Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAM UMUM

2.1 Profil Perusahaan


Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan PT.Teknik
Alum Service, berkomitmen untuk mengembangkan potensi bahan galian nikel di
wilayah Sulawesi Tengah khususnya di desa Buleleng. Komitmen ini disambut
baik oleh Pemerintah Kabupaten Morowali dengan menerbitkan Surat
Keputusan Bupati Morowali No. 540.6/SK.001/DESDM/V/2009 Tanggal 5 mei
2009 tentang Persetujuan Revisi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi
kepada PT. Teknik Alum Service seluas 1.301 Ha di Wilayah Desa Buleleng dan
Torete Kecamatan Bungku Pesisir Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi
Tengah.
2.2 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Teknik Alum Service ( TAS ) di-dirikan pada tahun 2007 dan
melakukan kegiatan Eksplorasi ( kegiatan drilling / Bor ) di Desa Buleleng dan
dilanjutkan di Desa Torete sampai dengan Tahun 2009 dan kantor PT. TAS
beralamat di desa Buleleng, dan saat itu masih dipimpin oleh Agam Tirto
Buwono. Sebelum Perusahaan PT. TAS melakukan kegiatan Penambangan Ore
Nickel (Bijih Nikel) PT. TAS melakukan sosialisasi publik pada hari senin
Tanggal, 22 September 2008 yang bertempat di Desa Buleleng. Pada awal tahun
2010 PT.TAS melakukan kegiatan penambangan Bijih Nikel di Desa Buleleng
sampai dengan tahun 2012 Bulan Oktober, dan masih dipimpin oleh Bpk. Agam
Tirto Buwono.
Pada tahun 2012 Bulan November, PT. TAS kembali melakukan kegiatan di
Lokasi yang sama yaitu di Desa Buleleng dan torete dibawah Pimpinan
Bapak Syarifudin, dan hanya sampai pada Bulan Agustus 2013. Pada tahun
2013 Bulan Agustus , PT. TAS diambil alih oleh Bpk. Joseph Hong selaku
pimpinan PT. TAS sampai dengan sekarang dan kembali melakukan kegiatan
penambangan di Desa Buleleng dan Torete sampai saat ini.

3
2.3 Lokasi Kesampaian Daerah
Secara administratif lokasi Izin Wilayah Usaha Pertambangan Operasi
Produksi ( WIUP OP ) PT. Teknik Alum Service berada di Desa Buleleng dan
Torete Kecamatan Bungku Pesisir Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi
Tengah. Wilayah izin tersebar dalam beberapa wilayah yang terpisah, luas
totalnya adalah 1.301 Ha.
Untuk mencapai daerah kegiatan Operasi Produksi pada Lokasi
penelitian pada PT. Teknik Alum Service, ada beberapa alternative yang dapat
ditempuh dengan jalur darat yaitu, dari palu dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan roda 4 menuju ke Bungku selama ± 12 jam. Dari
bungku ke lokasi dapat ditempuh sekitar + 3 jam, dan dari Kolaka ke Kendari +
4 jam kemudian selama + 5 jam dari Kendari ke Buleleng, dengan kondisi
jalan beraspal dan jalan tanah berbatu, terutama setelah akan memasuki
perbatasan antara Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.

Sumber : Google Earth 2015


Gambar 2.1 Peta Lokasi Kesampaian Daerah

4
2.4 Geologi Ragional Daerah Penelitian
Ditinjau dari kedudukan regionalnya, daerah IUP Operasi Produksi PT.
Teknik Alum Service secara geolgi termasuk ke dalam Peta Geologi
Lembar Bungku (S.Supriatna dkk, 1995). Batuan di wilayah penyelidikan
secara umum disusun oleh batuan sedimen dan ultramafik serta terdapat
intrusi batuan beku.Kegiatan tektonik di daerah ini diduga berlangsung semenjak
Jura, mengakibatkan batuan yang berumur Pra – Jura, yaitu batuan ultramafik
mengalami alih tempat, perlipataan dan sesar. Proses ini diikuti oleh kegiatan
magma yang menghasilkan terobosan granit, granodiorit dan diorite pada Kapur
Akhir. Sejak Paleosen awal sampai Eosen awal sampai terjadi pengangkatan,
erosi dan pendataran menghasilkan sedimen darat yang luas.

Sumber : PT. Teknik Alum Service


Gambar 2.2 Peta Geologi Lokal PT. Teknik Alum Service
2.4.1 Morfologi
Morfologi daerah penyelidikan yang merupakan perpaduan antara
litologi, Struktur dan proses tahapan yang berlangsung di daerah
penyelidikan dapat dibagi menjadi 2 satuan morfologi, yaitu sebagai
berikut :
1. Satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang
Satuan morfologi ini terdapat dibagian tengah dari wilayah
konsesi memanjang kearah barat laut – tenggara. Topografi perbukitan

5
bergelombang sedang dengan ketinggian antara 75 – 150 meter dari
permukaan air laut dan kemiringan lereng antara 10 – 45% ( miring ),
Slope cembung, pola pengaliran agak denritik dengan kerapatan 1,1 –
1,25. Tekstur tanah sedang berwarna coklat muda dan proses
geomorfologi yang berlangsung adalah debris slide, erosi alur – lembah
yang menjadikan bentuk lembah seperti huruf ” V ”. Tata guna lahan
berupa hutan produktif, perkebunan liar. Satuan morfologi ini menempati
+ 45% dari luas wilayah penyelidikan.
2. Satuan morfologi perbukitan bergelombang kuat
Satuan morfologi ini terdapat di sisi Sebelah Utara – Selatan juga
memanjang kearah barat laut – tenggara, dominan disusun oleh
litologi ultramafik pada sebelah utara dan sedimen pada sebelah selatan,
topografi perbukitan bergelombang kuat ini mempunyai ketinggian + 600
– 800 meter dari permukaan air laut dan kemiringan lereng curam (
15 – 30% ) dengan bentuk lembah cembung, kerapatan 1,1. Tekstur
tanah sedang warna coklat tua – coklat muda, proses geomorfologi berupa
debris floe, debris slide, erosi lembah, tata guna lahan hutan produktif,
belukar dan perkebunan. Morfologi ini dikontrol kuat oleh litologi
dan struktur yang berkembang di daerah penyelidikan. Satuan morfologi
ini menempati + 50 % dari luas wilayah penyelidikan.
2.4.2 Topografi
Ditinjau dari peta topografi yang mencakup daerah Buleleng dan
sekitarnya, morfologi wilayah ini didominasi oleh perbukitan yang
memanjang berarah relatif Baratlaut – Tenggara dan Utara – Selatan, yang
diduga merupakan lipatan-lipatan yang dipengaruhi oleh Sesar Matano di
sebelah utara dan Sesar Lasolo di bagian selatannya. Adanya bukit-bukit
soliter yang ditemukan, diperkirakan merupakan bagian dari lipatan-lipatan
yang tersesarkan. Pola pengairannya didominasi oleh pola dendritik dan
rektangular. Satuan kelerengannya terbagi atas dataran landai di
sepanjang pantai timur Sulawesi, perbukitan bergelombang lemah – kuat,
serta perbukitan tertajam kuat di sekitar patahan.

6
Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air
beserta unsur-unsur lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak
perlahan- lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan
penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan.
Akumulasi endapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai
sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan
pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara
teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak dari pada air
yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.
2.4.3 Litologi dan Stratigrafi
Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan umur batuan, terdapat 3
kelompok batuan (Simandjuntak, 1983), pada wilayah sulawesi yaitu :
1. Batuan Malihan Kompleks Mekongga
Batuan malihan berderajat rendah (low grade metamorphic) ini
merupakan batuan alas di lengan tenggara Sulawesi. Batuan malihan
kompleks Mekongga ini diperkirakan berumur Permo-Karbon. Dan
termasuk kepada batuan metamorf fasies epidot-amfibolit. Batuan
malihan ini terjadi karena adanya proses burial metamorphism.
Batuan penyusunnya berupa sekis mika, sekis kuarsa, sekis klorit,
sekis mika-amfibol, sekis grafit dan genes.
2. Kelompok Batuan Sedimen Mesozoikum
Di atas batuan malihan itu secara tak selaras menindih batuan
sedimen klastika, yaitu Formasi Meluhu dan sedimen karbonat Formasi
Laonti. Keduanya diperkirakan berumur Trias Akhir hingga Jura
Awal. Formasi Meluhu tersusun dari batusabak, filit dan kuarsit,
setempat sisipan batugamping hablur. Formasi Laonti terdiri atas
batugamping hablur bersisipan filit di bagian bawahnya dan setempat
sisipan kalsilutit rijangan.
3. Kelompok Mollasa Sulawesi
Pada Neogen tak selaras di atas kedua mendala yang saling
bersentuhan itu, diendapkan Kelompok Molasa Sulawesi. Batuan

7
jenis Molasa yang tertua di daerah penelitian adalah Formasi
Langkowala yang diperkirakan berumur akhir Miosen Tengah.
Formasi ini terdiri dari batupasir konglomerat. Formasi
Langkowala mempunyai Anggota Konglomerat yang keduanya
berhubungan menjemari. Di atasnya menindih secara selaras batuan
berumur Miosen Akhir hingga Pliosen yang terdiri dari Formasi
Eemoiko dan Formasi Boepinang. Formasi Eemoiko dibentuk oleh
batugamping koral, kalkarenit, batupasir gampingan dan napal. Formasi
Boepinang terdiri atas batulempung pasiran, napal pasiran, dan batupasir.
2.4.4 Struktur Geologi
Struktur geologi di Sulawesi didominasi oleh arah barat laut –
tenggara yang berupa sesar mendatar sinistral dan sesar naik (Gambar 2.2).
Sesar Palu–Koro memotong Sulawesi bagian barat dan tengah,
menerus ke bagian utara hingga ke Palung Sulawesi Utara yang
merupakan batas tepi benua di Laut Sulawesi. Jalur Sesar Palu – Koro
merupakan sesar mendatar sinistral dengan pergeseran lebih dari 750 km
(Tjia, 1973; Sukamto, 1975), arah geraksesuai dengan jalur Sesar
Matano dan jalur Sesar Sorong. Sesar Sadang yang terletak di bagian
barat dan sejajar dengan Sesar Palu berada pada lengan Selatan
Sulawesi, menghasilkan lembah sungai sadang dan sungai masupu yang
sistemnya dikontrol oleh sesar mendatar (Hamilton, 1997).

Anda mungkin juga menyukai