Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL TUGAS AKHIR

KAJIAN RENCANA PRODUKSI BIJIH BAUKSIT UNTUK


MEMENUHI KAPASITAS WASHING PLAN
DI PT. KARYA UTAMA TAMBANGJAYA

DI SUSUN OLEH

ARIF MUNANDAR
302-2008-039

PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK PERTAMBANGAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANG
POLITEKNIK KETAPANG
2011
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

A. Lokasi TA : PT. KARYA UTAMA TAMBANGJAYA


B. Pelaksana
Nama : ARIF MUANANDAR
Nim : 302-2008-039

Ketapang, Juli 2011

Disetujui Oleh, Diusulkan Oleh,

Ir. TAUFIK WALIANSYAH ARIF MUNANDAR


NIK. 016118011091 NIM. 302-2008-039

Diketahui Oleh:
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan

JULYAN PURNOMO, SST


NIK. 16180108063
A. Latar Belakang
Bahan galian bauksit merupakan sutau bahan pertambangan yang bila
diperoses secara metallurgi akan menghsilkan logam aluminium yang berguana
untuk pembuatan logam anti karat dan logam ringan yang kuat. Kebutuhan logam
sangat luas baik untuk industri besar maupun industry kecil.
Salah satu perusahaan di Indonesia adalah PT. Karya Utama Tambangjaya
yang merupakan cabang HARITA Group yang berlokasi di Kecamatan Simpang
Hulu, Provinsi Kalimantan Barat yang merupakan perusahaan bergerak dalam
bidang pertambangan bijih bauksit dengan menggunakan sistem tambang terbuka
(surface mining) yang menerapkan metode open pit yang dilakukan secara
selektif. Mempunyai target produksi dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai
dengan permintaan buyer.

Lokasi penambangan di PT. Karya Utama Tambangjaya dibagi menjadi


beberapa blok. Blok – blok ini merupakan kumpulan dari beberapa front
penambangan. Material hasil penambangan dari tiap blok yang merupakan
material belum dicuci (unwashed) akan diangkut ke unit pengolahan bijih
bauksit (Bauxite Preparation Plant) untuk memisahkan bijih dari pengotornya
sehingga menjadi material washed. Dalam kegitan tersebut perlu dilakukan
pengamatan dan pngukuran kemudian dlakukan pengolahan dada – data dari
keadaan alat dan cadangan bauksit. Maka perlu dibaut perencanaan
pertambangan, sehingga memungkikan besar tercapainya target produksi yang
diingginkan oleh perushaan.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persiapan dalam melakukan kegiatan penambangan ?
2. Bagaimana metode rencana produksi bijih bauksit untuk memenuhi target
yang telah diterntukan ?
3. Bagaimana menghitung jumlah mine unit yang dibutuhkan untuk kegiatan
penambangan ?
B. Tujuan dan manfaat Penelitian.
a. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui persipan apa saja yang dilakukan pada kegiatan
penambangan.
2. Untuk mengetahui metode rencana produksi .
3. Untuk menghitung jumlah mine unit yang diperlukan dan sesuai untuk
kegiatan penambangan.
b. Manfaat penelitian
1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang metode rencana
produksi pada PT. Karya Utama Tambangjaya.
2. Bagi pembaca, sebagai pemikiran dan informasi yang bermanfaat dalam
bidang metode rencanaa produksi dalam pertambangan khususnya
pertambangan bijih bauksit.

C. KERANGKA BERFIKIR
Dalam kegiatan pertambangan perlu dilakukan penjadwalan produksi
dengan tujuan untuk memaksimumkan net present value (NPV), rate of return
(ROR) atau dengan kata lain dapat menghasilkan sejumlah material dengan biaya
semurah mungkin. Selama proses penjadwalan, evaluasi sering dilakukan
terhadap tingkat produksi bijih, apakah produksi akan dipertahankan atu lebih
ditingkatan lagi.
Asumsi awal yang diperlukan untuk menentukan penjadwalan produksi
adalah:

1. Tingkat produksi dapat berubah atau meningkat berdasarkan target dan


waktu serta alat yang tersedia.
2. Penjadwalan sering dibuat untuk mengevaluasi besar atau kecilnya hasil
dari produksi persiklus untuk dibandingkan dengan perencanaan yang
ditargetkan.
Dalam penjadwalan tersebut, diperlukan perencanaan dan pehitungan suatu
target produksi yang akan dicapai, baik target jangka panjang (long term) maupun
janka pendek (shot term).
Dari target produksi umur dari suatu tambang bisa ditentukan, semua itu
tergantung dari volume cadangan dan brapa besar target produksi yang diinginkan
oleh perusahaan per waktu, baik itu target produksi bulanan dan tahunan, dan dari
target produksi tersebut bisa memperhitungan barapa jumlah unit yang dibutuhkan
dalam kegiatan penambangan tersebut.
Agar rencana yang dibuat bejalan dengan efektik, maka perlu dibuat hal –
hal sebagai berikut :

1. Rencana Jaringan Kerja


Untuk memudahkan rencana kerja serta penentuan waktu yang diperlukan,
maka perlu dibuat suatu rencana jaringan kerja dan kegitan penambangan.
Dimana dalam hal ini khusunya pada tahap persiapan penambangan yaitu persipan
pengupasan tanah penutup dan kegitan penggalian dan pemutan juga
penggangkutan dilakukan secara selektif, sehingga dalam tahap produksi semua
kguiatan berjalan dengan lancar.

2. Rencana Produksi
Setiap perushaan mempunyai rencana produksi yang berbeda – beda, semua
itu tergantung dari permintaan pasar dunia ( buyer ), untuk memenuhinya maka
perusahaan memerlukan suatu target produksi yang harus dicapai untuk
memenuhi permintaan buyer tersebut. Selain dari itu suatu perencanaan produksi
bertujuan untuk memaksimalkan produktifitas alat – alat yang tersedia guna untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan ongkos sekecil mungkin.

Untuk kegiatan produksi bauksit itu mulai dari proses perencanaan


penambangan, pengambilan material (Ore Getting), pengolahan atau pencucian
(untuk memperkecil ukuran), penggangkutan sampai dengan pemasaran. Dalam
kegitan tersebut perlu dilakukan pengamatan dan pengukuran kemudian dilakukan
pengolahan dada – data dari keadaan dan jumlah alat serta cadangan bauksit yang
tersedia, maka perlu dibuat perencanaan pertambangan, sehingga memungkinkan
besar tercapainya target produksi yang direncanakan oleh perushaan. Tujuan
rencana produksi adalah untuk memenuhi produktivtas instalasi pencucian.

Secara umum rangkaian proses produksi meliputi sebagai berikut :


1. Long term
Long term adalah suatu perencanan produksi jangka panjang seperti rencana
produksi tahunan dan bulan.
2. Shot term
Shot term adalah perencanaan produksi jangka pendek seperti rencana produksi
mingguan, harian dan jam.
Dalam membuat suatu perencanaan yang harus diperhatikan seperti jumlah
permintaan buyer, persediaan sumber cadangan yang akan diproduksi, jumlah dan
kesediaan alat pendukung proses produksi tersebut

3. Mine Operation
mine operation adalah suatu kegiatan operasi penambangan dalam
pengambilan material yang sudah siap ditambang. Proses pengambilan materil
tersebut terdiri beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :
a. Stacking
Stacking adalah suatu kegiatan pembatasan lahan yang akan di tebang dan di
bersihkan. Dengan cara lahan yang sudah bebas dan akan di tambang diberi
batas tepi dengan mengunakan bulldozer. Hal ini di lakukan agar pada
kegiatan selanjutnya tidak keluar dari batas – batas arel yang telah ditentukan
b. Land Clearing
Sebelum dilakukan kegitan penambangan, terlebih dahulu perlu di lakukan
pembersihan lahan (land clearing) pada daerah yang akan di tambang.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk membersihkan areal tambang sehingga
kegiatan pegupasan OB dan pengambilan ORE dapat dengan mudah di
lakukan tampa terganggu oleh tumbuhan yang berada di atasnya.
Berikut tahap – tahap pelaksanaan pemersiahan lahan adalah sebagai berikut :

1. Underbrushing

Underbrushing adalah pekerjaan yang lebih mengarah pada penebangan pohon


yang bergaris tengah kurang dari 30 cm. tujuan nya untuk mempermudah
penumbangan pohon yang lebih besar .

2. Filling
Filling adalah kegiatan penumbangan pohon – pohon begaris tengah kurang
lebih 50 cm. dalam spesifikasi pekerjaan, biasanya di sebutkan persyaratan
tertentu, seperti pohon harus di tebang berikut tunggulnya, di usahakan agar
kerusakan tanah lapisan atas sekecil mungkin dan kayu – kayu yang produktif
harus di potong agar kelak dapat di gunakan bahan bangunan.

3. Pilling

Pilling adalah kegitan mengumpulkan kayu, kemudian di tumpuk pada jarak


tertentu secara hati – hati agar tumpukan tidak mudah runtuh. Untuk areal
yang volumenya relatif besar dengan waktu yang tersedia relatif singkat maka
bulldozer alat yang paling tepat di gunakan untuk mengupas tanah.

Pada daerah dengan berbagai tanaman dan pohon yang akan di buka untuk
penambangan, proses pembersihan dapat di lakukan dengan beberapa metode.
Metode yang akan di pilih tergantung pada daerah yang akan di buka.

Faktor yang mempengaruhi produktivitas alat dalam kegitan land clearing


adalah sebagai berikut :

1. Medan kerja
2. Jumlah pohon yang akan ditebang ( berukuran kecil atau pun berukuran
besar ).
3. Jarak ( space ) antar pohon yang akan di tebang.
4. Tingkat kekerasan tanah ( lunak atau keras )
c. Ore Getting
Ore getting adalah suatu kegiatan pengambilan material, yang sudah siap
untuk di ambail. Proses pengambilan material setelah dilakuakan pemersiahan
lahan dan di lakukan pengupasan tanah penutp, agar memudahkan dalam
pengambilan material tersebut.

Adapun kegitan yang dilakukan pada saat pengambilan material (Ore Getting)
adalah sebagai berikut :

1. Pengupasan Lapisan Tanah Penutup ( stripping )

Pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan lapisan tanah penutup


atau batuan yang berada diatas lapisan bijih, sehingga lapisan bijih yang
tersingkap, dapat ditambang.

Dalam pelaksanaan kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup, ada beberapa


faktor yang dapat mempengaruhi. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :

a. Material

Setiap macam material atau batuan pada dasarnya memiliki karakteristik


yang berbeda-beda. Pada dasarnya pemindahan tanah mekanis ini
merupakan suatu pekerjaan yang meratakan tanah atau penggalian suatu
lahan. Beberapa jenis material dianggap mudah untuk dimuat, jenis
material yang dapat langsung digusur dalam kondisi aslinya. Tanah atau
batuan yang keras akan lebih susah untuk dikupas (stripped).

Beberapa karakteristik material yang penting untuk diperhatikan dalam


hubungannya terhadap aplikasi alat berat pada pengupasan lapisan tanah
penutup yaitu berat material, densitas material, swell factor, dan
kelengketan material.

b. Berat material (Weight of Material)

Berat material yang akan diangkut oleh alat-alat angkut dapat


mempengaruhi :
 Kecepatan alat dengan tenaga yang dimiliki dari alat.
 Kemampuan alat untuk mengatasi tahanan kemiringan dan tahanan
gulir dari jalur-jalur yang dilalui.
 Volume material yang dapat ditangani oleh alat.

c. Densitas material.

Densitas material merupakan perbandingan berat per unit volume dari


suatu material. Setiap material memiliki densitas material yang berbeda,
hal ini disebabkan karena pengaruh dari sifat-sifat fisik dari material
tersebut. Material yang padat akan memiliki berat yang lebih besar per
volume yang sama dibandingkan material yang tidak padat.

Rumus umum densitas :

Berat , tonlbs 
Density 
 
Volume, m 3 yd 3

d. Faktor pengembangan (Swell Factor)

Swell yaitu pengembangan volume suatu material apabila material tersebut


lepas atau tergali dari tempat aslinya. Di alam, material diperoleh dalam
keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik, sehingga kandungan
rongga yang berisi udara atau air antar butiran di dalam material di alam
tersebut sangat sedikit. Sehingga apabila material yang berada di alam
tersebut terbongkar, maka akan terjadi pengembangan volume (swell).
Untuk menyatakan berapa besarnya pengembangan volume tersebut,
dikenal dengan dua istilah yaitu :

 swell factor
 percent swell

Rumus untuk menghitung swell factor (SF) dan percent sweel yaitu :
bank volume
SF 
loose volume
 loose volume  bank volume 
% sweel     100%
 bank volume 

e. Kelengketan (Adhesiveness)

Nilai dari kelengketan dapat memberikan informasi tentang kondisi


lapisan tanah penutup yang memberikan indikasi terdapatnya kandungan
material lempung. Pada umumnya saat musim penghujan, material
penutup memiliki sifat lengket pada keadaan basah. Sifat lengket pada
material tersebut mengganggu dalam penanganan material pada saat
penggalian, pemuatan, dan pengangkutan sehingga dapat menurunkan
produktifitas alat berat karena diperlukan tambahan waktu perawatan alat.
Semakin besar kelengketan material, pengisian pada alat gali muat dan alat
angkut semakin kecil. Berkurangnya volume muat dan angkut dari tiap
unit alat dikarenakan material lengket pada bucket atau bak truk tidak
dapat terbuang pada saat pemuatan dari alat muat dan penumpahan pada
alat angkut.

f. Iklim

Faktor iklim merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam kegiatan


di lapangan, terutama musim penghujan yang utama. Pada saat hujan
(lebat), tanah menjadi becek dan liat sehingga menimbulkan kurangnya
gaya gesek antara alat dengan permukaan kerja sehingga alat tidak dapat
bekerja dengan baik. Oleh karena itu diperlukan pekerjaan pengeringan
dengan cara membuat saluran-saluran air (drainase). Akan tetapi pada
musim kemarau kondisi yang kering akan menimbulkan banyak sekali
debu. Oleh karena itu, panas ataupun dingin yang berlebihan akan dapat
mengurangi efektifitas pekerjaan dari alat maupun para pekerja itu sendiri.
2. Siklus Produksi (Production cycle component)

Pada pemindahan tanah mekanis siklus produksi dapat meliputi:

a. Pemuatan (loading)
b. Pengangkutan (Hauling)
c. Penimbunan (Dumping)
d. Kembali (Return)
e. Menempatkan diri ( Spot)

a. Pemuatan (Loading)

Merupakan proses pemuatan material hasil galian oleh alat muat-loading


equipment (Power shovel,back hoe drag line) yang di muatkan pada alat angkut
(hauling equipment). Ukuran dan tipe dari alat muat yang dipakai harus sesuai
dengan kondisi lapangan dan keadaan alat angkutnya. Yang berpengaru terhadap
produksi (output) alat muat (loading equipment) adalah :

1. Jenis / tipe dan kondisi alat muat (termasuk kapasitasnya)

2. Jenis/ macam material yang akan dikerjakan

3. Kapasitas dari alat angkut (hauling equipment)

4. Pola muat

5. Skil dari operatornya

b. Pengangkut (hauling)

Merupakan pekerjaan pengangkutan material. Produksi (output ) dari pekerjaan


pengangkutan ini dipengaruhi oleh:

1. Kondisi jalan angkutan nya


2. Banyak /tidak nya tanjakan
3. Kemampuan pengemudi
4. Dan hal-hal lain yang berpengaruh terhadap kecepatan dari alat angkut
(hauling equipment)
c. Penimbunan (Dumping)

Merupakan pekerjaan penimbun material. Pekerjaan penimbunan dipengaruhi


oleh kondisi tempat penimbunan, mudah atau tidaknya maneuver alat angkut
tersebut selama melakukan penimbunan, dan ini dipengaruhi dan ini dipengaruhi
oleh :

1. Cara melakukan penimbunan (side dump,rear dump atau bottom dump)


2. kondisi dari material yang akan ditumpahkan (fragmentasi dan
kelengketannya).

d. Kembali (Retrun)

Merupakan pekerjaan dari alat-alat angkut untuk kembali lagi ke tempat


pemuatan setelah menumpahkan muatan pada dumping site (Tempat
penimbunan). Jadi waktu untuk kembali (retrun time) juga dipengaruhi oleh hal-
hal yang sama dengan waktu untuk mengangkut (hauling time).

e. Penempatan diri (spot)

Merupakan penempatan diri dari alat angkut (haulage unit). Cara dan mudah
tidaknya haulage unit (missal truck) menempatkan diri untuk dimuati oleh alat
muat (loading equipment), ditentukan oleh:

1. Jenis alat muat (loading machine)


2. Lokasi atau posisi alat muat (Loading equipment)

Beriut faktor yang mempengaruhi produktivitas alat angktut adalah sebagai berikut :

1. Medan kerja

Medan kerja berpengaruh pada kemampuan kerja alat. Pada daerah yang datar,
alat akan lebih baik bekerja, sedangkan pada daerah yang bergelombang/
berbukit, alat akan sukar menempati posisi yang baik dalam melakukan
penggalian, sehingga kadang-kadang bijih yang kwalitasnya baik tidak bisa
ditambang.
2. Jalan Angkut (Houl Road)

Jalan angkut ini harus dilihat keberadaannya, apakah becek ataukah kuat, atau cukup
kasar permukaannya. Ini semua perlu di tinjau, karena keadaan jalan angkutan akan
mempengaruhi besar kecilnya rolling resistance (RR) yang ditimbulkan oleh
permukaan jalan angkut roda /ban peralatan pemindahan mekanis

3. Kemiringan (Grade)

Grad adalah tanjakan dari jalan angkut, kelandaian atau kecuramannya sangat
mempengaruhi produksi (output) alat angkut, sebap adanya kemiringan jalan (grade)
menimbulkan tahanan tanjakan (grade rasistance) yang harus diatasi oleh mesin alat
angkut.

4. Jarak Angkut (Distance)

Jarak angkut juga harus di pertimbangkan dalam menentukan kecepatan laju alat
angkut tersebut. Kecepatan laju alat angkut makin cepat,maka produksi (output) alat
angkut juga semakin besar dan ini bergantung pada gaya tarik (Rimpull-RP)yang
tersedia pada mesin. Sedangkan gaya tarik (RP) besarnya di tentukan oleh adanya
tahanan glinding (rolling resistance - RR) dan tahanan tanjakan (grade rasistance –
GR) makin besar RP yang tersedia pada mesin maka kecepatan laju alat angkut juga
makin cepat, sehingga produksi (output) alat angkut semakin besar.kecepatan laju
alat angkut di samping ditentukan oleh gaya tarik (RP)pada mesin, juga di batasi oleh
panjang maupun pendeknya jarak jalan angkut.

5. Kombinasi peralatan.

Maksud dari pemilihan kombinasi peralatan adalah untuk memperhitungkan


keefektifan operasi penambangan. Pemilihan peralatan yang cocok baik dalam
pekerjaan pengupasan tanah penutup, maupun pekerjaan produksi mendapat
perolehan yang maksimal, dengan biaya kecil.

Hal-hal yang mempengaruhi pemilihan kombinasi peralatan meliputi ukuran


badan bijih, distribusi nilai endapan serta kompak atau tidaknya lapisan tanah
penutup.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kombinasi peralatan
adalah:

- Struktur geologi seperti patahan, lipatan dan zona geseran dll.


- Umur tambang serta tingkat produksi.
- Jarak angkut.

Umumnya peralatan yang besar dapat bekerja pada kondisi aman dengan
biaya operasional kecil.

4. Alat Muat dan Alat Angkut

a. Kesediaan Alat

1. Kesediaan Fisik (Physical Availability)

Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang dipergunakan dalam
beroperasi. Faktor ini meliputi adanya pengaruh dari segala waktu akibat
permasalahan yang ada. Persamaan dari keadaan fisik (PA), sebagai berikut :

W S
PA  x 100%
W RS

Keterangan :

W = Waktu kerja ( working hour )

R = Perbaikan ( Repair )

S = Alat dalam kondisi siap pakai tapi tidak digunakan (Stand by hours)

W + R + S = Schedule hours atau jumlah seluruh jam jalan alat dijadwalkan


untuk beroperasi (24 jam)
2. Kesediaan Pemakaian (Use Of Availability)

Menunjukkan jumlah persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan (available). Persamaan
dari kesediaan pemakaian (UA), sebagai berikut :

W
UA  x100%
W S

Angka use of availability (UA) biasanya dapat memperlihatkan seberapa


efektif suatu alat yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat
menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan peralatan yang dipergunakan.

3. Penggunaan Efektif (Effective Utilization)

Menunjukkan jumlah persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif. persamaannya adalah

W
EU  x100%
W RS

Pengunaan efektif berguna untuk mengetahui seberapa efektif waktu kerja


yang digunakan untuk berproduksi yang berpengaruh terhadap hasil produksi
kerja sehingga dapat untuk mengetahui kemampuan produktivitas alat yang
bekerja.

4. `Kesediaan Mekanis ( Mechanical Availabilty )

Kesediaan mekanik (MA) ini menunjukkan secara nyata kesediaan alat


karena adanya waktu akibat masalah mekanik. Persamaan dari kesediaan
mekanik (MA) sebagai berikut :

W
MA  x100%
W R

W = waktu yang dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang dalam
kondisi dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi pula tiap
hambatan (delay time) yang ada. Termasuk dalam hambatan tersebut adalah
waktu untuk pulang pergi ke permuka kerja, pindah tempat, pelumasan dan
pengisian bahan bakar, hambatan karena keadaan cuaca, dll.

R = waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat
perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang (spare parts)
serta waktu untuk perawatan preventif.

b. Produksi Alat Muat dan Alat Angkut

1. Produksi Alat Muat (Pm)

60
Pm = x Cb x Ff x Dt x EU x SF
Ctm

Keterangan :

Pm = Produksi alat muat (ton/jam)

Ctm = Waktu edar alat muat (menit)

Cb = Kapasitas bucket alat muat (m3)

Ff = Fill factor (%)

Dt = Densitas batuan lepas (ton/m3)

EU = Effective Utilization (%)

2. Produksi Alat Angkut (Pa)

60
Pa = x Cb x Ff x Dt x EU x SF
Cta

Keterangan :

Pa = Produksi alat angkut (ton/jam)

Cta = Waktu edar alat angkut (menit)


Cb = Kapasitas alat angkut (m3)

Ff = Fill factor (%)

Dt = Densitas batuan lepas (ton/m3)

EU = Effective Utilization (%)

3. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat Muat Dan Alat Angkut

Produksi alat muat dan alat angkut dapat dilihat dari kemampuan alat
tersebut dalam penggunaanya di lapangan. Adapun faktor–faktor yang
mempengaruhi produksi alat muat dan alat angkut adalah :

a. Waktu Edar

Waktu edar (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan oleh alat untuk
menghasilkan daur kerja. Semakin kecil waktu edar suatu alat, maka
produksinya semakin tinggi.

1. Waktu edar alat muat (Ctm)

- Waktu untuk menggali, t1

- Waktu untuk berputar dengan muatan, t2

- Waktu menumpahkan muatan kedalam bak alat angkut, t2

- Waktu berputar tanpa muatan, t4

Jadi rumus waktu edar alat muat adalah :

Ctm = t1 + t2 + t3 + t4

2. Waktu edar alat angkut (Cta)

- Waktu untuk mengambil posisi siap untuk dimuati ,t1

- Waktu diisi muatan , t2


- Waktu mengangkut muatan ,t3

- Waktu untuk mengambil posisi untuk menumpahkan ,t4

- Waktu menumpahkan ,t5

- Waktu kembali kosong, t6

Jadi rumus waktu edar alat angkut adalah :

Cta = t1 +t2 + t3 + t4 + t5 + t6

b. Kondisi Tempat Kerja

Tempat kerja tidak hanya harus memenuhi syarat bagi pencapaian sasaran
produksi tetapi juga harus aman bagi penempatan alat beserta mobilitas
pekerja yang berada disekitarnya. Tempat kerja yang luas akan
memperkecil waktu edar alat karena ada cukup tempat untuk berbagai
kegiatan, seperti keleluasaan tempat untuk berputar, mengambil posisi
sebelum melakukan kegiatan sebelum pemuatan maupun untuk tempat
penimbunan sehingga kondisi tempat kerja menentukan pola pemuatan
yang akan diterapkan.

c. Faktor Efisiensi Kerja (Job Efficiency factor)

Faktor efisiensi kerja merupakan penilaian terhadap pelaksanaan suatu


pekerjaan atau merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk
bekerja dengan waktu yang tersedia. Dalam perhitungannya digunakan
pengertian persentase waktu kerja efektif (%We). Beberapa faktor yang
mempengaruhi efisiensi kerja adalah :

1. Waktu kerja penambangan (working time)

Waktu kerja penambangan adalah jumlah waktu kerja yang digunakan


untuk melakukan kegiatan penambangan, meliputi kegiatan
penggalian, pemuatan dan pengangkutan. Efisiensi kerja akan semakin
besar apabila jumlah waktu kerja yang disediakan digunakan secara
optimal.

2. Kondisi tempat kerja (job layout)

Kondisi tempat kerja dalam hal ini adalah lokasi daerah penambangan
dan kondisi jalan angkut sangat berpengaruh pada efisiensi kerja
peralatan mekanis dalam kegiatan penambangan. Dengan kondisi
tempat kerja yang baik maka alat mekanis dapat bekerja dengan
optimal, lain halnya dengan kondisi tempat kerja yang buruk akan
mengakibatkan alat tidak dapat bekerja secara optimal.

3. Kondisi cuaca (weather)

Turunnya hujan akan mempengaruhi terhadap volume produksi


kegiatan penambangan, terutama produksi alat muat dan alat angkut.
Maka perlu diperhatikan besar kecilnya curah hujan untuk dilakukan
analisis pengaruh hujan terhadap waktu kerja maupun volume produksi
yang dihasilkan.

4. Gangguan alat

Gangguan alat adalah segala hal yang mengakibatkan alat tidak


berfungsi sebagaimanamestinya pada suatu kegiatan penambangan.
Dalam hal ini gangguan dapat berupa : rusaknya alat pada suatu
kegiatan produksi.

5. Faktor manusia (human element)

Faktor manusia sangat mempengaruhi efisiensi kerja penambangan,


dalam hal ini adalah kedisiplinan dalam kegiatan pekerjaan. Dengan
bekerja pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang diharapkan efisiensi akan
semakin meningkat. Sebaliknya dengan pekerja yang tidak disiplin
maka efisiensi sangat berkurang sehingga sasaran produksi tidak
tercapai.

waktu kerja efektif


Efisiensi Kerja = x100%
waktu kerja tersedia

d. Kondisi Jalan Tambang

Salah satu sasaran yang penting dalam kelangsungan operasi


penambangan terutama dalam pergerakan alat–alat mekanis berupa alat
muat dan alat angkut adalah kondisi jalan tambang yang digunakan. Jalan
tambang yang dimaksud disini adalah jalan angkut yang menghubungkan
antara lokasi penggalian dengan dengan lokasi penimbunan. Melihat dari
fungsi jalan tambang sebagai jalan angkut utama, maka kondisi jalan
tambang perlu diperhatikan untuk kelancaran kegiatan pengangkutan.

e. Faktor Pengisian Alat Muat

Faktor pengisian alat muat merupakan perbandingan antara voloume nyata


dengan volume spesifikasi alat, yang dinyatakan dalam persen. Semakin
tinggi faktor pengisian maka semakin tinggi volume nyata dari alat
tersebut dan berhubungan dengan jumlah pengisian terhadap alat angkut.
Adapun faktor yang mempengaruhi faktor pengisian suatu alat adalah
kandungan air, ukuran material, kelengketan material, keterampilan
operator.

Faktor pengisian dapat ditentukan dengan rumus :

vn
Fim  x100%
vt

Keterangan :

Fim = fill factor (faktor pengisian mangkuk / backet), %

Vn = volume mangkuk / backet nyata, m3


Vt = volume teoritis berdasarkan spesifikasi alat, m3

f. Fakttor Keseraian kerja (Match Factor)

Keserasian kerja merupakan faktor penting yang diguanakan dalam


penentuan jumlah alat angkut atau alat gali muat, agar tejadi singkronisasi
kerja. Apabila jumlah antara alat gali sesuai dengan alat angkut, maka
akan tercapai efektivitas kerja yang optimal.

Untuk mendapatkan faktor keserasian antara alat gali muat dengan alat
angkut dapat diguanakan rumus :

𝑛𝐻 𝑥 𝐶𝑇𝐿
𝑄=
𝑛𝐻 𝑥 𝐶𝑇𝐻

Keterangan :

MF = Faktor keserasian

nH = Jumlah alat angkut

nL = Jumlah alat gali muat

CTL = Cycle time alat gali muat

CTH = Cycle time alat angkut

D. METODE PENELITIAN

Metode yang akan digunakan dalam penelitian adalah:

1. Studi literatur

Studi literatur yang meliputi buku, referensi perusahaan, artikel dan karya
ilmiah.

2. Pengambilan data
Data-data yang akan diambil meliputi peta wilayah penambangan dan
cadangan, hasil penambangan aktual dan spesifikasi alat.

3. Pengamatan dan pencatatan

Data yang dicatat dari hasil pengamatan dari lapangan meliputi pengukuran
waktu edar alat gali/muat dan alat angkut.

4. Pengelompokan dan pengolahan data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah secara manual serta menggunakan
software AutoCAD, MS Excel dan Microsoft Word.

5. Analisis dari penelitian

6. Memberikan alternatif pemecahan

E. JADWAL

Adapun jadwal pelaksanaan penyusunan tugas akhir yaitu bulan Juli


sampai Agustus 2011.

F. DAFTAR PUSTAKA

1. ANONIMUOUS, 1983, “Dasar Aplikasi Alat-Alat Berat Untuk Proyek


Pertambangan”, Technical Consulting Department, PT United Tractors,
Jakarta.

2. Prodjosumarto Partanto, Prof.,Ir., 1991, “Pemindahan Tanah Mekanis”


Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan Tenaga
Pertambangan, Bandung.
3. Rochmanhadi,Ir.1992,“Alat-Alat Berat Dan
Penggunaannya”,Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan Badan Penerbit
PekerjaanUmum, Jakarta
4. PT. Karya Utama Tambangjaya ; 2011 : Progers Penambangan.ppt ;
Ketapang : PT. KUTJ.

Anda mungkin juga menyukai