Anda di halaman 1dari 11

METODE PELAKSANAAN

1. U M U M.

1.1. Gambar-gambar pelelangan :


Gambar-gambar yang terlampir pada Dokumen dan dipakai pada saat
pelelangan harus menjadi bagian dari kontrak termasuk gambar tambahan yang
dipersiapkan selama pelaksanaan pekerjaan.
1.2. Perincian dasar (spesifikasi dasar)
Semua bahan dan mutu pekerjaan harus mengikuti Standart Nasional Indonesia.
Bahan-bahan atau mutu pekerjaan yang sepenuhnya tidak diperinci disini atau
tidak tercakup dalam Standart Nasional haruslah menggunakan bahan dan mutu
pekerjaan kelas utama. Direksi akan menetapkan apakah semua atau sebagian
bahan yang dipesan dan dikirim sesuai atau dapat dipergunakan untuk
pekerjaan tersebut, dan keputusan Direksi dalam hal ini pasti dan menentukan.
1.3. Dasar pengukuran ketinggian :
Ketinggian-ketinggian yang ditunjukkan pada gambar-gambar didasarkan pada
titik tetap utama.
Penjelasan tentang titik tetap tersebut dapat diperoleh dengan mengajukan
permintaan secara tertulis pada Direksi.
1.4. Pengukuran / Uitzet :
(1). Sebelum pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa harus melakukan pengukuran
untuk menentukan batas-batas daerah kerja, as bangunan, saluran dan
lain-lain pekerjaan yang akan dilaksanakan berdasarkan gambar rencana
yang ada.
(2). Penyedia Jasa selalu mengadakan pengukuran sebelum, selama maupun
setelah melaksanakan suatu jenis pekerjaan
(3). Titik-titik pengukuran harus ditandai dengan patok-patok kayu dengan
ukuran 5 x 7 x 80 cm, untuk pekerjaan bangunan baru pada tempat yang
penting ditandai dengan patok beton berukuran 10 x 10 x 100 cm yang
ditetapkan oleh Direksi.
(4). Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas kerusakan atau hilangnya
patok-patok tanda tersebut.
(5). Apabila terdapat ketidak cocokan antara gambar rencana dan situasi
lapangan maka Penyedia Jasa harus segera memberitahukan kepada
Pengawas Lapangan / Direksi.
(6). Bila perlu mengadakan perubahan pada patok-patok yang telah
ditetapkan maka Penyedia Jasa dengan persetujuan Direksi dapat merubah
patok-patok tersebut dan harus menggambarkan kembali pada gambar
pelaksanaan dengan jelas sehingga mudah untuk diketahui bila sewaktu-
waktu diadakan pengontrolan.
(7). Semua peralatan dan biaya yang berkaitan dengan adanya perubahan ini
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
(8). Semua catatan dan gambar-gambar hasil pengukuran baru, harus
diserahkan pada Direksi yang kemudian akan disahkan oleh Direksi untuk
selanjutnya akan dipakai sebagai pedoman pelaksanaan.
1.5. Direksi Keet dan Gudang
(1) Penyedia Jasa wajib menyediakan Direksi Keet dengan luas minimum (3.50
x 6.00) M. Bangunan tersebut dibagi menjadi dua bagian, sebagian untuk
Direksi dan sebagian untuk Penyedia Jasa.
(2) Penyedia Jasa harus menempelkan gambar-gambar pelaksanaan.
(3) Penyedia Jasa wajib menyediakan los kerja / workkeet / gudang untuk
menyimpan alat-alat sehingga terlindung dari panas, hujan dan pencurian.
(4) Letak bangunan-bangunan tersebut huruf (1) & (2) ditentukan oleh Direksi.
Setiap saat Direksi berhak memeriksa Direksi keet dan los kerja / gudang,
yang disiapkan untuk pekerjaan ini.
1.6. Pembuatan papan nama.
(1) Papan nama ukuran 90 x 120 cm dibuat dari Multiplek 15 mm,
sebagaimana contoh gambar terlampir dan dicat dengan dasar Biru
dengan tulisan Putih.
(2) Papan nama harus sudah terpasang saat pelaksanaan pekerjaan.
1.7. Pemeriksaan lapangan dan bouwplank .
(1) Daerah dimana pekerjaan akan dilaksanakan harus dibersihkan dari
pohon-pohonan, semak-semak tanaman serta dari benda-benda lain.
(2) Penyedia Jasa harus mengamankan daerah pekerjaan dari genangan air
hujan, air tanah dan sebagainya.
(3) Penyedia Jasa wajib memasang bouwplank dan profil-profil untuk
mendapatkan ukuran / dimensi pekerjaan yang tepat.
(4) Patok bouwplank menggunakan kayu kruing dengan ukuran 5 / 7 cm.
Patok bouwplank harus cukup kuat dengan ukuran 3 / 20 cm, bahan dari
kayu kruing yang diketam halus dan lurus dibagian atasnya.
(5) Pemasangan bouwplank dan profil-profil harus menurut petunjuk Direksi.
(6) Setelah bouwplank dan profil-profil dipasang, diperiksa dan disetujui oleh
Direksi, pekerjaan baru boleh dikerjakan.

2. PEKERJAAN TANAH

2.1. Scope kerja


Semua penggalian dan pekerjaan tanah yang diperlukan harus dilaksanakan
menurut dokumen kontrak dan semua hal-hal yang bersangkutan dengan hal
tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan syarat-syarat dan petunjuk tersebut
dirubah secara tertulis oleh Direksi untuk bagian-bagian pekerjaan tertentu.
2.2. Pembersihan.
(1). Semua daerah disekitar jalur yang diperlukan seperti yang ditentukan oleh
Direksi, harus dibersihkan dari segala pohon-pohon, semak-semak,
sampah dan bahan lain yang mengganggu serta harus dibuang , kecuali
bila ada ketentuan lain yang disetujui oleh Direksi.
Umumnya hanya pohon-pohon yang mengganggu bangunan yang
dimaksud dalam spesifikasi ini yang harus dibuang, sedang pohon-pohon
yang ada disekitar tetap dibiarkan disuatu tempat selama tidak
mengganggu atau ditumpuk ditempat-tempat yang ditunjuk oleh Direksi
disepanjang tepi jalan atau batas tanah ( right of way ) dan tetap menjadi
milik Direksi. Pagar-pagar, dinding-dinding, bangunan-bangunan
reruntuhan dari tempat-tempat pekerjaan harus dibuang menurut
persetujuan Direksi.
Penyedia Jasa diminta untuk memulai pembersihan jauh sebelum
pekerjaan pembangunan dimulai.
(2). Pekerjaan pembersihan yang berakibat terhadap milik umum atau
perseorangan harus diperbaiki atau diganti atas biaya Penyedia Jasa.
2.3. Pengosrekan.
Tanah permukaan dibawah tanggul-tanggul yang dipadatkan untuk saluran
irigasi, drainase, jalan-jalan inspeksi dan di bawah jalan yang dibangun kembali
atau dipindahkan harus dikosrek dengan maksud untuk menghilangkan
tonggak-tonggak, akar-akar atau bahan lain yang merusak seperti yang
ditentukan oleh Direksi. Bahan-bahan yang dibersihkan harus dibuang dalam
tempat penimbunan atau di lain tempat pembuangan yang ditunjuk oleh Direksi.
2.4. Penggalian.
(1). Semua penggalian harus dikerjakan menurut syarat-syarat dalam bab ini
dan garis tingkatan seperti yang ditunjukkan oleh Direksi.
(2). Selama pekerjaan berjalan, mungkin perlu adanya perubahan oleh Direksi
mengenai lereng-lereng atau dimensi penggalian sebagai perbaikan atau
perubahan sesuai dengan spesifikasi ini.
(3). Dimana penggalian tidak akan ditutupi oleh bangunan atau konstruksi lain
yang diperlukan, mereka harus sepenuhnya dibuat menurut dimensi yang
dimaksud dan harus diselesaikan menurut garis-garis dan tingkatan yang
telah ditunjukkan. Penjagaan yang perlu dilaksanakan terhadap bahan-
bahan yang berada di atas atau di bawah garis penggalian agar
keadaannya tetap baik. Semua penggalian atas kehendak Penyedia Jasa
untuk semua yang dimaksud selain yang ditunjukkan di sini harus ditutup
kembali oleh Penyedia Jasa atas biaya sendiri, jika diperlukan untuk
penyelesaian pekerjaan.
2.5. Pondasi bangunan.
Dasar dan sisi galian dimana akan didirikan bangunan harus selesai dan rapih
menurut duga dan dimensi yang dikehendaki Direksi, tempat tersebut harus
dibasahi dengan air dan ditumbuk atau digilas dengan alat yang cocok dengan
maksud supaya terbentuk suatu pondasi yang kuat jika waktu penggalian
material yang digali melampaui garis dan tingkat yang ditentukan.
Galian yang melampaui batas tadi harus ditimbuni lagi seluruhnya dengan
material yang terpilih, kemudian ditumbuk atau digilas lapis demi lapis yang
tebalnya tidak lebih dari 15 cm. Jika tanah pondasi asli terganggu atau longgar
karena pekerjaan penggalian Penyedia Jasa, ia harus dipadatkan dengan
menumbuk atau membilas atau jika Direksi menghendakinya ia harus
dipindahkan atau diganti dengan bahan terpilih yang seluruhnya harus
dipadatkan.
2.6. Tanah-tanah longsor ( slide material ).
Tanah-tanah yang tidak dapat bertahan pada lereng seperti ditunjukkan
digambar atau yang ditentukan oleh Direksi atau material yang mungkin longsor
ke daerah galian disepanjang garis galian, harus dipindahkan oleh Penyedia Jasa
menurut cara yang disetujui dan lereng tersebut harus diselesaikan kembali
menurut garis dan tingkat yang ditentukan oleh Direksi.
2.7. Bahan-bahan hasil galian.
(1). Diharapkan semua bahan-bahan dari galian yang dimaksud akan cocok
untuk dipakai dalam pembangunan yang dikehendaki menurut spesifikasi
ini. Dimana dapat dikerjakan, semua bahan-bahan harus diletakkan
langsung dari penggalian-penggalian ketempat-tempat terakhir yang telah
direncanakan kecuali jika bahan tersebut menurut perintah Direksi harus
ditempatkan pada penampungan sementara dan untuk kemudian
diletakkan pada penampungan ditempat yang telah direncanakan.
(2). Bahan hasil galian yang mengandung tonggak-tonggak, akar-akar humus
dan bahan lainnya yang mengganggu serta bahan lainnya yang tidak
diperlukan untuk penimbunan kembali harus ditempatkan pada tempat
penimbunan (spoil bank) yang akan ditentukan oleh Direksi.

3. PEKERJAAN BATU :

3.1. Pasangan batu (masonry).


(1). Scope pekerjaan.
Semua pasangan batu menurut spesifikasi ini, terdiri dari bahan-bahan
yang masing - masing diperinci volumenya, dan harus dicampur dengan
teratur, dibentuk dan ditempatkan sesuai dengan dimensi dan syarat-
syarat yang telah ditentuan dalam gambar bestek.
Syarat-syarat yang ditentukan di sini selanjutnya harus diterapkan pada
semua pekerjaan batu, kecuali secara khusus ditentukan oleh Direksi untuk
bagian-bagian pekerjaan tertentu.
(2). Semen
Bahan material semen yang dipakai adalah jenis Portland dan harus
memenuhi standart SNI S-04-1989-F. Material semen yang
penyimpanannya telah berumur lebih dari 3 (tiga) bulan dan atau yang
telah mengeras karena pengaruh cuaca, air atau bahan organik lainnya
tidak boleh dipakai.
(3). P a s i r
Bahan material pasir yang digunakan adalah pasir pasang atau beton yang
bergradasi, butirannya keras setara pasir lumajang dan tidak mengandung
bahan kimia atau organic (SNI), dan lumpur, serta tahan terhadap
perubahan cuaca.
(4). Air
Air yang digunakan dalam menyiapkan spesi / mortel / adukan harus tidak
mengandung sejumlah bahan-bahan yang tidak merusak seperti lumpur,
bahan organik, alkali, garam, dan lain-lain bahan pengotor.
(5). Susunan spesi / adukan.
Susunan campuran spesi untuk semua pasangan batu kecuali ada
ketentuan lain dari spesifikasi disini atau atas petunjuk Direksi terdiri dari 1
(satu) bagian semen Portland dan 4 (empat) bagian pasir dan air
secukupnya untuk membuat ketentuan yang cocok untuk penggunaan
yang dimaksudkan.
(6). Mengaduk adukan.
Adukan spesi terdiri dari campuran semen portland, pasir dan air dengan
susunan 1bagian PC, 4 bagian pasir diaduk sampai rata dengan air
sehingga terjadi campuran yang homogin, memenuhi syarat sebagi
pengikat susunan batu satu dengan lainnya.
Adukan harus diberi alas dan harus bebas dari kotoran rumput, daun-
daunan dan kotoran lainnya yang sifatnya bisa mempengaruhi kekuatan
ikatan.
(7). Pemasangan.
a). Semua batu yang digunakan dalam penembokan atau pasangan
harus betul-betul bersih dari kotoran tanah maupun lumpur dan
disiram/ dibasahi 3 sampai 4jam.
b). Pemasangan batu diatur sedemikian rupa sehingga terjadi ikatan
yang kokoh dengan nat-natnya harus terisi spesi penuh dengan
tebal 1,5 s/d 3 cm, batu kali tidak boleh berhimpitan tanpa spesi
c) Pasangan batu pada permukaan yang kelihatan dipakai batu bentuk
bulat diameter 10-20 cm, pasangan harus rata dan rapi dan nat-
natnya ditutup dengan spesi siaran / disiar.
d). Pemasangan pasangan batu dalam satu hari kerja tingginya tidak
boleh lebih dari 1 m.
e). Pemasangan batu kali tidak diperkenankan pada saat hujan lebat
atau cukup lama yang bisa menghanyutkan spesi dari penembokan.
(8). Pipa Peresapan ( suling-suling )
a). Tembok-tembok penahan, pasangan miring dan tembok-tembok
kepala harus dilengkapi dengan dengan suling-suling, apabila
saluran terletak dalam galian dan saluran dalam timbunan suling-
suling tidak perlu dipasang.
b). Suling-siling dibuat dari pipa PVC dengan diameter 1½ “ – 2”
dengan panjang sesuai dimensi pasangan batu kali, dan pada ujung
dalam dipasang saringan dari ijuk.
c). Suling-suling dipasang satu buah dalam satu bidang permukaan 3
m², dengan jarak arah horisontal 2 m, dan arah vertikal 1,5 m
dipasang selang seling.
3.2. Siaran
(1). Susunan Spesi / Adukan
Spesi untuk semua siaran kecuali kalau ditentukan lain dari spesifikasi ini
atau seperti ditetapkan lain oleh Direksi terdiri dari 1 (satu) bagian semen
Portland dan 2 (dua) bagian pasir serta air secukupnya untuk menghasilkan
kekentalan yang cocok untuk penggunaan siaran.
(2). Sebelum pekerjaan siaran dimulai, semua permukaan pasangan batu yang
akan di siar harus dikorek, dibersihkan dengan sikat kawat dan dibasahi.
3.3. Plesteran.
(1). Adukan.
Spesi untuk semua plesteran kecuali ditentukan lain dari spesifikasi ini atau
seperti ditetapkan lain oleh Direksi terdiri dari 1 (satu) bagian semen
Portland dan 3 (tiga) bagian pasir serta air secukupnya untuk menghasilkan
kekentalan yang cocok untuk pengunaan plesteran.
(2). Sebelum pekerjaan plesteran dimulai semua bidang yang akan diplester
harus dibersihkan, disiram dengan air sampai kotoran-kotoran yang melekat
pada permukaan bidang yang akan diplester bersih dan betul-betul dalam
keadaan basah.
(3). Plesteran harus benar-benar rata, halus dan pada pertemuan sudut harus
bersisi tajam.
3.4. Perawatan / Pemeliharaan.
(1). Semua pasangan batu termasuk siaran dan plesteran harus dirawat
dengan air atau cara-cara lain yang diterima menurut persetujuan Direksi.
(2). Jika perawatan dilaksanakan dengan air, pasangan-pasangan batu harus
dijaga agar tetap basah paling tidak 14 (empat belas) hari jika tidak ada
ketentuan lain menutupnya dengan bahan-bahan direndam air, atau
dengan pipa-pipa alat penyiram, pipa porous, menggenanginya atau cara
lain yang disetujui yang menyebabkan permukaan selalu basah.
Air yang dipakai untuk perawatan harus memenuhi ketentuan spesifikasi
untuk air.
3.5. Perbaikan Pasangan Batu.
Jika sesudah penyelesaian semua pasangan batu, pasangan berada di luar garis
ketentuan atau tidak sesuai dengan garis dan tingkatan yang ditentukan pada
gambar, maka harus dibuang dan diganti atas biaya Penyedia Jasa.

4. Pekerjaan Beton K 125


a. Material Semen PC, Batu Pecah, Pasir Beton, Air, Concrete Mixer dan Concrete
Vibrator sudah harus on site di lokasi yang akan dikerjakan
b. Pencampuran material dilakukan dengan Concrete Mixer
c. Pengecoran tidak bisa dilakukan sebelum pekerjaan perancah dan pekerjaan
persiapan, telah sempurna dikerjakan dan disetujui oleh Direksi.
d. Permukaan sebelah dalam dari acuan harus sudah dibersihkan dari bahan-bahan
lepas, kotoran-kotoran maupun potongan kawat/besi.
e. Beton untuk pekerjaan beton bertulang harus dicor dalam jumlah sedikit-sedikit,
dalam keadaan dapat dibentuk dengan perbandingan air semensedemikian rupa
untuk mencapai kekuatan yang ditentukan.
f. Selama pengecoran beton harus dipadatkan dengan alat pemadat
(Concrete Vibrator) Ketelitian dalam hal pemadatan perlu diperhatikan agar
supaya sudut-sudut, sela-sela diantara terisi dan disekeliling terpenuhi. Semua
rongga-rongga / gelembung udara tidak boleh terjadi pada pemadatan. Harus
diperhatikan agar penggetaran / pemadatan tidak terlalu lama yang dapat
mengakibatkan pemisahan bahan-bahan (segregation).
g. Permukaan beton yang sudah di cor harus diusahakan tetap dalam keadaan
lembab, dengan cara menutupinya dengan kurang-karung-karung basah atau
menggenangi air sampai selama paling lambat 2 minggu.

5. PEKERJAAN PINTU AIR

5.1. Pembongkaran
Pembongkaran harus sepengetahuan dan atas dasar persetujuan dan petunjuk
direksi. Bahan-bahan atau bagian pintu yang dibongkar atau diperbaiki di
bengkel harus dicatat dan dibukukan dengan rapi. Untuk bahan atau bagian
yang tidak terpakai atau rusak harus diserahkan kepada direksi untuk disimpan
di kantor Dinas PU Pengairan atau tempat yang ditunjuk oleh direksi.
5.2. Perakitan dan Pengujian di Bengkel
1) Pintu dan Rangka Pintu
Setiap pintu dengan seal karet harus dirakit dibengkel. Pada saat perakitan,
pintu harus diperiksa mengenai ukuran, kelonggaran dan ketepatan posisinya.
Setiap kesalahan dan ketidak tepatan yang ditemukan harus dikoreksi dengan
tepat. Seal karet harus tepat pada posisinya saat perakitan di bengkel. Rangka
sponing, balok atas dan balok ambang pada rangka pintu harus diperiksa
kelurusannya. Semua ukuran rangka pintu yang berkaitan dengan ukuran
pintu harus diperiksa dan setiap kesalahan dan ketidak tepatan posisinya yang
ditemukan harus diperbaiki. Suku cadang harus sesuai dan dihindari selama
perakitan dan pengangkutan.
2) Stang
Setiap stang harus dirakit dibengkel secara lengkap dan diperiksa kehalusan
permukaannya. Semua bagian harus diperiksa untuk menjamin bahwa semua
kelonggaran dan toleransi telah dipenuhi dan tidak ada kesalahan yang
terjadi pada setiap gerakan peralatannya. Semua bantalan harus diperiksa
dengan teliti, semua pelumas dengan gomok dan oli yang diperlukan harus
diuji. Setiap cacat atau ketidak tepatan operasi yang ditemukan harus
diperbaiki dan pengujian diulang kembali.
5.3. Pemasangan dan Pengujian di Lapangan
1) Rangka Pintu
a) Rangka pintu harus dirakit dan dipasang pada tempatnya seperti gambar
yang telah disetujui pada posisi yang sesuai dengan toleransi yang
diizinkan. Letak baut atau perlengkapan lain harus dipasang pada rangka
pintu dengan posisi yang tepat.
b) Ikatan antara rangka pintu dan penopang harus kuat sehingga pada saat
beton dicor tidak akan merubah posisi rangka pintu. Jika diperlukan untuk
menjamin posisi yang tepat dapat dilengkapi dengan penjepit tambahan.
c) Pemasangan seal karet harus hati–hati agar terletak pada permukaan yang
tepat sesuai dengan toleransi yang diizinkan. Pengecoran tidak
diperkenankan bila belum dirakit dengan lengkap dan teliti. Sewaktu
pengecoran beton harus diperiksa agar ukuran dan bentuknya sesuai
gambar dan dalam batas toleransi. Jika terjadi kesalahan harus segera
diperbaiki.
2) Pintu
Pintu harus dirakit dan dipasang sesuai gambar detail yang disetujui. Pintu–
pintu harus dirakit dan dipasang sesuai dengan toleransi yang diizinkan.
3) Pengangkat
a) Sebelum dirakit, semua permukaan bantalan, sponing, alur dan lubang oli
harus dibersihkan dan dilumasi dengan oli dan gomok yang akan disetujui.
Sesudah dirakit, setiap sistim pelumasan harus diperiksa. Setiap
pengangkat, lengkap dengan perlengkapannya, harus dipasang sesui
dengan gambar yang disetujui. Pengangkatan harus diletakkan dan distel
sehingga sesuai dengan alat pengangkat pintu.
b) Sesudah pemasangan pengangkat dan sebelum dihubungkan dengan
pintu, pengangkat harus dioperasikan dan diperiksa, sesudah selesai
pemeriksaan tersebut, mur penggerak dihubungkan dengan pintu dan
stang, kemudian ditest dan distel sehingga dapat dioperasikan dengan
tepat. Setiap kerusakan atau ketidak tepatan operasi yang ditemukan
selama pengujian harus diperbaiki dan prosedur pengujian diulang
kembali.
4) Pengecatan
a) Setiap ketebalan pengecatan harus mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan;
b) Permukaan yang sudah siap harus dicat dasar sesuai dengan petunjuk
pengecatan dari pabrik;
c) Permukaan harus dibersihkan sesaat sebelum pengecatan;
d) Pengecatan lapis awal dan lapis akhir harus sesuai dengan cara dan
peralatan yang disarankan dari pabrik;
e) Cat yang dipakai harus mempunyai masa pemakaian tidak kurang dari 1
(satu) tahun dalam keadaan segala cuaca di lokasi pekerjaan;
f) Penyedia jasa harus menyediakan cat yang cukup untuk pengecatan di
lapangan dan pengecatan perbaikan di bengkel;
g) Semua pengecatan, harus dilakukan secara rata dan halus pada
permukaan. Cat harus diaduk seluruhnya, ditapis dan dijaga kekentalannya
agar seragam selama dipergunakan;
h) Tidak diperkenankan melakukan pengecatan pada permukaan logam yang
suhunya kurang dari 10o Celcius;
i) Permukaan yang akan dilapisi cat harus bebas dari kelembaban selama
pengecatan;
j) Pengecatan dilakukan dengan kuas atau semprot;
k) Pengecatan lapis pertama, dilakukan langsung sesudah penyiapan
permukaan.
Tiap lapis harus dibiarkan kering dan mengeras lebih dahulu seluruhnya
sebelum dilakukan pengecatan berikutnya;
l) Cat yang diproduksi oleh pabrik yang mempunyai nama baik dan disetujui
oleh Direksi Pekerjaan;
m) Pengecatan dengan tar-epoxy dan atau epoxy resin harus dilaksanakan
pada bagian–bagian dibawah ini :
(1) Permukaan–permukaan yang tampak dari rangka pintu kecuali yang
ada diatas permukaan tanah.
(2) Semua daun pintu
(3) Pengecatan komponen tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai
SNI 06–6452–2000, Metode Pengujian Cat Bitumen sebagai lapis
pelindung
(4) Semua logam besi yang permukaannya tidak dihaluskan, kecuali yang
disebutkan diatas harus dicat dengan 1 (satu) lapis cat dasar dan 4
(empat) lapis cat “chlorinated rubber” atau yang sekualitas. Tebal total
lapisan tersebut termasuk cat dasar harus 0,15 – 0,20 milimeter. Semua
peralatan harus dicat sesuai dengan standar pabrik.
(5) Semua permukaan logam dengan finishing termasuk sekrup yang
tampak selama pengangkutan atau selama menunggu pemasangan
harus dibersihkan dan dilapisi dengan cat yang mudah larut dalam
bensin agar tidak berkarat.
5) Pengelasan
a) Semua pekerjaan las yang diperlukan pada pembuatan dan pemasangan
pintu dan perlengkapan dikerjakan dengan tenaga dengan cara las lindung
busur metal atau las busur otomatis;
b) Tes tembus warna harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa, jika diperlukan oleh
standar spesifikasi ini atau kriteria perencanaan ini;
c) Alat ukur yang sesuai harus terpasang untuk pembacaan arus dan
tegangan listrik selama pengelasan berlangsung;
d) Semua bagian yang di las yang merupakan pekerjaan akhir dengan mesin
harus di las dahulu sebelum dimesin, kecuali tercantum ketentuan lain;
e) Semua pengelasan harus tidak terputus dan kedap air. Ukuran minimum
batang las 4,5 mm;
f) Semua cacat pengelasan harus dibersihkan sampai dasar logam yang baik
dan
daerah tersebut perlu dites dengan “Ultrasonik” untuk menyakinkan bahwa
cacat telah benar terhapus sebelum dilakukan perbaikan las;
g) Semua pekerjaan pengelasan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
Spesifikasi pekerjaan pengelasan BS 5135 – 1984, Proces of Arc welding
carbon
and Carbon Manganise steels.
6) Pekerjaan Alat Angkat
a) Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak yang
dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada balok atas pada
rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu;
b) Bahan stang pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, tongkat
batang penghubung, handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi,
tumpuan/bantalan, maupun rangka alur (sponning) harus memenuhi
persyaratan sesuai SNI 03-6861-2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan bagian
B (bahan bangunan dari besi/baja);
c) Kerangka alur (sponing) harus mampu meneruskan tekanan air pada beton.
Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum
permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu)
milimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter;
d) Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan
bengkokan agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang
harus direncanakan agar dapat meneruskan gaya–gaya yang terjadi pada
beton atau pasangan batu kali tanpa terjadi pelenturan.

Anda mungkin juga menyukai