Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur atas Kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah ini dengan
judul “PENILAIAN STATUS GIZI PADA IBU HAMIL” dengan tujuan untuk memenuhi
Tugas mata kuliah Epidemiologi Gizi .
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kategori
sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan
terimakasih yang sedalam – dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
moral dan spiritual, langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga
Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

.
Kendari, desember 2012

PENULIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BABI PENDAHULUAN .........................................................................................


A. LatarBelakang .........................................................................................
B. RumusanMasalah .....................................................................................
C. Tujuan Penulisan......................................................................................
D. Manfaat Penulisan....................................................................................
E. Ruang Lingkup ..........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
2.1 A. Pengertian Kehamilan ...............................................................................
B. Pengertian Status Gizi ...............................................................................
C. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Hamil .................................................................
D. Pengertian Kurang Energy Kronik ...........................................................
2.2 A Penilaian Status Gizi Ibu Hamil................................................................
B. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian KEK Pada Ibu Hamil.......

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


• Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................................
• Lokasi dan waktu penelitian .......................................................................
• Populasi penelitian ......................................................................................
• Jenis Data Dan Tekhnik Pengumpulan Data ...............................................
• Instrumentasi ...............................................................................................
• Prosedur Penelitian ......................................................................................
• Tekhnik Pengolahan Dan Analisis Data......................................................

BAB IV PEMBAHASAN
• Karakteritik Responden ....................................................................................
• Hubungan KEK dan Karakteritik Responden ...................................................
• Analisis Hubungan KEK dan Karakteritik Responden.....................................

BAB V PENUTUP
• Kesimpulan .......................................................................................................
• Saran

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... iii


BAB I

PENDAHULUAN

• Latar Belakang
Di Negara berkembang, termasuk Indonesia, masalah gizi masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang utama dan merupakan penyebab kematian ibu dan anak secara tidak
langsung. Angka kematian ibu dan bayi terutama bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

yang tinggi pada hakekatnya juga ditentukan oleh status gizi ibu hamil. Ibu hamil dengan status
gizi buruk atau yang mengalami kurang energi kronis (KEK) cenderung melahirkan bayi BBLR
dan dihadapkan pada resiko kematian yang lebih besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan
oleh ibu dengan berat lahir yang normal.

Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting. Pada masa itu ibu harus
mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyambut kelahiran bayinya. Ibu sehat akan
melahirkan bayi yang sehat. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu adalah
gizi ibu (Depkes RI, 2000). Masalah gizi yang sering dihadapi ibu hamil yaitu KEK dan anemia
gizi. Data menunjukkan bahwa sepertiga (35,65 %) Wanita Usia Subur (WUS) menderita KEK,
masalah ini mengakibatkan pada saat hamil akan menghambat pertumbuhan janin sehingga
menimbulkan resiko pada bayi berupa BBLR (Depkes RI, 2002).

Gizi yang baik mempunyai peranan yang cukup besar pada pembentukan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM), karena kekurangan gizi berdampak negatif pada kesehatan dan dapat
menghambat kualitas SDM. Bila kekurangan gizi terjadi pada ibu hamil maka akan berakibat
buruk baik bagi ibu itu sendiri maupun anak yang dilahirkannya. Tingginya angka kematian ibu
akan menjadi suatu rintangan dalam pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas. Bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang meninggal saat melahirkan kemungkinan 3 sampai 10 kali. Sekitar
99% kejadian tersebut terjadi di Negara berkembang (Hartiningsih 2005). Angka kematian ibu di
Indonesia telah mengalami penurunan dari 390 per seratus ribu kelahiran hidup pada tahun 1994
menjadi 307 per seratus ribu per kelahiran hidup pada tahun 2003, namun angka tersebut masih
tinggi dibanding negara-negara di Asia Tenggara (Azwar 2004).

Penyebab tak langsung kematian ibu ini antara lain adalah anemia, kurang energi kronis, usia
terlalu muda, usia terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak melahirkan (Saifudin 2002).
Kondisi kesehatan ibu hamil dipengaruhi oleh umur, paritas, penyakit/infeksi dan riwayat
kesehatan kehamilan seperti pernah keguguran dan pendarahan (Depkes 2001b). Lebih lanjut
Samsudin (1998), menyatakan bahwa tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, paritas, jarak
kelahiran, umur ibu dan riwayat kehamilan mempunyai kaitan erat dengan kejadian KEK.

Status gizi ibu hamil sendiri bisa diketahui dengan mengukur ukuran lingkar lengan atas, bila
kurang dari 23,5 cm maka ibu hamil tersebut termasuk Kurang Energi Kronis (KEK), ini berarti
ibu sudah mengalami keadaan kurang gizi dalam jangka waktu yang telah lama, bila ini terjadi
maka kebutuhan nutrisi untuk proses tumbuh kembang janin menjadi terhambat, akibatnya
melahirkan bayi BBLR (Depkes RI 2008). Parameter ini sudah digunakan secara umum di
Indonesia untuk menjaring ibu hamil yang berpotensi melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR). Dibandingkan dengan indikator antropometri lainnya, LILA paling praktis
penggunaanya di lapangan, dan oleh sebab itu beberapa penelitian merekomendasikan LILA
sebagai salah satu metode untuk dapat memprediksikan hasil kehamilan.

Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan prevalensi risiko KEK secara nasional mencapai 13,6
%. Tiga provinsi dengan resiko KEK yang tertinggi adalah NTT sebesar 24,6: Papua 21,3 dan
DIY 20,2 %. Sedangkan tiga provinsi dengan prevalensi resiko KEK terendah adalah Sulawesi
Utara 5,8 %, Sumatera Utara 7,9% dan Bengkulu 8,2 % (Riskesdas 2007).

Berdasarkan berbagai masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui factor-faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil.

• Rumusan Masalah

Metode penilaian apa yang digunakan untuk menilai status gizi ibu hamil di Kota
Kendari tahun 2012?

• Tujuan Penelitian

Untuk mengetahiu metode yang digunakan untuk menilai status gizi ibu hamil di Kota
Kendari tahun 2012?
• Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh :

• Institusi Kesehatan
Sebagai bahan informasi berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
KEK pada ibu hamil sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan perencanaan
pengobatan & pencegahan.
2. Masyarakat
Sebagai tambahan informasi berbagai faktor–faktor yang mempengaruhi terjadinya KEK
pada ibu hamil , sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan terjadinya KEK pada kelompok
risiko.

1.5 Ruang Lingkup


• Ruang Lingkup Masalah
Permasalahan hanya dibatasi pada faktor-faktor risiko terjadinya KEK pada ibu hamil.
• Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam bidang Epidemiologi
• Lingkup Lokasi
Penelitian dilakukan di Posyandu Kenanga, Posyandu Wekoila, Posyandu Paedai
Puncak, Posyandu Asoka Putih, dan Posyandu IAD wilayah kerja Puskesmas Perumnas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi

• Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keadaan istimewa bagi seorang wanita sebagai calon ibu, karena
pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi kehidupannya
(Kristiyanasari, 2010, p.43).

Masa kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,
lamanya hamil normal adalah 280 hari (9 bulan7 hari, atau 40 minggu) dihitung dari hari pertama
haid terakhir. Masa kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu
1) Triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (pertambahan berat badan sangat
lambat yakni sekitar 1,5 kg).
2) Triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (penambahan berat badan 4 ons per
minggu).
3) Triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (penambahan berat badan keseluruhan 12
kg) (Waryono, 2010, p.44).

Perubahan Fisiologis Pada Ibu Hamil

Perubahan fisiologis dibagi menjadi perubahan yang dapat dilihat dan perubahan yang
tidak dapat dilihat. Perubahan yang dapat dilihat meliputi:

1. Perubahan pada kulit.

Terjadi hiperpigmentasi, yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah,pipi dan
hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng (Kloasma gravidarum). Pada
daerah areola mamae da puting susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar putting susu akan
menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini disebut
areola mamae sekunder. Putting susu menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol. Pada
area suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari atas sympisis sampai pusat.
Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang memenjang di tengah
atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi, terjadi strie gravidarum yang
merupakan garis pada kulit. Terdapat dua jenis strie gravidarum, yaitu strie livide (garis yang
berwarna biru) dan strie albikan (garis yang berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh
melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.

2.Perubahan kelenjar.
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria. Perubahan ini
tidak selalu terjadi pada wanita hamil.

3. Perubahan payudara,

Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya
persalianan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah
lahir.

Perubahan yang terlihat pada payudara adalah:

• Payudara membesar, tegang, dan sakit.

• Vena dibawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas.

• Hiperpigmentasi pada areola mamae dan putung susu serta muncul areola mamae
sekunder.

• Kelenjar motgomery yang terletak di bawah areola mamae membesar dan kelihatan dari
luar. Kelenjar motgomery mengeluarkan lebih banyak cairan agar putung susu selalu
lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang biak bakteri.

• Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat mulai kehamilan 16 minggu, cairan
yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, warna cairan
agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak
lahir, cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak.
Cairan ini disebut kolostrum.

4.Perubahan perut.

Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya, hingga kehamilan
empat bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan lima bulan, perut mulai
kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat menonjol ke luar timbul
strie gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.

5. Perubahan alat kelamin luar.

Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada peredaran
darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang menuju uterus sangat
banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus membesarkan dan memberi makanan janin. Gambaran
mukosa vagina mengalami kongesti berwarna hitan kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.

6. Perubahan pada tungkai.

Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering terjadi
endema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena
femoralis sebelah kanan atau kiri.

7. Perubahan pada sikap tubuh.

Sikap tubuh itu menjadi lordosis karena perut yang membesar.

Perubahan yang tidak dapat dilihat:

1. Perubahan pada alat pencernaan.

Alat pencernaan lebih kendur, peristaltik kurang baik, terjadi hipesekresi kelenjar dalam
alat pencernaan sehingga menimbulkan rasa mual, muntah, hipersalivasi, dan lain-lain. Pristaltik
yang kurang baik dapat emnimbulkan konstipasi atau obstipasi.

2. Perubahan pada peredaran pembuluh darah

• Perubahan pada darah.

Volume darah semakin meningkat karena jumlah serum lebih besar daripada
pertumbuhan sel darah sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Masa puncak terjadi
pada umur kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah 25-30%, sedangkan
sel darah bertambah 20%. Curah jantung akan bertambah 30%. Bertambahnya hemodilusi darah
mulai tampak pada umur kehamilan 16 minggu. Oleh karena itu, Ibu hamil yang mengidap
penyakit jantung harus berhati-hati. Jumlah sel darah merah semakin meningkat, hal ini untuk
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim. Namun, pertambahan sel darah tidak seimbang
dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai dengan anemia
fisiologis.

• Perubahan pada jantung.

Selama hamil, jantung memompa untuk dua orang, yaitu ibu dan janin. Bertambahnya
cairan darah menambah volume darah, tetapi kepekatan darah berkurang dam pembuluh darah
membesar. Oleh karena itu, kerja jantung bertambah berat.
• Perubahan tekanan darah.

Biasanya, tekanan darah tidak tinggi meskipun volume darah bertambah, bahkan sedikit
turun. Turunya tekanan darah ini disebabkan oleh kepekatan darah berkurang.

3.Perubahan pada paru.

Paru juga bekerja lebih berat karena menghisap zat asam untuk kebutuhan ibu dan janin.
Pada kehamilan tua posisi paru terdesak ke atas akibat uterus membesar.

4. Perubahan pada kehamilan.


Ginjal bekerja lebih berat kerena harus menyaring ampas dua orang, yaitu ibu dan janin.
• Ureter tertekan oleh uterus apabila uterus keluar dari rongga panggul. Ureter juga
semakin berkelak-kelok dan kendur sehingga menyebabkan perjalanan urine ke kandung
kemih melambat. Kuman dapat berkembang di kelokan dan menimbulkan penyakit.

• Pada bulan kedua kehamilan, ibu lebih sering berkemih kerena ureter lebih antefleksi dan
membesar.

5. Perubahan pada tulang.

Keadaan tulang pada kehamilan juga mengalami perubahan, bentuk tulang belakan
menyesuaikan diri dengan keseimbangan badan karena uterus membesar. Oleh karena itu, pada
kehamilan lebih dari enam bulan, sikap tubuh ibu tamapak menjadi lordosis.

6. Perubahan pada jaringan pembentuk organ.

Jaringan menjadi lebih longgar dan mengikat barang.

7. Perubahan pada alat kelamin dalam.

Perubahan pada alat kelamin dalam sudah pasti terjadi karena alat kelamin dalam
merupakan alat reproduksi . (Saminem,2009:1-5).

Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil

Menurut teori Rubin, perubahan psikologi yang terjadi:

• Trimester I : Meliputi ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.


• Trimester II :Perubahan meliputi perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris dan
berpusat pada diri sendiri.

• Trimester III :Perubahan yang terjadi meliputi memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih
introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu.(Saminem,2009:5)

• Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh sebagai akibat pemasukan
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang digunakan oleh tubuh untuk kelangsungan
hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh (Supariasa I, 2001 : 18).

• Kebutuhan Zat Gizi Ibu Hamil

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi


dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ
kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi
tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.

Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang


trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan
selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah,
pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi
tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.

Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO menganjurkan
jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II dan
III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II
dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi ditentukan
angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya tidak termasuk penambahan
akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi
mereka yang tidak merubah kegiatan fisik selama hamil.
Dengan demikian makanan ibu hamil harus cukup bergizi agar janin yang dikandungnya
memperoleh makanan bergizi cukup, untuk alur terhambatnya pertumbuhan dari aspek gizi ibu.
Perlu diperhatikan secara khusus adalah pertumbuhan janin dalam daerah pertumbuhan lambat
dan daerah pertumbuhan cepat. Daerah pertumbuhan lambat terjadi sebelum umur kehamilan 14
minggu. Setelah itu pertumbuhan agak cepat, dan bertambah cepat sampai umur kehamilan 34
minggu. Kebutuhan zat gizi ini diperoleh janin dari simpanan ibu pada masa anabolik, dan dari
makanan ibu setiap hari selama hamil. Makanan ibu selama hamil dan keadaan gizi ibu pada
waktu hamil berhubungan erat dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Apabila makanan yang
dikonsumsi ibu kurang dan keadaan gizi ibu jelek maka besar kemungkinan bayi lahir dengan
BBLR. Konsekuensinya adalah bahwa bayi yang lahir kemungkinan meninggal 17 kali lebih
tinggi dibanding bayi lahir normal.

• Pengertian Kurang Energi Kronis ( KEK )

Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa
Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu.
KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).
KEK adalah penyebabnya dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan
kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein
(KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemak akibat kurang energi yang kronis.
Definisi ini diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan
Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan
menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm.
2.2 Penilaian Status Gizi Ibu Hamil

Sehingga perlu dipertahankan status gizi yang baik dan seimbang selama hamil, untuk
menjaga kesehatan maka ibu harus menciptakan pola makan sehat dimana makanan yang
dikonsumsi memiliki jumlah kalori dan zat-zat gizi sesuai dengan kebutuhan (Krisnatuti Diah,
2000 : 30).

A. Penilaian status gizi ibu hamil

Cara penilaian status gizi dibagi dua yaitu :

a. Penilaian status gizi secara langsung :


Penilaian status gizi ini dibagi empat macam penilaian, yaitu :
1) Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa I, 2001 : 19).
Kelebihan pengukuran antropometri
• Relatif murah.
• Cepat, sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar.
• Objektif.
• Gradebel, dapat dirangking apakah ringan, sedang atau berat.
• Tidak menimbulkan rasa sakit pada responden.

Keterbatasan pengukuran antropometri


•Membutuhkan data referensi yang relevan.
• Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada peralatan (belum dikalibrasi), kesalahan
pada observer (kesalahan pengukuran, pembacaan, pencatatan).
• Hanya mendapatkan data pertumbuhan obesitas, malnutrisi karena kurang energi dan
protein, tidak dapat memperoleh informasi karena defisiensi zat gizi mikro. (FKM UI, 2007 :
265).

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di
bawah kulit.
Metode penilaian yang digunakan untuk memantau status gizi ibu hamil adalah dengan
cara metode pengukuran langsung (antropometri) yaitu pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LILA), metode ini digunakan untuk mendeteksi adanya Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada
Wanita Usia Subur (WUS) (Supariasa I, 2001 : 48).

Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK apabila LILA kurang dari 23,5 cm, artinya
wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR (Supariasa I,
2001 : 82).

Lingkaran Lengan Atas (LILA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot
yang tidak berpengaruh banyak oleh cairan tubuh. Pengukuran ini berguna untuk skrining
malnutrisi protein yang biasanya digunakan oleh DepKes untuk mendeteksi ibu hamil dengan
resiko melahirkan BBLR bila LILA < 23,5 cm (Wirjatmadi B, 2007 : 4).
Ambang batas LILA WUS adalah 23,5 cm. Bila hasil pengukuran kurang dari 23,5 cm
berarti risiko KEK. Bila lebih dari sama dengan 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK.

Cara pengukuran LLA :

Ada 7 urutan pengukuran LLA, yaitu :

(1) Tetapkan posisi bahu dan siku.

(2) Letakkan pita antara bahu dan siku.

(3) Tentukan titik tengah lengan.

(4) Lingkar pita pada tengah lengan.

(5) Pita jangan terlalu dekat.

(6) Pita jangan terlalu longgar.

(7) Cara pembacaan skala yang benar. (Supariasa I, 2001 : 49).

Hal-hal yang harus diperhatikan :

(1) Dalam menetapkan posisi bahu dan siku, siku ditekuk


membentuk sudut 900.
(2) Pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan
siku lengan kiri.
(3) Lengan harus dalam posisi bebas baju dan otot lengan
dalam keadaan tidak tegang atau kendor.
(4) Alat pengukuran dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat lipat, sehingga
permukaannya sudah tidak rata. (Supariasa I, 2001 : 49).

2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Dapat dilihat dari jaringan epitel seperti
kulit, mata, rambut, mukosa oral.
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang uji secara
laboratorium dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
4) Biofisik
Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan. (Supariasa I, 2001 : 19-20).

b. Penilaian status gizi secara tidak langsung :


1) Survei konsumsi makanan
Adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan
jenis gizi yang dikonsumsi.

2) Statistik vital
Pengukuran dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu yang
berhubungan dengan gizi.

3) Faktor ekologik
Mengatakan bahwa jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim dan lain-lain (Supariasa I, 2001 : 20-21).

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian KEK pada Ibu Hamil

• Faktor Sosial Ekonomi


Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari:
• Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan tingkat ekonomi
rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk makan, sedangkan
dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang belanja untuk makanan.
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan.
Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata
lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk
membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya

• Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan
pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.

• Faktor Biologis
Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari :

• Usia Ibu Hamil


Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada
ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan
ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang
terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling baik adalah lebih
dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih
baik.

• Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian
menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2
tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat
dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004 : 5).
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah
dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah
melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu
dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).
• Paritas

Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable).
(Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan janin yang
telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
2. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang
berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
3. Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau lebih kehamilan
yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.

Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun /
kehamilan yang terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras cadangan
zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum masa kehamilan
(Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian survey deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan
umum untuk membuat gambaran antara deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif
(Notoatmodjo, 2005). Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

Survay adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan
objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu. Tujuan Survey adalah Untuk
membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa
sekarang dan hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.

Pengumpulan data dalam survey deskriptif ini dilakukan melalui yaitu, wawancara
langsung. Wawancara langsung merupakan cara yang cukup efektif, sebab data akan diperoleh
secara lengkap, pertanyaan, pertanyaan yang kurang jelas atau meragukan dapat dijelaskan dan
hasilnya dapat diperoleh saat itu juga.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Posyandu Kenanga, Posyandu Wekoila, Posyandu Paedai
Puncak, Posyandu Asoka Putih,dan Posyandu IAD wilayah kerja Puskesmas Perumnas.
Penelitian ini di lakukan mulai tanggal 6 Desember 2012 -18 Desember 2012

3.3. Populasi Penelitian


1. Populasi target :
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi target adalah ibu hamil yang datang di
Posyandu Wilayah Kerja Kota Kendari.
2. Populasi studi :
Pada penelitian ini populasi studi adalah semua ibu hamil yang ditemukan datang di
Posyandu Wilayah Kerja Kota Kendari.
3. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah semua ibu hamil yang bersedia menjadi sampel dan memberikan
informasi berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
4. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri-
ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2005).
a.Besar Sampel
Berdasarkan pertimbangan dari dosen pembimbing, maka jumlah sampel ditentukan
sebanyak 30 orang. Pemilihan sampel berdasarkan pendekatan simple random sampling atau
pemilihan sampel dilakukan dengan cara acak sampai didapatkan jumlah sampel sebanyak 30
orang.

b.Teknik Sampling
Sampel dalam penelitian ini yang ditentukan, yaitu :
1.Ibu Hamil di Kota Kendari, yang melakukan pemeriksaan kehamilan, berdomisili diwilayah
penelitian, memiliki buku pemeriksaan ibu hamil.
2. Bersedia untuk menjadi responden penelitian.

3.4. Jenis Data dan Tekhnik Pengumpulan Data

1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang meliputi identitas responden, data
pemeriksaan LILA sebagai indicator KEK, data pola konsumsi ibu hamil yang didapatkan
melalui wawancara pada saat Posyandu.

• Tekhnik Pengumpulan Data


Sebelum melakukan wawancara, responden diberi penjelasan tentang tujuan, manfaat
penelitian ini dan kesediaan calon responden untuk menjadi responden. Seluruh responden dalam
penelitian ini telah menyatakan kesediaannya menjadi responden yang ditunjukkan dengan
persetujuan secara tidak resmi melalui persetujuan lisan. Setelah responden menyatakan setuju
maka segeralah kami melakukan wawancara.

1. Untuk identitas responden caranya dari hasil wawancara dengan pedoman kuesioner yang
sudah ada.
2. Untuk status gizi dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas dengan menggunakan pita LILA.

3.5 Instrumentasi
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Kuisioner pengumpulan data identitas responden
b. Pita LILA
c. Alat Tulis yang mendukung penelitian

3.6. Prosedur Penelitian


1. Tahap persiapan
a. Pelatihan cara pelaksanaan pengukuran baik dengan wawancara maupun
dengan alat ukur.
b. Uji coba alat ukur (pita LILA)
2. Tahap pelaksanaan
a. Pemilihan subjek penelitian yang memenuhi kriteria di beberapa Posyandu wilayah Kota
Kendari.
b. Subjek penelitian yang terpilih kemudian dilakukan pengukuran LILA dan wawancara
3. Tahap penulisan
Dilaksanakan setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis secara univariat,
bivariat maupun multivariat berdasarkan pengaruh variabel-variabel yang diteliti.

3.6. Pengolahan Data Dan Analisis Data

1. Pengolahan Data
Tahap pengolahan data :
1. Editing
Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan editing untuk mengecek kelengkapan
data, kesinambungan & keseragaman data sehingga validitas data dapat terjamin.
2. Coding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan termasuk pemberian skor. Pada tahap
ini dilakukan dengan memberi kode pada variabel dependen yaitu KEK agar mempermudah
dalam pengolahan data.
Tidak KEK : 0, LILA >23,5 cm
KEK : 1, LILA < 23,5 cm
3. Entry data
Memasukkan data dalam program komputer untuk proses analisis data.
4. Cleaning
Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan cleaning data (pembersihan data) yang
berarti sebelum data dilakukan pengolahan, data dicek terlebih dahulu agar tidak terdapat data
yang tidak perlu.

5.Tabulasi (Tabulation)
Tabulasi dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel yang tersedia, kemudian
melakukan pengukuran masing-masing variabel.

2.Analisis Data

Data dianalisis dan diinterpretasikan dengan menggunakan program computer yaitu


Microsoft Excel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini telah penulis laksanakan pada Bulan Desember 2012 terhadap 30 ibu hamil
pada saat Posyandu di wilayah Kota Kendari. Selama proses penelitian, penulis tidak menemui
hambatan berarti sebaliknya banyak faktor pendukung yang penulis dapatkan selama penelitian,
antara lain : proses perijinan yang relatif cepat dan bantuan dari kader dan bidan selama
pengumpulan data.
Setelah data terkumpul, maka penulis melakukan pengolahan data dan hasil analisa data
tersebut akan disajikan sebagai hasil penelitian yang disesuaikan dengan tujuan khusus dan
tujuan umum penelitian.

A. Karakteristik Responden
Dalam penelitian karakteritik responden yang kami data adalah berupa identitas pribadi
seperti nama responden, umur responden, agama responden, suku responden, pendidikan
reponden, pekerjaan keluarga reponden, pendapatan keluraga responden, dan usia kehamilan
responden.

Table 4.1
Distribusi Responden Menurut Umur Pada Posyandu Wilayah Kerja Kota Kendari Tahun 2012

Umur Frekuensi persentase( %)


< 20 th 11 36,7
20-35 19 63,3
> 35 th 0 0
Total 30 100
Sumber data primer tahun 2012

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa distribusi responden menurut umur dengan persentase
tertinggi adalah responden dengan umur 20 34 tahun yaitu 19 responden atau sebesar 63,3 % dan jumlah
responden dengan persentase terendah adalah responden dengan umur <20 tahun dengan jumlah 11
responden atau sebesar 36,7 %.

Table 4.2

Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Pada Posyandu Wilayah Kerja Kota Kendari Tahun
2012

Pekerjaan Frekuensi persentase


IRT 21 70
PNS 2 6.7
Wiraswasta 7 23,3
Total 30 100
Sumber data primer tahun 2012

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa distribusi responden menurut pekerjaan dengan


persentase tertinggi adalah responden yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu ada 21 responden
atau sebesar 70 % ,responden yang bekerja sebagai wiraswasta yaitu ada 7 responden atau sebesar
23,3%, dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden yang bekerja sebagai PNS
yaitu 2 responden atau sebesar 6,7%.

Table 4.3
Distribusi Responden Menurut Pendidikan pada Posyandu Wilayah Kerja Kota Kendari Tahun
2012

pendidikan Frekuensi persentase ( %)


PT 5 16,6
SMA 12 40
SMP 10 33,4
SD 3 10
Total 30 100
Sumber data primer tahun 2012

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa distribusi responden menurut pendidikan dengan


persentase tertinggi adalah responden yang memiliki jenjang pendidikan SMA yaitu ada 12 responden
atau sebesar 40 % ,responden yang memiliki jenjang pendidikan SMP yaitu ada 10 responden atau
sebesar 33,4%, responden yang memeiliki jenjang pendidikan PT yaitu ada 5 responden atau sebesar 16,6
%, dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden yang memiliki jenjang
pendidikan SD yaitu 3 responden atau sebesar 10%.

Table 4.4

Distribusi Responden Menurut Pendapatan perbulan Pada Posyandu Wilayah Kerja Kota
Kendari Tahun 2012

Pendapatan frekuensi Persentase


Rp 500.000 - Rp 1.000.000 20 66,6
< Rp 500.000 2 6,7
> Rp 1.000.000 7 23,3
tak menentu 1 3,4
Total 30 100
Sumber data primer tahun 2012

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa distribusi responden menurut pendidikan dengan


persentase tertinggi adalah responden yang memiliki pendapatan perbulan sebesar Rp 500.000 - Rp
1.000.00 yaitu ada 20 responden atau sebesar 66,6 % ,responden yang memiliki pendapatan perbulan
sebesar > Rp 1.000.000 yaitu ada 7 responden atau sebesar 23,3%, responden yang memiliki pendapatan
perbulan sebesar < Rp 500.000 yaitu ada 2 responden atau sebesar 6,7 %, dan jumlah responden dengan
persentase terendah adalah responden yang memiliki pendapatan perbulan yang tak menentu yaitu
1responden atau sebesar 3,4%.

Table 4.5
Distribusi Responden Menurut Paritas Pada Posyandu Wilayah Kerja Kota Kendari Tahun 2012

paritas frekuensi persentase(%)


1x 18 60
2x 10 33,3
3x 2 6,7
Total 30 100
Sumber data primer tahun 2012

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa distribusi responden menurut paritas dengan persentase
tertinggi adalah responden yang melahirkan 1x yaitu 18 responden atau sebesar 60% ,responden yang
melahirkan 2x yaitu 10 responden atau sebesar 33,3% dan jumlah responden dengan persentase terendah
adalah responden yang melahirkan 3x yaitu ada 2 responden atau sebesar 6,7%.

Table 4.6

Distribusi Responden Menurut Kejadian KEK Pada Posyandu Wilayah Kerja Kota Kendari
Tahun 2012

KEK frekuensi persentase(%)


iya ( <23,5 cm) 6 20
tidak (> 23,5 cm) 24 80
Total 30 100
Sumber data primer tahun 2012

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa distribusi responden menurut ada tidaknya kejadian KEK
dengan persentase tertinggi adalah responden yang memiliki LILA >23,5 cm yaitu ada 24 responden
atau sebesar 80 % , , dan jumlah responden dengan persentase terendah adalah responden yang memiliki
LILA <23,5 cm yaitu ada 6 responden atau sebesar 20%

B. Hubungan Antara Karakteristik Responden Dengan KEK

Table 4.7

Distribusi Karakteritik Responden dengan Kejadian KEK Pada Posyandu Wilayah Kerja Kota
Kendari Tahun 2012

Karakteristik Keluarga KEK Normal


TINGKAT PENDIDIKAN n N
SD 0 1
SMP 4 8
SMA 2 10
PT 0 5
TINGKAT PENDAPATAN n n
Rp 500.000 - Rp 1.000.000 4 18
< Rp 500.000 2 0
> Rp 1.000.000 0 6
JENIS PEKERJAAN n n
IRT 4 17
WIRASWASTA 2 5
PNS 0 2
UMUR IBU n n
< 20 th 5 6
20-35 1 18
>35 0 0
PARITAS n n
1x 5 13
2x 1 9
3x 0 2
Sumber data primer tahun 2012

C. Analisis Karakteristik Responden


1. Hubungan Antara Umur dengan KEK
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa distribusi terbesar adalah responden yang
mempunyai umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 19 orang atau 63,3%. Berdasarkan penelitian
tampak bahwa lebih banyak reponden yang mempunyai umur <20 mengalami KEK yaitu 5
responden dibandingkan dengan reponden yang mempunyai umur 20-35 yaitu 1 responden.
Selain itu ibu usia kurang dari 20 tahun pada umumnya belum mampu memenuhi
kebutuhan gizinya sendiri, jika pada usia tersebut ibu dalam keadaan hamil, dikhawatirkan
pasokan gizi terutama protein untuk janin juga kurang. Hal ini sejalan dengan pendapat
Soetjiningsih (2003) ibu hamil usia kurang dari 20 sering melahirkan bayi BBLR yang angka
kesakitan dan kematianya tinggi, disamping itu risiko terhadap ibu juga tinggi (status gizi ibu).
Demikian pula dianjurkan untuk tidak hamil diatas usia 35 tahun, karena risiko terhadap bayi
maupun ibu meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Soetjiningsih (2003) yang menyatakan bahwa
usia yang paling baik untuk hamil adalah usia antara 20-35 tahun.

Umur dibawah 20 tahunmerupakan umur yang beresiko untuk hamil karenapada usia ini,
rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik, hingga perlu diwaspadai kemungkinan
mengalami kesulitan persalinan. Sama halnyadengan umur diatas 35 tahun, pada usia ini
kesehatan dan keadaan rahim ibu sudah tidak sebaik seperti usia antara 20 tahun sampai 35 tahun
sebelumnya, hingga perlu diwaspadai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi seperti
persalinan lama, perdarahan,dan risiko cacat bawaan (Depkes 1996).
Remaja-remaja yang hamil dianggap rawan dalam segala hal, termasukpendidikan,
kesehatan, social dan gizi. Dari aspek gizi ibu hamil usia remaja tergolong rawankarena tubuh
masih dalam pertumbuhan dan janin yang dikandungnya membutuhkanmasukan gizi yang tinggi.
Tanpa didukung oleh tingkat pendidikan, pengetahuan gizi, dan social ekonomi yang memadai,
ibu hamil usia remaja akan mudahmengalami malnutrisi (Khomsan 2002)
Senada dengan penelitian Surasih (2005) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan
antara usia ibu hamil dengan keadaan KEK pada ibu hamil.
2. Hubungan Antara Pekerjaan dengan KEK
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa distribusi terbesar adalah responden yang
mempunyai pekerjaan sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) yaitu sebanyak 21 orang atau 70%.
Berdasarkan penelitian tampak bahwa lebih banyak reponden yang mempunyai pekerjaan
sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) mengalami KEK yaitu 4 responden dibandingkan dengan
wiraswasta yaitu 2 reponden
Ibu hamil yang merupakan mayoritas adalah ibu rumah tangga yang mempunyai
kewajiban merawat anak, mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang tidak ringan. Terutama
pada ibu yang memiliki anak, cenderung tidak memperhatikan makananya dan terfokus pada
anak-anak dan keluarga. Hal ini diperburuk sebagian besar ibu hamil tidak bekerja sehingga
peluang untuk membaca majalah dan surat kabar yang berisi tentang kesehatan atau pemeliharan
kehamilan semakin kecil, memeriksakkan kehamilannyalebih banyak disuruh ole bidan/ petugas
kesehatan daripada kesadaran sendiri. Kondisi tersebut membuat ibu hanil memiliki masalah
kesehatan dan gizi selama kehamilan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Surasih (2005) ada hubungan antara pekerjaan dengan
KEK, beban kerja yang berat meningkatkan kebutuhan makanan wanita. Lamanya waktu bekerja
serta peran ganda wanita menciptakan suatu kerentanan sosial terhadap masalah malnutrisi
terutama selama masa reproduksi.

3. Hubungan Antara Pendidikan dengan KEK


Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa distribusi terbesar adalah responden yang
mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 12 orang. Tingkat pendidikan SMA
tergolong tingkat pendidikan tinggi, tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan tingginya
pengetahuan ibu hamil tentang asupan gizi dan kesehatan.
Berdasarkan penelitian tampak pula bahwa lebih banyak responden dengan tingkat
pendidikan rendah yaitu SMP yang mengalami KEK yaitu 4 responden bila dibandingkan
dengan tingkat pendidikan SMA yang lebih sedikit yaitu 2 responden
Hal ini sejalan dengan penelitian Khaidar (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan
ibu akan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan. Pengetahuan
tersebut akan mempengaruhi asupan makanan yang dikonsumsi ibu hamil, asupan ini akan
berpengaruh terhadap status gizi ibu hamil.

4. Hubungan Antara Pendapatan dengan KEK

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa distribusi terbesar adalah responden yang
mempunyai tingkat pendapatan yang berkisar Rp 500.000 - Rp 1.000.000 yaitu 20 responden,
tampak pula bahwa lebih banyak reponden dengan pendapatan tersebut yang mengalami KEK
yaitu 4 responden, bila dibandingkan dengan responden yang penghasilanya < Rp 500.000.
Menurut Suharjo(1989) meningkatnya pendapatan akan memberikan perubahan-
perubahan dalam sususnan makanan. Keluarga dan masyarakatyang berpendapatan rendah,
mempergunakan sebagian besar dari keuangannya untuk membeli makanan dan bahan makanan.
Pendapatan keluarga yang kurang tentu saja tidak memungkinkankeluarga dapat
menyiapkanmakanan yang terbaik bagi anggota keluarganya. Pendapatan dalam satu keluarga
akan mempengaruhi aktivitas keluarga dalam pemenuhan kebutuhan keluarga.
Perbedaan hasil penelitian dikarenakan pendapatan merupakan salah satu faktor yang
secara tidak langsung akan mempengaruhi KEK, dengan demikian masih banyak faktor-faktor
lainya yang akan mempengaruhi dan jika beberapa faktor tersebut di atas tidak dikendalikan
akan menyebabkan faktor pendapatan ini tidak memberikan hubungan yang signifikan terhadap
KEK.

5. Hubungan Antara Paritas dengan KEK


Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa distribusi terbesar adalah responden yang
mempunyai paritas 1x yaitu sebanyak 18 orang atau 60%. Berdasarkan penelitian tampak bahwa
lebih banyak reponden yang mempunyai paritas 1x mengalami KEK yaitu 5 responden
dibandingkan dengan paritas 2x yaitu 1 reponden.
Penelitian Surasih (2005) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara paritas dengan KEK. ibu hamil yang paritasnya lebih dari 3 kali mempunyai risiko relatif
sama untuk terkena KEK dibandingkan dengan ibu hamil yang paritasnya kurang dari 3 kali.
Memiliki anak lebih dari 4 akan menambah risiko pada ibu dan janin. Terlebih jika jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun, maka ibu akan lemah dari kehamilan, kelahiran, menyusui dan
merawat bayinya. Sehingga menyebabkan berbagai masalah seperti anemia, kurang gizi dan
perdarahan(Soetjiningsih, 2003).

BAB V
PENUTUP
• Kesimpulan

• Saran
Perlu dilakukan penyuluhan kepada wanita hamil maupun wanita subur agar terhindar dari
KEK dan dapat menjaga asupan makanan, untuk nmencegah terjadinya buruknya status gizi ibu hamil
dan bayi yang dilahirkan.

DAFTAR PUSTAKA
________,2010. Asupan Gizi Ibu Hamil dan Menyusui.
http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content HYPERLINK
"http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=vi"& HYPERLINK
"http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=vi"task=view&id=3708
9&Itemid=32. Last update 21 Februari 2010.

Adriaansz, G. 2008. Asuhan Antenatal. Disediakan di alamat http://www.pkmionline.com.


Diakses tanggal: 24 desember 2012.
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta.

Arisman. 2004.Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC

As’ad, S. 2002. Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Proyek Peningkatan
Penelitian Pendidikan Tinggi

Chandra. 2008. Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta : EGC

Chinue, C. 2009. Kekurangan Energi Kronik (KEK).


http://chinue.wordpress.com/2009/03/14/makalah-KEK. Diakses pada tanggal 24 desember 012.
lxiii

UGM/RSUP DR.Sardjito Laboratorium Penelitian Kesehatan Dan Gizi Masyarakat (LPKGM)


FK UGM.

Depkes RI, 2001. Catatan tentang Perkembangan dalam Praktek Kebidanan. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.10.
Depkes RI.2003.Kebijakan Gizi makro.Disediakan di
alamathttp://www.gizi.net.depkes.kebijakan-gizi-makro. diakses tanggal 26
Desember 2012

Hidayat, AA. 2007.Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data.


Jakarta : Salemba Medika

Khomsan, A. 2009. Menyusun Menu Ibu Hamil. Disediakan di alamathttp://www.kulinologi-


gizi.htm.diakses tanggal 10 februari 2010.

Krisnatuti, D. 2003. Menu sehat Untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta : Puspa
Swara, Anggota IKAPI

Khaidar.2005. Hubungan kekurangan Energi Kronik Pada Ibu Hamil DenganBerat Badan Lahir
Bayi Di Wilayah Puskesmas Seyegan KecamatanSeyegan Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Yogyakarta : FK UGM

Manuaba I. B. G, 1998. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan KeluargaBerencana


untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: 1998. 155, 175.

Notoatmodjo S, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2003.Konsep Dan Penerapan Metode Pendidikan Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan.

Pramitha. 2009. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Dan Menyusui. Disediakan di amalat
http://www.pramitha.co.id.htm

Riskesdas. 2008.Laporan Provinsi Jawa Tengah(2007), Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia Desember 2008
Saparita, R. 1999.Model Regresi Logistik Untuk Respon Kualitatif, Buletin IPT.No5.Vol IV.
Puslitbang Fisika Terapan LIPI Bandung.

Sarisilawan. 2009. Analisis Determinan Perilaku Terhadap Status Gizi Ibu Hamil
di Indonesia. http://www.jkpkbppk-gdl-res-2009-sarisilawan-3148.Diakses pada tanggal 24
desember 2012
Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta. 2009. BukuPanduan
Ketrampilan Pemantauan Status Gizi Balita Dan Ibu Hamil. TimField Lab FK UNS

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisiketiga. Jakarta:
Balai Pustaka. 854-5.

Anda mungkin juga menyukai