Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan keganasan tersering pada wanita dengan
insidensi sebesar 20.7 kasus per 100,000 populasi di tahun 2005. Di Indonesia
sendiri, menurut data 11 Pusat Patologi Anatomi tahun 2005, kanker serviks
menjadi penyebab nomor satu keganasan yang paling banyak menyerang
wanita usia 45-54 tahun. Sementara, di negara maju, diprediksikan insidensi
kanker serviks akan semakin menurun karena pemanfaatan program skrining
kanker serviks telah banyak dilakukan, namun tidak demikian halnya di
negara berkembang. Angka mortalitas yang diakibatkan kanker serviks juga
tinggi, yakni diperkirakan 66,000 tiap tahunnya menurut WHO. Penelitian
telah banyak dilakukan untuk menentukan penyebab apa saja dari kanker
serviks. Sejauh ini, Human Papilloma Virus tipe 16 dan 18 diduga kuat
sebagai etiologi utama melalui mekanisme mutasi gen yang diakibatkannya.
Faktor risiko lain yang diketahui antara lain multiparitas, berganti-ganti
pasangan seksual, kemampuan imunitas tubuh, usia pertama saat
berhubungan seksual, pengaruh kontrasepsi oral, rokok, riwayat sosial
ekonomi, dan riwayat keganasan kanker serviks pada keluarga.
Diagnosis kanker serviks ditegakkan melalui hasil biopsi. Dari hasil biopsi
ini, dapat diketahui jenis histologik dan derajat differensiasi kankernya.
Sekitar 80% jenis yang sering ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa
serviks uteri, sedangkan 10-15% adalah adenokarsinoma yang memiliki
prognosis lebih buruk daripada karsinoma sel squamosa. Derajat differensiasi
merupakan hasil penilaian mikroskopis sel kanker berdasarkan jumlah sel
yang mengalami mitosis, kemiripan bentuk sel ganas dengan sel asal, dan
susunan homogenitas dari sel. Kemiripan bentuk sel ganas dengan sel asal
dan jumlah mitosis menjadi poin utama dari sistem derajat differensiasi ini, di
mana sel dianggap semakin ganas jika perubahan bentuk yang terjadi semakin
tidak terkendali dan tidak mirip dengan sel asalnya sehingga penentuan
derajat differensiasi ini berfungsi untuk menentukan keagresifan atau sifat
biologis dari sel kankernya.
Nomenklatur yang dipakai dalam menentukan derajat differensiasi ini
adalah dengan penomoran;
1. Grade I untuk kanker dengan diferensiasi baik (well differentiated) di
mana sel kanker masih mirip dengan sel asalnya;
2. Grade II untuk kanker dengan differensiasi moderat
(moderately/intermediate differentiated);

1
3. Grade III untuk kanker dengan differensiasi jelek (poorly
differentiated); dan
4. Grade IV untuk kanker anaplastik atau undifferentiated.
Umumnya Grade III dan Grade IV digabung menjadi satu dan
dikategorikan sebagai high grade.
Terapi dapat dilakukan setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan. Para
klinisi umumnya akan memperhatikan stadium klasifikasi FIGO, derajat
differensiasi, jenis histopatologik, usia, keadaan umum penderita, dan
komplikasi yang menyertai. Namun, pada kenyataannya angka rekurensi pada
pasien paska terapi yang adekuat masih tinggi, yakni sekitar 35%. Hal ini
tergantung dari:
1. Stadium kanker, di mana pada stadium awal rekurensi lebih sering
terjadi dibandingkan pada stadium lanjut,
2. Metastasis ke kelenjar limfe pelvis,
3. Invasi stroma yang dalam,
4. Usia, dan
5. Jenis terapi yang diberikan.
Peranan derajat differensiasi terhadap terjadinya rekurensi masih
kontroversial. Sementara secara teoritis, derajat differensiasi berperan dalam
keagresifan sel kanker, maka penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu
lebih lanjut apakah derajat differensiasi merupakan faktor risiko rekurensi
kanker serviks sehingga pemberian terapi pada penderita dengan risiko
rekurensi yang tinggi bisa direncanakan lebih efektif.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kanker serviks
Kanker serviks adalah pertumbuhan jaringan abnormal yang tidak terbendung
dalam serviks dari uterus. Pertumbuhan abnornal ini bersifat hipertrofi
(peningkatan ukuran sel), hiperplasia (peningkatan jumlah sel), anaplasia
(perubahan bentuk sel), dan jaringan yang tidak berfungsi, serta bersifat agresif
menyerang jaringan sekitar dengan bersaing untuk mendapatkan suplai darah dan
menyebabkan kerusakan langsung pada jaringan sehat sekitarnya (Marcovic &
Marcovic, 2008).

B. Anatomi Fisiologi
Adapun Anatomi Fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian
yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam dan alat reproduksi wanita bagian
luar
1. Alat genitalia wanita bagian luar

Gambar. Genetalia wanita bagian luar


a. Mons veneris
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol
dibagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit
jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya
segitiga.
b. Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, kedua
bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum permukaan
terdiri dari:
1) Bagian luar

3
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut
pada mons veneris
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak)
c. Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan dibagian dalam bibir besar tanpa rambut,
dibagian atau klitoris bibir kecil bertemu membentuk prenulum
klitoridis. Bibir kecil ini mengelilingi orifisium vagina.
d. Klitoris
1) Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil
2) Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki.
e. Vestibulum
1) Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh:
a) kedua bibir kecil
b) bagian atas klitoris
c) bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir kecil
2) Kedua bibir kecil
a) Uretra
b) Dua lubang saluran kelenjar skene
f. Kelenjara Bartholin
1) Kelenjar yang penting didaerah vulva dan vagina bersifat rapuh
dan mudah robek
2) Pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks
g. Himen (Selaput dara)
1) Jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah
robek
2) Himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang
dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi
3) Bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinik setelah mendapat
menstruasi
4) Setelah persalinan sisanya disebut karunkel himenalis / karunkel
mirsiformis

4
2. Alat Genitalia Wanita Bagian Dalam

Gambar. Genetalia wanita bagian dalam


a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan
rahim dengan vulva
1) Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat
dikendalikan
2) Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum
3) Panjang bagian depannya sekitar 9cm dan dinding belakangnya
sekitar 11cm
4) Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut
rugae dan terutama dibagian bawah
5) Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus
6) Bagian servik yang menonjol kedalam vagina disebut portio
7) Portio uteri membagi puncak vagina menjadi :
a) Fornik anterior
b) Fornik posterior
c) Fornik kokstra
d) Fornik sinistra
8) Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan PH 4,5
9) Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi
10) Fungsi utama vagina:
a) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi

5
b) Alat hubungan seks
c) Jalan lahir pada waktu persalinan

b. Uterus
1) Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor
diantara kandung kemih dan rectum
2) Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup
peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih
3) Bentuk uterus seperti bola lampu (buah peer) dan gepeng
a) Corpus uteri: berbentuk segitiga
b) Seviks uteri: berbentuk silinder
c) Fundus uteri: bagian corpus uteri yang terletak diatas kedua
pangkal tuba
4) Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum
5) Ukuran uterus:
a) Tergantung dari usia wanita dan paritas
b) Ukuran : anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9
cm
c) Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan: peritoneum, lapisan
otot, dan endometrium
(1) Peritoneum
(a) Meliputi dinding rahim bagian luar
(b) Menutupi bagian luar uterus
(c) merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
pembuluh darah limfe dan urat saraf
(d) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
(2) Lapisan otot
(a) Lapisan luar : seperti “Kap”melengkung dari fundus
uteri menuju ligamentum
(b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai
osteum uteri internum
(c) Lapisan tengah: terletak diantara kedua lapisan
tersebut membentuk lapisan tebal anyaman serabut
otot rahim.lapisan tengah ditembus oleh pembuluh
darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini
membentuk angka dan sehingga saat terjadi kontraksi
pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian
perdarahan dapat terhenti.

6
(3) Semakin kearah serviks otot rahim makin berkurang dan
jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak
antara osteum uteri internum anatomikum yang
merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis
dengan osteum uteri histologikum ( dimana terjadi
perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput
lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini akan
menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat
persalinan.
(4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh
tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang
menyangga , tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum
yang menyangga uterus adalah ligamentum latum,
ligamentum rotundum (teres uteri) ligamentum
infindibulo pelvikum ( suspensorium ovarii ), ligamentum
kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum dan
ligamentum uterinum.
(a) Ligamentum latum
- Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri
uterus meluas sampai ke dinding panggul
- Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat
longgar dan mengandung pembuluh darah limfe
dan ureter
- Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada
tuba fallopi
(b) Ligamentum rotundum (teres uteri )
- Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju
kanalis inguinalis dan mencapai labia mayus
- Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
- Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
(c) Ligamentum infundibulo pelvikum
- Terbentang dari infundibulum dan ovarium
menuju dinding panggul
- Menggantung uterus ke dinding panggul
- Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat
ligamentum ovarii proprium ligamentum
kardinale machenrod
(d) Ligamentum sacro uterinum
- Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
machenrod menuju os sacrum

7
(e) Ligamentum vesika uterinum
- Dari uterus menuju ke kandung kemih
- Merupakan jaringan ikat yang agak longgar
sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus
saat hamil dan persalinan
6) Pembuluh darah uterus
1) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang
dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus
dan didasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
2) Dibagian atas mengadakan anatomis dengan arteri ovarika
untuk memberikan darah pada tuba fallopi dan ovarium
melalui ramus tubarius dan ramus ovarika. Susunan saraf
uterus kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan
oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui ganglion
servikalis fronkenhouser yang terletak pada peertemuan
ligamentum sakro uterinum
c. Tuba Fallopi
Letak : terdapat ditepi atas ligamentum latum berjalan kearah lateral mulai
dari osteum tubae internum pada dinding rahim
Ukuran : panjang 12cm diameter 3-8 cm
Jenis :
1) Pars interstitialis ( intramularis ) treletak diantara otot rahim mulai dari
osteum internum tubae
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada diluar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae
Fungsi :
1) untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi
2) sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi
3) tempat terjadinya konsepsi
4) tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi
d. Ovarium
Letak : Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo
pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium
Jenis : ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1) korteks ovarii
a) mengandung folikel primordial

8
b) berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraff
c) terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a) terdapat pembuluh darah dan limfe
b) terdapat serat saraf
e. Parametrium
1) pengertian
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat diantara ke dua lembar
ligamentum latum
2) Batasan Parametrium
a) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
b) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
c) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium
d) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii (Bobak, Lowdermilk,
Jensen, 2004)

C. Stadium Kanker Serviks


Lowdemilk &Perry (2004)stadium kanker serviks menurut The Internasional
Federation of Gynecology and Oncology (FIGO) terbagi menjadi sebagai
berikut:

9
Gambar. Stadium kanker serviks

D. Etiologi Kanker Servik


Etiologi kanker serviks idiopatik atau belum diketahui pasti. Ada beberapa
faktor resiko dan faktor predisposisi yang menonjol yaitu:
1. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. Penelitian
menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual
maka semakin besar kemungkinan mendapat kanker servik. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
2. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat kanker servik
3. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker
serviks
4. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks ( HSV-2 ) dan virus papiloma atu virus
kondiloma akuinata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks
5. Sosial ekonomi
Kanker servik banyak dijumpai pada golongan social ekonomi rendah.
Mungkin faktor social ekonomi erat kaitannnya dengan gizi, 42imunitas,
dan kebersihan perorangan. Pada golongan social ekonomi rendah

10
umumnya kuantitas dan kualitas makanan kuran Hal ini mempengaruhi
imunitas tubuh.
6. Hygine dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi hal ini karena pada pria non
sirkumsisi higine penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Merokok akan Merangsang terbentuknya sel kanker sedangkan
pemakaian AKDR akan terpengaruh terhadap servik yaitu bermula dari
adanya erosi servik yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang
yang terus menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker
serviks. ( yatim,faisal, 2005 ).

E. Patofisiologi
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik
terjadi pada seluruh lapisan epitel disebut displasia . Displasia merupakan
neoplasia serviks intraepithelial (CNI ). CNI terbagi menjadi tiga tingkat
yaitu tingkat I ringan, tingkat II sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala
spesifik untuk kanker serviks perdarahan merupakan satu-satunya gejala yang
nyata. Tetapi gejala ini hanya ditemukan pada tahap lanjut. Sedang untuk
tahap awal tidak.
CNI biasanya terjadi disambungan epitel skuamosa dengan epitel
kolumnar dan mukosa endoserviks. Keadaan ini tidak dapat diketahui dengan
cara panggul rutin, pap smear dilaksanakan untuk mendeteksi perubahan.
Neoplastik hasil apusan abnormal dilanjutkan dengan biopsy untuk
memperoleh jaringan guna memperoleh jaringan guna pemeriksaan sitologik.
Sedang alat biopsy yang digunakan dalam biopsy kolposkop fungsinya
mengarahkan tindakan biopsy dengan mengambil sample, biopsy kerucut
juga harus dilakukan.
Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy kerucut atau
dibersihkan dengan laser kanker atau bedah beku. Atau biasa juga dengan
histerektomi bila klien merencanakan untuk tidak punya anak. Kanker
invasive dapat meluas sampai ke jaringan ikat, pembuluh limfe dan vena.
Vagina ligamentum kardinale. Endometrium penanganan yang dapat
dilaksanakan yaitu radioterapi atau histerektum radiakl dengan mengangkat
uterus atu ovarium jika terkena kelenjar limfe aorta diperlukan kemoterapi.
(Price, Sylvia A, 2006 ).
F. Manifestasi Klinik

11
Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan perdarahn melalui vagina,
misalnya:
1) Setelah melakukan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak atau
timbul perdarahan menstruasi lebih sering.
2) Timbul perdarahan diantara siklus menstruasi.
3) Apabila kanker sudah berada pada stadium lanjut biasanya terjadi
perdarahan spontan dan nyeri pada rongga panggul.
4) Keluhan dan gejala akibat bendungan kanker penderita mengalami
halangan air seni.
5) Sembab anggota tengah karena penekanan pembuluh darah balik.
6) Nyeri pada pinggang bagian bawah.
7) Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita
8) Perdarahan sesudah menopouse

12
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Anamnesis Umum:
Nama : Ny. Muharni
No.RM : 200483
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 42 tahun
Alamat : Kendari
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Hobi : Memasak
Tanggal pemeriksaan : 10-03-2016
Vital sign : - Tekanan darah: 120/70mmHg
- Frekuensi pernapasan: 21x/menit
- Suhu: 37,6o C
- Denyut nadi: 63x/menit

B. Assesment CHARTS:
1. Chief of complain
Nyeri di perut dan pinggang

2. History
Nyeri perut dirasakan sudah sejak 1 tahun yang lalu. Sering mengeluarkan
darah dan nyeri hebat pada pinggang dan perut. Pasien memiliki riwayat
pernikahan di usia 14 tahun, dan sekarang memiliki 3 anak dan 2 cucu.
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan tidak ada riwayat abortus.
Baru 3 bulan ini pasien memeriksakan kondisinya di beberapa Rumah Sakit
dan Klinik obgyn di Kendari kemudian dari hasil pemeriksaan
Laboratorium pasien di rujuk ke Rs. Daya kota Makassar dan sudah di
rawat selama ± 2 minggu.
3. Asymetric
a. Inspeksi statis
1) Pasien terlihat lesuh dan lunglai
2) Posisi shoulder, pelvic, dan malleolous dalam batas normal
3) Kurva vertebra dalam batas normal
4) Pola nafas bradipneu
b. Inspeksi dinamis
1) Pasien dapat berbaring, miring kanan-kiri secara mandiri
2) Pasien mampu duduk

13
3) Pasien dapat berdiri/ berjalan
c. Palpasi
1) Suhu : Normal
2) Kontur kulit : normal
3) Oedem tidak ada
4) Tenderness : perut dan pinggang
d. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar :
1) Tidak ada nyeri pada semua gerakan di extremitas
2) Pasien mampu menggerakkan kedua tungkainya secara aktive
3) Nyeri pada gerakan aktive thrunk dan pinggang
e. Tes Orientasi
Pasien diminta untuk menunduk mengambil benda, pasien mengalami
kesulitan karena nyeri pada pinggang.

4. Restricted & ROM


a. ROM: semua gerakan lumbal
b. ADL : Limitasi sitting
c. Pekerjaan : Terganggu
d. Rekreasi : Terganggu

5. Tissue impairment and psikogen predictive


a. Psikogen : cemas
b. Myotendinogen :
 Spasme otot – otot lumbal
 Weakness otot-otot panggul
 Spasme M Rectus Abdominis
c. Neurogen : -
d. Osteoarthrogen : -

6. Specific Test
a. HRS-A
Berdasarkan pemeriksaan tingkat kecemasan dengan menggunakan HRS-
A, diperoleh hasil dengan nilai/ total scor 40, yang diiterpretasikan
sebagai kecemasan berat.
b. MMT
0 = tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total
1 = terdapat sedikit kontraksi otot, tidak didapatkan pergerakan
pada persendian
2 = ada gerakan, namun tidak mampu melawan gravitasi
3 = mampu bergerak melawan gravitasi

14
4 = mampu bergerak melawan gravitasi, dan mampu melawan
setengah tahanan
5 = normal

Berdasarkan pemeriksaan MMT untuk menilai kekuatan otot lower


extrimity, diperoleh hasil dengan nilai 4 untuk tungkai dextra dan sinistra
c. Tes Sensorik
Berdasarkan pemeriksaan sensibilitas dengan melakukan tes tajam-
tumpul dan tes halus-kasar, diperoleh hasil normal
d. Palpasi
M rectus abdominis (+) spasme
M. erector spine
M.piriformis
e. VAS
Nyeri diam:2
Nyeri Tekan: 4
Nyeri gerak: 6
f. SLR : -/-
g. Bragard : -/-
h. Neri : -/-
i. Patrick : -/-
j. Anti Patrick : -/-
k. ADL
Index barthel
No Jenis Aktivitas Fungsional Kriteria Penilaian
1 Makan (Feeding) 0: tidak dapat melakukan 2
1: butuh bantuan memotong, mengoles
mentega, dll
2: mandiri
2 Mandi (Bathing) 0: melakukan dengan bantuan 1
1: mandiri
3 Perawatan diri (Grooming) 0: Membutuhkan bantuan orang lain 1
1: Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi, dan bercukur
4 Berpakaian (Dressing) 0: membutuhkan bantuan orang lain 2
1: Sebagian dibantu (misal mengancing
baju)
2: Mandiri
5 Buang air kecil (Bladder) 0: Inkontinensia atau pakai kateter dan 2
tidak terkontrol
1: Kadang Inkontinensia)
2: Kontinensia
6 Buang air besar (bowel) 0: Inkontinensia 2
1: Kadang Inkontinensia
2: Kontinensia
7 Penggunaan toilet 0: membutuhkan bantuan orang lain 1
1: Membutuhkan bantuan, tapi dapat

15
melakukan beberapa hal sendiri
2: Mandiri
8 Transfer dari tempat tidur 0: Tidak mampu, tidak dapat duduk 3
ke kursi dan sebaliknya 1: butuh bantuan besar (1 atau 2 orang
secara fisik)
2: Bantuan kecil (verbal atau fisik)
3: Mandiri
9 Mobilitas 0: Immobile (tidak mampu) 2
1: Menggunakan kursi roda
2: Berjalan dengan bantuan satu orang
3: Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)

10 Naik turun tangga 0: Tidak mampu 1


1: Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2: Mandiri

Total 17
Kriteria
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total

Berdasarkan penilaian kemampuan aktivitas sehari-hari dengan


menggunakan indeks barthel, diperoleh nilai dengan total skor 17, yang
diinterpretasikan sebagai ketergantungan ringan
l. Ekspansi Thoraks
Ekspansi Lingkar Thorax Ekspirasi Inspirasi Peningkatan Normal
Upper 74 75 2 – 3 cm
Middle 77 79 3 – 5 cm
Lower 66 72 5 – 7cm
Berdasarkan pemeriksaan diatas, dapat diinterpretasikan terdapat
gangguan pernapasan pada pasien.

m. Pemeriksaan USG
Tanggal : 8 Maret 2016
- Anteflexi, endometrium line intak, transisional sone distorsi dengan
lesi daerah cerviks
- Tak tampak cairan bebas di cavum peritoneum/doughlasi
Kesan : suspek Ca Cerviks
n. Laboratorium:
Terlampir

C. Diagnosis :

16
“Gangguan gerak dan aktivitas fungsional akibat nyeri perut dan pinggang e.c
Ca Cerviks std II pre operasi”

D. Problem:
1. Primer:
a. Nyeri perut dan pinggang
2. Sekunder:
a. cemas
b. Spasme M rectus Abdominis, M.erector spine, M. piriformis
c. Weakness muscle pelvic floor
d. Gangguan pernapasan

3. Kompleks: Gangguan ADL praying, self care, dan toileting.

17
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah mendapatkan problematik fisioterapi, maka pasien diberikan interfensi


yang sesuai kondisi yang dialami oleh pasien.

A. Tujuan Penanganan FT
Penanganan FT yang diberikan terkait dengan kondisi pasien bertujuan untuk:
1. Tujuan Jangka Panjang:
a. Mengurangi tingkat kecemasan
b. Mengembalikan kemampuan ADL eating, praying, selfcare, toiletting,
dan walking.
2. Tujuan Jangka Pendek
a. Mengurangi tingkat nyeri
b. Meningkatkan kekuatan otot panggul
c. Menurunkan tingkat spasme
d. Meningkatkan kapasitas fisik (pernapasan)
e. Mencegah stiffness
f. Mencegah gangguan postur

B. Program FT
Berikut adalah program FT yang dapat diberikan
Problem Modalitas Terpilih Dosis
Kecemasan Komunikasi terapeutik F : setiap hari
I : Pasien fokus
T : motivasi
T : 5 menit
Mencegah stiffness Exercise therapy F: Setiap hari
I:5-8x rep, 3 set
T:PROMEX
T: 2 menit
Weakness otot-otot panggul Strengthening F:Setiap hari
I:5-8 x rep, 3 set
T:bridging
T:1 menit

F:Setiap hari
I:5-8 rep, 3-5 set
T:Kegel exercise
T:5 menit

Gangguan pernapasan Breathing Exercise F: Setiap hari


I: 3x repetisi
T: Purshed lip
T:1 menit

Nyeri perut, Spasme M Rectus Exercise Therapy F : Setiap hari


Abdominis, m. erector spine, I : 5x rep

18
m.piriformis dan mencegah T : Isometrik exercise
gangguan postur T : 3 Menit

F: Setiap hari
I: 5-8 rep, 3 set
T: Bugnet
T:1 menit
Gangguan ADL Exercise Therapy F : Setiap hari
I : 3x rep
T : Sitting, standing
T : 5 menit

C. EVALUASI
Evaluasi dilakukan setelah 3x penanganan
Parameter Evaluasi
Problem Interpretasi
Pre Post
Kecemasan HRS-A 40 30 Penurunan tingkat
kecemasan
Gangguan pernapasan Meteran Upper: 74cm-75cm Upper: 74cm-76cm Peningkatan
Middle: 77cm- Middle: 77cm- kemampuan fisik
79cm 80cm (bernapas)
Lower: 66cm- Lower: 66cm-
72cm 72cm
Weakness MMT Ekstremitas bawah Ekstremitas bawah Kekuatan otot tetap
dan atas: 4 dan atas : 4
Gangguan ADL Indeks Barthel 9 10 Peningkatan ADL

D. DOKUMENTASI
Selama proses pemeriksaaan dan penanganan fisioterapi, dilakukan
dokumentasi sebagai bahan evaluasi.

E. MODIFIKASI
1. Peningkatan dosis FT
2. Kinesiotapping

F. KEMITRAAN
Dokter umum, Dokter Onkologi, dokter obgyn, perawat, ahli gizi, dan apoteker

G. EDUKASI/HOME PROGRAM
1. Pasien disarankan untuk melakukan brething exercise
2. Pasien disarankan melakukan ankle pumping untuk mencegah oedem pada
ankle
3. Pasien disarankan untuk melakukan self stretching untuk mengurangi
spasme area lumbal
4. Pasien disarankan untuk sering melakukan kegel exercise

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai