Anda di halaman 1dari 10

Indentitas Buku

Judul Buku: Saman


Nama Pengarang: Ayu Utami
Penerbit: Gramedia
Kota Terbit: Jakarta
Tahun Terbit: 1998
Jumlah Halaman: ix + 198 halaman
Ukuran: 14,5 X 20 cm
ISBN: 979-9023-17-3

Sinopsis

Saman, mepunyai nama asli Athanasius Wisanggeni. Wis, begitulah ia biasa dipanggil. Wis
yang beragama Katolik itu, mengabdikan dirinya sebagai Pastor. Ia ingin ditugaskan uktuk
keagamaan di Perabumulih, daerah masa kecilnya yang menyimpan banyak misteri. Namun, ia tidak
diizinkan hanya boleh berlibur saja ke sana. Wisanggeni ditugaskan sebagai Pator paroki Parid yang
melayani kota kecil Perabumulih dan Karang Endah, wilayah keuskupan Palembang. Sebelum sampai
pada tempat tugasnya, ia menyempatkan diri ke bekas rumahnya 10 tahun silam. Setelah beberapa
kali ke rumah itu, dan akrab dengan sang pemilik rumah, ia mendapat kepercayaan untuk tinggal di
situ selama pemiliknya ke Jakarta untuk melahirkan.
Ketika tinggal di rumah itu, Wis kembali bisa merasakan hawa-hawa aneh seprti masa
kecilnya. Ia juga bisa mendengar suara adik-adiknya serta bercakap-cakap dengan bahasa masing-
masing. Tiba-tiba Wis mendengar suara minta gadis tolong dan iapun berlari ke sumber suara sampai
di sebuah sumur di tengah hutan. Setelah itu Wis berteriak minta tolong pada warga sekitar. Dan
setelah warga berdatangan,ternyata tak seorangpun berani masuk menolong si gadis. Wis
memeranikan diri melakukan itu. Ia dan gadis itu selamat. Gadis itu bernama Upi. Ia adalah manusia
yang keejiwaanya terganggu dan tidak mengerti bahasa manusia. Ketika Wis mengembalikan Upi
kepada orang tuanya, baru ia ketahui bahwa Upi diasingkan oleh ibunya di rumah pemasungan yang
sangat kecil, tidak lebih dari baik dari kandang kambing. Merasa tidak tega, dan sedikit demi sedikit
muncul rasa sayang dihatinya, Wis membuatkan rumah pasung baru untuk Upi yang lebih besar dan
nyaman. Tidak hanya itu yang ia lakukan. Melihat keadaan perkebunan di sana ia merasa prihatin.
Ia jug takut jika mereka pindah dari situ Upi tidak akan mendapat rumah yang lebih baik dari
sekarang. Kemudian dengan izin dari Uskup untuk berkarya di perkebunan, Wis membuat tempat
engolahan karet sederhana untuk wilayah Lubukrantau itu dan membuat pembangkit listrik.
Suatu ketika, kerusuhan terjadi. Pembangkit listrik buatan Wis dirusak orang. Dan ternyata orang
tersebut adalah orang suruhan perusahaan kelapa sawit yang ingin membeli lahn perkebunan karet.
Dan hanya Wis beserta keluarga Upi sangat kokoh untuk idak menjual lahan mereka. Para pembeli
itu merasa geram, mereka mengumpulkan perempuan dan anak kecil dalam surau kemudian
membakar seluruh rumah warga dan menculik Wis penjara pengasingan. Di situ Wis disiksa habis-
habisan dan dipaksa mengakui apa yang tidak ia lakukan. Ia terpasa mengarang cerita untuk
mengurangi penyiksaan bahwa ia adalah komunis yang hendak mengjristenkan para petani
Lubukrantau, membuat Sorga di bumi dan ingin mengganti presiden. Ia terus melakukan itu sampai
suatu hari, tempat penyekapannya itu terbakar. Ia merasa terjebak oleh api, namun setelah
mendengar suara-suara masa kecilnya, tanpa ia ketahui caranya, ia selamat dari lahapan api itu. Ia
dibawa ke rumah sakit dan emudian dirawat oleh suster-suster gereja di kediaman mereka. Ia
mengaanti kartu identitasnya sampai peristiwa itu selesai di pengadilan dua tahun kemudian. Ia
memilih nama Saman tanpa alasan khusus.
Dalam kehidupannya, Saman juga pernah terlibat dengan kehidupan empat orang gadis yang
saling bersahabat. Shakuntala, sseseorang yang membenci ayahnya. Yasmin, seseorang yang
membenci guru dan Laila yang membenci laki-laki. Sementara, Cok tidak bisa menemukan apa yang
harus ia benci. Kebencian Laila pada laki-laki lenyap ketika ia jatuh cinta pertama kali pada
Wisanggeni yang kala itu sebagai mahasiswa seminari yang ditugaskan membimbing rekoleksi
tentang kesadaran sosial di SMP mereka. Sayangnya, keluarga Minang Laila itu melihat purinya
bergaul dengan calon Pastor. Dan Yasmin yang Katolik juga tidak menyetujui itu. Namun, Yasmin
pula yang sering membantu pertemuan Laila dengan Wis atas dasar peersahabatan.
Semakin berjalannya waktu, semuanya tengah berubah. Laila tidak lagi mencintai Wisanggeni yang
sudah mengganti nama menjadi Saman. Kali ini ia mencintai Sihar, seseorang yang sudah beristri.
Laila paling kuat mempertahankan keperawanannya dibanding ketiga sahabatnya. Dia juga satu-
satunya yang belum menikah.
Posisi Saman di Indonesia sudah tidak aman lagi setelah kejadian di Medan. Persahabatan
itu juga yang kemudian menyelamatkan Saman. Ia dikirim ke New York oleh Yasmin dan Cok. Dari
kejadian itu dan kejadian sebelum keberangkatan Saman, akhirnya mereka sering berkomunikasi
lewat dunia maya. Saman sangat dekat dengan Yasmin, didukung dengan kesamaan kepercayaan
mereka dan Yasmin pula orang pertama yang menenggalkan jejekanya Pastor Saman. Di akhir cerita,
Yasmin berselingkuh dengan Saman.

Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema dalam novel Saman karya Ayu Utami adalah Persahabatan yang dilatar belakangi kisah
tentang cinta, seks, Tuhan, agama, negara, ketidakadilan, spiritualitas, serta perjuangan akan nilai
kemanusiaan.
Karena novel Saman sebenarnya adalah mengisahkan empat orang sahabat yang terjalin sudah
cukup lama, dari SD hingga usia 30 tahunan, yaitu Yasmin Minongka seorang pengacara sukses. Laila
seorang penulis dan fotografer. Shakuntala seorang penari yang sedang menempuh studi master di
New York. Dan Cok seorang pengusaha sukses. Tetapi tokoh utama dalam novel ini adalah Saman
atau Wisanggeni, seorang Pastor yang beralih jadi aktivis Hak Asasi Manusia. Dari kisah 4 orang
sahabat dan seorang Pastor telah mengalami banyak kejadian- kejadian berupa seks, negara, bahkan
Tuhan dan lain lain. Berikut ini bukti tema:

-Persahabatan
Kami berteman sejak SD. Waktu itu akulah yang paling jangkung diantara mereka. Laila yang paling
kecil. Yasmin yang paling bagus nilai rapornya. Cok yang paling genit (Saman, hal. 147)
Tahu – tahu usia kami sudah tiga puluh. Cok sudah berdamai dengan orang tuanya. Yasmin tak lagi
menganggap guru sebagai musuh, sebab ia sudah lulus. (Saman, hal. 154)

Cinta
Aku Cuma ingin sama –sama dia”.
“Laila, kalu kamu kencan dengan dia disini, kamu pasti akan begituan lho! Udah siap?”
(Saman, hal. 145)
Kalau kekasihku muncul dari gerbang itu, saya akan katakan padanya, kita sudah tidak berjumpa tiga
ratus enampuluh sembilan hari lamanya. (Saman, hal.29)

Seks
Namun, tanpa kupahami akhirnya justru akulah yang menjadi seperti anak kecil: terbenam di
dadanya yang kemudian terbuka, seperti bayi yang haus. Tubuhku hampir berhimpit. Gemetar,
selesai sebelum mulai, seperti tak sempat mengerti apa yang baru saja terjadi. Tapi ia tak peduli, ia
menggandengku ke kamar. (Saman, hal. 177)
Saman,
Orgasme dengan penis bukan sesuatu yang mutlak. Aku selalu orgasme jika membayangkan kamu.
Aku orgasme karena keseluruhanmu. (Saman, hal. 196)
-Tuhan
Sakramen presbiterat. Tiga lelaki tak berkasut itu lalu telungkup mencium ubin katedral yang dingin.
Mereka telah mengucapkan kaulnya. Pada mereka telah dikenakan stola dan kasula. (Saman, hal. 41)
Yehuda juga mempunyai seorang menantu dikala rambutnya telah memutih. Nama putra sulungnya
,Er, berbuat salah sehingga Tuhan murka dan mencabut nyawanya. (Saman, hal. 187)

-Negara dan Ketidakadilan


Nuansa politik yang berhubungan dengan negara dengan mengritik kinerja aparat Orde Baru yang
kurang becus dalam mengurus masyarakatnya, meskipun penggambarannya tidak secara terang
terangan, namun duduk persoalan dalam novel ini sebenarnya mengandung persoalan politik dan
kekuasaan. Yang ditunjukan denagn jelas dalam kasus perusahaan perkebunan karet. Dimana para
aparat mengklaim tanah tanah penduduk Lubukrantau sebagai tanah perusahaan. Demi
membenarkan tindakan itu, para aparat menunjukan surat pengantar dari bapak Gubernur.
Dibuktikan dengan: “ Persoalan itu Bapak tanyakan saja pada Bapak-Bapak di perusahaan. Kami
cuma bertugas menjalankan perintah Bapak Gubernur. (Saman, hal. 90)

-Perjuangan nilai kemanusiaan


Untuk memperlancar pengambilan hak tanah para aparat menggunakan cara kekerasan. Dimana
setiap malam terjadi kasius kekerasan pemerkosaan, dan teror terhadap masyarakat Lubukrantau.
Kejadian demi kejadian itu membuat Hati Wis tergerak bersama para pemuda berjuang menuntut
keadila. Dibuktikan dengan:
Karena merasa persoalan tak akan segera selesai, Wis pergi ke Palembang, Lampung dan Jakarta,
setelah memotret desa dan mengumpulkan data data tentang dusun mereka yang telah maju. Ia
mengunjungi kantor kantor surat kabar dan LSM. (Saman, hal. 92)
Lalu didengarnya Anson berpidato. Dilihatnya lelaki itu, yang lebih muda daripada dia, dengan berapi
api menjelaskan bahwa perusahaan kelapa sawit yang kini menggantikan PTP dimiliki oleh
pengusaha cina. Orang Cina kini menjajah kita. (Saman, hal. 94)

2. Alur
Dalam novel Saman, penulis menggunakan Alur Campuran atau Gabungan. Karena jelas sekali dalam
novel Saman ini penulis membuat latar waktu yang berbolak balik. Pada awal cerita penulis
mengawalinya dengan tahun 1996 ketika Laila sedang berada di New York untuk menunggu Sihar,
kemudian penulis menceritakan awal mula pertemuan antara Laila dan Sihar pada tahun 1993 di
pertambangan sekitar Laut Cina Selatan. Selanjutnya penulis menceritakan sosok Wisanggeni yang
menjadi pastur pada tahun 1983 kemudian penulis menceritakan kejadia kejadian yang dialami
Wisanggeni di masa kecilnya di daerah Perabumulih tahun 1962 setelah itu kembali ke tahun 1984
ketika Wis di tempatkan untuk menjadi Pastur di Perabumulih setelah lama ditinggalkannya. Setelah
penulis menceritakan perjalanan hidup Wis sampai mengubah namanya menjadi Saman, kemudian
alur cerita kembali lagi ke tahun 1996 di New York. Kemudian penulis menceritakan surat
Wisanggeni untuk ayahnya tahun 1990 dan yang terakhir penulis membawa kita ke New York 7 Mei
1994 yang mengisahkan tentang Saman dan Yasmin. Demikian alur dalam novel Saman yang dibuat
dengan sangat kompleks membuat pikiran pembacanya membolak balikan waktu kejadian dan
memahaminya dengan mengurutkan urutan waktu yang sebenarnya.

3. Tokoh dan Penokohan


-Laila
Laila wanita rela berkorban pada orang yg dicintainya, dan sangat baik terhadap lelaki yang
dicintainya.
Ini dikutip :
Tapi temanku Laila tidak bahagia di New York. Ia memang pantas tidak bahagia. Ia sudah
melepaskan beberapa proyek di Jakarta, menguras sebagian tabungannya. Ia bukan orang yang bisa
begitu saja membeli tiket seharga dua ribu dolar. Tetapi lelaki yang ditunggunya di Central Park tidak
juga memberi isyarat.
(Saman, hal. 144)
Seyiap kali mencintai Laila begitu penuh perhatian. Jika hari ini si pria bilang kepingin sop konro atau
toge goreng, kaset atau kompakdisk lagu baru atau lam atau pernik lain, dia akan berusaha mempir
dan membelikannya.(Saman, hal. 155)

Membenci lelaki saat kecil


Dibuktikan dengan;
Menurut Laila, laki lakilah penjahat ulung yang mesti dicurigai (Saman, hal. 147)
-Sihar
Sihar lelaki yang dicintai Laila namun sudah beristri,badannya kekar, tidak putih, berkacamata,
kalem, beberapa helai uban telah tumbuh, dan ada yang khas yaitu bau tembakau atau keringat.
Dibuktikan dengan:
Ia mendongak ke arah Laila selintas saja, mengelibatkan pantulan cahaya dari kacamatanya, lalu
kembali membungkuk, memeriksa mesin tadi. Laki laki itu telah melepaskan bagian atas bajunya dan
membiarkannya bergantung lepas dari pinggangnya, sehingga kita bisa melihat tengkuknya yang
gosong, lebih gelap dibanding lengannya.... (Saman, hal. 10)

Lelaki itu memang selera temanku: atletis. Tidak putih, berkacamata, kalem, beberapa helai uban
telah tumbuh dan ada odor yang khas - tembakau atau keringat. (Saman, hal.131)

Sifatnya yang lain dijelaskan pada pikiran tokoh lain :


Buatku, dia terlalu serius, kurang imajinasi, lambat mengolah humor sehingga selalu terlambat
tertawa – kadang sama sekali tak paham apa yang kami leluconkan. Berhubungan seks dengannya
pasti tidak imajinatif dan tak ada pembicaraan post – orgasme yang menyenangkan. Tapi bukan itu
yang membuatku keberatan, meski aku tak tahu apakah aku punya hak untuk keberatan.
( Saman, hal. 132 )

Sihar orang yang bisa bicara dengan kata kasar kepada atasan atau dalam pekerjaan, seperti kepada
Rosano. Tetapi dengan perempuan tak ada satu patah omongannya keluar. Tidak juga ada canda yang
cabul. ( Saman, hal. 25 )
Saman ( Athanasius Wisanggeni )
Orang yang pemberani dan banyak ide
Dibuktikan dengan: “Dia... dia orang yang banyak ide dan berani. Namanya Saman”. Dulu namanya
bukan Saman. (Saman, hal. 23).

Tubuhnya kurus dan dekil.


Dibuktikan dengan: Tak tau bagaimana Yasmin tertarik padaku yang kurus dan dekil? Ia begitu cantik
dan bersih. (Saman, hal. 177)

Begitu perhatian dan menyayangi sesama manusia.


Seperti dalam kutipan: Semakin aku terlibat dalam penderitaanmu, semakin aku ingin bersamamu.
Dan Wis selalu kembali ke sana. Kian ia mengenal perkebunan itu, kian ia cemas pada nasib si
gadis.(Saman, hal. 79 ).

-Yasmin
Perempuan yang cantik berkulit bersih dan berbadan ramping
Dibuktikan dengan: Yasmin Minongka adalah perempuan yang mengesankan banyak lelaki karena
kulitnya yang bersih dan tubuhnya yang langsing. (Saman, hal. 24)
Yasmin seseorang yang pintar dan kaya. Dijuluki the girl who has everthing. Menjadi seorang
pengacara.
Dibuktikan denagn kutipan: Yasmin adalah yang paling berprestasi dan paling kaya diantara teman
terdekat saya. Kami menjulukinya the girl who has everything. Ia kini menjadi pengacara di kantor
ayahnya sendiri(Saman, hal. 24)

Sejak kecil, ia dibentuk orang tuanya untuk menghabiskan waktu dengan hal yang produktif. Ibunya
memaksanya kursus balet, piano, berenang, dan bahasa Inggris sejak kelas 2 SD, dan ia menjadi serba
bisa. Ia tak pernah mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah. Pengetahuannya yang luas kadang
membuat dia menjadi teman bicara yang melelahkan karena ia suka memborong pembicaraan.
Dibuktikan dengan: Sejak kecil, ia dibentuk orang tuanya untuk menghabiskan waktu dengan hal
yang produktif. Ibunya memaksanya kursus balet, piano, berenang, dan bahasa Inggris sejak kelas 2
SD, dan ia menjadi serba bisa. (Saman, hal. 146)

-Cok
Seorang yang periang dan ringan hati.
Dibuktikan dengan: Dia periang dan ringan hati. Berada bersamanya orang akan merasa bahwa hidup
ini enteng....
(Saman, hal 146)

Genit
Dibuktikan dengan: Yasmin yang paling bagus nilai rapornya. Cok yang paling genit (Saman, hal.
147)

Suka berganti ganti pasangan.


Dibuktikan dengan: Juga tidak ada cinta yang tahan lama seperti manisan dalam botol selai. (Saman,
hal. 146)
Cok sudah lima kali delpan kali pacaran dan masih belum juga puas.(Saman, hal. 147)

Sakuntala
Seseorang yang hidupnya penuh kebebasan, sahabat dari Laila, Cok, dan Yasmin. Sakuntala sangat
menyayangi Laila.
Dibuktikan dengan: Tapi ia menemaniku. Namanya Laila. Sejak saat itu ia menjadi sahabatku.
(Saman, hal. 121)

Sangat membenci ayahnya.


Dibuktikan dengan: Terutama juga agar aku bisa pergi amat jauh dari ayahku dan kakaku yang tidak
kuhormati. (Saman, hal.137)

-Rosano
Atasan Sihar, seorang yang ramah, manis, tetapi angkuh. Putra seorang pejabat Departemen
Pertambangan.
Dibuktikan dengan: Rosano menyapa dengan gayanya yang khas:ramah, manis, angkuh. Belakangan
Laila mendengar dari Sihar bahwa lelaki itu adalah putra seorang pejabat Departemen pertambangan.
(Saman, hal.13)
Seorang pemimpin yang tidak bijaksana,
Dibuktikan dengan: “Kami tidak berani memulai sekaran. Resikonya cukup tinggi”. Rosano langsung
membantah “Sekali lagi bukan tugas kamu memutuskan. Hubungi mud longger.” (Saman, hal. 14)
-Upi
Merupakan orang yang mengalami keterbelakangan mental.
Dibuktikan dengan: Kemudian si ibu bercerita tentang anak perempuan yang gila. (Saman, hal. 71)

Sangat haus akan seks.


Dibuktikan dengan: dia malah suka merancap dengan pohon pohon itu, menggosok gosok
selangkangannya, untung tanpa membuka celana. (Saman, hal. 71)
Karena ia juga memperkosa dan menyiksa trenak tetangga kami terpaksa memasungnya. (Saman, hal.
71)

-Anson
Kakak Upi yang pekerja keras matanya buta sebelah.
Dibuktikan denagn: Anson abangnya,memarahinya dan mencoba menyelamatkan bebek itu. (Saman,
hal. 72)
Tetapi Upi mengambil asam sulfit untuk mengencerkan karet dan menyiram ke wajah kakanya sendiri
hingga rusak dan buta matanya yang kiri (Saman, hal. 72)

sangat menyayangi istrinya.


Dibuktikan dengan: Wis melihat anson menghapus isisa sperma di paha istrinya dan menjadi begitu
gundah.

-Mak Argani
Ibu Upi yang baik hati.
Dibuktikan dengan: Mak argani serta beberapa ibu merawat istri Anson disana yang lain engabsen
gadis gadis. (Saman, hal. 98)

-Hasyim Ali
Sahabat dekat Sihar yang sangat menyayangi keluarga dan pekerja keras.
Dibuktikan dengan: Ia berasal dari lingkungan petani kecil kelapa di Sumatra Selatan sehingga
dengan penghasilannya sebagai buruh minyak, sekitar satu setengah sampai dua juta rupiah sebulan,
dia adalah penopang utama ekonomi keluarga. (Saman, hal 20)

4. Latar
a. Latar tempat
Latar tempat Novel Saman Yang pertama adalah di New York, kemudian di Laut Cina Selatan, Pulau
Matak dan di Prabumulih suatu tempat di Palembang di daerah perkebunan karet. Dapat dibuktiakan
dengan:
Di New York, digambarkan :
Di taman ini hewan hanya bahagia, seperti saya, seorang turis di New York. Apakah keindahan perlu
dinamai? Saya akan pacaran, seperti burung berbusung bersih di ranting tadi. Saya akan pelukan,
ciuman, jalan – jalan, dan minum di Russian Tea Room beberapa blok ke barat daya. Mahal sedikit
tidak apa – apa.
(Saman, hal. 2)
Dan kita di New York. Beribu – ribu mil dari Jakarta. Tak ada orang tua, tak ada istri. Tak ada dosa.
Kecuali pada Tuhan, barangkali. Tapi kita bisa kawin sebentar, lalu bercerai. Tak ada yang perlu
ditangisi. Bukankah kita saling mencintai? Atau pernah saling mencintai? Apakah Tuhan
memerintahkan lelaki dan perempuan untuk mencintai ketika mereka kawin? Rasanya tidak .
( Saman, hal. 30 )

Di Laut Cina Selatan digambarkan dengan:


LAUT CINA SELATAN, Februari 1993
Dari kejauahan, sebuah ring nampak seperti kotak perak di tengah laut lapis lazuli. Helikopter terbang
mendekat dan air yang semula nampak tenang sebetulnya terbentuk dari permukaan yang bergejolak,
kalem namun perkasa, seperti menyembunyikan kekuatan yang dalam.
(Saman, hal. 7)

Di Pulau Matak dapat dibuktikan dengan:


PULAU MATAK, ESOK HARINYA
Tangnmu luka. Sihar terus memukul bangku mika di Bandara yang keci, sehingga kulit ari dibuku
jarinya lecet. (Saman, hal. 17)

Prabumulih digambarkan sebagai berikut:


Prabumulih masih kota minyak di tengah Sumatera Selatan yang sunyi masa itu. Cuma ada satu
bioskop, sehingga orang – orang biasa membawa anak – anak bertamasya ke rig di luar kota, melihat
mesin penimba minyak mengangguk – angguk seperti dinosaurus. Hiburan menegangkan lain adalah
lutung atau siamang yang mendadak turun dari pepohonan.
(Saman, hal. 45)

Palembang
Adalah tempat Laila meminta bantuan kepada Saman dan Yasmin.
Dibuktikan dengan: Dari Pelembang, saya menghubungi kedua teman saya. (Saman, hal. 23)

b. Latar waktu
Latar waktu pada Novel Saman adalah dari tahun 1962 – 1996 saat-saat akhir dari Orde Baru. Tahun
1962 ketika Saman masih kecil sampai tahun 1996 ketika Laila menunggu kepastian dari orang yang
dicintainya, yaitu Sihar.
Dibuktikan dengan:
Di halaman 44 ditulis : Prabumuli 1962.
Dan di halaman pertama ditulis : Central Park, 28 Mei 1996.
6) Latar Suasana
Latar suasana pada keseluruhan cerita adalah kegelisahan dan masalah masalah kompleks para
tokohnya yang mempertentangkan hati nurani namun di tambah dengan suasana perkebunan yang
mengalami masalah. Misalnya dari tokoh Saman yang mengalami banyak sekali kejadian yang
membuat dirinya harus melawan emosinya atau gejolak hatinya sendiri, diantaranya adalah pada saat
Saman atau Wisanggeni bertemu dengan Upi gadis yang mengalami keterbelakangan mental, di sini
Wisanggeni sendiri tidak paham terhadap jalan pikirannya dia begitu ingin melindungi Upi tapi tak
mengerti atas dasar apa dia melakukannya seperti ada kegelisahan dalam dirinya.
Dibuktikan dengan: Wis merasa bahwa ia menyayangi gadis ini. Terkadang dipandanginyaanak itu,
dengan heran menyadari bahwa kasih datang dengan cara yang aneh setelah kita terlibat dalam suatu
kesedihan. (Saman, hal. 76)
Kegelisahan juga dialami Laila yang mencintai seorang yang sudah beristri dan antara
menyayanginya dan menyayangi orangtuanya, hanya mencintainya atau melepas keperawanannya.
Dibuktikan dengan: Aku tidak akan menganggu istrinya. Aku Cuma ingin ketemu dia. Aku tak akan
menggangu keluarganya. (Saman, hal.123)

5. Sudut Pandang
Dalam novel “Saman” ini penulis menggunakan sudut pandang campuran, karena pada awal cerita
menggunakan kata ganti orang pertama, yaitu “aku” dan saya. Seperti dikutip:
Di taman ini, saya adalah seekor burung. Terbang beribu – ribu mil dari sebuah negeri yang tak
mengenal musim, bermigrasi mencari semi, tempat harum rumput bisa tercium, juga pohon – pohn,
yang tak pernah kita tahu namanya atau umurnya. (Saman, hal. 1)
Namun pada pertengahan cerita, penulis menceritakan orang lain serba tahu, sehingga menjadi sudut
pandang orang ketiga ‘dia’.
Dibuktikan dengan kutipan: Barangkali dia beruntung. Dia adalah satu-satunya anak yang berhasil
lahir dari rahim ibunya dan hidup. Dua adiknya tak pernah lahir, satu mati pada hari ketiga. (Saman,
hal. 44)

6. Gaya Bahasa

Gaya Bahasa pada novel Saman Sangat mempengaruhi kevariatifan alur, kevariatifan ini disebabkan
oleh pilihan kata yang sangat komplek dan penggunaan kaliamat yang banyak mengalami
penyimpangan kaidah ketatabahasaan. Novel Saman juga banyak menggunakan bahasa figuratif
supaya dapat menghasilakn pengolahan dan pembayangan gagasan secara menarik. Seperti metafora
pada novel ini yang sanggup memebentuk perbandingan dengan dengan benda yang jauh
hubungannya, namun intinya adalah sebagai media penyampaian ide atau gagasan secara imajinatif.
Dapat dilihat pada kutipan: Perempuan itu membasuh tunas jantan yang menjulur dengan air matanya,
lalu mengecupnya dengan air liurnya. Lelaki itu menggeliat. (Saman, hal. 193)

7. Amanat
Sebagai pimpinan harus bijaksana dan mau mendengarkan pendapat anggotanya. Karena didalam
novel tersebut Rosano (pimpinan Suhar) tidak mau mendengar masukan dari Sihar.
Dibuktikan dengan:
“Sekali lagi, risikonya tinggi. Kau boleh coret namaku dari kontrak ini kalau mau terus!” kata Sihar
pada Rosano. (Saman,hal. 14)
Sebagai seorang suami harus setia terhadap pasanganya. Seperti halnya Sihar dalam novel Saman
yang tergoda oleh Laila.
Dibuktikan dengan:
Di perjalanan pulang dia bilang, sebaiknya kita tak usah berkencan lagi (saya tidak meyangka). “Saya
sudah punya istri.”
Saya menjawab, saya tak punya pacar, tetapi punya orang tua “Kamu tidak sendiri, saya juga
berdosa” (Saman, hal. )
Jangan memperlakuan orang yang keterbelakangan dengan semena-mena. Karena orang gila (Upi)
pun mempunyai hak untuk hidup.
Dibuktikan dengan:
....Semula dengan balok kayu yang mengapit pergelangan kakinya. (Saman, hal. 70)
Bagi pemerintah untuk memikirkan nasib rakyat yang tertindas.
Hal ini terdapat pada bagian cerita mengenai penduduk Lubukrantau yang ditindas oleh aparat dan
diperlakukan secara semena mena.
Bapak di perusahaan. Kami cuma bertugas menjalankan perintah Bapak Gubernur. (Saman, hal. 90)
Secara garis besar kita dapat melihat adanya suatu perjuangan, pengorbanan, keikhlasan sebagai
amanat yang terkandung dalam novel Saman. Namun tidak dapat menutup mata bahwa novel
Saman juga banyak mengulas mengenai sex, bahkan secara vulgar, yang amantnya hanya diperoleh
bagi pembaca yang benar benar sudah dewasa.
Dibuktikan dengan: Ia telah memutuskan:meringankan penderitaan si gadis dengan membangun
sangkar yang lebih sehat dan menyenangkan,(Saman, 74)
Perjuangan dibuktikan dengan: Ia mengunjungi kantor kantor surat kabar dan LSM. (Saman, hal. 92)
Lalu didengarnya Anson berpidato. Dilihatnya lelaki itu, yang lebih muda daripada dia, dengan berapi
api menjelaskan bahwa perusahaan kelapa sawit yang kini menggantikan PTP dimiliki oleh
pengusaha cina. Orang Cina kini menjajah kita. (Saman, hal. 94)
Unsur Ekstrinsik
-Dari segi unsur budaya
Dalam novel “Saman” menceritakan tentang perknikahan beda budaya. Ditunjukan dengan tokoh
Lukas yang menikah dengan Yasmin. Keduanya adalah dua orang yang berbeda suku. Seperti kalimat
dar novel Saman halaman 197 yaitu “ Lukas Haryadi Prasetyo adalah orang jawa. Yasmin Moningka
orang Manado, tapi ia setuju saja untuk menikah dengan adat Jawa yang rumit itu. Ia rela mencuci
kaki lukas sebagai tanda sembah istri pada suami, yang tak ada upacara ala Manado.

-Dari segi sosial


Dalam novel “Saman” menceritakan tentang perselingkuhan antar Laila dan juga Sihar dimana Sihar
sudah mempunyai istri juga tentang perslingkuhan antara Saman dan Yasmin padahal Yasmin juga
sudah mempunyai suami.

-Dari segi politik


Nuansa politik yang berhubungan dengan negara dengan mengritik kinerja aparat Orde Baru yang
kurang becus dalam mengurus masyarakatnya, meskipun penggambarannya tidak secara terang
terangan, namun duduk persoalan dalam novel ini sebenarnya mengandung persoalan politik dan
kekuasaan. Yang ditunjukan denagn jelas dalam kasus perusahaan perkebunan karet. Dimana para
aparat mengklaim tanah tanah penduduk Lubukrantau sebagai tanah perusahaan. Demi
membenarkan tindakan itu, para aparat menunjukan surat pengantar dari bapak Gubernur.

Biografi Pengarang
Ayu Utami yang mempunyai nama lengkap Justina Ayu Utami dikenal sebagai novelis pendobrak
kemapanan, khususnya masalah seks dan agama. Ia dilahirkan di Bogor, Jawa Barat, 21 November
1968. Ayahnya bernama Johanes Hadi Sutaryo dan ibunya bernama Bernadeta Suhartina. Ia berasal
dari keluarga Katolik.
Pendidikan terakhirnya adalah S-1 Sastra Rusia dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1994). Ia
juga pernah sekolah Advanced Journalism, Thomson Foundation, Cardiff, UK (1995) dan Asian
Leadership Fellow Program, Tokyo, Japan (1999). Ayu menggemari cerita petualangan, seperti Lima
Sekawan, Karl May, dan Tin Tin. Selain itu, ia menyukai musik tradisional dan musik klasik.
Sewaktu mahasiswa, ia terpilih sebagai finalis gadis sampul majalah Femina, urutan kesepuluh.
Namun, ia tidak menekuni dunia model.
Ayu pernah bekerja sebagai sekretaris di perusahaan yang memasok senjata dan bekerja di Hotel
Arya Duta sebagai guest public relation. Akhirnya, ia masuk dalam dunia jurnalistik dan bekerja
sebagai wartawan Matra, Forum Keadilan, dan D & R. Ketika menjadi wartawan, ia banyak
mendapat kesempatan menulis. Selama 1991, ia aktif menulis kolom mingguan “Sketsa” di harian
Berita Buana. Ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan ikut membangun Komunitas
Utan Kayu, sebuah pusat kegiatan seni, pemikiran, dan kebebasan informasi, sebagai kurator. Ia
anggota redaktur Jurnal Kalam dan peneliti di Institut Studi Arus Informasi.
Setelah tidak beraktivitas sebagai jurnalis, Ayu kemudian menulis novel. Novel pertama yang
ditulisnya adalah Saman (1998). Dari karyanya itu, Ayu menjadi perhatian banyak pembaca dan
kritikus sastra karena novelnya dianggap sebagai novel pembaru dalam dunia sastra Indonesia.
Melalui novel itu pula, ia memenangi Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1998.
Novel tersebut mengalami cetak ulang lima kali dalam setahun. Para kritikus menyambutnya dengan
baik karena novel Saman memberikan warna baru dalam sastra Indonesia. Karyanya yang berupa
esai kerap dipublikasikan di Jurnal Kalam. Karyanya yang lain, Larung, yang merupakan dwilogi
novelnya, Saman dan Larung, juga mendapat banyak perhatian dari pembaca.
Novel Saman tentunya sangat terpengaruh besar oleh perjalanan hidup Ayu Utami dari sekolahnya
yang mengambil jurusan sastra sehingga tidak susah bagi penulis untuk menulis dengan gaya bahasa
yang bernilai sastra tinggi, kemudian ia juga pernah bersekolah Advanced Journalism, Thomson
Foundation, Cardiff, UK (1995) dan Asian Leadership Fellow Program, Tokyo, Japan (1999), sehingga
dia telah mengenal dunia tulis menulis dengan cangkupan yang lebih luas,lalu ia berkarir menjadi
wartawan yang tentunya berpengaruh besar terhadap novel Saman. Agama penulis juga sangat
berpengaruh besar terhadap isi Novel Saman yang banyak menceritakan tentang kehidupan seorang
pastor, aktifis greja dan banyak istilah – istilah dalam agama Katolik yang dimunculkan dalam novel
Saman.
PSIKOLOGI PENGARANG
Psikologi pengarang maupun penerapan prinsip-prinsip psikologi dalam karyanya tampak dalam
karya sastra Ayu Utami yang muncul pada tahun 1998, karena pada masa itu telah runtuh rezim orde
baru yang tidak hanya membawa kebebasan untuk bersuara, berpendapat dan berekspresi, Namun
juga turut mempengaruhi perkembangan sastra Indonesia. Perkembangan ini ditandai dengan
banyak bermunculan pengarang dan sastrawan baru yang kritis dan lugas dalam mengeluarkan
karya-karya sastra yang bersifat experimental dengan menyuarakan kondisi-kondisi sosial yang
selama ini menjadi hal tabu untuk dibicarakan untuk diangkat sebagai karya sastra. Ayu Utami
adalah satu diantara sastrawan baru yang memulai karir dalam kesusastraan Indonesia, dengan
karyanya Saman yang telah mengulas hal-hal tabu yang dulunya masih sangat tidak pantas dijadikan
karya sastra. Dan Ayu Utami juga telah mempelopori kebebasan dalam mengekspresikan karya
sastra. Hal ini disebabkan pandangan hidup seorang Ayu Utami yang bebas dan memiliki pikiran
kritis terhadap pemerintah dan ia juga seorang Katolik yang taat agama membuat karyanya Saman
banyak diwarnai oleh pemikiran yang luar biasa yang dituangkan secara terang-terangan.

Anda mungkin juga menyukai