DI SUSUN OLEH
ARIF MUNANDAR
302-2008-039
Diketahui Oleh:
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persiapan dalam melakukan kegiatan penambangan ?
2. Bagaimana metode rencana produksi bijih bauksit untuk memenuhi target
yang telah diterntukan ?
3. Bagaimana menghitung jumlah mine unit yang dibutuhkan untuk kegiatan
penambangan ?
B. Tujuan dan manfaat Penelitian.
a. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui persipan apa saja yang dilakukan pada kegiatan
penambangan.
2. Untuk mengetahui metode rencana produksi .
3. Untuk menghitung jumlah mine unit yang diperlukan dan sesuai untuk
kegiatan penambangan.
b. Manfaat penelitian
1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang metode rencana
produksi pada PT. Karya Utama Tambangjaya.
2. Bagi pembaca, sebagai pemikiran dan informasi yang bermanfaat dalam
bidang metode rencanaa produksi dalam pertambangan khususnya
pertambangan bijih bauksit.
C. KERANGKA BERFIKIR
Dalam kegiatan pertambangan perlu dilakukan penjadwalan produksi
dengan tujuan untuk memaksimumkan net present value (NPV), rate of return
(ROR) atau dengan kata lain dapat menghasilkan sejumlah material dengan biaya
semurah mungkin. Selama proses penjadwalan, evaluasi sering dilakukan
terhadap tingkat produksi bijih, apakah produksi akan dipertahankan atu lebih
ditingkatan lagi.
Asumsi awal yang diperlukan untuk menentukan penjadwalan produksi
adalah:
2. Rencana Produksi
Setiap perushaan mempunyai rencana produksi yang berbeda – beda, semua
itu tergantung dari permintaan pasar dunia ( buyer ), untuk memenuhinya maka
perusahaan memerlukan suatu target produksi yang harus dicapai untuk
memenuhi permintaan buyer tersebut. Selain dari itu suatu perencanaan produksi
bertujuan untuk memaksimalkan produktifitas alat – alat yang tersedia guna untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan ongkos sekecil mungkin.
3. Mine Operation
mine operation adalah suatu kegiatan operasi penambangan dalam
pengambilan material yang sudah siap ditambang. Proses pengambilan materil
tersebut terdiri beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :
a. Stacking
Stacking adalah suatu kegiatan pembatasan lahan yang akan di tebang dan di
bersihkan. Dengan cara lahan yang sudah bebas dan akan di tambang diberi
batas tepi dengan mengunakan bulldozer. Hal ini di lakukan agar pada
kegiatan selanjutnya tidak keluar dari batas – batas arel yang telah ditentukan
b. Land Clearing
Sebelum dilakukan kegitan penambangan, terlebih dahulu perlu di lakukan
pembersihan lahan (land clearing) pada daerah yang akan di tambang.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk membersihkan areal tambang sehingga
kegiatan pegupasan OB dan pengambilan ORE dapat dengan mudah di
lakukan tampa terganggu oleh tumbuhan yang berada di atasnya.
Berikut tahap – tahap pelaksanaan pemersiahan lahan adalah sebagai berikut :
1. Underbrushing
2. Filling
Filling adalah kegiatan penumbangan pohon – pohon begaris tengah kurang
lebih 50 cm. dalam spesifikasi pekerjaan, biasanya di sebutkan persyaratan
tertentu, seperti pohon harus di tebang berikut tunggulnya, di usahakan agar
kerusakan tanah lapisan atas sekecil mungkin dan kayu – kayu yang produktif
harus di potong agar kelak dapat di gunakan bahan bangunan.
3. Pilling
Pada daerah dengan berbagai tanaman dan pohon yang akan di buka untuk
penambangan, proses pembersihan dapat di lakukan dengan beberapa metode.
Metode yang akan di pilih tergantung pada daerah yang akan di buka.
1. Medan kerja
2. Jumlah pohon yang akan ditebang ( berukuran kecil atau pun berukuran
besar ).
3. Jarak ( space ) antar pohon yang akan di tebang.
4. Tingkat kekerasan tanah ( lunak atau keras )
c. Ore Getting
Ore getting adalah suatu kegiatan pengambilan material, yang sudah siap
untuk di ambail. Proses pengambilan material setelah dilakuakan pemersiahan
lahan dan di lakukan pengupasan tanah penutp, agar memudahkan dalam
pengambilan material tersebut.
Adapun kegitan yang dilakukan pada saat pengambilan material (Ore Getting)
adalah sebagai berikut :
a. Material
c. Densitas material.
Berat , tonlbs
Density
Volume, m 3 yd 3
swell factor
percent swell
Rumus untuk menghitung swell factor (SF) dan percent sweel yaitu :
bank volume
SF
loose volume
loose volume bank volume
% sweel 100%
bank volume
e. Kelengketan (Adhesiveness)
f. Iklim
a. Pemuatan (loading)
b. Pengangkutan (Hauling)
c. Penimbunan (Dumping)
d. Kembali (Return)
e. Menempatkan diri ( Spot)
a. Pemuatan (Loading)
4. Pola muat
b. Pengangkut (hauling)
d. Kembali (Retrun)
Merupakan penempatan diri dari alat angkut (haulage unit). Cara dan mudah
tidaknya haulage unit (missal truck) menempatkan diri untuk dimuati oleh alat
muat (loading equipment), ditentukan oleh:
Beriut faktor yang mempengaruhi produktivitas alat angktut adalah sebagai berikut :
1. Medan kerja
Medan kerja berpengaruh pada kemampuan kerja alat. Pada daerah yang datar,
alat akan lebih baik bekerja, sedangkan pada daerah yang bergelombang/
berbukit, alat akan sukar menempati posisi yang baik dalam melakukan
penggalian, sehingga kadang-kadang bijih yang kwalitasnya baik tidak bisa
ditambang.
2. Jalan Angkut (Houl Road)
Jalan angkut ini harus dilihat keberadaannya, apakah becek ataukah kuat, atau cukup
kasar permukaannya. Ini semua perlu di tinjau, karena keadaan jalan angkutan akan
mempengaruhi besar kecilnya rolling resistance (RR) yang ditimbulkan oleh
permukaan jalan angkut roda /ban peralatan pemindahan mekanis
3. Kemiringan (Grade)
Grad adalah tanjakan dari jalan angkut, kelandaian atau kecuramannya sangat
mempengaruhi produksi (output) alat angkut, sebap adanya kemiringan jalan (grade)
menimbulkan tahanan tanjakan (grade rasistance) yang harus diatasi oleh mesin alat
angkut.
Jarak angkut juga harus di pertimbangkan dalam menentukan kecepatan laju alat
angkut tersebut. Kecepatan laju alat angkut makin cepat,maka produksi (output) alat
angkut juga semakin besar dan ini bergantung pada gaya tarik (Rimpull-RP)yang
tersedia pada mesin. Sedangkan gaya tarik (RP) besarnya di tentukan oleh adanya
tahanan glinding (rolling resistance - RR) dan tahanan tanjakan (grade rasistance –
GR) makin besar RP yang tersedia pada mesin maka kecepatan laju alat angkut juga
makin cepat, sehingga produksi (output) alat angkut semakin besar.kecepatan laju
alat angkut di samping ditentukan oleh gaya tarik (RP)pada mesin, juga di batasi oleh
panjang maupun pendeknya jarak jalan angkut.
5. Kombinasi peralatan.
Umumnya peralatan yang besar dapat bekerja pada kondisi aman dengan
biaya operasional kecil.
a. Kesediaan Alat
Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang dipergunakan dalam
beroperasi. Faktor ini meliputi adanya pengaruh dari segala waktu akibat
permasalahan yang ada. Persamaan dari keadaan fisik (PA), sebagai berikut :
W S
PA x 100%
W RS
Keterangan :
R = Perbaikan ( Repair )
S = Alat dalam kondisi siap pakai tapi tidak digunakan (Stand by hours)
Menunjukkan jumlah persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan (available). Persamaan
dari kesediaan pemakaian (UA), sebagai berikut :
W
UA x100%
W S
Menunjukkan jumlah persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif. persamaannya adalah
W
EU x100%
W RS
W
MA x100%
W R
W = waktu yang dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang dalam
kondisi dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi pula tiap
hambatan (delay time) yang ada. Termasuk dalam hambatan tersebut adalah
waktu untuk pulang pergi ke permuka kerja, pindah tempat, pelumasan dan
pengisian bahan bakar, hambatan karena keadaan cuaca, dll.
R = waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat
perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang (spare parts)
serta waktu untuk perawatan preventif.
60
Pm = x Cb x Ff x Dt x EU x SF
Ctm
Keterangan :
60
Pa = x Cb x Ff x Dt x EU x SF
Cta
Keterangan :
Produksi alat muat dan alat angkut dapat dilihat dari kemampuan alat
tersebut dalam penggunaanya di lapangan. Adapun faktor–faktor yang
mempengaruhi produksi alat muat dan alat angkut adalah :
a. Waktu Edar
Waktu edar (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan oleh alat untuk
menghasilkan daur kerja. Semakin kecil waktu edar suatu alat, maka
produksinya semakin tinggi.
Ctm = t1 + t2 + t3 + t4
Cta = t1 +t2 + t3 + t4 + t5 + t6
Tempat kerja tidak hanya harus memenuhi syarat bagi pencapaian sasaran
produksi tetapi juga harus aman bagi penempatan alat beserta mobilitas
pekerja yang berada disekitarnya. Tempat kerja yang luas akan
memperkecil waktu edar alat karena ada cukup tempat untuk berbagai
kegiatan, seperti keleluasaan tempat untuk berputar, mengambil posisi
sebelum melakukan kegiatan sebelum pemuatan maupun untuk tempat
penimbunan sehingga kondisi tempat kerja menentukan pola pemuatan
yang akan diterapkan.
Kondisi tempat kerja dalam hal ini adalah lokasi daerah penambangan
dan kondisi jalan angkut sangat berpengaruh pada efisiensi kerja
peralatan mekanis dalam kegiatan penambangan. Dengan kondisi
tempat kerja yang baik maka alat mekanis dapat bekerja dengan
optimal, lain halnya dengan kondisi tempat kerja yang buruk akan
mengakibatkan alat tidak dapat bekerja secara optimal.
4. Gangguan alat
vn
Fim x100%
vt
Keterangan :
Untuk mendapatkan faktor keserasian antara alat gali muat dengan alat
angkut dapat diguanakan rumus :
𝑛𝐻 𝑥 𝐶𝑇𝐿
𝑄=
𝑛𝐻 𝑥 𝐶𝑇𝐻
Keterangan :
MF = Faktor keserasian
D. METODE PENELITIAN
1. Studi literatur
Studi literatur yang meliputi buku, referensi perusahaan, artikel dan karya
ilmiah.
2. Pengambilan data
Data-data yang akan diambil meliputi peta wilayah penambangan dan
cadangan, hasil penambangan aktual dan spesifikasi alat.
Data yang dicatat dari hasil pengamatan dari lapangan meliputi pengukuran
waktu edar alat gali/muat dan alat angkut.
Data yang telah dikumpulkan akan diolah secara manual serta menggunakan
software AutoCAD, MS Excel dan Microsoft Word.
E. JADWAL
F. DAFTAR PUSTAKA