteristik entitas yang
diperiksa tetapi juga sejauh mana laporan keuangan entitas yang
diperiksa tersebut menjadi perhatian utama bagi pembaca laporan
keuangan dan pihak pengambil keputusan. Selain itu, bisnis proses
entitas yang diperiksa juga menjadi dasar Pemeriksa untuk
menetapkan nilai TM. Contoh alur penetapan PM dan TM dengan
menggunakan dasar yang berbeda dan alasan penetapan dasar
tersebut adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran III.1, Lampiran
III.2, dan Lampiran III.3, dan Lampiran III.4 sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.

6
Audit Methodology Module, "When is an account significant?”, KPMG

14

\
Juknis Penetapan Batas Materialitas

17 PM dan TM pada tahap perencanaan pemeriksaan sangat Hubungan nilai


materialitas
berpengaruh terhadap banyaknya bukti pemeriksaan yang harus dengan bukti
pemeriksaan
diperoleh atau ukuran sampel yang akan diuji. Tingkat materialitas
berbanding terbalik dengan banyak bukti/ukuran sampel. Semakin
tinggi tingkat materialitas, semakin sedikit bahan bukti yang harus
diperoleh sehingga semakin sedikit sampel yang harus diambil jika
Pemeriksa memutuskan untuk melakukan uji petik.
Selanjutnya nilai TM digunakan untuk menghitung ukuran sampling
ketika Pemeriksa menggunakan metode statistical sampling dalam
menentukan besarnya sampling pemeriksaan yang akan diambil. Cara
perhitungan ukuran sampling dapat dilihat pada Juknis Penetapan Uji
Petik Pemeriksaan Keuangan.

18 Pertimbangan Pemeriksa yang diberikan saat alokasi PM dan TM Pertimbangan atas


nilai materialitas
harus didiskusikan dengan pejabat terkait, minimum pada tingkat
Pengendali Teknis dan dikomunikasikan secara tertulis kepada
Pemberi Tugas.
19 Hubungan antara materialitas dan risiko pemeriksaan serta Tingkat
materialitas
banyaknya bukti yang harus diperoleh disajikan pada tabel berikut: berbanding terbalik
dengan risiko
pemeriksaan dan
Gambar 3.3 : Hubungan antara materialitas, risiko pemeriksaan, dan bukti banyaknya bahan
bukti yang harus
diuji

Materialitas
Rendah

Tinggi Besar

Bukti
Risiko
Pemeriksaan
Pemeriksaan

Rendah Kecil

Materialitas
Tinggi

C. Penetapan Nilai Materialitas Pada Awal Pelaksanaan Pemeriksaan


pemeriksaan

20 Selama tahap pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa perlu terus PM dapat


disesuaikan
menilai kesesuaian tingkat materialitas yang telah ditetapkan pada dengan kondisi
yang ditemui pada
tahap perencanaan tersebut dan mengubah/memperbaharuinya jika tahap pelaksanaan
memang diperlukan. pemeriksaan

21 Materialitas awal dimungkinkan untuk direvisi pada saat awal


pelaksanaan pemeriksaan dengan alasan adanya:
a. perubahan ruang lingkup pemeriksaan; dan

15
Juknis Penetapan Batas Materialitas

b. informasi tambahan tentang entitas yang diperiksa selama


berlangsungnya pekerjaan lapangan.
22 Pada tahap awal pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa dapat
melakukan evaluasi atas hal-hal sebagai berikut:
a. perubahan penilaian atas risiko karena saat pengujian
pengendalian menunjukkan hasil yang berbeda dengan penilaian
risiko saat perencanaan, adanya indikasi kecurangan atas saldo
akun yang nilainya material, dan kejadian-kejadian lain yang saat
perencanaan belum dipertimbangkan;
b. apabila memungkinkan, Pemeriksa dapat merubah jumlah sampel
atas bukti pemeriksaan yang mengandung salah saji material
karena penilaian atas risiko pengendalian berbeda dengan
penilaian saat perencanaan pemeriksaan; dan
c. Pemeriksa juga dapat melakukan prosedur pemeriksaan lebih
lanjut apabila bukti pemeriksaan yang mengandung salah saji
material bertambah.
23 Perubahan tersebut harus disetujui oleh Penanggung Jawab dan
dikomunikasikan secara tertulis kepada Pemberi Tugas. Contoh
ilustrasi lengkap tentang perubahan nilai materialitas awal dapat
dilihat pada Lampiran III.5 dan Lampiran III.6 sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

D. Penetapan Nilai Materialitas Pada Akhir Pelaksanaan Pemeriksaan

24 Pada akhir pelaksanaan pemeriksaan, nilai materialitas (PM dan TM) Hubungan antara
materialitas dan
yang telah ditetapkan pada saat perencanaan atau awal pelaksanaan opini
pemeriksaan dievaluasi kembali terutama berkaitan dengan dasar
penetapan materialitas, berdasarkan hasil pengujian pengendalian
dan substantif. Materialitas yang telah dievaluasi kemudian
dibandingkan dengan salah saji yang masih ditemukan untuk
menentukan apakah salah saji tersebut material/tidak material pada
tingkat akun/tingkat laporan keuangan secara keseluruhan.
25 Salah saji yang masih ditemukan pada tahap akhir pelaksanaan
pemeriksaan merupakan salah saji yang tidak terdeteksi oleh
prosedur pemeriksaan maupun salah saji yang tidak dikoreksi karena
entitas yang diperiksa tidak mau melakukan koreksi. Salah saji yang
tidak terdeteksi dapat merupakan bagian dari risiko deteksi yang
didapat sebagai hasil perhitungan matematis yang dipengaruhi oleh
risiko pemeriksaan, risiko bawaan, dan risiko pengendalian. Besarnya
risiko deteksi ini selanjutnya akan digunakan sebagai input untuk
menentukan besarnya sampel yang akan diambil dalam pengujian
substantif.

16
Juknis Penetapan Batas Materialitas

Pemeriksa harus menyampaikan salah saji yang tidak dikoreksi


kepada pihak manajemen dan memberikan keterangan bahwa efek
dari salah saji tersebut, baik secara individu maupun tingkat laporan
keuangan dapat berpengaruh terhadap opini yang akan diberikan7.
26 Pada tahap ini, Pemeriksa kadang menemukan kasus bahwa
terdapat salah saji pada satu akun tidak material, tetapi kalau akun-
akun yang mengandung salah saji tersebut dijumlahkan nilainya
dapat melebihi nilai materialitas tingkat laporan keuangan. Dalam hal
ini, Pemeriksa dapat menggunakan pertimbangan profesional
(profesional judgement) maupun pertimbangan kualitatif untuk
menentukan apakah salah saji tersebut berpengaruh terhadap
kewajaran laporan keuangan dan opini yang akan diberikan.
27 Apabila terdapat suatu transaksi atau akun yang mengandung
pelanggaran terhadap peraturan meskipun nilai nominalnya kecil,
transaksi atau akun tersebut harus tetap menjadi temuan
pemeriksaan terutama yang berdampak terhadap opini pemeriksaan.
Sebagai contoh : Pajak tidak disetor sebesar 500.000.000,00, nilai
tersebut dibawah nilai TM tetapi dari sisi kualitatif sangat material
karena sifat pajak yang harus disetor berapapun nominalnya. Oleh
karena itu, akun pajak harus menjadi temuan pemeriksaan dan
menjadi salah satu pertimbangan untuk menentukan opini
pemeriksaan.
28 Berikut contoh deskripsi beberapa penentuan opini berdasarkan atas
nilai salah saji, nilai PM, dan nilai TM dengan berdasarkan aspek
kuantitatif:
Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat laporan keuangan
secara keseluruhan lebih kecil daripada PM, serta salah saji pada
tingkat akun masing-masing tidak lebih besar daripada TM akun
tersebut, dan pihak terperiksa bersedia mengoreksi nilai salah saji
pada laporan keuangan, maka Pemeriksa dapat memberikan opini
wajar tanpa pengecualian, kecuali bila ada pertimbangan kualitatif
lainnya yang mengharuskan Pemeriksa memberi opini lain.
29 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat laporan keuangan
secara keseluruhan lebih besar daripada PM dan pihak terperiksa
tidak bersedia mengoreksi nilai salah saji tersebut pada laporan
keuangan, maka Pemeriksa dapat memberikan opini tidak wajar.

30 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat akun lebih besar
daripada TM akun tersebut dan pihak terperiksa tidak bersedia
mengoreksi nilai salah saji pada laporan keuangan, Pemeriksa dapat
mempertimbangkan untuk memberi opini wajar dengan pengecualian
atas akun tersebut dengan kondisi salah saji pada tingkat laporan
keuangan secara keseluruhan masih di bawah PM. Akan tetapi, jika

7
International Standards on Auditing (ISA) 450

17
Juknis Penetapan Batas Materialitas

salah saji pada akun tersebut, menurut pertimbangan Pemeriksa


dapat mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan
(pervasiveness), Pemeriksa dapat mempertimbangkan untuk
memberikan opini tidak wajar.
Perlu diingat bahwa, nilai materialitas bukan satu-satunya dasar
pertimbangan Pemeriksa dalam menentukan opini pemeriksaan.
Pemeriksa juga harus mempertimbangkan temuan SPI dan
kepatuhan yang berdampak material terhadap laporan keuangan dan
berpengaruh terhadap pemberian opini.
31 Tabel berikut menggambarkan beberapa contoh skenario keadaan Hubungan antara
efek materialitas
yang menyebabkan salah saji di Laporan Keuangan serta hubungan kualitatif, keadaan,
dan opini
dengan tingkat materialitas. Pemeriksa dapat mempertimbangkan
kondisi tersebut baik secara kuantitatif maupun kualitatif dalam hal
pemberian opini pemeriksaan8.

Tabel 3.3 : Hubungan antara efek materialitas, keadaan, dan opini

Efek salah saji


thd laporan
keuangan yg Tidak Sangat
Material
diperiksa Material Material

Keadaan
Auditor
Pembatasan
Lingkup WTP WDP Disclaimer

SAK/SAP WTP WDP Adverse

Adanya
Entitas yg Penekanan
diperiksa Karena Kondisi WTP PP
Khusus *

Suatu keadaan yang dialami oleh pemeriksa dalam pemeriksaan,


seperti ada tidaknya pembatasan lingkup oleh entitas yang diperiksa
dapat mempengaruhi pemberian opini. Selain itu, kepatuhan dalam
menerapkan SAK/SAP oleh entitas yang diperiksa serta adanya
kondisi khusus yang ada pada entitas yang diperiksa, dapat
mempengaruhi pemberian opini.
*) Beberapa contoh kondisi khusus yang menyebabkan pemeriksa memberikan
9
opini WTP dengan paragraf penjelas, antara lain :
a. Ada pemeriksa lain yang memeriksa laporan keuangan yang sama;
b. Kelangsungan usaha dari entitas yang diperiksa (untuk BUMN dan BUMD);
c. Penyimpangan dari SAK/SAP;
d. Adanya ketidakkonsistenan penggunaan metode akuntasi;
e. Penekanan atas suatu hal;
f. Pengungkapan informasi rahasia yang disebabkan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan.

8
Auditing & Assurance Services:A Systematic Approach 4th Edition,“Reports on Audited Financial Statements”,Messier,
W.F.,Glover, S.M.,Prawitt, D.F., pg. 686
9
Buletin Teknis Nomor 01,“Pelaporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah”,BPK RI, pg.9

18
Juknis Penetapan Batas Materialitas

Pengaruh salah saji akun di laporan keuangan yang diperiksa


merupakan faktor yang dapat mempengaruhi Pemeriksa dalam
pemberian opini. Efek salah saji ini meliputi tiga tingkatan, yaitu tidak
material, material, dan sangat material. Perbedaan material dan
sangat material terletak pada seberapa besar pengaruh salah saji
suatu akun terhadap kewajaran akun-akun lain di laporan keuangan
secara keseluruhan (pervasiveness). Sebagai contoh: Pemeriksa
tidak dapat melakukan prosedur pemeriksaan lebih lanjut atas akun
persediaan karena bukti fisik persediaan hilang pada saat terjadi
bencana alam. Nilai nominal persediaan dalam neraca sebesar Rp
3.000.000.000,00 (5% dari nilai total aset). Dilihat dari nominal, nilai
persediaan tergolong material. Namun, dilihat dari persentase
terhadap total aset dan bahkan terhadap total neraca tergolong kecil,
sehingga pengaruh akun persediaan terhadap kewajaran akun-akun
lain dalam laporan keuangan juga kecil. Oleh karena itu, efek salah
saji akun persediaan tergolong material.
Namun, apabila persentase nilai persediaan terhadap total aset dan
total neraca sebesar 30% atau 50%, angka ini tergolong besar
sehingga pengaruh akun persediaan terhadap kewajaran akun-akun
lain dalam laporan keuangan juga besar. Oleh karena itu, efek salah
saji akun persediaan tergolong sangat material. Penentuan tingkat
salah saji ini merupakan pertimbangan profesional dari pemeriksa
yang sudah berpengalaman dalam melakukan pemeriksaan.
Ilustrasi perubahan nilai materialitas awal karena adanya
pertimbangan kualitatif yang mempengaruhi opini pemeriksaan
adalah sebagai tercantum pada Lampiran III.7 dan Lampiran III.8
sebagai bahan yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini. Faktor –
faktor kualitatif yang ada pada ilustrasi tersebut hanya merupakan
sebagian dari banyaknya contoh kasus yang terjadi dalam
pemeriksaan keuangan.

Contoh – contoh penerapan pertimbangan kualitatif dalam


perencanaan pemeriksaan, awal pelaksanaan pemeriksaan,
dan akhir pelaksanaan pemeriksaan akan diatur lebih lanjut
dalam Buku Panduan LKPP/LKKL dan Buku Panduan LKPD.

E. Dokumentasi

32 Setiap langkah di dalam penetapan tingkat materialitas memerlukan Pemeriksa harus


mendokumentasi-
pertimbangan profesional Pemeriksa dan harus direviu dan disetujui kan semua
pertimbangan
oleh Pengendali Teknis dan Penanggung Jawab pemeriksaan. Untuk profesionalnya
memudahkan proses reviu, Pemeriksa harus mendokumentasikan
setiap pertimbangan profesional serta cara perhitungan yang
dilakukannya dalam rangka menetapkan tingkat materialitas tersebut.

19
Juknis Penetapan Batas Materialitas

33 Contoh dokumentasi atau kertas kerja untuk penetapan materialitas


awal (Planning Materiality), perhitungan alokasi penetapan TM
(Tolerable Misstatement), perubahan atas materialitas awal, dan
contoh pertimbangan materialitas secara kualitatif yang memengaruhi
penetapan opini, masing-masing dapat dilihat pada Lampiran III.1,
Lampiran III.2, Lampiran III.3, Lampiran III.4, Lampiran III.5, Lampiran
III.6, Lampiran III.7, dan Lampiran III.8 sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.

20
Juknis Penetapan Batas Materialitas

BAB IV PENUTUP

A. Pemberlakuan Juknis Penetapan Batas Materialitas

01 Juknis penetapan materialitas ini mulai berlaku pada tanggal Juknis berlaku
mulai tahun 2012
ditetapkan dan digunakan untuk setiap Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan (Pemeriksaan Keuangan) Tahun 2013.

B. Perubahan Juknis Penetapan Batas Materialitas

02 Perubahan pada Juknis Penetapan Materialitas ini dapat berupa Perubahan dapat
berupa perubahan
perubahan Juknis dimaksud atau penjelasan atas substansi Juknis dan tambahan
penjelasan
tersebut.
03 Perubahan atas Juknis ini akan dilakukan melalui Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan tentang Perubahan atas Juknis dimaksud.

04 Perubahan yang berupa penjelasan atas substansi Juknis ini


disampaikan secara tertulis dari Tim Pemantauan Juknis Penetapan
Materialitas pada Sub Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja, Direktorat Penelitian dan
Pengembangan, Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi,
Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan
Negara Badan Pemeriksa Keuangan.

C. Pemantauan Juknis Penetapan Batas Materialitas

05 Juknis ini merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai dengan Pemantauan
dilakukan oleh Tim
perubahan peraturan Perundang-undangan, standar pemeriksaan, Pemantauan
dan kondisi lain. Oleh karena itu, pemantauan atas Juknis ini akan
dilakukan oleh Tim Pemantauan Juknis terkait. Selain itu, masukan
atau pertanyaan terkait dengan Juknis ini dapat disampaikan
kepada:
Sub Direktorat Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Ditama Revbang
Lantai II Gedung Arsip, BPK-RI
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. +62-21-25549000 pesawat 3308
e-mail: litbang@bpk.go.id

21
Juknis Penetapan Batas Materialitas

REFERENSI

Arens, A.A., Elder, R.J., dan M.S. Beasley (2006), Auditing and Assurance Services: An
Integrated Approach 11th Edition, New Jersey: Pearson Prentice Hall
Boynton, W.C., dan R. N. Johnson (2006), Modern Auditing: Assurance Services and the
Integrity of Financial Reporting 8th Edition, Hoboken: John Wiley & Sons Inc
BPK-RI (2012), Buletin Teknis Nomor 01: Pelaporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan
Keuangan Pemerintah
BPK-RI (2008), Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan (Keputusan Nomor 04/K/1-
III.2/5/2008), Jakarta
International Federation of Accountants (IFAC) (2010), International Standards on Auditing
(ISA) 450 : Evaluation of Misstatements Identified during the Audit
KPMG (2012), Audit Methodology Module : When is an account significant?
Messier, W.F., Glover, S.M., Prawitt, D.F. (2006), Auditing & Assurance Services: A Systematic
Approach 4th Edition, New York: McGraw-Hill Companies
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), (2007), Pernyataan Standar Auditing No.25 :
Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, Standar Audit Seksi 312 paragraf
10
Wheeler, Stephen (1989), Auditing: of Various Materiality Rules of Thumb, The CPA Journal,
Edisi Juni, 62-63
Zuber, G.R., Elliott, R.K., Kinney, W.R., dan J.J. Leisenring (1983), Using Materiality in Audit
Planning, Journal of Accountancy, Edisi Maret, 42-54

22
LAMPIRAN III.1 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5 /K/I-XIII.2/10/2013
TANGGAL : 28 Oktober 2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas

LAMPIRAN

PENETAPAN PLANNING MATERIALITY PADA PEMERIKSAAN LKKL

Contoh Penetapan Planning Materiality Pada Tahap Perencanaan:

Pemeriksa sedang melakukan pemeriksaan terinci atas laporan keuangan Kementerian XYZ TA
2010. Kementerian XYZ bertugas membantu pemerintah dalam bidang kekuatan pertahanan yang
seharusnya didukung dengan alat utama sistem pertahanan yang memadai. Nilai total aset pada
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) kementerian tersebut cukup tinggi, dan pengguna laporan
keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui kemampuan pertahanan dari instansi tersebut
dari sisi seberapa besar aset pertahanan yang dimiliki dan dikelola oleh Kementerian XYZ. Opini yang
diberikan BPK pada pemeriksaan laporan keuangan TA 2009 adalah Wajar Dengan Pengecualian
(WDP).
Berdasarkan informasi tersebut, Pemeriksa menentukan dasar penetapan materialitas untuk
pemeriksaan laporan keuangan kementerian ini adalah total aset sedangkan angka total aset yang
digunakan pada tahap perencanaan adalah total aset TA 2009 yang sudah diperiksa oleh BPK
(audited). Persentase risiko pemeriksaan (AR) sebesar 3% karena Opini Laporan Keuangan TA 2009
adalah WDP.
Tingkat materialitas awal yang ditetapkan sebesar 2 % karena Pemeriksa mempertimbangkan bahwa
Kementerian XYZ telah melakukan langkah-langkah perbaikan sebagai tindak lanjut rekomendasi
BPK pada pemeriksaan tahun sebelumnya. Meskipun perbaikan tersebut belum semuanya, namun
sudah dapat memperbaiki pencatatan akuntansi pada Kementerian XYZ.
Juknis Penetapan Batas Materialitas

Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan


Kementerian XYZ
Tahun Anggaran 2010

BPK RI

Tabel berikut merupakan contoh dokumentasi perhitungan Materialitas Awal (PM):

Dasar : Total Aset


penetapan
(Kementerian XYZ bertugas membantu pemerintah dalam bidang kekuatan pertahanan yang
materialitas
seharusnya didukung dengan alat utama sistem pertahanan yang memadai. Nilai total aset pada
Neraca Kementerian XYZ tersebut cukup tinggi dan pengguna laporan keuangan diperkirakan
akan tertarik untuk mengetahui kemampuan pertahanan yang dimiliki dari besarnya aset
pertahanan yang dimiliki dan dikelola oleh Kementerian XYZ).

Nilai dalam : Rp 234.453.364.679.367,00


Laporan
Keuangan

Opini AR Faktor kualitatif


th lalu

WDP 3% Kementerian XYZ telah melakukan langkah-langkah perbaikan sebagai


tindak lanjut rekomendasi BPK pada pemeriksaan tahun sebelumnya.
Meskipun perbaikan tersebut belum semuanya, namun sudah dapat
memperbaiki sistem pencatatan akuntansi pada Kementerian XYZ.

Tingkat : 2 % (Dengan mempertimbangkan faktor kualitatif diatas, Pemeriksa memutuskan untuk


Materialitas menetapkan tingkat materialitas sebesar 2%).

PM : 2% x Rp234.453.364.679.367,00 = Rp4.689.067.293.587,00

Interpretasi : Secara kuantitatif, nilai PM sebesar Rp4.689.067.293.587,00 mempunyai arti bahwa apabila
Umum terdapat nilai salah saji atas akun dalam laporan keuangan yang lebih dari
Rp4.689.067.293.587,00 maka akun tersebut mengandung salah saji yang material, dan apabila
nilai salah saji kurang dari Rp4.689.067.293.587,00 maka akun tersebut tidak mengandung salah
saji yang material.
LAMPIRAN III.2 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/10/2013
TANGGAL : 28 Oktober 2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas

ALOKASI TOLERABLE MISSTATEMENT PADA PEMERIKSAAN LKKL

Contoh Alokasi Tolerable Misstatement Pada Akun-Akun Neraca:


Setelah menentukan nilai PM, langkah selanjutnya Pemeriksa menetapkan alokasi Tolerable Misstatement (TM)
secara kuantitatif maupun kualitatif. Tabel berikut merupakan contoh dokumentasi perhitungan alokasi TM awal
secara kuantitatif dan kualitatif:
Juknis Penetapan Batas Materialitas

KEWAJIBAN -
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK -
Uang Muka dari Rekening Khusus - - -
Uang Muka dari BUN - - -
Uang Muka dari KPPN - - -
Pendapatan yang ditangguhkan 304.553.229 304.553.229 5.927.913 L L L Kecil
Utang Jangka Pendek Lainnya 6.452.456.075.718 6.452.456.075.718 125.592.492.550 L L L Kecil
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 6.452.760.628.947 -
JUMLAH KEWAJIBAN 6.452.760.628.947 - -
-
EKUITAS DANA -
EKUITAS DANA LANCAR -
Cadangan Piutang 11.030.025.627 - -
Cadangan Persediaan 27.953.098.025.595 - -
Dana Yang Harus Disediakan Untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek (6.452.456.075.718) - -
Jumlah Ekuitas Dana Lancar 21.511.671.975.504 -
EKUITAS DANA INVESTASI -

Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan - -


Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 203.037.332.638.114 - -
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya 3.451.599.436.802 - -
Dana Yang Harus Disediakan Untuk
Pembayaran Utang Jangka Panjang - - -
Jumlah Ekuitas Dana Investasi 206.488.932.074.916 -
JUMLAH EKUITAS DANA 228.000.604.050.420 -
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
DANA 234.453.364.679.367 - -
-
TOTAL AKUN - AKUN NERACA 240.906.125.308.314

1) saldo kas harus benar-benar akurat dan tidak dibenarkan ada salah saji sekecil apapun sehingga dilakukan pengujian secara populasi dan tidak ada alokasi TE untuk akun ini.
*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
Juknis Penetapan Batas Materialitas

Contoh Alokasi Tolerable Misstatement Pada Akun-Akun LRA:

Alokasi TM Pertimbangan lain


Nilai dalam Laporan Akun-akun yang
Ukuran
Keuangan diaudit (dengan rumus)*) IR CR RoMM Catatan
sampel

1 2 3 4 5 6 7 8 9
LRA -
-

PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH -


PENERIMAAN DALAM NEGERI 117.724.164.026 -
Penerimaan Perpajakan - - -
Penerimaan Negara Bukan Pajak 117.724.164.026 117.724.164.026 16.023.602.788 M M M Sedang
HIBAH - - -

JUMLAH PENDAPATAN DAN HIBAH 117.724.164.026 -


-
BELANJA -
Belanja Pegawai 19.504.027.062.268 19.504.027.062.268 2.654.720.761.922 L L L Kecil
Belanja Barang 8.111.873.015.395 8.111.873.015.395 1.104.118.531.178 H H H Besar
Belanja Modal 6.716.588.640.483 6.716.588.640.483 914.204.397.700 H H H Besar
Pembayaran Bunga Utang - - -
Subsidi - - -
Hibah - - -
Bantuan Sosial - - -
Belanja Lain-lain - - -
JUMLAH BELANJA 34.332.488.718.146 -
-
PEMBIAYAAN -
PEMBIAYAAN DALAM NEGERI -
Perbankan dalam Negeri (Bagian 61) - - -
Perbankan dalam Negeri (Bagian 62) - - -
Perbankan dalam Negeri (Bagian 69) - - -
Non Perbankan Dalam Negeri - - -
PEMBIAYAAN LUAR NEGERI - - -
Penarikan Pinjaman Luar Negeri - - -
Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar
Negeri - - -
JUMLAH PEMBIAYAAN -

TOTAL AKUN-AKUN LRA 34.450.212.882.172

*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
LAMPIRAN III.3 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/10/2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas TANGGAL : 28 Oktober 2013

PENETAPAN PLANNING MATERIALITY PADA PEMERIKSAAN LKPD

Contoh Penetapan Planning Materiality Pada Tahap Perencanaan:

Pemeriksa sedang melakukan pemeriksaan terinci atas laporan keuangan Pemda BMX TA 2011.
Pada pemeriksaan laporan keuangan TA 2010, BPK memberikan Opini Wajar Dengan Pengecualian
(WDP). Berdasarkan informasi tersebut, Pemeriksa kemudian menentukan dasar penetapan
materialitas untuk pemeriksaan laporan keuangan Pemda BMX adalah total belanja. Pada tahap
perencanaan ini, Pemeriksa menggunakan angka total belanja berdasarkan angka total belanja hasil
audit tahun lalu (TA 2010).
Karena Opini Laporan Keuangan TA 2010 adalah WDP, maka persentase tingkat risiko pemeriksaan
(AR) yang digunakan adalah 3%. Sedangkan tingkat materialitas awal yang ditetapkan adalah 2 %,
karena Pemeriksa mempertimbangkan Pemda BMX belum melakukan langkah-langkah perbaikan
signifikan sebagai tindak lanjut rekomendasi BPK pada pemeriksaan tahun sebelumnya. Meskipun
perbaikan tersebut dibutuhkan untuk dapat memperbaiki pencatatan akuntansi, namun Pemda BMX
belum terlalu serius melaksanakannya.
Juknis Penetapan Batas Materialitas

Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan


Pemda BMX
Tahun Anggaran 2011
BPK RI

Tabel berikut merupakan contoh dokumentasi perhitungan Materialitas Awal (PM):

Dasar : Total Belanja


penetapan
(Pemda BMX merupakan Pemerintah Daerah yang baru berusia 5 tahun (dimekarkan pada tahun
materialitas
2006). Kondisi ini menunjukkan bahwa Pemda BMX sedang dalam taraf meningkatkan
pembangunan infrastruktur, sehingga Pemda BMX banyak melakukan pembangunan infrastruktur
dan mengeluarkan belanja yang cukup besar dan layak untuk dijadikan sebagai dasar penetapan
materialitas. Selain itu, nilai total belanja di Neraca Pemda BMX cukup tinggi dan pengguna
laporan keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui penggunaan dana untuk
pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat).

Nilai dalam : Rp 548.942.985.775,23


Laporan
Keuangan

Opini AR Faktor kualitatif


th lalu

WDP 3% Pemda BMX belum melakukan langkah-langkah perbaikan sebagai tindak


lanjut rekomendasi BPK pada pemeriksaan tahun sebelumnya. Meskipun
perbaikan tersebut dibutuhkan untuk dapat memperbaiki pencatatan
akuntansi, namun Pemda BMX belum terlalu serius melaksanakannya

Tingkat : 2%
Materialitas

PM : 2% x Rp 548.942.985.775,23 = Rp 10.978.859.715,50

Interpretasi : Secara kuantitatif, nilai PM sebesar = Rp 10.978.859.715,50 mempunyai arti bahwa apabila
Umum terdapat nilai salah saji atas akun dalam laporan keuangan yang lebih tinggi dari = Rp
10.978.859.715,50 maka akun tersebut mengandung salah saji yang material, dan apabila nilai
salah saji kurang dari Rp 10.978.859.715,50 maka akun tersebut tidak mengandung salah saji yang
material.
LAMPIRAN III.4 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/10/2013
TANGGAL : 28 Oktober 2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas

ALOKASI TOLERABLE MISSTATEMENT PADA PEMERIKSAAN LKPD

Contoh Alokasi Tolerable Misstatement Pada Akun-Akun Neraca:


Setelah menentukan nilai PM, langkah selanjutnya Pemeriksa menetapkan alokasi Tolerable Misstatement (TM)
secara kuantitatif maupun kualitatif. Tabel berikut merupakan contoh dokumentasi perhitungan alokasi TM awal
secara kuantitatif dan kualitatif:
Juknis Penetapan Batas Materialitas

KEWAJIBAN 25.952.582.660
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 25.952.582.660
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) M M M Sedang
1.472.150.200 1.472.150.200 13.828.898
Utang Bunga - - -
Utang Pajak - - -
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
- - -
Pendapatan Diterima Dimuka - - -
Utang Jangka Pendek Lainnya 24.480.432.460 24.480.432.460 229.961.188 H H H Besar

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG -


Utang Dalam Negeri - - -
Utang Luar Negeri - - -
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar 53.488.275.694
SILPA 46.832.087.979
Pendapatan yang Ditangguhkan 195.894.014
Cadangan untuk Piutang 26.055.903.407
Cadangan untuk Persediaan 4.884.822.754
Dana yang harus disediakan untuk
pembayaran Utang Jangka Pendek (24.480.432.460)
Ekuitas Dana Investasi 1.063.356.972.502
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka
Panjang 41.193.438.722
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 977.893.492.803
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
(Tidak termasuk Dana Cadangan) 44.270.040.977
Dana yang harus disediakan untuk
pembayaran hutang Jangka Panjang
-
Ekuitas Dana Cadangan -
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
-
TOTAL EKUITAS 1.116.845.248.196

TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS 1.142.797.830.856


TOTAL 1.168.750.413.516 10.523.265.312

1) saldo kas harus benar-benar akurat dan tidak dibenarkan ada salah saji sekecil apapun sehingga dilakukan pengujian secara populasi dan tidak ada alokasi TE untuk akun ini.
*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
Juknis Penetapan Batas Materialitas

Contoh Alokasi Tolerable Misstatement pada Akun-Akun LRA:

Alokasi TM Pertimbangan lain


Nilai dalam Laporan Akun-akun yang
(dengan Ukuran
Keuangan diaudit IR CR Catatan
rumus)*) RoMM sampel

1 2 3 4 5 6 7 8 9
LRA

PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Paiak Daerah 4.674.700.485 4.674.700.485 42.038.928 M M M Sedang
Pendapatan Retribusi Daerah 9.647.718.997 9.647.718.997 86.760.589 M M M Sedang
Pendapatan Hasil Pengelolaan
M M M Sedang
Kekayaan Daerah Yanq Dipisahkan 651.279.595 651.279.595 5.856.866
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yanq
M M M Sedang
Sah 3.119.882.047 3.119.882.047 28.056.663
Jumlah PAD 18.093.581.124

PENDAPATAN TRANSFER
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak 37.054.657.987 37.054.657.987 333.227.362 L L L Kecil
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 118.598.662.932 118.598.662.932 1.066.541.206 L L L Kecil
Dana Alokasi Urnum 245.652.285.000 245.652.285.000 2.209.116.679 L L L Kecil
Dana Alokasi Khusus 43.962.200.000 43.962.200.000 395.345.923 L L L Kecil
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 11.697.883.400 11.697.883.400 105.197.431 L L L Kecil
Transfer Pemerintah Provinsi 39.479.758.339 39.479.758.339 355.035.951 L L L Kecil
Jumlah Pendapatan Transfer 496.445.447.658

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

Pendapatan Hibah 106.562.767.660 106.562.767.660 958.304.082 H H H Besar


Pendapatan Lainnya - - -
Jumlah Lain-Lain Pendapatan yang
sah 106.562.767.660
TOTAL PENDAPATAN 621.101.796.442

BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 262.352.538.041 262.352.538.041 2.359.299.721 L L L Kecil
Belanja Barang 113.879.633.862 113.879.633.862 1.024.103.637 H H H Besar
Belanja Hibah 23.616.179.510 23.616.179.510 212.377.003 H H H Besar
Belanja Bantuan Sosial 15.556.957.628 15.556.957.628 139.901.546 H H H Besar
Belanja Bantuan Keuangan 13.349.700.000 13.349.700.000 120.051.987 H H H Besar
Jumlah Belanja Operasi 428.755.009.041

BELANJA MODAL
Belanja Tanah 4.315.396.650 4.315.396.650 38.807.759 H H H Besar
Belanja Peralatan dan Mesin 14.677.762.409 14.677.762.409 131.995.067 H H H Besar
Belanja Gedung dan Bangunan 28.292.171.674 28.292.171.674 254.427.547 H H H Besar
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 63.415.443.347 63.415.443.347 570.286.222 H H H Besar
Belanja Aset Tetap Lainnya 633.793.254 633.793.254 5.699.614 H H H Besar
Belanja Aset Lainnya 12.000.000 12.000.000 107.914
Jumlah Belanja Modal 111.346.567.334

BELANJA TIDAK TERDUGA


Belanja Tidak Terduga 8.705.409.400 8.705.409.400 78.286.530 H H H Besar
Jumlah Belanja Tidak Terduga 8.705.409.400
Juknis Penetapan Batas Materialitas

TRANSFER
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota 136.000.000 136.000.000 1.223.029
Jumlah Transfer 136.000.000
TOTAL BELANJA 548.942.985.775
SURPLUS/DEFISIT 72.158.810.667

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN DAERAH
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SILPA)
Penerimaan kembali Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Penerimaan atas Investasi Permanen
Jumlah Penerimaan Daerah

PENGELUARAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah 3.582.974.965 3.582.974.965 32.221.193
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
Negeri Lainnya 47.214.039.792 47.214.039.792 424.589.264
Pemberian Pinjaman Daerah - -
Jumlah Pengeluaran Daerah 50.797.014.757
Pembiayaan Netto (50.797.014.757)
SILPA 21.361.795.910
TOTAL 1.220.841.796.974 10.978.859.716

*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
LAMPIRAN III.5 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/10/2013
TANGGAL : 28 Oktober 2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas

PERUBAHAN PLANNING MATERIALITY DAN TOLERABLE MISSTATEMENT PADA PEMERIKSAAN


LKKL
Contoh Perubahan Planning Materiality Pada Awal Pelaksanaan Pemeriksaan
Pada saat awal pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa melakukan perubahan nilai PM dan TM awal
karena Pemeriksa menemukan sistem pengendalian internal (sistem akuntansi dan sistem rekonsiliasi)
dari entitas yang diperiksa belum memadai sehingga risiko pengendalian menjadi tinggi. Pemeriksa
memutuskan untuk merevisi nilai PM dan TM awal dengan tujuan agar Pemeriksa dapat menambah
sampel pemeriksaan sehingga diharapkan risiko pengendalian dapat diturunkan. Tabel berikut
merupakan contoh dokumentasi revisi perhitungan PM dan alokasi TM awal secara kuantitatif dan
kualitatif:
Tabel perubahan perhitungan materialitas awal (PM)

Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan


Kementerian XYZ
Tahun 2010

BPK RI

Perubahan Perhitungan Materialitas Awal (PM)

Materialitas Perencanaan (PM) : Rp4.689.067.293.587,00

Batas Materialitas yang baru : 1,5% x Rp298.239.332.717,00 = Rp4.473.589.990.755,00

Alasan : Pemeriksa mengubah PM dari 2% dari nilai total aset dari laporan
keuangan audited tahun sebelumnya menjadi 1,5% dari nilai total aset
dari laporan keuangan unaudited tahun berjalan, karena saat
pelaksanaan pemeriksaan dilapangan, Pemeriksa menemukan sistem
pengendalian internal (sistem akuntansi dan sistem rekonsiliasi)
dari entitas yang diperiksa belum memadai sehingga risiko
pengendalian menjadi tinggi. Pemeriksa menganggap hal ini
material dan berisiko tinggi karena sistem yang belum memadai akan
berdampak pada validitas akun dan proses pencatatannya di Laporan
Keuangan. Oleh karena itu, nilai materialitas awal diturunkan agar
Pemeriksa dapat mengumpulkan bukti transaksi lebih banyak.
Pemeriksa menggunakan angka total aset dari laporan keuangan
unaudited tahun berjalan karena laporan keuangan tersebut
mencerminkan informasi terbaru atas keadaan keuangan entitas yang
diperiksa.
Juknis Penetapan Batas Materialitas

Tabel perubahan perhitungan Tolerable Misstatement (TM) pada akun-akun Neraca:


Juknis Penetapan Batas Materialitas

KEWAJIBAN -
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK -
Uang Muka dari Rekening Khusus - - -
Uang Muka dari BUN - - -
Uang Muka dari KPPN - - -
Utang kepada pihak ketiga 848.472.444.569 848.472.444.569
Pendapatan yang ditangguhkan 4.283.898.015 4.283.898.015 64.074.092 L L L Kecil
Utang Jangka Pendek Lainnya 5.448.966.363 5.448.966.363 81.499.973 L H M Kecil
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 858.205.308.947 -
JUMLAH KEWAJIBAN 858.205.308.947 - -
-
EKUITAS DANA -
EKUITAS DANA LANCAR -
Cadangan Piutang 644.246.889.483 - -
Cadangan Persediaan 26.108.623.637.798 - -
Dana Yang Harus Disediakan Untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek (853.921.410.932) - -
Jumlah Ekuitas Dana Lancar 25.898.949.116.349 -
EKUITAS DANA INVESTASI -
Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan - -
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 265.689.439.857.959 - -
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya 5.792.738.433.769 - -
Dana Yang Harus Disediakan Untuk
Pembayaran Utang Jangka Panjang - - -
Jumlah Ekuitas Dana Investasi 271.482.178.291.728 -
JUMLAH EKUITAS DANA 297.381.127.408.077 -
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
DANA 298.239.332.717.024 - -
-
TOTAL AKUN - AKUN NERACA 299.097.538.025.971

1) saldo kas harus benar-benar akurat dan tidak dibenarkan ada salah saji sekecil apapun sehingga dilakukan pengujian secara populasi dan tidak ada alokasi TE untuk akun ini.
*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
Juknis Penetapan Batas Materialitas

Tabel perubahan perhitungan Tolerable Misstatement (TM) pada akun-akun LRA:

Alokasi TM Pertimbangan lain


Nilai dalam Laporan Akun-akun yang
Ukuran
Keuangan diaudit (dengan rumus)*) IR CR RoMM Catatan
sampel

1 2 3 4 5 6 7 8 9
LRA -
-
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH -
PENERIMAAN DALAM NEGERI 100.610.132.123 -
Penerimaan Perpajakan - - -
Penerimaan Negara Bukan Pajak 100.610.132.123 100.610.132.123 10.406.624.850 M M M Sedang
HIBAH - - -
JUMLAH PENDAPATAN DAN HIBAH 100.610.132.123 -
-
BELANJA -
Belanja Pegawai 21.183.531.909.199 21.183.531.909.199 2.191.121.956.952 L L L Kecil
Belanja Barang 9.483.831.725.000 9.483.831.725.000 980.961.627.068 H H H Besar
Belanja Modal 12.482.214.119.000 12.482.214.119.000 1.291.099.781.885 H H H Besar
Pembayaran Bunga Utang - - -
Subsidi - - -
Hibah - - -
Bantuan Sosial - - -
Belanja Lain-lain - - -
JUMLAH BELANJA 43.149.577.753.199 -
-
PEMBIAYAAN -
PEMBIAYAAN DALAM NEGERI -
Perbankan dalam Negeri (Bagian 61) - - -
Perbankan dalam Negeri (Bagian 62) - - -
Perbankan dalam Negeri (Bagian 69) - - -
Non Perbankan Dalam Negeri - - -
PEMBIAYAAN LUAR NEGERI - - -
Penarikan Pinjaman Luar Negeri - - -
Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar
Negeri - - -
JUMLAH PEMBIAYAAN -

TOTAL AKUN-AKUN LRA 43.250.187.885.322

*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
LAMPIRAN III.6 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/10/2013
TANGGAL : 28 Oktober 2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas

PERUBAHAN PLANNING MATERIALITY DAN TOLERABLE MISSTATEMENT PADA PEMERIKSAAN


LKPD
Contoh Perubahan Planning Materiality Pada Awal Pelaksanaan Pemeriksaan:
Pada saat awal pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa melakukan perubahan nilai PM dan TM awal
karena Pemeriksa menemukan sistem pengendalian internal (pengujian kelengkapan permintaan
pembayaran / SPP-SPM-SP2D hanya formalitas) dari entitas yang diperiksa belum memadai sehingga
risiko pengendalian menjadi tinggi. Pemeriksa memutuskan untuk merevisi nilai PM dan TM awal dengan
tujuan agar Pemeriksa dapat menambah sampel pemeriksaan sehingga diharapkan risiko pengendalian
dapat diturunkan. Tabel berikut merupakan contoh dokumentasi revisi perhitungan PM dan alokasi TM
awal secara kuantitatif dan kualitatif:

Tabel Perubahan Perhitungan Materialitas Awal (PM)

Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan


Pemda BMX
Tahun 2011

BPK RI

Perubahan Perhitungan Materialitas Awal (PM)

Materialitas Perencanaan (PM) : Rp 646.699.825.320,00

Batas Materialitas yang baru : 1,5% x Rp 646.699.825.320,00

= Rp 9.700.497.380,00

Alasan : Pemeriksa mengubah PM tingkat 2% dari nilai total belanja di laporan


keuangan audited tahun sebelumnya menjadi 1,5% dari nilai total
belanja dari laporan keuangan unaudited tahun berjalan, karena pada
saat pelaksanaan pemeriksaan, pemeriksa menemukan sistem
pengendalian internal belum memadai, seperti proses dan prosedur
dan terdapat pengujian kelengkapan permintaan pembayaran / SPP-
SPM-SP2D hanya formalitas, banyak belanja barang jasa menjadi
komponen Aset Tetap sehingga risiko pengendalian menjadi tinggi
Pemeriksa menganggap hal ini material dan berisiko tinggi karena
sistem yang belum memadai akan berdampak pada validitas akun dan
akurasi transaksi.
Oleh karena itu, nilai materialitas awal diturunkan agar Pemeriksa dapat
mengumpulkan bukti transaksi lebih banyak, untuk meningkatkan
keyakinan pemeriksa terhadap hasil pengujian.
Juknis Penetapan Batas Materialitas

Tabel Perubahan Perhitungan Tolerable Misstatement (TM) pada Akun-Akun Neraca:


Juknis Penetapan Batas Materialitas

KEWAJIBAN 268.807.500

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 268.807.500


Utang Perhitungan Fihak Ketiga
(PFK) - - -
Utang Bunga - - -
Utang Pajak - - -
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
- - -
Pendapatan Diterima Dimuka - - -
Utang Jangka Pendek Lainnya 268.807.500 268.807.500 1.583.630 H H H Besar

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG -


Utang Dalam Negeri - - -
Utang Luar Negeri - - -

EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar 284.501.449.465
SILPA 233.585.963.257
Pendapatan yang Ditangguhkan 269.166.078
Cadangan untuk Piutang 44.862.572.574
Cadangan untuk Persediaan 6.052.555.056
Dana yang harus disediakan untuk
pembayaran Utang Jangka Pendek (268.807.500)

Ekuitas Dana Investasi 1.355.390.682.207


Diinvestasikan dalam Investasi
Jangka Panjang 36.018.166.683
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 1.317.084.769.280
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
(Tidak termasuk Dana Cadangan) 2.287.746.244
Dana yang harus disediakan untuk
pembayaran hutang Jangka Panjang
-

Ekuitas Dana Cadangan -


Diinvestasikan dalam Dana
Cadangan -

TOTAL EKUITAS 1.639.892.131.672

TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS 1.640.160.939.172


TOTAL 1.646.575.902.183 8.139.741.805

1) saldo kas harus benar-benar akurat dan tidak dibenarkan ada salah saji sekecil apapun sehingga dilakukan pengujian secara populasi dan tidak ada alokasi TE untuk akun ini.
*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
Juknis Penetapan Batas Materialitas

Tabel Perubahan Perhitungan Tolerable Misstatement (TM) pada Akun-Akun LRA:


Alokasi TM Pertimbangan lain
Nilai dalam Laporan Akun-akun yang
(dengan Ukuran
Keuangan diaudit IR CR Catatan
rumus)*) RoMM sampel

1 2 3 4 5 6 7 8 9
LRA

PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Paiak Daerah 8.688.093.199 8.688.093.199 53.649.520 M M M Sedang
Pendapatan Retribusi Daerah 10.542.606.064 10.542.606.064 65.101.253 M M M Sedang
Pendapatan Hasil Pengelolaan
M M M Sedang
Kekayaan Daerah Yanq Dipisahkan 791.807.705 791.807.705 4.889.462
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
M M M Sedang
yanq Sah 9.576.624.654 9.576.624.654 59.136.257
Jumlah PAD 29.599.131.622 -
-
PENDAPATAN TRANSFER -
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan -
Dana Bagi Hasil Pajak 31.988.807.362 31.988.807.362 197.532.889 L L L Kecil
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 261.793.270.224 261.793.270.224 1.616.589.838 L L L Kecil
Dana Alokasi Urnum 283.074.736.000 283.074.736.000 1.748.004.222 L L L Kecil
Dana Alokasi Khusus 18.401.608.690 18.401.608.690 113.631.086 L L L Kecil
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya L L L Kecil
41.410.248.000 41.410.248.000 255.710.875
Transfer Pemerintah Provinsi 47.624.689.586 47.624.689.586 294.085.441 L L L Kecil
Jumlah Pendapatan Transfer 684.293.359.862 -
-
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG
SAH -
Pendapatan Hibah 163.385.033.714 163.385.033.714 1.008.912.815 H H H Besar
Pendapatan Lainnya 1.300.000.000 1.300.000.000 8.027.581 H H H Besar
Jumlah Lain-Lain Pendapatan yang
sah 164.685.033.714 -
TOTAL PENDAPATAN 878.577.525.198 -
-
BELANJA -
BELANJA OPERASI -
Belanja Pegawai 308.812.321.518 308.812.321.518 1.906.935.424 L L L Kecil
Belanja Barang 141.420.296.137 141.420.296.137 873.279.185 H H H Besar
Belanja Hibah 21.023.763.650 21.023.763.650 129.823.057 H H H Besar
Belanja Bantuan Sosial 6.655.575.000 6.655.575.000 41.098.592 H H H Besar
Belanja Bantuan Keuangan 25.422.792.953 25.422.792.953 156.987.339 H H H Besar
Jumlah Belanja Operasi 5,03335E+11 -
-
BELANJA MODAL -
Belanja Tanah 6.224.635.200 6.224.635.200 38.437.512 H H H Besar
Belanja Peralatan dan Mesin 25.987.536.581 25.987.536.581 160.474.666 H H H Besar
Belanja Gedung dan Bangunan 15.631.742.437 15.631.742.437 96.526.988 H H H Besar
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 90.659.189.944 90.659.189.944 559.826.175 H H H Besar
Belanja Aset Tetap Lainnya 4.619.033.800 4.619.033.800 28.522.823 H H H Besar
Belanja Aset Lainnya - - -
Jumlah Belanja Modal 143.122.137.962 -
-
BELANJA TIDAK TERDUGA -
Belanja Tidak Terduga 242.938.100 242.938.100 1.500.158 H H H Besar
Jumlah Belanja Tidak Terduga 242.938.100 -
Juknis Penetapan Batas Materialitas

TRANSFER -
Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota - - -
Jumlah Transfer - -
TOTAL BELANJA 646.699.825.320 -
SURPLUS/DEFISIT 231.877.699.878 -
-
PEMBIAYAAN -
PENERIMAAN DAERAH -
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran (SILPA) - -
Penerimaan kembali Pinjaman
Daerah - -
Penerimaan Piutang Daerah - -
Penerimaan atas Investasi Permanen
- -
Jumlah Penerimaan Daerah - -
-
PENGELUARAN DAERAH -
Pembentukan Dana Cadangan - -
Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah 21.425.842.940 21.425.842.940 132.305.922
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
Negeri Lainnya 24.211.624.960 24.211.624.960 149.508.300
Pemberian Pinjaman Daerah - -
Jumlah Pengeluaran Daerah 45.637.467.900
Pembiayaan Netto (45.637.467.900)
SILPA 186.240.231.978
TOTAL 1.570.914.818.418 9.700.497.380

*) TM = PM x (N/T)
PM : Materialitas Awal
N : Nilai akun yang akan diperiksa
T : Total akun-akun neraca yang
diperiksa
LAMPIRAN III.7 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/10/2013
TANGGAL : 28 Oktober 2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas

PERUMUSAN OPINI
DENGAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS KUANTITATIF DAN KUALITATIF
PADA PEMERIKSAAN LKKL

Contoh Perubahan Nilai Materialitas Pada Akhir Pelaksanaan Pemeriksaan:


Pada saat akhir pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa mengevaluasi kembali nilai PM dan TM awal
atau yang sudah direvisi pada saat awal pelaksanaan pemeriksaan, sebagai bahan atas dasar
perumusan opini pemeriksaan. Dalam perumusan opini tersebut, aspek kualitatif lebih banyak
dipertimbangkan daripada aspek kuantitatif.
Pada kasus Kementerian XYZ, terdapat empat akun yang dinilai mempengaruhi kewajaran laporan
keuangan, yang berdampak pada opini yang akan diberikan, yaitu:

No Jenis Akun Nilai Permasalahan


1. Kas Lainnya dan Rp 4,14 Milyar (0,002%
Setara Kas dari total aset)
Kementerian XYZ belum memiliki sistem
2. Piutang Bukan Rp 326,83 Milyar akuntansi yang memadai untuk menyajikan dan
Pajak (Piutang (0,123% dari total aset) melaporkan saldo akun-akun tersebut secara
Lainnya) lengkap (bertentangan dengan asersi
pengungkapan)
3. Utang Jangka Rp 5,44 Milyar (0,635%
Pendek Lainnya dari total kewajiban)

4. Peralatan dan Rp 6.568,53 Milyar Mutasi kurang atas aset senilai Rp1.115,37
Mesin (18,42% dari total aset) Milyar tidak dapat ditelusuri ke dokumen sumber
pembukuan;
Aset Peralatan dan Mesin hasil pengadaan
dengan dana devisa senilai Rp27,22 Milyar tidak
direkonsiliasi secara memadai antara
pencatatan realisasi pembayaran dengan
kemajuan pelaksanaan pengadaan.
Kondisi tersebut tidak memungkinkan BPK untuk
meyakini pencatatan transaksi-transaksi tersebut
pada akun Peralatan dan Mesin (bertentangan
dengan asersi akurasi)

Berdasarkan deskripsi penjelasan diatas, bila dilihat dari asersi pengungkapan dan akurasi, maka
terdapat akun-akun yang dapat mempengaruhi kewajaran laporan keuangan. Dilihat dari besarnya
nominal akun yang bermasalah tergolong material, namun persentase nilai akun tersebut terhadap
total aset dan total kewajiban tidak material. Oleh karena itu, Pemeriksa menyimpulkan bahwa akun-
akun yang bermasalah tersebut tidak berpengaruh signifikan namun material terhadap kewajaran
akun-akun lain dalam laporan keuangan.
Juknis Penetapan Batas Materialitas

Pemeriksa dapat menggunakan matriks hubungan antara efek materialitas, keadaan, dan jenis opini
(Gambar 3.4) untuk mempermudah merumuskan opini pemeriksaan.

Efek salah saji thd laporan keuangan yg


diperiksa Material
Keadaan
Pembatasan Lingkup WDP
(Adanya kelemahan sistem pengendalian
internal sehingga tidak memungkinkan
Pemeriksa untuk melakukan prosedur
vpemeriksaan yang memadai)

Hasil analisa dengan menggunakan matriks tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemeriksa dapat
memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
LAMPIRAN III.8 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/10/2013
TANGGAL : 28 Oktober 2013
Juknis Penetapan Batas Materialitas

PERUMUSAN OPINI
DENGAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS KUANTITATIF DAN KUALITATIF
PADA PEMERIKSAAN LKPD

Contoh Perubahan Nilai Materialitas Pada Akhir Pelaksanaan Pemeriksaan


Pada saat akhir pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa mempertimbangkan nilai PM dan TM awal
atau yang sudah direvisi pada saat awal pelaksanaan pemeriksaan, untuk merumuskan opini
pemeriksaan. Dalam perumusan opini tersebut, nilai materialitas secara kualitatif lebih banyak
dipertimbangkan daripada materialitas secara kuantitatif.
Pada kasus Pemda BMX, terdapat tiga akun yang dinilai dapat mempengaruhi kewajaran laporan
keuangan, yang berdampak pada opini yang akan diberikan, yaitu:

No Jenis Akun Nilai Temuan Permasalahan

1. Aset Tetap- Rp6.500.000.000,00 1. Terdapat realisasi anggaran belanja barang dan


Peralatan dan jasa yang menghasilkan aset tetap berupa
Mesin; peralatan dan mesin. Akan tetapi, Pemkab BMX
tidak mengetahui jumlah nilai peralatan dan
2. Belanja Barang Rp6.500.000.000,00 mesin secara akurat yang berasal dari belanja
dan Jasa barang dan jasa sehingga tidak dapat mencatat
3. Pendapatan Pajak Rp3.000.000.000,00 dan menyajikan nilainya di dalam neraca.
Hotel; Berdasarkan pengujian secara uji petik di
beberapa Satker, Tim pemeriksa menemukan
minimal Rp6.500.000.000,00 aset tetap berupa
Peralatan dan Mesin yang berasal dari Belanja
Barang dan Jasa tersebut. Hal ini mengganggu
asersi kelengkapan, penilaian, dan penyajian.
2. Terdapat kekurang penerimaan Pajak Hotel
sebesar Rp3.000.000.000,00 yang ditemukan
tim melalui pengujian dasar Surat Ketetapan
Pajak Daerah-Pajak Hotel. Kekurang
penerimaan ini merupakan hasil konfirmasi dan
penelusuran omzet untuk 25 hotel di Kabupaten
BMX. Pihak manajemen/pemilik hotel mengakui
bila jumlah pajak yang dibayarkan ke kas
daerah tersebut lebih kecil dari yang
seharusnya, karena manajemen/pemilik hotel
telah membuat kesepakatan dengan Kepala
Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan
Aset Daerah (DPPKD) mengenai besarnya
pajak hotel yang akan dibayar.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, pihak hotel
tidak membayar pajak hotelnya berdasarkan
omzet hotel sesungguhnya, melainkan
berdasarkan “hasil negosiasi”. Tim
berkesimpulan bahwa kesepakatan tersebut
merupakan indikasi fraud, sedangkan dampak
dari temuan ini terhadap penyajian laporan
keuangan bersifat pervasive terutama terhadap
akun Kas, Piutang Pajak, Pendapatan Pajak
Hotel dan EDL-Silpa.

Kesimpulan umum, Kondisi tersebut tidak memungkinkan Tim Pemeriksa untuk memperoleh keyakinan
mengenai pencatatan, pengukuran, dan penyajian atas transaksi pada akun Kas, Piutang Pajak, Aset Tetap,
EDL-Silpa, Pendapatan Pajak Hotel serta Belanja Barang Jasa .
Juknis Penetapan Batas Materialitas

Berdasarkan asersi kelengkapan, penilaian, hak dan kewajiban serta penyajian, maka beberapa
kondisi dari tabel diatas menjelaskan bahwa terdapat akun-akun yang dapat mempengaruhi
kewajaran laporan keuangan. Beberapa penyebab signifikannya, yaitu:
1. Tidak efektifnya mekanisme verifikasi berjenjang atas permintaan pembayaraan mulai dari
SPP hingga penerbitan SP2D untuk belanja barang dan jasa;
2. Mekanisme pencatatan, penyajian, dan pengakuan atas perolehan aset tetap yang berasal
dari realisasi belanja barang dan jasa belum secara optimal mengikuti ketentuan yang
berlaku;
3. Ketentuan mengenai penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah- Pajak Hotel yang harus
dilengkapi dengan dokumen pendukung untuk menjelaskan besarnya nilai omzet hotel yang
nyata belum dilaksanakan;
4. Terdapat indikasi terjadinya fraud yakni adaya negosiasi nilai besarnya pajak hotel yang akan
dicantumkan di Surat Ketetapan Pajak Daerah- Pajak Hotel, sehingga terjadi kekurang
penerimaan pajak hotel;
Berdasarkan analisa kuantitatif, nilai nominal temuan tersebut tidak material karena masih dibawah
PM. Akan tetapi, berdasarkan analisa kualitatif, karena kesalahannya secara pervasive dapat
mempengaruhi kehandalan laporan keuangan, maka Pemeriksa menyimpulkan akun-akun yang
bermasalah tersebut berdampak secara signifikan terhadap kewajaran akun-akun lain dalam laporan
keuangan.
Pemeriksa dapat menggunakan matriks hubungan antara dampak materialitas, keadaan, dan jenis
opini (Gambar 3.4) untuk mempermudah merumuskan opini pemeriksaan.

Efek salah saji thd laporan keuangan yg


diperiksa Material

Keadaan
Kelengkapan transaksi Kas, Piutang Pajak, WDP
EDL-Silpa dan Pendapatan pajak hotel
terganggu karena fraud.

Hasil analisa dengan menggunakan matriks tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemeriksa dapat
memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

Anda mungkin juga menyukai